Anda di halaman 1dari 27

HUKUM KEWARISAN ISLAM

DOSEN PENGAMPU
H.MUHAMMAD AMIN QODRI SH,LL.M

DISUSUN OLEH

KEOLOMPOK USMAN BIN AFFAN:

BAYU GALEH WIBOWO (B10018247)

FITRA YADI (B10018011)

RISKI SAPUTRA (B10018548)

BUDIONO (B10018352)

ARDIAN DILLAWANDY (RRB10016101)

UNIVERSITAS JAMBI

FAKULTAS HUKUM

ILMU HUKUM

2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Universalitas Ajaran Islam


Dalam hubungannya dengan ajaran agama-agama samawi sebelumnya,maka AL-Qur’an
adalah berfungsi sebagai penerus pengoreksi bahkan sebagai penyempurna agama-agama
sebelumnya. Dalam doktrin islam tersebut juga ditegaskan bahwa AL-Qur’an adalah pesan
terakhir yang dibawa nabi Muhammad SAW sebagai penutup dari segala nabi dan rosul.
Penafsiran itu menurut muschjel nnedjid adalah cukup buku karena :
a. peninggalan bahwa para pengama agama dalam hal ini yahudi dan kiulan,harus
menjalankan ajaran yang diberikan Alla SWT.kepada mereka melalui tauratkalau mareka
tidak dan injil kalau meeka tidak melakukan hal tersebu,maka mareka adalah kafir dan
zalim
b. AL-Qur’an juga mendukung kebenaran ajaran yang diatur dala kitab-kitab suci itu,akan
tetapi juga mengujinya dari kemungkinan penyimpangan

Sehubungan dengan itu Muhamad Asad menjelaskan segi-segi yang mendukung


universalitas AL-Qur’an tersebut yaitu:

a. Seruan AL-Qur’an yang tertuju kepada seluruh umat manusia


b. Adanya fakta bahwa AL-Qur’an munyuru semata-mata kepada akal manusia dan
kepintarannya tidak merumuskan dogma yang diterima hanya aku dalam kepercayaan
buta.
c. Adanya jaminan bahwa isi AL-Qur’an itu tidak pernah akan berubah sejak dikeluarkanya
hingga akhir zaman,

1.2 Pengertian Hukum Kewarisan Islam

Beberapa pengertian hukum kewarisan islam menurut :


a. A Rofia
Sebagai fiqh yang mempelajari tentang siapa-siapa orang yang termasuk ahli waris cara
penghitungannya
b. M Idris Ramulyo
himpunan aturan-aturan hukum yang mengatur tentang siapa ahli waris yang berhak
mewarisi harta peninggalan seseorang yang mati meninggalkan harta peninggalannya
c. T M Hasby Ash Shiddieny
Ilmu yang mempeajari orang-orang yang mewarisi dan tidak mewarisi,kadar yang
diterima oleh setiap ahl waris dan cara-cara pembagianya
d. Mohammad Dasd Ali
Mendefinisikan bahwa hukum kewarisan islam adalah hukum yang mangatur tentang
segala sesuatu yang berkenaan dengan peralihan hak dan tau kewajiban atas harta
kekayaan seseorang setelah ia meninggal dunia kepada ahli warisnya.
e. Amir Syarifudin
Seperangkat ketentuan yang mengatur tentang cara-cara peralihan hak dari seseorang
yang telah meninggal kepada orang tang masih hidup dengan ketemtuan berdaarkan AL-
Qur’an dan penjelasan dari nabi Muhammad SAW.

1.3 Unsur-Unsur Kewarisan Islam


a. Pewaris
Seseorang yang telah meninggal dunia dan meninggalkan sesuatu untuk keluarganya
yang masih hidup
b. Harta warisan/harta peninggalan
Segala sesuatu yang ditinggalkan oleh pewaris yang secara hukum dapat beralih kepada
ahli warisnya
c. Ahli waris
Orang yang berhak atas harta warisan yang ditinggalka oleh orang yang meninggaldunia
(pewaris),syarat-syarat menjadi ahli waris :
1. Masih hidup pada saat pewaris meninggal dunia
2. Tidak ada yang menghalanginya menjadi ahli waris
3. Tidak tertutup oleh ahli waris utama
1.4 Beberapa hak yang ada hubungannya dengan harta warisan
a. Zakat
b. Hulang
c. Bilanja
d. Harta bersama
e. Harat
BAB II

