Anda di halaman 1dari 16

Jejaring Administrasi Publik. Tahun VI,. No.

2, Juli-Desember 2014

Analisis Dampak Defisit Anggaran terhadap Ekonomi Makro di


Indonesia.
Khoirul Anwar
Magister Kebijakan Publik, Departemen Administrasi, FISIP UNAIR.

Abstract

This article aims to describe the impact of the budget deficit financed by foreign debt on the macro economy in Indonesia. Where
the ultimate goal of this paper will look at the impact of the budget deficit on inflation and economic growth. The study design used
is to specify a macro-economic model simutan, which consists of 12 behavioral equations and identities equation 5 with 3 blocks.
Behavioral equations in the model is estimated using TSLS (twostage least squares). The data used is secondary data Indonesian
economy between 2009 - 2013. The econometric tests performed to produce the BLUE estimator. The analysis showed that the
budget deficit financed from foreign debt will increase economic growth and inflationary. Where the estimation results indicate
that the budget deficit financed from foreign debt will increase the money supply, which will affect the increase in the price level or
inflation as well as the formation of national income

Key words: Budget deficit, Fiscal decentralization, Budget Performance.

Artikel ini bertujuan untuk mendiskripsikan dampak defisit anggaran yang dibiayai dengan utang luar negeri terhadap ekonomi
makro di Indonesia. Dimana tujuan akhir dari penulisan makalah ini akan melihat dampak defisit anggaran terhadap inflasi dan
pertumbuhan ekonomi. Desain penelitian yang digunakan yaitu dengan menspesifikasikan sebuah model ekonomi makro simutan,
yang terdiri dari 12 persamaan perilaku dan 5 persamaan identitas dengan 3 blok. Persamaan perilaku dalam model diestimasi
dengan menggunakan TSLS (two stage least square). Data yang digunakan merupakan data sekunder perekonomian Indonesia
antara tahun 2009 - 2013. Uji ekonometrika dilakukan untuk menghasilkan penaksir yang BLUE. Hasil analisis menunjukkan
bahwa defisit anggaran yang dibiayai dari utang luar negeri akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan bersifat inflationary.
Dimana dari hasil estimasi menunjukkan bahwa defisit anggaran yang dibiayai dari utang luar negeri akan meningkatkan jumlah
uang beredar, yang akan berpengaruh pada peningkatan tingkat harga atau inflasi serta pembentuk pendapatan nasional.

Key words : Defisit anggaran, Kebijakan Fiskal, Desentralisasi Fiskal, Anggaran Berbasis Kinerja. dan Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan ekonomi merupakan salah


Pendahuluan satu tujuan utama bagi negara sedang
berkembang, termasuk Indonesia.
Keberhasilan pembangunan suatu negara Pembangunan ekonomi tidak hanya tertumpu
sangat ditentukan oleh berbagai faktor yang pada pertumbuhan ekonomi saja tetapi juga
dimiliki masing-masing negara, antara lain pada peningkatan kesejahteraan, keamanan,
sistem ekonomi, ketersediaan sumber daya, serta kualitas sumberdaya termasuk
teknologi, efisiensi, budaya, kualitas manusia sumberdaya manusia dan lingkungan hidup.
dan kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang Khususnya pertumbuhan ekonomi, diperlukan
dianut oleh suatu negara akan menentukan kebijakan yang kondusif agar tercapai
seberapa besar peran pemerintah dalam proses peningkatan pertumbuhan ekonomi setiap
pembangunan tersebut, serta pola kebijakan tahun sesuai dengan yang sudah ditargetkan.
yang dilakukan. Dalam konsep ekonomi dikenal Pertumbuhan ekonomi yang sudah ditargetkan
dua kebijakan ekonomi yang utama, yaitu setiap tahunnya mencerminkan kinerja
kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. perekonomian pada tahun tersebut sedangkan
Kebijakan moneter merupakan pengendalian kinerja ekonomi itu sendiri sangat tergantung
sektor moneter, sedangkan kebijakan fiskal pada kondisi internal maupun eksternal dari
merupakan pengelolaan anggaran pemerintah negara yang bersangkutan. Sementara itu,
(budget) dalam rangka mencapai tujuan kondisi eksternal sangat terkait dengan
pembangunan (Jaka Sriyana, 2007). keadaan perekonomian dunia yang semakin
mengglobal. Sebagai contoh bahwa kondisi

