Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Defenisi
2.1.4. Patofisiologi
Gejala dan tanda-tanda DM dapat digolongkan menjadi gejala akut dan gejala
kronik.
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita Diabetes melitus adalah sebagai
berikut:
1) Kesemutan.
2) Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum.
3) Rasa tebal di kulit.
4) Kram.
5) Capai.
6) Mudah mengantuk.
7) Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata
8) Gatal di sekitar kemaluan terutama wanita.
9) Gigi mudah goyah dan mudah lepas kemampuan seksual menurun,bahkan
impotensi.
10) Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam
kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg.
2.1.6. Diagnosis
TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah beban antara 140-199 mg/dl
(7,8-11,0 mmol/L)
GDPT : glukosa darah puasa antara 100 – 125 mg/dl (5,6-6,9 mmol/L)
2.2.1. Patofisiologi
a. Dermatopati Diabetika
Nama dermatopatia sejajar dengan nama-nama retinopati, neuropati, dan
nefropati pada sindrom diabetes melitus. Pada dermatopatia tampak papul-papul
miliar bulat, tersusun secara linier dan terdapat di bagian ekstensor ekstremitas.
Lesi menyembuh sebagai sikatriks dengan lekukan sentral. Lesi primer terlihat
pada penderita yang berusia 30 tahun ke atas (Djuanda, 2007). Patogenesis
dermatopati diabetika diduga terjadinya kelainan mikrovaskular akibat gangguan
sistem kolagen berupa mikroangiopati.
e. Ulkus Diabetika
Patogenesis ulkus diabetika meliputi berbagai mekanisme yaitu akumulasi
protein Advanced Glycosylation End Products (AGEs) yanh menyebabkan
gangguan pada kaskade wound healing yang menyebabkan lambatnya
penyembuhan luka. Selain itu menurunnya inervasi sensori kutaneous
menyebabkan gangguan pada signaling neuroinflamatory melalui sel keratinosit,
fibroblast, sel endothelial maupun sel inflamatori yang menyebabkan vaskulopati
dan neuropati.
k. Bula Diabetika
Bula diabetika adalah kelainan berupa bula berisi cairan bening, tanpa
tanda inflamasi di sekitar bula, dan tidak disertai gejala nyeri atau gatal. Bula
dapat membesar dan bila terkena trauma mudah pecah, meninggalkan area erosi
tertutup krusta. Bula diabetika ini muncul spontan, mendadak dan tidak disertai
tanda inflamasi, lebih sering terjadi di akral dan sering terjadi pada penderita DM
yang kronik dengan neuropati perifer (Flórez, Cruces & Jimėnez, 2003).