Anda di halaman 1dari 6

Tugas 1

Sedimentologi dan Stratigrafi Lanjut

Tugas ini Diberikan untuk memenuhi Mata Kuliah Sedimentologi dan Stratigrafi Lanjut

Disusun Oleh :
Rizki Satria Rachman
270120190001

PROGRAM PASCASARJANA TEKNIK GEOLOGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2019
Jenis dan Karakteristik Dalam Aspek Sedimentologi dan Stratigrafi Batuan Paleogen
Cekungan Sumatera Selatan

Abstrak
Cekungan merupakan suatu wadah atau tempat terakumulasinya sedimen dalam kondisi
umur dan lingkungan pengendapan tertentu, dimana Cekungan Sumatera Selatan merupakan
cekungan hidrokarbon yang telah banyak diteliti karena sangat penting sebagai sumberdaya
alam. Oleh karena itu pembahasan mengenai jenis dan karateristik Formasi pada Cekungan
Sumatera Selatan menjadi menarik untuk dibahas terutama pada umur yang lebih tua
sehingga dapat mengetahui bagaimana karakteristik sedimentologi dan stratigrafi pada
formasi-formasi didalamnya. Studi pustaka dilakukan untuk melihat bagaimana karakteristik
batuan pada cekungan Sumatera Selatan yang bersumber dari buku, jurnal, dan website.
Hasilnya Cekungan Sumatera Selatan berumur Paleogen terdiri dari 4 Formasi batuan yaitu
Kelompok Batuan Dasar, Formasi Lahat, Formasi Lemat, dan Formasi Talangakar, yang
keseluruhan memiliki lingkungan pengendapan Darat sampai Transisi dalam fase syn-rift
dan fase transgresi selama batuan tersebut terbentuk yang memperlihatkan adnaya potensi
hidrokarbon di dalam batuannya.
Kata Kunci : Batuan, Karakteristik, Paleogen, Cekungan, Sumatera, Selatan

Pendahuluan lempeng pasifik, hal tersebut menyebabkan


Indonesia memiliki struktur yang sangat
Cekungan marupakan suatu wadah atau
kompleks dan menyebabkan banyak
tempat terakumulasinya sedimen, dimana
terbentuknya cekungan-cekungan sedimen
cekungan ini memiliki jenis yang sangat
sejak Paleogen hingga saat ini (Martodjojo,
beragam mulai dari forearc basin, backarc
2003). Berdasarkan Badan Geologi hingga
basin, maupun intra mountain basin sesuai
kini tercatat ada 128 cekungan sedimen di
dengan kondisi cekungan tersebut
Indonesia yang memiliki keberagaman
terbentuk (Setiadi, 2010) dengan umur dan
genetik dengan potensinya yang berbeda-
lingkungan pengendapan tertentu yang
beda (Gambar 1).
menghasilkan batuan beragam di
permukaan bumi. Cekungan ini sangat Cekungan Sumatera Selatan merupakan
banyak dipelajari oleh karena potensi untuk salah satu cekungan sedimen di Indonesia
mengendapkan hidrokarbon yang sangat yang hingga kini masih menghasilkan
besar, nantinya hidrokarbon tersebut dapat Hidrokarbon dengan jumlah cadangan yang
digunakan untuk membantu kegiatan cukup besar (Wodarsono, 2013), hal itu
sehari-hari manusia yang hingga kini masih menimbulkan banyaknya penelitian yang
tidak bisa lepas dari adanya Hidrokarbon dilakukan pada cekungan Sumatera Selatan
(Hariani,dkk, 2013). tersebut dari berbagai aspek, salah satunya
adalah sedimentologi dan stratigrafi.
Indonesia merupakan wilayah dengan
Tulisan ini ditujukan untuk membahas
pertemuan 3 lempeng dunia yaitu lempeng
Karakteristik batuan beserta aspek
Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan
sedimentologi dan stratigrafi yang ada pada
batuan berumur Paleogen di Cekungan
Sumatera Selatan.

