LEPTOSPIROSIS
Disusun oleh:
KELOMPOK 9
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2015/2016
1
OVERVIEW CASE............................................................................................................ 3
BASIC SCIENCE............................................................................................................... 4
MIKROBIOLOGI.................................................................................................................. 4
CLINICAL SCIENCE....................................................................................................... 8
LEPTOSPIROSIS................................................................................................................. 8
PEMERIKSAAN LEPTOSPIROSIS DAN INTERPRETASI............................................ 19
PATOMEKANISME BHP IIMC.................................................................................... 24
2
OVERVIEW CASE
Ali, 36 tahun
Cc:
1. Jaundice 3 hari
2. Demam 7 hari, onset gradual, rentang suhu: 36.7-39.5 oC, setiap pagi dan malam
Penyerta:
3. Headache
4. Nyeri otot terutama di betis
5. Conjunctival suffusion
Keterangan:
PE:
- Severe ill
- VS: PR dan suhu meningkat
- Head: conjunctiva anemis, sclera icteric with suffusion
- Skin: yellowish
- Ekstrimitas: nyeri tekan otot gastrocnemius
Lab:
Tes serologi: positif leptospira IgM titer 45.2 dengan Microscopic agglutinin test: positif
pada 1/100 dilusi untuk Leptospirosis interrogans serovar Bataviae, Celledoni, Sejroe, dan
Leptospirosi biflexa serovar Semaranga.
3
LEPTOSPIRA
TAKSONOMI
Ordo : Spirochaetales
Family : Leptospiraceae
Genera : Leptospira
MORFOLOGI
- merupakan bakteri yang menjadi etiologi dari Leptospirosis
- merupakan spirohette (bakteri benrbentuk spiral (halus) ), tight coiled, Thin
- diameter : 0,1-0,2 m
- panjang : 5-15 m
- pada bagian salah satu ujungnya membentuk hook (kait)
- motil
- dapat bergerak spinning atau rotasi aktif terhadap long axis
- bersifat gram negatif, aerob obligat
4
Virulensi
Growth requirrement
- Energy dari oxidation long Chain fatty Acid dan ammoinum salt
- Dapat bertahan selama 1 minggu dalam air terutama dalam keadaan alkali PH
Culture
5
KLASIFIKASI
6
7
LEPTOSPIROSIS
DEFINISI
Penyakit bersumber binatang (zoonosis) yang dapat ditemukan diseluruh dunia, disebabkan
oleh genus leptospira yang pathogen.
EPIDEMIOLOGI
8
PATOGENESIS LEPTOSPIROSIS
Faktor Resiko
Wilayah Banjir Pekerjaan ( pegawai gudang, petani, tukang kebun, berhubungan dengan
hewan: hewan ternak, tikus, tupai, musang, anjing)
Kontak langsung dengan urin dari hewan yang terinfeksi leptospira atau kontak dengan
air/tanah/lumpur yang terkontaminasi/ ingesti makanan atau minuman yang terkontaminasi
9
Menstimulus Inflamasi dan
respon inflamasi nekrosis
yang lebih parah
10
PATOFISIOLOGI LEPTOSPIROSIS
11
MANIFESTASI KLINIS LEPTOSPIROSIS
Mild Leptospirosis
Fever,
12
Chills,
Headache,
Nausea,
Vomiting,
Abdominal pain,
Conjunctival suffusion,
Myalgia.
Severe Leptospirosis
Acute Kidney Injury
Meningitis
Myocarditis
Hemorrhage
Pulmonary hemorrhage,
GI tract (melena, hemoptysis),
Urogenital tract (hematuria),
Skin (petechiae, ecchymosis).
Jaundice
Weil’s syndrome → extremely severe form of leptospirosis → jaundice +
renal dysfunction + haemorrhagic diastesis (esp. Pulmonary hemorrhage)
13
peliharaan, perkebunan, pertanian, tambang, serta pendaki gunung, dan lain-
lain.
2. Kasus Probable
Kasus suspect dengan dua gejala klinis di antara tanda-tanda berikut:
Nyeri betis,
Ikterus atau jaundice,
Manifestasi pendarahan,
Sesak nafas,
Oliguria atau anuria,
Aritmia jantung,
Batuk dengan atau tanpa hemoptisis,
Ruam kulit,
Gambaran lab: trombositopenia, leukositosis dengan neutrofilia, ↑ bilirubin total, ↑
SGPT, ↑ amilase, ↑ lipase, ↑ CPK, RDT IgM (+).
