Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana telah memberikan
kami semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah hukum internasional yang berjudul “Makalah tentang Kedaulatan
negara ” dapat selesai seperti waktu yang telah kami rencanakan. Tersusunnya
makalah ini tentunya tidak lepas dari peran serta berbagai pihak yang telah
memberikan bantuan secara materil dan spiritual, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen
kami ibu Humiati ,SH.,MHum . Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang
membalas budi baik yang tulus dan ihklas kepada dosen hukum internasional
kami .
Tak ada gading yang tak retak, untuk itu kamipun menyadari bahwa makalah
yang telah kami susun dan kami kemas masih memiliki banyak kelemahan serta
kekurangan-kekurangan baik dari segi teknis maupun non-teknis. Untuk itu
penulis membuka pintu yang selebar-lebarnya kepada semua pihak agar dapat
memberikan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan penulisan-
penulisan mendatang. Dan apabila di dalam makalah ini terdapat hal-hal yang
dianggap tidak berkenan di hati pembaca mohon dimaafkan.

Pasuruan, 11 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang..................................................................................................

1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................

1.3. Tujuan Penulisan...................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kedaulatan


negara...........................................................................................

2.2. faktor – faktor hilangnya kedaulatan


Negara................................................................

2.3. bentuk negara...................................................................................

2.4. susunan negara...............................................................................

2.5. sistem pemerintahan.....................................................................

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ……………………………………………………………….

3.2. Saran……………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kedaulatan bagi sebuah negara adalah sangat penting sekali. Negara yang
sudah merdeka berarti itu sudah memiliki kedaulatan, oleh karena kemerdekaan
adalah hak setiap bangsa di dunia dan merupakan hak asazi setiap manusia di
dunia. Bangsa Indonesia mengutuk dan anti penjajahan seperti yang ditegaskan
dalam Pembukaan UUD 1945 pada alinea pertama.
Kedaulatan negara mengandung arti, bahwa yang terbaik dalam negara ialah yang
dianggap baik oleh semua orang yang merupakan rakyat. Pengertian kedaulatan
itu sendiri adalah kekuasaan yang tertinggi untuk membuat undang-undang dan
melaksanakannya de-ngan semua cara yang tersedia.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa yang dimaksud kedaulatan Negara itu ?
 Faktor faktor apa saja yang bisa membuat kedaulatan Negara bisa hilang.

1.3 Tujuan Penulisan


 Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan kedaulatan,
bentuk-bentuk negara, susunannya dan sistem pemerintahan suatu negara.
 Untuk dapat membedakan antara macam-macam bentuk negara, susunan-
susunannya dan macam-macam sistem pemerintahan yang ada
 Untuk memahami bagaimana kedaulatan suatu Negara bisa hilang
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kedaulatan Negara


Kata “daulat” dalam pemerintahan berasal dari kata “daulah” (bahasa
Arab) yang berarti “kekuasaan tertinggi”. Pemerintah yang berdaulat berarti
pemerintahan yang mempunyai kekuasaan tertinggi atas rakyatnya di dalam
suatu Negara. Menurut Jean Bodin (1500 – 1596), seorang ahli pikir dari
Prancis, kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi untuk menentukan hukum dalam
suatu Negara. Kedaulatan mempunyai sifat-sifat pokok, yaitu asli, permanen,
tunggal, dan tidak terbatas.
 Asli, artinya kekuasaan itu tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih
tinggi.
 Permanen, artinya kekuasaan itu tetap ada selama Negara itu berdiri
sekalipun pemegang kedaulatan sudah berganti-ganti.
 Tunggal (bulat), artinya kekuasaan itu merupakan satu-satunya
kekuasaan tertinggi dalam Negara yang tidak diserahkan atau dibagi-
bagikan kepada badan-badan lain.
 Tidak terbatas (absolut), artinya kekuasaan itu tidak dibatasi oleh
kekuasaan lain. Sebab, kalau ada kekuasaan lain yang membatasinya,
tentu kekuasaan tertinggi yang dimilikinya itu akan lenyap.
Kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh pemerintah mempunyai kekuataan
yang berlaku ke dalam dan ke luar.
 Kedaulatan ke dalam, artinya pemerintah memiliki wewenang tertinggi
dalam mengatur dan menjalankan organisasi Negara sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
 Kedaulatan ke luar, artinya pemerintah berkuasa bebas, tidak terikat dan
tidak tunduk kepada kekuatan lain, selain ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan. Demikian juga, Negara lain harus pula menghormati
kekuasaan Negara yang bersangkutan, dengan tidak mencampuri urusan
dalam negerinya.
KEDAULATAN NEGARA
Ajaran kedaulatan negara sebenarnya merupakan kelanjutan ajaran kedaulatan
raja dalam susunan kedaulatan rakyat. Ajaran ini muncul di Jerman untuk
mempertahankan kedudukan raja yang pada waktu itu mendapatkan dukungan
dari tiga lapisan masyarakat. Oleh karena ajaran kedaulatan rakyat sangat
terkenal di kalangan rakyat Jerman maka raja membuat ajaran baru untuk
menandingi ajaran kedaulatan rakyat. Dalam ajaran ini, rakyat membentuk
dirinya menjadi negara, sehingga rakyat itu identik dengan negara. Kalau rakyat
itu berdaulat, berarti negara juga berdaulat. Akan tetapi negara itu mempunyai
arti yang abstrak sehingga timbul sebuah pertanyaan, yaitu : Siapakah yang
memegang kekuasaan negara ? Jawabannya yaitu, yang memegang kekuasaan
negara tidak lain dan tidak bukan adalah Raja sendiri.Pengertian negara yang
abstrak itu dikonkritkan dalam tubuh raja. Ajaran ini disebut Verkulpringstheorie
yang artinya negara menjelma dalam tubuh raja.

