Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MANDIRI

UJIAN TENGAH SEMESTER


PENDIDIKAN PANCASILA

IDEALISME PANCASILA DI DAERAH


PINGGIRAN/PERBATASAN (Contoh judul, judul mangacu
pada kasus real saat ini)

DISUSUN OLEH:
Nama, NIM
Prodi:
Semester :

Program Studi…
Fakultas …
Universitas Riau
2019
I. LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN
Ada dua sisi yang harus kita pahami ketika berbicara tentang Pancasila, yaitu
ranah akademis dan ranah praktis. Ranah akademis yaitu berkaitan dengan hafal tidaknya
bunyi Pancasila, tahu tidaknya sejarah Pancasila, paham tidaknya apa maunya dari
Pancasila. Sedangkan ranah praktis yaitu berkaitan dengan tingkah laku sehari-sehari di
masyarakat.

Judul gambar

Ada semacam pandangan di masyarakat bahwa orang kota lebih memahami


Pancasila dibanding orang di pelosok, benarkah demikian? Apakah dengan minimnya
pengetahuan masyarakat dipelosok berarti tidak Pancasilais?
Terjadi kegalauan teknologi, dimana masyarakat di perkotaan memiliki segala
akses untuk mengetahui dunia luar didalam genggamannya sehingga paham dan ideologi
apapun akan masuk kedalam otaknya tanpa mampu menyaring secara cermat mana yang
sesuai Pancasila mana yang tidak.
Disisi lain masyarakat di pinggiran negeri masih terisolasi dengan alam dan hanya
sedikit teknologi yang baru masuk ditengah-tengah mereka sehingga mereka tidak
mendapatkan akses yang cukup untuk sekedar mendapatkan informasi tentang Pancasila.
Dua hal yang ironi bukan, jangankan untuk mengakses internet, sinyal seluler dan
listrikpun masih minim sekali.
II. ANALISISI
Kembali kedua ranah (akademis dan praktis) untuk menjawab pertanyaan diatas.
Pertaanyaan pertama apakah orang kota lebih memahami Pancasila dibanding orang di
pelosok? Dengan segala akses internet dan sumber daya teknologi memang orang kota
"harus" lebih paham tentang Pancasila dibanding orang di pelosok. Menurut sumber,
seorang guru yang pernah bertanya bunyi Pancasila kepada murid SMP di Manggarai,
berkali-kali tanya dan diajari tetapi tidak juga hafal. Artinya diranah akademis orang kota
memang lebih unggul.
Pertanyaan kedua Apakah dengan minimnya pengetahuan masyarakat dipelosok
berarti tidak Pancasilais? Tidak juga demikian bahkan mereka sudah melaksanakan nilai-
nilai Pancasila tanpa menyadarinya. Kita ingat perkataan Soekarno ketika pidato
mengemukakan gagasan Pancasila bahwa sebenarnya nilai-nilai Pancasila telah hidup
dan bersemayam berabad-abad yang lalu pada masyarakat Indonesia, sehingga Pancasila
merupakan puncak-puncak kebudayaan yang terpendam itu