SUMBER DAN ASAS-ASAS HUKUM KEWARISAN ISLAM

2.1 Sumber Hukum Kewarisan Islam


a. AL-Qur’an
b. Hadis Rasulullah
c. Ijtihab
 AL-Qur’an
Imam syafi,I berpendapat bahwa AL-Qur’an adalah merupakan sumber ulama
kepada hukum . pendapat ini didasarkan pada ketentuan AL-Qur’an yaitu;
1. Q.S Al-Ibrahim ayat 1
2. Q.S Al-Nahl ayat 89
3. Q.S Al-syura ayat 52
Imam Syafi,i juga mengemukakan beberapa kaedah hukum usul fiqh yang
mempunyai
hubungan dengan AL-Qur’an kaedah-kaedahnya adalah
a. Al-Qur’an merupakan dasar dan sumber hukum/metode istinbat hukum harus
merujuk kepada kaedah hukum yang dikandung AL-Qur’an
b. Untuk memahami kandungan AL-Qur’an mytahad harus mengetahui secara baik
sebab-sebab diterangkannya AL-Qur’an (asbab AL-Nuzul)karena ayat-ayat Al-
Qur’anitu diturunkan secara bertahap selumi dengan sifausi dan kodisi social
masyarakat ketika itu alasannya adalah;
1. Seseorang tidak dapat memahami kemu’jizatan Al-Quran kecuali setelah
mempelajari situasi dan kondisi sosial pada zama turunnya Al-Qur’an
tersebu
2. Ketidak tahuan sebab-sebab turunnya ayat Al-Qur’an maka akan membuat
kekacauan dalam memahami hukum-hukum yang yang dikandung Al-
Qur’an karena ayat-ayat Al-Qur’an itu turun sesuai dengan permasalahan
yang memilukan ketentuanhukum
3. Dalam memahami kandunan hukum dalam Al-qur’an mujlahid juga dituntut
untuk memahai secara baik adat kebiasaan orang arab, baik yang
berhubungan dengan perkataan maupunperbuatan karena tidak memahami
hal ini akan membawa kepada kekacauan atau kerancuan dalam memahami
Al-Qur’an adapun ayat-ayat Al-Qur.anyang mengatur tentang hukum
kewarisan islam adalah sebagai berikut;
a. Q.S An-nisa ayat 7-14
b. Q.S An-nisa ayat 33
c. Q.S An-nisa ayat 176
d. Q.S Al-anfal ayat 75
c. Pandangan yang dikeluarkan oleh satu sahabat tanpa mendapat dukungan
ataupun bantahan dari sahabat lainnya
d. Qiyas dan ijtihad bagi imam syafi’I mempunyai makna yang hampir sama karen
makna qiyas yang dimaksudkan oleh imam syafi’I disini ialah ;”supaya untuk
meneukan sesuatu yang dicari melalui dalil-dalil sesuai dengan informasi yang
ada pada Al-Qur’an dan Al-sunah
Imam syafi’I juga menegaskan bahwa qiyas itu tidak dibenarkan lagi bagi;
1. Orang yang pintar (famma aqluh)tetapi tidak menguasai hal-hal tersebut
diatas
2. Orang-orang yang menguasainya hanya dengan hafalan semata-mata tanpa
disertai penguasaan yang sebenernya (bi naqinah alma’fifah)
3. Orang yang menghafalnya tapi kurang cerdas(muqassir al-aql)atau
kurangnya menguasai bahasa asing
 Macam-macam tingkatan qiyas
a. Qiyas aqwa
Yakni apabila berlakunya hukum pada fir lebih kuat dari pada
berlakunya pada ahhl,kami kebuadanillah lebih nywa pada far ashl
Imam
BAB III
WARIS MEWARIS

3.1 Mekanisme Hukum Waris

Didalam mekanisme hukum waris islam,ada beberapa sebab yang dapat menjadikan
seseorang sebagai ahli waris antara lain hubungan darah atau hubungan kekerabatan,hubungan
perkawinan dan hubungan agama dengan penjelasan sebagai berikut;

a. Karena adanya hubungan darah;


Dimana yang termasuk kategori kelompok ahli waris ini adalah;
1. Kebawah : anak-anak,baik laki-laki maupun perempuan serta keturunannya
2. Keatas : orang tua baik ibu maupun ayah dan terus keatas
3. Kesamping :anak ayah atau anak ibu atau anak kakek dan nenek,sambung
menyambung satu dengan yang lainnya
Berdasarkan komplikasi hukum waris islam kategori berdasarkan golongan yang
merupakan pengerucutan arti yaitu :
 Golongsn laki-laki meliputi ; ayah,anak,laki-laki,saudara laki-laki,paman dan kakek
 Golongan permpuan meliputi :ibu anak perempuan,saudara perampuan dan nenek

Akan tetapi bila semua ahli waris itu ada maka yang berhak mendapat waisan hanyalah
: anak,ayah,ibu,janda/duda.Perlu ditegaskan bahwasannyan hukum kewarisan islam tidak
mengangkut adanya pengangkatan anak atau adopsi sebaga system hukm perdata
barat.sehingga anak angakat tersebt tidak berhak atas warisan orang tua angkatnya.