588
Jejaring Administrasi Publik. Tahun VI,. No. 2, Juli-Desember 2014

eksternal Indonesia terkait dengan mengembangkan visi dan misi serta


permasalahan krisis dunia pada saat ini mewujudkan keinginan dan harapan
perhatikan dua kondisi berikut ini yaitu masyarakat sesuai dengan potensi yang dimiliki
pertama, meningkatnya harga minyak mentah daerah yang bersangkutan.
dunia yang mencapai 60 US$ per barel per Kebijakan fiskal memiliki berbagai tujuan
Januari 2006. Ke dua, adanya krisis moneter dalam menggerakkan aktifitas ekonomi negara,
dimana nilai kurs dollar terhadap rupiah yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi,
semakin meningkat sampai Rp 9.460,00 per kestabilan harga, pemerataan pendapatan.
Januari 2006. Namun demikian, dampak kebijakan fiskal
Desentralisasi fiskal adalah salah satu kepada aktifitas ekonomi negara sangatlah
bentuk reformasi kebijakan anggaran. Melalui luas. Berbagai indikator ekonomi lainnya pun
desentralisasi fiskal diharapkan pemerintah mengalami perubahan sebagai akibat
daerah dapat melihat kebutuhan daerah secara pelaksanaan kebijakan fiskal yang dilakukan
tepat dan menggunakan segala bentuk inovasi oleh pemerintah. Dampak kebijakan fiskal pada
dalam mencapai efektifitas dan efisiensi pertumbuhan ekonomi diharapkan selalu
anggaran baik dalam sektor penerimaan positif, sedangkan dampak pada inflasi
maupun pengeluaran. Sistem penganggaran diharapkan negatif. Namun secara teori,
yang selama ini diterapkan di Indonesia yang kebijakan fiskal ekspansif yang dilakukan
bersifat kaku, hirarkis dan tradisional dirasa dengan peningkatan pengeluaran pemerintah
sudah tidak cocok lagi dengan perkembangan di tanpa terjadinya peningkatan sumber pajak,
Indonesia khususnya setelah diterapkannya sebagai sumber keuangan utama pemerintah,
otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. akan mengakibatkan peningkatan defisit
Dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor anggaran (Jaka Sriyana, 2007). Peranan
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang kebijakan fiskal dalam menstimulasi
memuat berbagai perubahan mendasar dalam perekonomian menjadi perdebatan yang
pendekatan penganggaran maka jelaslah bahwa menghangat kembali, khususnya sejak krisis
pemerintah pusat telah berusaha untuk berbagi ekonomi melanda Negara-negara Asia seperti
kewenangannya kepada pemerintah daerah. Indonesia, Korea, Thailand, dan Filipina,
Perubahan-perubahan itu didorong oleh berlanjutnya resesi di Jepang, dan melemahnya
berbagai faktor termasuk diantaranya perekonomian Amerika Serikat. Di
perubahan yang begitu cepat di bidang politik, negaranegara Asia yang dilanda krisis pada
desentralisasi, dan berbagai tantangan khususnya, peranan kebijakan fiskal telah
pembangunan yang dihadapi pemerintah. meningkat dalam mendukung pemulihan
Berbagai perubahan ini membutuhkan ekonomi, namun efektifitas stimulus fiskal
dukungan sistem penganggaran yang lebih untuk menggantikan pengeluaran swasta tetap
responsive, yang dapat memfasilitasi upaya dipertanyakan. Sebagaimana negara
memenuhi tuntutan masyarakat atas membangun, pada umumnya, kebijakan fiskal
peningkatan kinerja pemerintah dalam bidang yang dilaksanakan Indonesia adalah kebijakan
pembangunan, kualitas layanan dan efisiensi fiskal ekspansif dengan instrumen anggaran
pemanfaatan sumber daya. Melihat kondisi di defisit (Jaka Sriyana, 2007; Anggito Abimanyu,
pemerintahan daerah maupun pusat serta 2003). Pada dasarnya kebijakan fiskal yang
dengan didukung oleh aturan-aturan yanjg ekspansif dimaksudkan untuk memberikan
berlaku maka sudah seharusnya sistem lebih banyak kelonggaran dana ke dalam
penganggaran di Indonesia yang masih bersifat masyarakat untuk mendorong perekonomian.
tradisional diganti dengan sistem penganggaran Namun, kebijakan fiskal seringkali menjadi
yang mampu merespon perubahan-perubahan kurang efektif kalau tidak didukung oleh
tersebut. Sebagai gantinya adalah Anggaran situasi atau kondisi yang tepat dan kebijakan
Negara Berdasarkan Prestasi Kerja atau istilah lain yang konsisten, bahkan tidak mustahil
yang lebih sering digunakan adalah Anggaran kebijakan stimulus fiskal justru dapat
Berbasis Kinerja. Proses penyusunan dan menghambat laju perekonomian, misalkan,
sasaran yang ingin dicapai dari sistem stimulus fiskal yang semestinya akan
anggaran berbasis kinerja menggambarkan meningkatkan aggregate demand, namun bila
adanya peluang bagi daerah untuk tidak diimbangi kebijakan moneter yang