Gambar 1. Sebaran Cekungan Indonesia


Metode yang membentuk sesar-sesar normal
dengan arah cenderung Utara-Selatan yang
Metode yang digunakan pada penulisan
membentuk Graben atau Half-graben
artikel ini adalah kajian studi pustaka
sebagai awal terbentuknya cekungan, fase
dengan berbagai sumber mulai dari buku,
ketiga terjadi kembali fase kompresi
paper dalam jurnal, hingga website yang
sehingga sesar normal yang telah terbentuk
menjelaskan bagaimana karakteristik
sebelumnya kembali teraktivasi
batuan Paleogen Cekungan Sumatera
membentuk struktur-struktur baru dan
Selatan
terjadinya pengangkatan pada daerah
Hasil Pembahasan tersebut (Sudarmono, 1997).
Cekungan Sumatera Selatan secara
fisiografis merupakan cekungan berumur
tersier yang memiliki batas sesar semangko
dan bukit barisan pada arah Baratdaya,
Paparan Sunda pada arah Timurlaut,
Tinggian Lampung pada arah Tenggara,
dan Pegunungan dua belas dan tiga puluh
pada atah Baratlaut yang diperlihatkan pada
gambar 2 (Blake,1989).
Cekungan ini setidaknya sudah mengalami
3 kali fase tektonik. Fase pertama adalah
fase kompresi akibat adanya tumbukkan
antara lempeng Eurasia dengan Indo-
australia yang menghasilkan sesar-sesar
mendatar dekstral di sepanjang pulau
Sumatera, fase kedua adanya fase ekstensi Gambar 2. Cekungan Pulau Sumatera
Dari penelitian sebelumnya dinyatakan yang diidentifikasi hasil aktivitas vulkanik
bahwa Cekungan Sumatera Selatan dan erosi dengan umur Eosen Tengah
merupakan busur belakang dalam suatu (Bishop,2001).
zona subduksi yang telah banyak 3. Formasi Lemat
menghasilkan minyak, gas bumi, dan juga
batubara. Cekungan ini secara umum Formasi ini merupakan formasi yang masih
terbagi menjadi empat subcekungan yaitu dalam fase syn-rift dengan kondisi awal
Subcekungan Jambi, Subcekungan dimulainya fase transgresi yang dibatasi
Palembang Utara, Subcekungan Palembang oleh ketidakselarasan pada bagian
Tengah, dan terakhir Subcekungan dasarnya. Formasi ini memiliki litologi
Palembang Selatan (Panggabean, 2012). batuan yang disusun oleh batupasir,
batulempung, fragmen batuan, breksi, dan
Batuan yang ada pada cekungan Sumatera dibeberapa lokasi ditemukan batubara dan
Selatan sangat beragam dengan umur Pra- tuff, dengan umur Eosen akhir – Oligosen
tersier hingga Holosen yang membentuk awal yang diendapkan pada lingkungan
formasi-formasi tertentu dengan darat (De Coster, 1974).
karakteristik yang berbeda-beda, berikut
adalah pembahasan Formasi-formasi yang 4. Formasi Talangakar
ada pada cekungan Sumatera Selatan yang Formasi ini merupakan formasi yang
berumur Paleogen (De Coster, 1974). berada pada akhir fase syn-rift dan awal
1. Kelompok Pra-tersier fase post-rift dengan kondisi pengendapan
masih dalam fase transgresi (Ginger dkk,
Kelompok ini merupakan batuan dasar atau 2005). Batuan yang ada pada formasi ini
Basement pada Cekungan Sumatera
terduru dari batupasir, serpih, lanau,
Selatan, dimana batuannya tersusun atas batupasir kuarsa, dengan sisipan
batuan beku berumur Mesozoikum, Batuan batulempung karbonat, batubara dan
karbonat yang sudah terubahkan berumur konglomerat pada beberapa lokasi. Kontak
Paleozoikum hingga Mesozoikum, serta formasi ini adalah selaras dan tidak selaras
batuan metamorf berumur Paleozoikum pada beberapa lokasi, dimana formasi ini
hingga Mesozoikum. Hasil dating diendapkan pada lingkungan transisi
menunjukkan pada beberapa titik batuan tepatnya pada delta plain hingga shelf
dasar ini berumur Kapur hingga Eosen awal dengan umur Oligosen akhir hingga Miosen
yang selanjutnya diendapkan batuan awal (De Coster, 1974). Formasi ini
sedimen tersier selanjutnya (De Coster, menandakan berakhirnya batuan yang
1974). Secara tektonik batuan ini masuk diendapkan pada umur Paleogen yang
kedalam fase Pre-rift karena terbentuk selanjutnya batuan-batuan Neogen mulai
sebelum tektonik aktif pada daerah terbentuk (Bishop, 2001).
penelitian.
Dari keempat formasi diatas dapat dilihat
2. Formasi Lahat bahwa batuan Cekungan Sumatera Selatan
Formasi ini merupakan formasi dengan berumur Paleogen pada dasarnya
batuan tertua selama dimulainya fase syn- diendapkan pada fase synrift yaitu kondisi
rift pada cekungan Sumatera Selatan, keterbentukkan endapan yang bersamaan
dimana batuannya tersusun atas batupasir dengan kegiatan tektonik yang sedang
tufaan, konglomerat, breksi, dan lempung berlangsung, kegiatan tektonik ini pada
dasarnya berada di fase tektonik ekstensi tepatnya di delta hingga paparan pada
yang menyebabkan terbentuknya graben formasi Talangakar. Dari situ dapat
dan half-graben yang kemudian terisi oleh diinterpretasikan bahwa pada Paleogen
sedimen. pola pengendapan yang berkembang adalah
retrogradasi yaitu perkembangan pola
Adapun jika dihubungkan dengan
pengendapan yang mundur mengisi tempat
perubahan muka air laut, sedimen yang
akomodasi yang ada diatas pengendapan
diendapkan pada umur Paleogen di
yang sudah ada sebelumnya dan terjadinya
cekungan ini berada pada fase transgresi
backstapping.
yaitu kenaikkan muka air laut, hal itu juga
dapat dilihat dari perubahan lingkungan Berikut adalah gambaran dari keempat
pengendapan yang awalnya terrestrial formasi cekungan Sumatera Selatan yang
(darat) pada formasi lemat menjadi Transisi memiliki umur Paleogen tersebut.