b. Karena hubngan perkawinan


Hak kewarisan yang timbul karena adanya hubungan perkawinan diman yan dimaksud
disini adalah istri mrupakan ahli wari bagi suaminya dan suaminya sebagai ahli waris
istrinya,hal ini berdasarkan karena telah adanya hubugan hukum antara suami dengan istri
Menurut Amir Syarifuddin berlakunya hubungan kewarisan antara suami dan istri
adalah didasarkan kepada dua ketentuan yaitu pertama antara suami dan istri tersebut
telah berlaku akad nikah yang sah,kedua diantara suami dan istri masih berlangsung
ikatan perkawinan pada saat meninggalnya salah satu pihak meninggal dunia,sedangkan
ikatan perkawinan telah putus dalam bentuk talaq ray’I sedangkan si istri masih menjalani
masa idah
c. Karena Hubungan Agama
Hal ini terjadi apabila orang yang meninggal itu tidak mempunyai ahli waris,maka
harta peninggalanya itu diserahkan kebaitul mal untuk umat isla sebagai waisan.
Oleh karena itu umat islam dimanjakan mendapatkan harta warisan dari orang yang
meninggal dunia (pewaris)melalui dua cara yaitu :
 Ahli waris/ratumnya sudah tidak ada lagi,sedangkan baitul mal yang ada belum
diurus secara baik maka harta waris tersebut dapat diserahkan kepada seseorang
(muslim) yang adil,dan bijaksana.supaya harta warisan tetsebut diserahkan untuk
kepentingan umum.
 Ahli waris hanya salah seorang dari suatu atau istri sedangkan rahimnya juga tidak
ada (balalah).sedangakan baitul mal yang ada blum mengurus secara baik,maka sisa
dari bagian suami atau istri tersebut juga dapat diserahkan pada uma islam.

d. Karena wasiat
Secara terminologis wasiat adalah pemberian seseorang kepada orang lain,barupa
benda,tentang atau manfaat agar si penerima memiliki pemberian itu setelah si pemberi
wasiat meninggal dunia
Maka dengan adanya system wasiat yang diatur dalam hukum kewarisanislam,dan
koplikas hukum islam telah mengatur sebagai beikut:
1. Orang yang telah berumur sekurang-kurangnya 21 tahun, berakal sehat dan tanpa
adanya unsur paksaan dapat mewasiatkan sebagian harta bendanya kepada orang lain
atau lembaga.
2. Harta bndayang diwasiatkan harus merupakan hak dari pewaris.
3. Pemilkan terhadap harta benda seperti dimaksud dalam ayat (1) pasal ini baru dapat
dilaksanakan sesudah pewasiat meninggal dunia.
4. Wasiat dilaksanakan secara sah dihadapan dua saksi,atau tertulis dihadapan dua saksi
atau notaris
5. Wasiat hanya diperbolehkan sebanyak-banyaknya seperti dari harta warisan kecuali
apabila semua ahli waris menyetujuinya
6. Wasiat kepada ahli waris hanya berlaku apabila disetujui oleh semua ahli waris
7. Pernyataan persetujuan pada ayat (2) dan(3) pasal ini dibuat secara lisan dihadapan
dua orang saksi atau tertulis dihadapan dua orang saksi atau dihadapan notaris
8. Dalam wasiat baik secara tertulis maupun secara lisan harus disebutkan dengan tegas
dan jelas,siapa atau siapa-siapa lembaga apa ditunjuk akan menerima harta benda
diwariskan.

3.2 Sebab Sebab Tidak Mewaris


Kelompok ahli waris yang tidak berhak mendapat harya warisan,dikarenakan beberapa sebab
yaitu ;
a. Membunuh pewaris
Menurut ketentuan hukum kewarisan islam,pembunuh tidak berhak mendapat harta
warisan dari keluarga yang dibunuhnya. Setidaknya terdapat 2 perbedaan pendapat atas
hal ini yaitu ;
1. Segolongan kecil ulama atau kelompok khawarij
Dimana alama-ulama ini menyatakan bahwa didalam Al-Qur’an tetap memberikan
kesempatan pada pembunuh intuk mendapatkan harta warisan
2. Golongan lain memisahkan sifat pembunuhan yaitu pembunuh disengaja dan
tersalah
Perbedaan pendapat terhadap kedudukan pembunuh ini dalam mewaris ialah
disebabkan suatu pertimbangan tentang kepentingan umum, dimana sudah
sepantasnya pembunuh tidak mendapat warisaan,jangan sampai terjadi
pembunuhan-pembunuhan hanya karena mengincar harta warisan
b. Murtad
Orag yang keluar dari agama islam tidak berhak mendapatkan harta warisan dari anggota
keluarganya yang beragama islam.
c. Kafir
Orang kafir tidak berhak menerima warisan dari keluarganya yang beragama islam begitu
pula sebaliknya karena perinsip kaedah beragama
3.3 Ahli Waris Pengganti
Adanya konsep penggantian kedudukan ahli waris atau yang disebut dengan ahli waris
pengganti ini adalah merupakan hasil istilah dari para ulama terhadap ketetuan hukum waris
islam yang telah diatur dalam Al-Qur’an dan sunah
Kedudukan ahli waris ini pengganti ini pada dasarnya berbada dengan pendapat mayoritas
(jumhur)ulama. Karena menurut mayoritas jumhur ulama,jika ada seorang yang meninggal
dunia,maka yang dapat mewarisi harta peninggala itu adalah anak-anak yang masih hidup.
Akan tetapi jika diantara anak-anak yang meninggal lebih dulu dari pada sang pewaris maka
ia tidak berhak mendapat bagian. Demikian juga dengan anak-anak dan anak yang meninggal
dunia lebih dulu atau cucu dari sipewaris tersebut juga tidak berhak untuk menerima harta
pewaris tersebut,juga tidak berhak untuk menerima harta warisan,karena terhalang(terhijab
oleh paman-pamannya)
Untuk memperkuat itjtihad para ulama,maka koplelasi hukum islam mengatur ;
1. Ahl waris yang meninggal lebih dul dari pada pewaris maka kedudukan dapat
digantikan oleh anaknya kecuali meraka yang tersebut dalam pasal 173
2. Bahagia bagi ahli waris pengganti tidak melebihi dari bagian ahli waris yang sederajat
dengan yang diganti