2.2 Faktor-faktor penyebab hilangnya kedaulatan suatu Negara


Nasionalisme merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk
mempertahankan kedaulatan suatu negara, apabila rasa nasionalisme warga
negara telah luntur maka negara akan sangat mudah untuk dijajah dan
diruntuhkan oleh pesaing-pesaingnya.
Lunturnya nasionalisme tidak lepas dari pengaruh era modernisasi dan
era globalisasi yang menuntut setiap individu untuk mengikuti arus perubahan
yang sangat cepat dan menghadapi budaya-budaya baru yang mengancam
budaya nasionalisme.
Menurut pembagianya faktor-faktor tersebut dapat dibedakan menjadi
dua jenis yaitu faktor luar (extern) dan faktor dalam (intern):
a) Faktor luar (External)
Faktor yang berasal dari luar adalah sesuatu yang dapat berupa apa saja yang
disengaja atau tidak disengaja masuk di tengah masyarakat Indonesia yang
dapat menyebabkan lunturnya nasionalisme.

Berikut contoh yang dapat dikatakan faktor luar adalah :


 Budaya asing yang masuk ke Indonesia secara bebas dan kurangnya
filterisasi dari masyarakat Indonesia sendiri.
 Perdagangan bebas yang tidak terkebdali, produk dari luar negeri lebih
digemari daripada produk dalam negeri yang secara kualitas sama bahkan
lebih baik.

b) Faktor dalam (Internal)


Faktor dari dalam adalah sesuatu yang muncul dari diri masyarakat Indonesia
sendiri dan berpengaruh terhadap lunturnya rasa nasionalisme.

Beberapa contoh yang bisa dikatakan faktor dari dalam adalah :


 Kurangnya kemauan masyarakat Indonesia untuk memahami arti
Nasionalisme yang sesungguhnya, sehingga berakibat pada kurangnya
tindakan yang mencerminkan rasa Nasionalisme.
 Korupsi yang semakin merajalela akhir-akhir ini menjadi sebuah
indikator bahwa rasa nasionalisme telah luntur

2.3 Bentuk Negara


Bentuk Negara adalaha merupkan batas antara peninjauan secara
sosiologis dan peninjauan secara yuridis mengenai Negara, pembahasan bentuk
Negara menurut perkembangan sejarahnya yakni sejak zaman yunani kuno
hingga sekarang.