589
Jejaring Administrasi Publik. Tahun VI,. No. 2, Juli-Desember 2014

akomodatif, justru dapat menyebabkan hasil perekonomian bisa melalui sisi permintaan
yang kontra produktif (Anggito Abimanyu, (demand side) dan sisi penawaran (supply side).
2003). Sebagaimana kebijakan fiskal yang Dari sisi permintaan, kenaikan pendapatan
bertujuan untuk meningkatkan agregat nasional bersumber antara lain dari naiknya
demand, dan pada akhirnya terjadi kenaikan konsumsi, investasi, kenaikan belanja
pertumbuhan ekonomi, jika tidak hati-hati pemerintah, naiknya ekspor, serta menurunnya
maka akan timbul inflasi. Selama ini Indonesia impor. Tingkat perubahan dari berbagi
cenderung melakukan kebijakan fiskal yang komponen tersebut bebarengan dengan
ditunjukkan untuk mendorong perekonomian besarnya koefisien sensitifitasnya masing-
yang biasa dikenal dengan kebijakan anggaran masing komponen permintaan total terhadap
yang longgar (loose budget policy), yang intinya faktor penentunya, akan menentukan besarnya
berupa kenaikan rasio anggaran negara kenaikan pendapatan nasional. Dampak defisit
terhadap pendapatan nasional yang berupa anggaran dilihat dari sisi permintaan dapat
kenaikan defisit anggaran atau penurunan dilihat dari peningkatan agregat demand.
surplus anggaran (Anggito Abimanyu, 2003). Dimana agregat demand merupakan fungsi
Selama ini Pemerintah menempuh (atau kurva) yang menggambarkan hubungan
kebijakan fiskal, yaitu dengan defisit anggaran antara tingkat harga dengan jumlah
(kondisi dimana belanja lebih besar dari pengeluaran agregat yang akan dilakukan
pendapatan). Dengan adanya Stimulus fiskal dalam perekonomian.
yang berupa defisit anggaran tersebut Perbedaan konsep antara pengeluaran
diharapkan bisa meningkatkan pendapatan agregat dan permintaan agregat adalah,
nasional dan menciptakan lapangan kerja. pengeluaran agregat berlaku pada harga tetap,
Dimana kebijakan tersebut bisa melalui sisi sedangkan permintaan agregat berlaku pada
permintaan (demand side) dan sisi penawaran harga yang berubah. Dampak kebijakan fiskal
(supply side). Dari sisi penerimaan, pendapatan dari sisi permintaan dipelopori oleh Keynes
nasional bersumber dari kenaikan konsumsi, dalam teorinya (deficit spending). Dimana lahir
kenaikan investasi, kenaikan pengeluaran sebagai reaksi depresi besar di tahun 1930-an di
pemerintah, kenaikan ekspor dan penurunan Amerika Serikat. Untuk mengatasi hal itu,
impor. Dari sisi penawaran, pendapatan Keynes mengusulkan kebijakan fiskal melalui
nasional bersumber dari peningkatan produksi kenaikan belanja untuk mendorong permintaan
sebagai akibat dari kemajuan teknologi dan (Anggito Abimanyu, 2003).
ketersediaan sumber daya ekonomi (resources). Dampak kebijakan fiskal defisit anggaran
Dampak defisit anggaran tersebut tidak ada selain dapat dilhat pada sektor riil, juga dapat
yang langsung berpengaruh kepada dilihat melalui jalur moneter (harga) atau pasar
perekonomian makro (Harry Yusuf, 2003). uang (Maryatmo, 2004). Melalui jalur moneter
Akan tetapi harus dikombinasikan dengan dampak defisit anggaran dapat dilihat dari
kebijakan-kebijakan yang lain (kebijakan permintaan akan uang (money demand).
moneter). Jadi untuk mengetahui dampak Kebijakan fiskal yang ekspansif, misalya
defisit anggaran, harus melalui beberapa kenaikan pengeluaran pemerintah akan
tahapan. Oleh karena itu dalam penelitian ini mengakibatkan kenaikan permintaan agregat
menggunakan persamaan simultan pada putaran pertamanya (first cycle). Pada
(Simultaneous Equation), mengingat adanya putaran kedua (second cycle), kenaikan
keterkaitan antar variabel di dalam melihat permintaan agregat akan mengakibatkan nilai
dampak defisit anggaran tersebut. Selain itu harga (P) dan kuantitas baru (Q). Kenaikan P
dalam penelitian ini, hanya melihat dampak dan Q yang baru mengakibatkan kenaikan
kebijakan fiskal, dengan instrumen defisit permintaan uang (Hary Yusuf, 2003).
anggaran yang hanya dilihat dari pendekatan Dampak defisit anggaran yang penting
Agregat Demand, mengingat pendekatan terhadap ekonomi, baik dampak positif atau
Agregat Supply belum mempunyai mekanisme negatif. Misalnya metode penambahan uang
baku, dan sering kali diperdebatkan oleh para dalam ekonomi akan menimbulkan
ekonom hingga saat ini. permasalahan meningkatnya tingkat harga
Kebijakan fiskal yang berupa defisit barang dan jasa, sehingga menyebabkan
anggaran dan bertujuan untuk mendorong peningkatan inflasi (Jaka Sriyana, 2007).