Dalam pasal 173 kompilasi hukum islam tersebut ditentukan bahwa “seseorang terhalang
menjadi ahli waris apabila dengan putusan hakimyang telah mempunyai kekuatan ukum yang
tetap dihukum karena ;

1. Dipersalahkan telah membunuh atau mencoba membunuh atau menganiaya pewaris


2. Dipersalahkan secara memfitnah telah mengajukan bahwa pewaris telah melakukan
sesuatu kejahatan yang diancam hukuman 5 tahun penjara atau hukuman yang lebih berat.
BAB IV

KELOMPOK AHLI WARIS

Kata ahli waris yang secara bahasa dapat diartikan sebgai “keluarga atau anggota keluarga”,
akan tetapi dalam hukum kewarisan Islam semua anggota bisa mewarisi harta warisan. Secara
umum para ahli waris tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:

4.1 Ahli waris laki-laki

Yang termasuk kedalam golongan ahli waris laki-laki adalah”

a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki dari anak laki-laki dan terus kebawah, asal pertaliannya masih terus laki-
laki
c. Bapak
d. Kakek dari bapak dan terus keatas, asal pertaliannya masih belum putus dari pihak bapak
e. Saudara laki-laki kandung
f. Saudara laki-laki sebapak
g. Saudara laki-laki seibu
h. Anak laki-laki saudara laki-laki kandung
i. Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak
j. Paman yang sekandung dengan bapak
k. Paman yang sebapak dengan bapak
l. Anak laki-laki paman yang sekandung dengan bapak
m. Anak laki-laki paman yang sebapak dengan bapak
n. Suami
Jika para ahli waris diatas semuanya ada, maka yang mendapat warisan dari mereka hanya
tiga saja, yaitu:
a. Anak laki-laki
b. Suami
c. Bapak
4.2 Ahli Waris Perempuan

Yang termasuk kedalam golongan ahli waris perempuan yaitu:

a. Anak perempuan
b. Cucu perempuan dari anak laki-laki dan terus kebawah, asal pertaliannya dengan oranng
yang meninggal masih terus laki-laki.
c. Ibu
d. Nenek (ibu dari ibu) terus keatas dari pihak ibu sebelum berselang laki-laki
e. Nenek (ibu dari bapak)
f. Saudara perempuan kandung
g. Saudara perempuan sebapak
h. Saudara perempuan seibu
i. Isteri

Jika para ahli waris yang diatas tersebut semuanya ada maka yang mendapatkan bagian
dari mereka hanya lima saja yaitu:

a. Istri
b. Anak perempuan
c. Cucu perempuan dari anak laki-laki
d. Ibu
e. Saudara perempuan sekandung

Selanjutnya jika semua ahli waris tersebut ada semuanya baik laki-laki maupun perempuan
maka yang mendapat harta warisan adalah:

a. Suami atau isteri


b. Ibu
c. Bapak
d. Anak laki-laki
e. Anak perempuan
4.3 Ahli Waris Yang Mendapat Pembagian Tertentu

Para ahli waris yang dapat dibagi kedalam dua kelompok yaitu:

Pertama : Sebagai zawil furudi yskni psrs ahli waris yang mendspst bagian tertentu

Kedua : Selaku ashaba atau yang mendapat semua harta atau seua sisa

Diantara para ahli waris selaku zawil furudi tersebut telah disebutkan bagian-bagiannya
yaitu:

a. Seperdua (1/2)

b. Seperempat (1/4)

c. Seperdelapan (1/8)

d. Dua pertiga (2/3)

e. Sepertiga (1/3)

f. Seperenam (1/6)