BENTUK NEGARA PADA ZAMAN YUNANI KUNO


PLATO mengemukakan lima macam bentuk Negara yang sesuai dengan
sifat tertentu dari jiwa manusia , yaitu :
1. Aristokrasi adalah pemerintahan oleh aristocrat ( cendekiawan ) sesuai dengan
pikiran keadilan.
2. Timokrasi adalah pemerintahan oleh orang – orang yg ingin mencapai
kemasyuran dan kehormatan
3. Oligarchi adalah pemerintahan oleh para hartawan. Keadaan ini melahirkan
milik partikulir, maka orang – orang miskin pun bersatu melawan kaum
hartawan.
4. Demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat miskin , karena salah
mempergunakannya maka keadaan ini berakhir dengan kekacauan atau
anarki.
5. Tirani adalah pemerintahan oleh seorang penguasa yang bertindak secara
sewenang – wenang . bentuk ini adalah yang paling jauh dari cita – cita
keadilan.

BENTUK NEGARA PADA ZAMAN PERTENGAHAN


 JELLINEK memberikan ukuran untuk membedakan kerajan atau republik
berdasarkan cara pembentukan kemauan Negara.
 DUGUIT dalam bukunya “ traite de droit constutionel” jilid II menyatakan
bahwa untuk membedakan apakah Negara berbentuk republik atau
kerajaan di dasarkan pada cara penunjukan kepala negaranya.
 OTTO KOELLREUTTER setuju dengan duguit tetapi selain monarchi dan
republic ada satu lagi bentuk Negara yaitu Negara autoriter ( autoritaren
fuhrerstaat ) yang artinya kepala Negara tidak lagi di angkat atas dasar
dinasti melainkan atas dasar pikiran yang dapat berkuasa.

BENTUK NEGARA PADA MASA SEKARANG


Dalam perjalanannya ada beberapa macam bentuk Negara yang
digunakan oleh setiap Negara untuk dapat menjalankan Negaranya dengan baik
sesuai dengan bentuk negaranya. Berikut beberapa macam bentuk Negara yang
ada saat ini :

1. Negara Kesatuan
Negara yang menganut bentuk Negara kesatuan salah satunya adalah Negara
kita tercinta Indonesia, maka dari itu Indonesia juga sering disebut dengan
Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI.
Negara kesatuan adalah Negara yang pemerintahan tertingginya dilakukan oleh
pemerintah pusat yang memberlakukan aturan berdasarkan undang-undang
yang berlaku. Pemerintah pusat juga diberi hak untuk dapat melimpahkan
kekuasaannya kepada daerah-daerah yang tingkatannya lebih kecil di dalamnya
seperti provinsi dan kabupaten.
Pemerintah bisa memberikan hak otonomi daerah kepada daerah di bawahnya
untuk dapat menjalankan aturannya sendiri namun tentunya tetap berdasarkan
aturan dan keputusan dari pusat.

Ciri-Ciri Negara Kesatuan


 Pada Negara kesatuan peraturan dasarnya didasarkan pada satu Undang-
Undang Negara. Selain itu Negara kesatuan juga memiliki hanya satu
kepala Negara, dewan perwakilan rakyat dan juga dewan Negara.Pada
Negara kesatuan maka semuanya terpusat dan berdasarkan dari satu
undang-undang tersebut, pemerintahannya pun terorganisir pada pusat.
Hal ini memiliki manfaat yang baik dimana peraturan dan roda
pemerintahan pun selalu seragam namun ada kalanya mengundang
kesulitan ketika ada hal-hal yang harus diselesaikan di daerah namun
harus menunggu keputusan dari pusat terlebih dulu.
 Semua hal yang berkaitan dengan kedaulatan Negara baik itu kedaulatan
untuk urusan dalam negeri maupun urusan luar negeri semuanya
diserahkan kepada pusat untuk disetujui dan ditandatangani.
 Berbagai macam masalah seperti budaya, ekonomi, politik, keamanan,
sosial dan pertahanan hanya memiliki satu buah kebijakan saja.

2. Negara Federasi
Bentuk Negara federasi ini sangat cocok digunakan oleh Negara yang memiliki
kawasan yang sangat luas sehingga untuk dapat melaksanakan semua
pemerintahannya secara menyeluruh dengan baik maka dibutuhkan adanya
pembagian pusat dari pemerintah pusat kepada unsur-unsur daerah dibawahnya
seperti Negara bagian, wilayah, republic, provinsi dan lainnya.