590
Jejaring Administrasi Publik. Tahun VI,. No. 2, Juli-Desember 2014

Pembiayaan defisit anggaran dengan cara menganalisis tentang "Dampak Defisit


penambahan jumlah uang beredar juga akan Anggaran Terhadap Ekonomi Makro di
memiliki dampak pada peningkatan Indonesia ".
permintaan uang oleh masyarakat. Hal ini
disebabkan adanya penurunan nilai uang Kerangka Konseptual
dalam ekonomi. Dengan kata lain, masyarakat
perlu menambah uang untuk pengeluarannya. Kebijaksanaan Fiskal
Dengan demikian, pembiayaan defisit anggaran
oleh pemerintah dengan cara menambahkan Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang
uang dalam ekonomi dapat meningkatkan dilakukan oleh pemerintah dalam rangka
jumlah penerimaan pemerintah (Mankiw, mendapatkan dana-dana dan kebijaksanaan
2002). Sedangkan dalam teori Keynes yang ditempuh oleh pemerintah untuk
menjelaskan bahwa permintaan uang membelanjakan dananya tersebut dalam
dipengaruhi oleh suku bunga ( i ), harga (P), rangka melaksanakan pembangunan. Atau
dan kuantitas barang(Q). Selanjutnya, bila dengan kata lain, Kebijakan Fiskal adalah
permintaan uang naik maka investasi akan suatu kebijakan ekonomi dalam rangka
berkurang, dan selanjutnya berkurangnya mengarahkan kondisi perekonomian untuk
investasi akan mengakibatkan permintaan menjadi lebih baik dengan jalan mengubah
agregat berkurang. Pada akhirnya kenaikan penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
permintaan agregat pada first cycle dan Bila berbicara tentang kebijakan fiskal
berkurangnya permintaan agregat pada second selalu dikaitkan dengan kepentingan
cycle akan mencapai posisi keseimbangan baru pemerintah melalui hak penerimaan pajak,
secara bersama-sama. pengeluaran pemerintah, dan pinjaman
Oleh karena banyak sekali dampak yang pemerintah yang bertujuan untuk menciptakan
akan ditimbulkan dari adanya defisit anggaran, lapangan pekerjaan, pengendalian harga, dan
maka kajian mengenai defisit anggaran sangat menjaga pertumbuhan ekonomi agar tetap
menarik untuk dibahas. Penelitian mengenai positif. Dalam implementasinya kebijakan
defisit anggaran telah banyak dilakukan antara fiskal dilakukan saat pemerintah menjalankan
lain Joko Waluyo (2006), yang menganalisi adjusment (penyesuaian) antara penerimaan
tentang dampak pembiayaan defisit anggaran pajak (tax reveue) dengan pengeluaran
dengan utang luar negeri terhadap inflasi dan pemerintah (goverment expenditure) yang
pertumbuhan ekonomi studi kasus Indonesia berdampak pada tingkat penciptaan lapangan
tahun 1970-2003, dengan menggunakan model kerja, harga (inflasi), dan tingkat pertumbuhan
persamaan simultan. ekonomi.
Dimana hasil penelitiannya adalah Konsep kebijakan fiskal pertama kali
pembiayaan defisit anggaran dengan diterapkan dalam skala besar di Amerika pada
menggunakan hutang luar negeri akan tahun 1930-an yaitu pada saat depresi melanda
berdampak meningkatkan pertumbuhan perekonomian Amerika. Saat itu pemerintah
ekonomi dan bersifat inflationary. Studi empiris membutuhkan uang untuk membiayai berbagai
yang lain adalah R Maryatmo (2004), dimana jenis proyek agar dapat menampung banyak
menghasilkan kesimpulan yang berbeda dengan tenaga kerja (akibat banyaknya pengangguran)
Joko Waluyo. Hasil dari R Maryato adalah dan bertujuan untuk merehabilitasi
defisit anggaran akan mempengaruhi tingkat perekonomian yang lesu (Harry Yusuf Laksana,
suku bunga. Peningkatan suku bunga akan 2003). Kebijakan fiskal merupakan salah satu
mempengaruhi penurunan sektor riil. kebijakan ekonomi makro yang paling utama
Hal ini berati akan menurunkan (selain kebijakan moneter) yang bertujuan
pertumbuhan ekonomi. Studi empiris mengenai untuk menggairahkan perekonomian
defisit anggaran juga dilakukan oleh Andiarma (ekspansif) bila kondisi perekonomian sedang
Tesamaris dan Siti Fatimah (2005), dimana lesu, ataupun bertujuan untuk mengendurkan
hasil studi emprisnya adalah terdapat (kontraktif) perekonomian bila sedang
hubungan dua arah antara defisit anggaran memanas (overheating). Berbagai kebijakan
dengan hutang luar negeri. Oleh karena itu fiskal mempunyai saluran yang bervariatif,
dalam penulisan makalah ini ingin yang mana, seluruh kebijakan fiskal ini dapat