Gambar 3. Log Stratigrafi Formasi Cekungan Sumatera Selatan


Dari litologi yang diperlihatkan bahwa bahwa Cekungan Sumatera pada umur
belum adanya potensi hidrokarbon yang Paleogen berpotensi untuk menghasilkan
terbentuk pada formasi umur Paleogen, hal gas dan oil, oleh karena itu penelitian lebih
ini dipengaruhi oleh lingkungan lanjut masih perlu dilakukan untuk
pengendapan keempat formasi yang relatif melengkapi kejelasan hidrokarbon secara
berada di darat hingga transisi, dimana keseluruhan yang ada di Cekungan
biasanya keterbentukkan hidrokarbon Sumatera Selatan (Ginger dkk, 2005).
didapatkan pada formasi yang diendapkan
Kesimpulan
pada linglungan laut baik itu laut dangkal
maupun laut dalam meliputi reservoir dan Kesimpulan yang dapat diambil dari
source rock hidrokarbon, namun penelitian penjelasan diatas yaitu, Cekungan
sebelumnya sudah ada yang menyatakan Sumatera Selatan merupakan salah satu
cekungan di Sumatera yang memiliki 4
Formasi yang diendapkan pada umur Petroleum Association (pp. 67-89).
Paleogen yaitu Kelompok Basement, IPA.
Formasi Lahat, Formasi Lemat, dan
Hariani, P. L., Riyanti, F., & Riska, M.
Formasi Talangakar yang diendapkan pada (2013). Pengaruh Variasi
lingkungan darat – transisi pada fase syn- Temperatur Dan Konsentrasi
rift dan transgresi yang telah Minyak Terhadap Rendemen Dan
memperlihatkan adanya potensi Karakteristik Biodiesel Dari
Hidrokarbon pada cekungan tersebut dari Minyak Biji Kemiri (Aleurites
penelitian sebelumnya. Moluccana). Prosiding Semirata
FMIPA (pp. 333-338). Lampung:
Daftar Pustaka
Universitas Lampung.
Bishop, M. G. (2001). South Sumatra
Basin Province, Indonesia: The Martodjojo, S. (2003). Evolusi Cekungan
Lahat/Talangakar Cenozoic Total Bogor, Jawa Barat. Bandung:
Petroleum System. Colorado: U. S. Institut Teknologi Bandung.
Geological Survey. Panggabean, H. (2012). Sejarah
Blake. (1989). The Geological Regional Penimbunan Cekungan Sumatera
and Tectonic of South Sumatera Selatan dan Implikasinya Terhadap
Basins. Proceeding Indonesia Waktu Generasi Hidrokarbon.
Petroleum Association 11th Annual Jurnal Sumberdaya Geologi
Convention. Vol.22, 225-235.

Coster, G. L. (1974). The Geology Of The Sudarmono, S. T., & Eza, B. (1997).
Central And South Sumatra Basins. Paleogene basin development in
Proceedings Indonesian Petroleum Sundaland and it's role to the
Association (pp. 77-110). IPA. petroleum systems in Western
Indonesia. Proceedings Indonesian
Geologi, B. (2009). Peta Cekungan Petroleum Association Petroleum
Sedimen Indonesia. Jakarta: Badan Systems of SE Asia, (pp. 545-560).
Geologi.
Widarsono, B. (2013). Cadangan dan
Ginger, D., & Fielding, K. (2005). The Produksi Gas Bumi Nasional:
Petroleum Systems and Future Sebuah Analisis atas Potensi dan
Potential of the South Sumatra Tantangannya. Lembaran Publikasi
Basin. Proceedings Indonesian Minyak dan Gas Bumi Vol. 47,
115-126.

Anda mungkin juga menyukai