Kedaulatan Negara tersebut tetap dimiliki oleh pemerintah federal yang berada
di pusat namun Negara-negara bagian lain di dalamnya juga memiliki
kekuasaan yang besar untuk mengatur rakyatnya sendiri.
Hal ini tentunya merupakan kekuasaan yang lebih besar daripada daerah-daerah
yang ada di Negara kesatuan. Akibatnay Negara federasi lebih mudah dalam
mengatur pemerintahannya karena kekuasaan dan kewajiban langsung
dibagikan kepada Negara bagian di dalamnya.
Negara federasi ini dikenal dengan nama bentuk Negara Serikat. Salah satu
contoh bentuk Negara federasi adalah Amerika Serikat.

Ciri-Ciri Negara Federasi


 Kepala Negara yang berada di pusat dipilih langsung oleh rakyat melalui
pemilihan umum dan memiliki tanggungjawab yang besar kepada rakyat.
 Setiap Negara bagian di dalamnya memiliki kekuasaan asli terhadap
daerahnya sendiri namun tidak memiliki kedaulatan sebab kedaulatan
Negara tetap dipegang oleh kepala Negara.
 Setiap Negara bagian itu berhak mengatur undang-undangnya namun
tetap harus selaras dengan undang-undang yang ada pada pemerintah
pusat.
 Pemerintah pusat juga memiliki kedautan bagi Negara bagian terutama
untuk urusan yang berkaitan dengan bagian luar, sedangkan pada urusan
dalam Negara bagian pemerintah pusat memiliki sebagian kedaulatan.

3. Negara Konfederasi
Bentuk Negara ini adalah bentuk Negara yang dibuat tidak permanen karena
adanya perjanjian antara Negara yang berkonfederasi untuk tujuan bersama
yaitu mempertahankan kedaulatan. Urusan di dalam Negara masing-masing
tetap menjadi urusan masing-masing pihak, namun untuk urusan bersama
dilakukan karena adanya perjanjian.
Masalah yang ada dalam negeri yang bergabung dalam sebuah konfederasi tidak
boleh dicampur dengan kepentingan bersama dalam Negara-negara yang
melakukan konfederasi. Dulu Malaysia dan Singapura pernah menjalin
kerjasama dan bergabung menjadi Negara konfederasi karena adanya politik
luar negeri yang terjadi di Indonesia masa pemerintahan Presiden Soekarno.
Meski sifatnya sementara namun dengan adanya kerjasama maka masalah yang
dialami oleh Negara-negara yang berkonfederasi itu bisa dicari solusinya dan
cepat terselesaikan.

2.4 Susunan Negara


Ada 3 macam bentuk susunan negara, yaitu, negara Federal, Konfederal dan
Kesatuan.
1. Jellinek membedakan negara Federal dan Konfederal pada letak
kedaulatannya. Pada negara Konfederal, kedaulatan terletak pada negara-
negara bagiannya.
2. Sedangkan pada negara Federal, kedaulatan ada pada keseluruhannya, yaitu
pada negara Federal sendiri.
3. Bagi Negara Federal, Jellinek menyatakan kelemahan dari negara Federal,
terdapat pada pengertian kedaulatan yang tidak mutlak disebabkan keluar
kedaulatan itu dibatasi oleh Hukum Internasional dan kedalam oleh Hukum
positif, sehingga membedakan negara Federal dari negara Konfederal dengan
alat pengukur yang tidak tetap itu.
4. Alat pengukur lain untuk membedakan negara Federal dari negara Konfederal
dapat secara langsung mempengaruhi rakyat dari negara-negara bagian
melalui peraturan-peraturan yang dikeluarkannya.
5. Dalam negara Federal, pemerintah pusat Federal dapat mempergunakan
wewenangnya secara langsung terhadap setiap warga negara dalam negara-
negara bagiannya, sedangkan wewenang ini tidak terdapat pada negara
Konfederal.

Perbedaan antara negara Federal dan negara Kesatuan, yaitu :


 Pada negara Federal, negara-negara bagian mempunyai wewenang untuk
membuat UUD sendiri ( pouvoir constituant ) dan dapat menentukan bentuk
organisasinya masing-masing dalam batas-batas yang tidak bertentangan
dengan konsititusi dari negara Federal seluruhnya. Dalam hal ini organisasi
dari bagian-bagian negara Kesatuan pada garis besarnya telah ditentukan oleh
pmbuat UU di pusat. Organisasi itu merupakan pelaksanaan dari sistem
desentralisasi dalam negara Kesatuan. Bagian-bagian dalam negara Kesatuan
yang lazimnya disebut sebagai Propinsi tidak mempunyai wewenang untuk
membuat UUD sendiri.
 Dalam negara Federal, wewenang pembuat UU pemerintah pusat Federal
ditentukan secara terperinci, sedangkan wewenang lainnya ada pada negara-
negara bagiannya (residu power / reserved power).
 Sebaliknya dalam negara Kesatuan, wewenang secara terperinci terdapat pada
propinsi-propinsi, dan residu power-nya ada pada pemerintah pusat negara
Kesatuan.