3. Kasus Konfirmasi
Kasus probable disertai salah satu dari gejala berikut:
Isolasi bakteri Leptospira dari spesimen klinik,
PCR (+),
Sero-konversi MAT dari (-) menjadi (+).
DIAGNOSIS
ANAMNESA
• onset mendadak demam, menggigil, suffusion konjungtiva, sakit kepala, mialgia dan
jaundice.
• Riwayat paparan occupational atau recreational terhadap binatang yang terinfeksi atau
terhadap lingkungan yang mungkin dikontaminasi dengan urin hewan.
PEMERIKSAAN FISIK
14
• Anemia karena blood loss atau hemolysis
• Leukosit bisa normal (50%) atau meningkat 10-11 x 109 L, neutrofilia, jika WBC
>13.000/mm3 poorer outcome
• Thrombocytopenia <100 x 109 L terjadi pada 40-60% kasus indikasi severe disease
• Creatinine phosphokinase meningkat
• Leptospira biasanya beredar dalam darah pasien selama sekitar 10 hari setelah onset
penyakit.
• Muncul dalam cairan tubuh lain, seperti urin dan cairan serebrospinal, beberapa hari
setelah onset penyakit dan menembus organ internal.
• titer terdeteksi antibodi muncul dalam darah sekitar 5-10 hari setelah onset penyakit,
tapi kadang-kadang setelahnya, terutama jika ada pengobatan antibiotik.
• The microscopic agglutination test (MAT) adalah "gold standard“: melihat aglutinasi
antigen-antibody dan diobservasi di dark-field microscopy. Cut-off point for the
MAT: tergantung daerah.
15
POSTMORTEM DIAGNOSIS
MANAGEMENT LEPTOSPIROSIS
*MILD
16
• Hemodialysis/peritoneal disease renal failure
• Parenteral feeding
• Hipotensi
• Penurunan urine output ( kurang dari 400ml per hari)
• Jaundice (bilirubin lebih dari 3,0 mg)
• Dyspnea
• Bleeding tendency
• Irreguler pulse
• Penurunan kesadaran
• Peningkatan blood urea ( >60 mg)
KRITERIA PULANG
• Anicteric sclera
• Good urine output
• Tidak ada meningeal irritation
DDX:
17
• Plague: demam, jaundice
• Shigella spp infection: hemolitik uremic syndrome
• E.Coli (serotipe 0157): hemolitik uremic syndrome
• Meningitis bakterial: demam
• Pancreatitis: demam, jaundice
• Cholangitis: demam, jaundice
• Chikungunya: demam, jaundice
KOMPLIKASI:
PENCEGAHAN :
PROGNOSIS
18
PEMERIKSAAN SEROLOGIS LEPTOSPIROSIS
The enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) and the microscopic agglutination test
(MAT) merupakan metode lab yang umum di gunakan untuk mendiagnosis leptospirosis
Principle
Suatu metode yang simpel
MAT untuk menenukan aglutinasi suatu antibody (didalam serum pasien) dengan
mencampurkannya pada berbagai dilusi formulasi leptospira yang hidup atau mati.
Anti-leptospira antibody yang ada di dalam serum ketika dicampurkan akan
menyebabkan antigen leptospira bergabung dengan Ab dan membentuk suatu
gumpalan aglutinasi. Setelah di inkubasi selama 2 jam pada suhu 30oC kemudian
di baca di microskop dark-field.
EndPoint definisikan bahwa dilusi serum menunjukan 50% agglutination dan 50%
free cells ketika dibandingkan dengan kontrol pada dilusi 1:2 di phosphate-buffered
saline
Tujuan
Tes ini untuk mendeteksi
antibody dan menentukan
titernya. Baik keduanya IgM-
and IgG- class antibodies dapat
deteksi oleh MAT.
Mengidentifikasi jenis serovar pada manusia atau hewan
19
Physiologically buffered water, pH 7.6. This consists of 0.85% NaCl solution (1840 ml)
and Sörensen buffer (160 ml).
Sörensen buffer. This contains Na2HPO4, 12 H2O (8.33 g) and KH2PO4 (1.09 g) made
up with water to a final volume of 1 litre. It is autoclaved at 110 °C for 20 min and stored
at 4 °C.
Leptospira strains. Biasanya (L. biflexa strain Patoc I) which cross-reacts with human
antibodies
Prosedur MAT
1. Strain di kultur di medium EMJH (East McDowell Junior High ) setiap minggu.
Kultur antara hari ke 4 dan 10 tumbuh pada temp 30 °C . untuk membatasi
pertumbuhan bakteri ,simpan kultur di suhu ruangan gelap dimana sekalinya kultur
berkembang 2–4 x 108 leptospires/ml. setelah 10 hari, kultur baik di simpan di suhu
15 °C. dimana viabilitas sel (density and motility) baik dan tidak adanya kontaminasi .