Dibawah ini merupakan penjelasan mengenai satu persatu siapa saja kelompok dari zawil
furudi yaitu:

a. Ahli waris yang dapat seperdua

1. Anak perempuan tunggal


Allah berfirman dalam Qs. An-nisa 4:11 yaitu kampilasi hukum islam menentukan
bahwa anak perempuan jika dia seorang mendapat separuh dari bagian, bila 2 orang
atau lebihbmendapat 2/3 dan apabila anak perempuan bersama dengan anak laki-laki
perbandingannya 2:1 dengan anak perempuan
2. Suami mendapatkan seperdua (1/2)
3. Cucu perempuan tunggal dari adak laki-laki
4. Saudara perempuan
a) Saudara perempuan tunggal yang sekandung
b) Saudara perempuan tunggal yang sebapak
b. Ahli waris yang mendapat seperempat (1/4)

1. Suami mendapat 1/4 jika istrinya mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki

2. Isteri, jika dia tidak mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki

c. Ahli waris yang dapat seperdelapan (1/8)


Isteri yang mendapat 1/8 jika mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki.
d. Ahli waris yang mendapat 2/3

1. Dua orang anak atau lebih, apabila tidak ada anak laki-laki

2. Dua orang cucu perempuan atau lebih dari anak laki-laki apabila anak perempuan
tidak ada

3. Dua orang saudara perempuan atau lebih yang sekandung

4. Dua orang saudara perempuan atau sebapak

e. Ahli waris yang mendapat 1/3


1. Ibu, apanila anaknya yang meninggal ibu tidak mempunyai anak atau cucu atau tidak
mempunyai saudara sekandung sebapak/seibu
2. Bapak mendapat bagian 1/3 bila pewaris tidak meninggalkan anak
3. Dua orang saudara atau lebih yang seibu
f. Ahlli waris yang mendapat 1/6

1. Ibu mendapat 1/6 jika anaknya meninggal ibu mempunyai anak atau cucu atau
saudara sekandung yang sebapak dan seibu

2. Bapak mendapat 1/6 apanbila anaknya yang meninggal itu mempunyai anak atau
cucu dari anak laki-laki

3. Nenek, apabila ibu tidak ada, karena beralasan kepada hadist yang diriwayatkan oleh
Zaid

4. Jika nenek dari pihak bapak dan ibu masih ada maka kedua-duanya

5. Cucu perempuan dari anak laki-laki


6. Kakek, apabila orang yanfg meninggal ada mempunyai anak atay cucu sedangkan
bapaknya tidak ada

7. Seorang saudara yang seibu

8. Saudara yang sebapak

g. Ahli waris yang mendapat semua sisa


Ashabah yang mendapat semua harta atau semua sisa yaitu:

1. Anak laki-laki

2. Cucu laki-laki

3. Bapak

4. Kakek dari pihak bapak dan terus keatas

5. Saudara laki-laki sekandung

6. Saudara laki-laki sebapak

7. Anak saudara laki-laki kandung

8. Anak saudara laki-laki sebapak

9. Paman yang sekandung

10. Paman yang sebapak dengan bapak

11. Anak laki-laki paman yang sekandung dengan bapak

12. Anak laki-laki paman yang sebapak dengan bapak

Perempuan juga ada yang menjadi ashabah dengan ketentuan seperti berikut:

a. Anak laki-laki dapat menarik saudaranya yang perempuan menjadi ashabah dengan
ketentuan bahwa untuk laki-laki mendapat bagain 2xlipat darinperempuan
b. Cucu laki-laki dari anak laki-laki juga dapat menarik saudaranya yang perempuan
menjadi ashabah
c. Saudara laki-laki sekandung juga dapat menarik saudaranya yang perempuan menjadi
ashabah nya
d. Saudara laki-laki sebapak juga dapat menarik saudaranya menjadi ashabah

Selain yang diatas masih ada lagi ashabah ma’al ghair hanya dikelompokkan menjadi 2 yaitu:

a. Saudara perempuan sekandung


b. Saudara perempuan sebapak

4.4 Hijab (Penghalngan Hak Waris)


a. Arti dan macam-,macam hijab
Hijab ada 2 macam yaitu
1. Hijab nugshan, yaitu dinding yang hanya mengurangi bagian ahli waris, karena ada
ahli waris yang lain bersama-sama dengan dia
2. Hijab hirman, yaitu dinding yang menghalangi untuk dapat warisan karena ada ahli
waris yang lebih dekat hubungannya dengan orang yang meninggal itu mendapat
bagian yang sama.
b. Ahli waris yang terhalang hijab
1. Kakek tidak mendapat waris, selama ada bapak
2. Nenek tidak dapat harta waris selama ada ibu
3. Cucu laki-laki dari anak laki-laki tidak mendapat waris selama ada anak laki-laki
4. Saudara sekandung tidak mendapat harta warisan selagu ada:

a) Anak laki-laki

b) Cucu dari laki-laki dari anak laki-laki

c) Bapak

5. Saudara sebapak tidak mendapat harta warisan selama ada:


a) Anak laki-laki
b) Cucu laki-laki dari anak laki-laki
c) Bapak
d) Saudara laki-laki sekandung
6. Saudara seibu tidak medapat harta waris selama ada:
a) Anak
b) Cucu
c) Bapak
d) Kakek
7. Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung tidak mendapat harta selama ada:
a) Anak laki-laki
b) Cucu laki-laki dari anak laki-laki
c) Bapak
d) Kakek
e) Saudara laki-laki kandung
f) Saudara laki-laki sebapak
8. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak tidak mendapat harta selama ada:
a) Anak laki-laki
b) Cucu laki-laki dari anak laki-laki
c) Bapak
d) Kakek
e) Saudara laki-laki sekandung
f) Saudara lai-laki sebapak
g) Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung
9. Paman yang sekandung dengan bapak tidak akan mendapat harta selama ada:
a) Anak laki-laki
b) Cucu laki-laki dari anak laki-laki
c) Bapak
d) Sudara laki-laki sekandung
e) Kakek
f) Saudara laki-laki sebapak
g) Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung
h) Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak
10. Paman yang sebapak dengan bapak
a) Anak laki-laki
b) Cucu dari laki-laki dari anak laki-laki
c) Bapak
d) Sudara laki-laki sekandung
e) Kakek
f) Saudara laki-laki sebapak
g) Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung
h) Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak
i) Paman yang sekandung dengan bapak
11. Anak laki-laki paman yang sekandung dengan bapak
a) Anak laki-laki
b) Cucu dari laki-laki dari anak laki-laki
c) Bapak
d) Sudara laki-laki sekandung
e) Kakek
f) Saudara laki-laki sebapak
g) Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung
h) Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak
i) Paman yang sekandung dengan bapak
j) Paman yang sebapak dengan bapak
12. Anak laki-laki paman yang sebapak dengan bapak tidak mendapat harta
a) Anak laki-laki
b) Cucu dari laki-laki dari anak laki-laki
c) Bapak
d) Sudara laki-laki sekandung
e) Kakek
f) Saudara laki-laki sebapak
g) Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung
h) Paman yang sekandung dengan bapak
i) Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak
j) Paman yang sebapak dengan bapak
k) Anak laki-laki paman yang sekandung dengan bapak
13. Cucu perempuan dari anak laki-laki
a) Anak laki-laki
b) Dua orang anak perempuan atau lebih

4.5 Rahim Dan Kedudukannys


Rahim adalah keluarga dari orang yang meninggal dunia atau pewaris yang tidak ada diatur
ketentuannya bagiannya didalam Al-qur’an dan hadist.

Dibawah ini siapa saja yang menjadi rahim dan kedudukannya didalam keluarga:

a. Cucu dari anak perempuan, kedudukannya sama dengan anak perempuan


b. Anak laki-laki dan anak perempuan dari cucu perempuan, kedudukannya sama
dengancucu perempuan
c. Kakek, kedudukannya sama dengan ibu
d. Nenek dari pihak kakek umpamanya nenek dari ibu, kedudukan sama dengan ibu
e. Anak perempuan dari saudara laki-laki kandung sebapak atau seibu kedudukannya sama
dengan saudara laki-laki
f. Anak laki-laki saudara laki-lakiseibu, kedudukannya sama dengan saudara laki-laki seibu
g. Hak laki-laki dan perempuan saudara perempuan kandung sebapak
h. Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak atau seibu
i. Bibi, kedudukannya sama dengan bapak
j. Paman yang seibu dengan bapak dan saudara laki-laki yang seibu dengan kakek
kedudukannya sama dengan bapak
k. Saudara laki-laki dan saudara perempuan dari ibu, kedudukannya sama dengan ibu
l. Anak perempuan paman kedudukan sama dengan paman
m. Seterusnya turunan dari rahim yang telah disebutkan dari atas

4.6 Ahli Waris Untuk Kasus-Kasus Tertentu


a. Anak dalam kandungan
Dalam pembagian waris tersebut dilihat dari anak didalam kandungan tersebut hidup
dan termasuk didalam salah satu dari 3 macam keadaan yang dibawah:

1. Anak laki-laki seorang atau lebih

2. Anak perempuan seorang atau lenih

3. Anak itu kembar laki-laki dan perempuan

b. Banci (khuntsa)
Khuntsa dapat dibedakan menjadi 2 yaitu

1. Khuntsa yang telah terang

2. Khuntsa yang tbelum terang

c. Orang yang hilang

Kedudukan orang yang hilang didalam soal waris mewaris ada 2 macam yaitu:

1. Orang yang hilang sebagai pewaris

2. Orang yang jilang sebagai ahli waris

3. Maka jika ahli waris hilang maka dilakukan dengan cara:

a) Dilakukan pembagian dengan cara mengumpamakan orang yang hilang itu


masih hidup
b) Melakukan pembagian dengan cara mengumpamakan orang yang sudah
hilangm tersebut dengan orang yang sudah me inggal
d. Anak zina
Adalah hanya mempunyai hubungan waris mewaris dengan ibunya, tidak dengan laki-
laki yang berzinah dengan ibunya itu.
e. Anak Li’an
Adalah sumpah yang telah dilakukan oleh suami yang menuduh istrinya berbuat zinah
bahwa ia akan menerima laknat Allah SWT jika tuduhan berzinah tersebut itu ternyata
tidak benar.
f. Anak angkat
Dalam arti memelihara, mendidik dan mengasuh seorang anak orang lain adalah sangat
dianjurkan dalam islam
BAB V

PEMBAGIAN HARTA WARISAN

5.1 Cara pembagian harta warisan


Pada uraian sebelumnya sudah di jelaskan mengenai ketentuan bagian masing-masing ahli
waris di antara mereka ada yang mendapat seperdua (1/2),seperempat(1/4),seperdelapan(1/8),
dua pertiga (2/3),sepertiga (1/3) dan seperenam(1/6).jika di perhatikan ketentuan bagian
bagian tersebut maka semua bagian mempuyai bilangan pecahan
Untuk lebih jelasnya,maka pada di urai dibawah ini akan di kemukan beberapa contoh
kasus tentang pelaksanaan pembagian harta warisan ,sebagai berikut :
Contoh 1 (ahli waris yang mendapat ½)
Seorang meninggal dunia (A) dengan meninggalkan ahli waris : satu orang anak
perempuan (B),suami (C) dan bapak (D)pewaris meninggalkan harta peninggalan: satu unit
rumah ,tanah seluas 500 M2 dan satu unit kendaraan bermotor setelah di totalkan harta yang
di tinggalkan maka nilainya 100.000.000,-( serratus juta rupiah) akan tetapi sebelum
meninggal pewaris (A) punya hutang ke pada E Rp 1000.000,-(satu juta rupiah) biaya berobat
Rp 1000.000,- (satu juta rupiah) dan biaya penguburan Rp 500.000 (lima ratus ribu rupiah
).berapa bagian masing masing ahli waris ?
Ilustrasi :
a.mengeluarkan zakat harta :

2,5% x Rp 150.000.000,- = Rp 3.750.000,-

b.membayar utang pewaris (A)

kepada G = Rp 4.500.000,-

c.membayar biaya pengobatan = Rp 1.250.000,-

d.membayar biaya penguburan = Rp 500.000

-------------------------------- +

Jumlah = 10.000.000,-

Untuk menentukan jumlah harta warisan yang akan di bagi kepada para ahli waris,maka
jumlah harta peninggalan (Rp.150.000.000,-) di kurangi (zakat,hutang,biaya beobat dan biaya
penguburan Rp 10.000.000,-)= Rp.140.000.000,slanjutnya di bagi dua = Rp 70.000.000
dengan demikian jumlah harta waris yang akan dibagi kepada para ahli waris adalah Rp
70.000.000,- dengan cara pembagian sebagai berikut :

Suami = ½ ( karena tidak anak )

Empat orang saudara perempuan kandung = 2/3(karena tidak ada ahli waris lain).

Jika dijumlahkan maka hasilnya adalah :

1 2 3 4 7
+3=6+6=6
2

Pada penjumlahan di atas ,ternyata angka pembilang tidak sama atau lebih besar dari pada
angka penyebutnya .oleh karena itu untuk menyelesaikan kasus tersebut maka harus di ‘aul-
kan dengan cara angka penyebutnya yang pada mulanya angka 6 di ubah menjadu angka 7
.sehingga bagian masing masing ahli waris menjadi
4
Suami = sedangkan untuk
7

3
Dua orang saudara perempuan kandung = 7

Dengan demikian bahagian masing-masing ahli waris setelah di ‘aul adalah

Suami = 4/7 x 70.000.000,- = 40.000.000

2 orang sdr pr = 3/7 x 70.000.000,- = 30.000.000

------------------------

Jumlah = 70.000.000

5.2 “Aul.
Dalam hukum kewarisan islam di mungkin kan untuk terjadinya masalah “Aul apabila
dalam pembagian harta warisan di antara para ahli waris dzawif furud menunjukkan.bahwa
.bahwa angka pembilang lebih besar dari pada angka penyebut,maka angka penyebut di
anaikan sesuai dengan angka pembilang,dan baru sesudah itu harta warisan dibagi secara aul
menurut angka pembilang
Dalam kamus fiqih yang di susun oleh M.Abdul mujieb dkk.menjelaskan bahwa kasus aul
dapat terjadi apabila jumlah pembilang lebih banyak dari pada angka penyebutnya untuk lebih
jelas dapat di lihat pada contoh kasus berikut

