Anda di halaman 1dari 4

Perlawanan, tubuh akan membentuk antibody, selanjutnya akan terbentuk kompleks virus-antibodi

dengan virus yang berfungsi sebagai antigennya.

Kompleks antigen-antibodi tersebut akan melepaskan zat-zat yang merusak sel-sel pembuluh
darah, yang disebut dengan proses autoimun. Proses tersebut menyebabkan permeabilitas kapiler
meningkat yang salah satunya ditunjukkan dengan melebarnya pori-pori pembuluh darah kapiler. Hal
tersebut akan mengakibatkan bocornya sel-sel darah, antara lain trombosit, dan eritrosit. Akibatnya,
tubuh akan mengalami perdarahan mulai dari bercak sampai perdarahan hebat pada kulit, saluran
pencernaan (muntah darah, berak darah), saluran pernapasan (mimisan, batuk darah), dan organ vital
(jantung, hati, ginjal) yang sering mengakibatkan kematian.

Gejala dan Tanda

Pasien penyakit DBD pada umumnya disertai dengan tanda-tanda berikut:

1. Demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas


2. Manifestasi perdarahan dengan tes Rumpel Leede (+), mulai dari petekie (+) sampai perdarahan
spontan seperti mimisan, muntah darah, atau berak darah-hitam
3. Hasil pemeriksaan trombosit menurun (normal: 150.0000-300.000 μL), hematokrit meningkat
(normal: pria <45, wanita <40)
4. Akral dingin, gelisah, tidak sadar (DSS, dengue shock syndrome).

Kriteria Diagnosis (WHO, 1997)

a. Kriteria klinis
1. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas dan berlangsung terus-menerus selama
2-7 hari.
2. Terdapat manifestasi perdarahan
3. Pembesaran hati
4. Syok.
b. Kriteria laboratories
1. Trombositopenia (<100.000/mm3)
2. Hemokonsentrasi (Ht meningkat >20%).

Seorang pasien dinyatakan menderita penyakit DBD bila terdapat minimal 2 gejala klinis yang
positif dan 1 hasil laboratorium yang positif. Bila gejala dan tanda tersebut kurang dari ketentuan di atas
maka pasien dinyatakan menderita demam dengue.
Pengelolaan

Skema pengelolaan DBD

Penderita atau Tersangka DBD

Penyelidikan Epidemiolofi

Ada penderita DBD lain atau ada jentik


dan ada penderita demam tanpa sebab yang jelas pada
hari itu atau seminggu sebelumnya ≥ 3 orang

Ya Tidak

 Penyuluhan  Penyuluhan
 PSN  PSN
 Pengasapan radius ± 200 m

Sumber: Dinkes Prov. Jateng; Protap Penanggulangan KLB, Semarang, 2004

Program Pemberantasan

1. Tujuan
a. Menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit DBD.
b. Mencegah dan menanggulangi KLB.
c. Meningkatkan peran serta masyarakat (PSM) dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

2. Sasaran
Sasaran nasional (2000):
a. Morbiditas di kecamatan endemic DBD <2 per 10.000 penduduk.
b. CFR <2,5%

3. Strategi
a. Kewaspadaan dini.
b. Penanggulangan KLB.
c. Peningkatan keterampilan petugas.
d. Penyuluhan.

4. Kegiatan
a. Pelacakan penderita (penyelidikan epidemiologis, PE), yaitu kegiatan mendatangi rumah-
rumah dari kasus yang dilaporkan (indeks kasus) untuk mencari penderita lain dan
memeriksa angka jentik dalam radius ±100 m dari rumah indeks.
b. Penemuan dan pertolongan penderita, yaitu kegiatan mencari penderita lain. Jika terdapat
tersangka kasus DBD maka harus segera dilakukan penanganan kasus termasuk merujuk ke
unit pelayanan kesehatan (UPK) terdekat.
c. Larvasidasi selektif, yaitu kegiatan memberikan atau menaburkan larvasida ke dalam
penampungan air yang positif terdapat jentik Aedes.
d. Fogging focus (FF), yaitu kegiatan menyemprot dengan insektisida (malation, losban) untuk
membunuh nyamuk dewasa dalam radius 1 RW per 400 rumah per dukuh.
e. Pemeriksaan jentik rutin (PJR), adalah kegiatan yang dilakukan oleh kader desa wisma PKK,
pengurus RT, atau petugas pemantau jentik (PPJ) paling sedikit satu minggu sekali. Petugas
tersebut akan memantau jentik dalam semua rumah warga yang diatur dengan jadwal
tertentu, hasilnya akan dicatat pada kartu jentik di setiap rumah.
f. Pemeriksaan jentik berkala (PJB), yaitu kegiatan regular tiga bulan sekali, dengan cara
mengambil sampel 100 rumah/desa/kelurahan. Pengambilan sampe dapat dilakukan
dengan cara random atau metode spiral (dengan rumah di tengah sebagai pusatnya) atau
metode zig-zag. Dengan kegiatan ini akan didapatkan angka kepadatan jentik atau HI (house
index).
g. Pembentukan kelompok kerja (pokja) DBD di semua level administrasi, mulai dari desa,
kecamatan, sampai tingkat pusat.
h. Penggerakan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) dengan 3M (menutup dan menguras
tempat penampungan air bersih, mengubur barang bekas, dan membersihkan tempat yang
berpotensi bagi perkembangbiakan nyamuk) di daerah endemic dan sporadic.
i. Penyuluhan tentang gejala awal penyakit DBD, tindakan pencegahan, dan rujukan
penderita.

5. Pencegahan
Kegiatan ini meliputi:
a. Pembersihan jentik
 Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
 Larvasidasi
 Menggunakan ikan (ikan kepala timah, cupang, sepat)

b. Pencegahan gigitan nyamuk


 Menggunakan kelambu
 Menggunakan obat nyamuk (bakar, oles)
 Tidak melakukan kebiasaan berisiko (tidur siang, menggantung baju)
 Penyemprotan.

6. Monitoring dan evaluasi


a. Indikator pemerataan
Jumlah penderita dengan PE
1. Penyelidikan Epidemiologis (PE) =
Jumlah penderita yang dilaporkan

Jumlah fogging
2. Fogging focus = x 100%
Jumlah penderita

b. Indikator efektivitas perlindungan =

Cakupan rumah dengan FF/AS/PSN


x 100%
Jumlah rumah yang seharusnya tercakup dalam FF/AS/PSN

c. Indikator efisiensi program


jumlah rumah yang positif terdapat jentik
1. Angka kepadatan jentik (HI) = x 100%
Jumlah rumah yang diperiksa

Jumlah kesakitan DBD


2. Angka kesakitan DBD = x 100%
Jumlah penduduk

Jumlah kematian DBD


3. Angka kematian DBD = x 100
Jumlah penduduk

Penanggulangan KLB:

a. Penemuan dan pertolongan penderita


b. Penyuluhan
c. PSN dengan gerakan 3M
d. Fogging (pengasapan)
e. Larvasidasi

Anda mungkin juga menyukai