2. Sebelum digunakan, strain umumnya diencerkan 1: 2 menggunakan air fisiologis
buffer untuk mendapatkan kerapatan1-2 x 108 leptospira / ml
1. Screening
The procedure is as follows:
Inaktivasi komplemen dengan memanaskan serum di suhu 56 °C selama 30 menit
Encerkan sera1/25 pada saline
Aliquot 50 μl of physiologically buffered water diteteskan pada cekungan baris
pertama di microtitre plate. Sejumlah cekungan (sumur) akan sama dengan jumlah
antigen, row ini dinamakan “kontrol antigen”.
Masing2 column beranggungjawab thd antigen. Dilusi aliquot 50 μl di isi pada setiap
sumur termasuk kontrol antigen. Dilusi sera akhir (final) 1/50
Tutupi microtitre plates and incubate at room temperature in the dark for 2 hours or
overnight at 4 °C.
Dengan menggunakan dropper, pindahkan aliquot dari masing2 sumur ke slide.
Kemudian pembacaan masing2 slide menentukan aglutinasi.
Setiap serum akan aglutinasi 50% of the leptospires (as compared with the control
antigen) positif.
Aglutinasi leptospira dari gumpalan yang mana kurang atau lebih padat dan
pergerakan free bacteri lebih terlihat. Ketika telah selesai, akan terlihat lapang
pandang dimana free leptospira terlihat tidak ada. Dalam praktis nya lebih mudah
mengevaluasi free bakteri.
20
Interpretasi
Jika proporsi free leptospira antara 50% and 100%, the reaction is negative;
jika proporsi free leptospires kurang daripada 50% the reaction is positive.
MAT biasanya positif pada -12 hari setelah gejala klinis pertama muncul tetapi
seroconversion biasanya muncul 5-7 hari setelah onset penyakit. Respon antibody
akan delay jika diberi treatment ntibiotik sebelum tes
2. Quantitaive
dilakukan pengambilan dua kali lipat pengenceran serial serum untuk menentukan titer
antibodi untuk masing-masing antigen positif.
Titer antibodi berdasarkan pengenceran yg terakhir
Untuk kontrol dilusi pakai fisiologi buffer fosfat
MAT confirmed test titer antibody meningkat > 1 : 200 atau kenaikan titer sebanyak
4x antara minggu pertama dan ke 4
21
Keuntungan :
1. High sesitivity & specificity
2. Deteksi group spesicif antibodi
3. Spesifik untuk serogroup/serovar Ag
Kerugian :
1. Butuh fasilitas unuk kultur dan tempat (panel) untuk leptosprira hidup
2. Waktu lama
3. Ab tidak terdeteksi jika strain nya tidak ada dalam panel atau titer rendah pada serovar
antigen
4. Ag yang digunakan bervariasi
5. MAT tidak bisa distandarisasi
2. ELISA
DEFINISI
Merupakan tes serologi yang biasa digunakan untuk mendeteksi IgM & kadang2 IgG.
(berdasarkan tipe antigen dan reagen)
Test hanya mendeteksi genus-spesific antibodies dan tidak dapat untuk
serogroup/serovar identifikasi
IgM recent or current leptospirosis
PRINSIP
Antibody >< antigen ditempatkan di media yang solid microtitre plate ditambah
dengan conjugated enzyme. Aktivitas enzim menentukan reaksi warna yg
berhubungan dengan jumlah derajat substrat adanya antibody di serum
ELISA kit telah mengandung antigen kemudian nanti antibody yang ada di dalam
serum dan telah didilusikan di campurke ELISA KIT nanti Ab yang sesuai akan
>< reseptor Ag di ELISA KIT
Ditambahkan conjugate untuk memperkuat ikatan Ag><Ab
22
Conjugate nya akan berikatan dengan komplek ag-ab
Berikan substrat reagent untuk mewarnai ikatan ag-ab
INTERPRETASI
• Conjungtiva Anemis
Normal: pink-red
• Yellowish
Normal: No Color (pale white) to
People of Color (light
• ~10cc /hour
Normal: 33.3 ~ 83.3cc /hour
• Hb 10 g/dl
Normal Adult Men: 13.5 – 18.5 g/dl
• Ureum 42 mg%
Normal: 0.9 – 1.3 mg%
• AST 51 IU/L
Normal: 10 – 40 IU/L
• Protein +
Normal: -
23