2.5 Sistem Pemerintahan


2.5.1 Sistem Pemerintahan Menurut Sifatnya
Sistem adalah suatu keseluruhan, terdiri dari beberapa bagian yang
mempunyai fungsionil, baik antara bagian-bagian maupun hubungan fungsionil
terhadap keseluruhannya, sehingga hubungan itu menimbulkan suatu
ketergantungan antara bagian-bagian yang akibatnya jika salah satu bagian tidak
bekerja dengan baik akan mempengaruhi keseluruhannya itu.
Pemerintahan dalam arti luas adalah segala urusan yang dilakukan oleh
negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya dan kepentingan
negara itu sendiri. Jadi, tidak diartikan sebagai pemerintah yang hanya
menjalankan tugas eksekutif saja, melainkan juga meliputi tugas-tugas lainnya
termasuk Legislatif dan Yudikatif.
Jadi, sistem pemerintahan menurut sifatnya yaitu menjalankan tugas-tugas
eksekutif, legislatif maupun yudikatif.

2.5.2 Sistem Pemerintahan Ditinjau Dari Segi Pembagian Kekuasaannya


Organisasi Pemerintah itu dibagi menurut garis Horizontal dan Vertikal.
Pembagian kekuasaan secara Horizontal didasarkan atas sifat tugas yang
berbeda-beda jenisnya yang menimbulkan berbagai macam lembaga dalam
suatu negara, sedangkan pembagian kekuasaan secara Vertikal melahirkan 2 garis
hubungan antara Pusat dan Daerah dalam sistem desentralisasi dan dekonsentrasi.
 Desentralisasi, yaitu kekuasaan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah sebagai hak otonomi daerah untuk mengatur daerahnya
masing-masing.
 Dekonsentrasi, yaitu pembagian kekuasaan yang terpusat dari pemerintah
pusat. Pemerintah daerah mengikuti segala peraturan yang ditetapkan oleh
pemerintah pusat. Dalam hal ini, tidak diberikan hak otonomi daerah oleh
pemerintah pusat.

SISTEM PARLEMENTER

Sistem Parlementer di negeri Belanda antara tahun 1866-1868 ketika


terjadi perselisihan yang terus menerus antara raja dan parlemen. Kabinet pada
waktu itu dipimpin oleh van Zuylen dan Heemskerk dimana pemerintah pada
akhirnya mengundurkan diri, dan sejak itu jika terjadi perselisihan antara
pemerintah dan parlemen, raja tidak akan mempertahankan menterinya, sehingga
kabinet harus bubar. Setelah peristiwa ini, maka lahirlah sistem parlementer di
negeri Beland
Ciri-ciri dari Sistem Parlementer, yaitu :
 Raja / Ratu atau Presiden sebagai kepala negara. Kepala negara tidak
bertanggung jawab atas segala kebijaksanaan yang diambil oleh kabinet.
 Eksekutif bertanggung jawab kepada Legislatif. Yang disebut Eksekutif
disini adalah kabinet. Kabinet harus mengembalikan mandatnya kepada
kepala negara, manakala parlemen mengeluarkan pernyataan mosi tidak
percaya kepada menteri tertentu atau seluruh menteri.
 Dalam sistem dua partai, yang ditunjuk sebagai pembentuk kabinet dan
sekaligus sebagai Perdana Menteri adalah Ketua Partai Politik yang
memenangkan pemilihan umum, sedangkan Partai Politik yang kalah akan
berlaku sebagai pihak oposisi.
 Dalam sistem banyak partai, formatur kebinet harus membentuk kabinet
secara koalisi, karena kabinet harus mendapat dukungan kepercayaan dari
parlemen.
 Apabila terjadi perselisihan antara kabinet dengan parlementer, dan kepala
negara beranggapan kabinet berada dalam pihak yang benar, maka kepala
negara akan membubarkan parlemen. Dan adalah menjadi tanggung jawab
kabinet untuk melaksanakan pemilihan umum dalam tempo 30 hari setelah
pembubaran itu. Sebagai akibatnya, apabila partai politik yang menguasai
parlemen, menang dalam pemilihan umum tersebut, maka kabinet akan
terus memerintah. Sebaliknya apabila partai oposisi yang memenangkan
pemilihan umum, maka dengan sendirinya kabinet mengembalikan
mandatnya dan partai politik yang menang akan membentuk kabinet baru.
Keuntungan dan Kelemahan dari Sistem Parlementer itu adalah :
1. Keuntungannya adalah penyesuaian antara pihak eksekutif dan
legislatif mudah dapat dicapai.
2. Kelemahannya adalah jika pertentangan keduanya itu ( esksekutif dan
legislatif ) bisa sewaktu-waktu terjadi yang pada akhirnya dapat
menyebabkan kabinet harus mengundurkan diri dan akibatnya
pemerintahan tidak stabil.

SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL


Sistem Presidensil ini terdapat di Amerika Serikat yang mempertahankan ajaran
Montesquieu, dimana kedudukan 3 kekuasaan negara, yaitu :
 Legislatif  di tangan DPR / MPR
 Eksekutif  di tangan Presiden
 Yudikatif  di tangan Kehakiman

Ciri-ciri dari Sistem Pemerintahan Presidensil, yaitu :


 Kedudukan eksekutif tidak tergantung kepada badan perwakilan rakyat.
 Dasar hukum kekuasaan eksekutifnya dikembalikan kepada pemilihan rakyat.
 Kepala eksekutif adalah Presiden dan Presiden-lah yang menunjuk pembantu-
pembantunya yang akan memimpin departemen-nya masing-masing dan
mereka itu hanya bertanggung jawab kepada Presiden.

Keuntungan dan Kelemahan dari Sistem Pemerintahan Presidensil ini adalah :


 Keuntungannya adalah pemerintahan untuk jangka waktu yang ditentukan itu
stabil.
 Kelemahannya adalah kemungkinan terjadi apa yang ditetapkan sebagai
tujuan negara menurut eksekutif bisa berbeda dari pendapat legislatif.

Jadi, sistem pemerintahan menurut pembagian kekuasaannya yaitu ;


 UUD 1945 tidak membatasi secara tajam, bahwa setiap kekuasaan itu harus
dilakukan oleh satu organ atau badan tertentu yang tidak boleh saling campur
tangan.
 UUD 1945 tidak membatasi kekuasaan itu dibagi atas 3 bagian saja dan juga
tidak membatasi pembagian kekuasaan dilakukan oleh 3 organ atau badan
saja.
 UUD 1945 tidak membagi habis kekuasaan rakyat yang dilakukan oleh MPR
(pasal 1 ayat 2), kepada lembaga negara lainnya.

Ada 6 Lembaga Negara yang ditetapkan oleh Undang-Undang Dasar 1945, yaitu
 Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
 Presiden
 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
 Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
 Mahkamah Agung (MA)
 Badan Pemeriksa Keungan (BPK)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Negara Indonesia adalah salah satu Negara terbesar yang ada didunia, Yang
mempunyai sifat kedaulatan yang tetap. Kita sebagai pemuda pemudi Indonesia
diwajibkan untuk menjaga keutuhhan Negara kita agar Negara kita tidak terjajah
lagi seperti jaman dahulu kala.Dan untuk kepada pembaca dan pemuda pemudi
Indonesia kita lebih harus memahami arti kedaulatan Negara itu sendiri serta
menimbulkan lagi rasa patriotisme dan nasionalisme di antara masyarakat
Indonesia agar kedaulatan Negara Indonesia tidak diambil oleh bangsa asing.

DAFTAR PUSTAKA

 http://alfiqrimawaddahadinugraha.blogspot.com/2014/10/makalah-
kedaulatan-negara.html?m=1

 Ilmu Negara/Ni’matul Huda-Ed.1,-Cet. 9,-Depok: Rajawali Pers, 2017

 Hukum internasional / Dr. Mangisi Simanjuntak .,SH.,M.H

Anda mungkin juga menyukai