Contoh aul

Seorang meninggal dunia (A) dengan meninggalkan ahli waris : suami(B) dan empat
saudara perempuan kandung (C,D,E,dan F ) pewaris meninggalkan harta peninggalan: satu
unit rumah ,tanah seluas 800 M2 dan satu unit kendaraan roda empat setelah di totalkan harta
yang di tinggalkan maka nilainya 150.000.000,-( serratus lima puluh juta rupiah) akan tetapi
sebelum meninggal pewaris (A) punya hutang ke pada G Rp 4500.000,-(empat juta lima ratus
rupiah) biaya berobat Rp 1250.000,- (satu juta dua ratus lima puluhribu rupiah) dan biaya
penguburan Rp 500.000 (lima ratus ribu rupiah ).berapa bagian masing masing ahli waris ?
a.mengeluarkan zakat harta :

2,5% x Rp 150.000.000,- =Rp 3.750.000,-

b.membayar utang pewaris (A)

kepada B =Rp 4.500.000,-

c.membayar biaya pengobatan = Rp1.250.000,-

d.membayar biaya penguburan = Rp 500.000

-------------------------------- +

Jumlah = 10.000.000,-

Untuk menentukan jumlah harta warisan yang akan di bagi kepada para ahli waris,maka
jumlah harta peninggalan (Rp.150.000.000,-) di kurangi (zakat,hutang,biaya beobat dan biaya
penguburan Rp 10.000.000,-)= Rp.140.000.000,slanjutnya di bagi dua = Rp 70.000.000
dengan demikian jumlah harta waris yang akan dibagi kepada para ahli waris adalah Rp
70.000.000,- dengan cara pembagian sebagai berikut :

Suami = ½ (karena tidak anak)

Empat orang saudara perempuan kandung = 2/3 (karena tidak ada ahli waris lain)

Jika di jumlahkan maka hasilnya adalah :

1 2 3 4 7
+ 3= 6 + 6 = 6
2

5.3 Rad
Kebaikan dari masalah ‘aul di atas, maka masalah rad juga di mungkin kan untuk dapat
terjadi dalam hukum kewarisan islam , “apabila dalam pembagian harta warisan di antara
para ahli waris dzawil furud manunjuk kan bahwa angka pembilang lebih kecil dari pada
angka penyebut sedangkan tidak ada ahli waris asabah maka pembagian harta warisan tersebut
di lakukan secara rad yaitu sesuai dengan hak masing masing ahli waris ,sedangkan sisa nya
di bagi secara berimbang di antara mereka.
Setelah harta peninggalan itu di bagi bagikan kepada ahli waris dzawil furud,tetapi
kemudian masih ada sisanya maka sisa tersebut di bagi bagikan kepada mereka yang sudah
dapat bahagian tadi cara pembagian ini di sebut rad artinya “mengembalikan”

Contoh

Seorang meninggal dunia (A) dengan meninggalkan ahli waris : ibu (B) dan satu orang anak
perempuan (C) pewaris meninggalkan harta peninggalan: satu unit rumah ,tanah seluas 400
M2 dan satu unit kendaraan bermotor setelah di totalkan harta yang di tinggalkan maka
nilainya 100.000.000,-( serratus juta rupiah) akan tetapi sebelum meninggal pewaris (A)
punya hutang ke pada D Rp 8000.000,-(delapan juta rupiah) biaya berobat Rp 5000.000,-
(lima juta rupiah) dan biaya penguburan Rp 500.000 (lima ratus ribu rupiah ).berapa bagian
masing masing ahli waris

a.mengeluarkan zakat harta :

2,5% x Rp 100.000.000,- =Rp 2.500.000,-

b.membayar utang pewaris (A)

kepada B =Rp 8.000.000,-

c.membayar biaya pengobatan = Rp5.000.000,-

d.membayar biaya penguburan = Rp 500.000

-------------------------------- +

Jumlah = 16.000.000,-

Selain itu dikarenakan dalam ketentuan hukum kewarisan islam juga mengakui harta
bersama maka untuk menentukan jumlah harta warisan yang akan dibagi bagi kepda ahli waris
adalah jumlah harta peninggalan ( Rp.100.000.000 ) dikurangi ( zakat,utang,biaya berobat dan
biaya penguburan ( Rp.16.000.000 ) = Rp.84.000.000 dengan cara menjumlahkan bahagian
masing-masing ahli waris yaitu : Ibu (B) akan mendapatkan (1/6) Karena ada anak sedangkan
1 orang anak perempuan (C) akan mendapat setengah (1/2)

`1 1 1 3 4
+ 2=6 + 6= 6
6

Anda mungkin juga menyukai