Permasalahan yang biasa timbul adalah tergerusnya rasa nasionalisme rakyat yang
ada diperbatasan. Kemiskinan kultural dan struktural, keterbatasan infrastruktur, dan
lemahnya koordinasi antar instansi di perbatasan turut menunjang tergerusnya
nasionalisme di kalangan rakyat perbatasan. Terjadinya kesenjangan pembangunan di
kawasan perbatasan adalah karena Pancasila hanya dijadikan simbol negara saja.
Pancasila tidak dijadikan working ideology sebagaimana seharusnya. Keadilan sosial
sebagaimana yang dimaksudkan oleh Pancasila adalah prinsip atau sikap yang menuntut
persamaan, termasuk persamaan dalam pembangunan di setiap wilayah Indonesia.
Kecenderungan melaksanakan pembangunan tanpa ideologi Pancasila menyebabkan
tidak jelasnya arah pembangunan ke depan. Keberadaan globalisasi, krisis ekonomi, atau
goncangan eksternal (dan internal) lainnya akan dengan mudah menghancurkan capaian
pembangunan yang telah dilakukan. Terkait dengan kawasan perbatasan, jika konsisten
dengan Pancasila terutama sila Kelima maka pembangunan yang dilakukan juga akan
dilakukan dengan maksimal. Sangat miris melihat kawasan perbatasan negara tetangga
pembangunannya dilakukan dengan sangat massif sedangkan di wilayah Indonesia jauh
tertinggal. Oleh karena itu jika masyarakat di kawasan perbatasan hanya merasakan
Pancasila sebagai simbol semata sangatlah tidak mengherankan. Hal tersebut karena
mereka tidak pernah merasakan implementasi dari konsep-konsep kesejahteraan seperti
yang terdapat dalam Pancasila. Konsepsi Keadilan Sosial dalam perspektif founding
fathers bermakna kesejahteraan sosial, yaitu kesejahteraan masyarakat yang diutamakan
bukan individu. Pemikiran tentang kolektivisme bangsa Indonesia sangat dijunjung tinggi
dalam setiap pembicaraan tentang ekonomi di sidang-sidang BPUPK maupun PPKI.

Membumikan keadilan sosial di kawasan perbatasan menjadi pekerjaan rumah


bagi segenap elemen bangsa Indonesia, Pemerintah tentu saja harus menjadi pihak yang
paling terdepan untuk menyelesaikan tersebut. Mewujudkan cita-cita luhur seperti yang
terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 harus dilakukan oleh bangsa Indonesia dengan
dukungan segenap elemen bangsa. Kebijakan yang meneyeluruh dan holistik yaitu
kebijakan yang lahir dari substansi hukum yang tidak tumpang tindih dan konsistennya
orang yang ada di struktur hukum untuk melaksanakan aturan hukum tersebut, selain itu
juga dibutuhkan dukungan penuh dari masyarakat. Membumikan Keadilan Sosial di
kawasan perbatasan sangat mendesak untuk dilaksanakan, Pancasila akan menjadi
working ideology jika dirasakan implementasinya oleh masyarakat di kawasan tersebut.

III. KESIMPULAN
Maka menurut saya, idealisme Pancasila secara akademis dan sarananya, masih dianggap
kurang tetapi secara kehidupan sehari hari, Pancasila di dalam kehidupanj sehari-hari
masih melekat dan kuat di dalam kepribadian masyarakat perbatasan yang tergolong
sederhana, tetapi pemerintah perlu untuk memajukan dan memperjuangkan kepancasilaan
daerah perbatasan melalui sarana dan prasarana dan ranah akademis.

IV. DAFTAR PUSTAKA

Doroeso, B. (1989). Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Cetakan 1. Semarang: CV.
Aneka Ilmu.
Spencer, Lyle M. (1997). Soft Skill Competencies: Their identification, Measurement and
Development.
Scottish Council for Research,.
Widiastuti, H. (2005). Pemikiran Visual: alat memetakan pikiran. Terjemahan Visual Thinking :
Tools For
Mapping Your Ideas (Nancy Margulies dan Christine Valenza).
Elfindri, H. (2010). Soft Skill: untuk Pendidik. Baduose Media.
Nurwardani, P. (2016). Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Panduan
Penyusunan Kurikulum
Pendidikan Vokasi, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset
Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Cetakan 1.

https://www.kompasiana.com/herhana/5b62cff75a676f3dab3dbb23/pancasila-di-pinggiran-
negeri?page=all

https://www.kompasiana.com/masteribrahim/5528d6d86ea834ae658b45ef/menerawang-
bayangbayang-pancasila-di-batas-negeri

https://www.kompasiana.com/masteribrahim/5528d6d86ea834ae658b45ef/menerawang-
bayangbayang-pancasila-di-batas-negeri

Anda mungkin juga menyukai