591
Jejaring Administrasi Publik. Tahun VI,. No. 2, Juli-Desember 2014

dilaksanakan melalui jalur kebijakan anggaran Serikat. Pada waktu itu ekonomi Amerika
pemerintah (kalau di Indonesia dikenal dengan Serikat mengalami stagflasi karena rendahnya
APBN). permintaan efektif masyarakat, sementara
penawaran dalam kondisi yang berlebihan.
APBN Dan Kebijakan Fiskal Untuk mengatsi hal itu, keynes mengusulkan
kebijakan fiskal melalui kenaikan belanja
Pengaruh kebijaksanaan fiskal terhadap untuk mendorong permintaan. Dasar pemikiran
perekonomian bisa dianalisa dalam dua tahap Keynes adalah ekspansi fiskal menimbulkan
yang berurutan, yaitu: a) Bagaimana suatu dampak pengganda terhadap permintaan
kebijaksanaan fiskal diterjemahkan menjadi agregat. Kemudian sejalan, dengan kondisi
suatu APBN; b) Bagaimana APBN tersebut penawaran agregat yang masih mampu untuk
mempengaruhi perekonomian. Kebijaksanaan merespon kenaikan permintaan agregat, maka
fiskal dapat dilihat dari struktur pos-pos APBN. hal itu tidak mengakibatkan kenaikan harga.
Dimana APBN mempunyai dua sisi, yaitu sisi Teori ini lebih tertuju pada pendekatan jangka
yang mencatat pengeluaran dan sisi yang pendek, sehingga kenaikan permintaan agregat
mencatat penerimaaan. Sisi pengeluaran yang dapat diterima adalah sebatas kapasitas
mencatat semua kegiatan pemerintah yang terpasang yang tersedia (Anggito Abimanyu,
memerlukan untuk pelaksanaannya. Dalam 2003).
praktek macam pos-pos yang tercantum di sisi Dampak Crowding Out. Dalam
ini sangat beraneka ragam dan mencerminkan perluasan model keynes, dibahas bahwa
apa yang ingin dilaksanakan pemerintah dalam besaran pengganda tersebut akan berkurang
programnya, antara lain (Boediono,1986): a) karena adanya crowding out. Dampak ini
Pengeluaran pemerintah untuk pembelian terjadi apabila pengeluaran (permintaan)
barang/jasa, b) Pengeluaran pemerintah untuk pemerintah bertindak sebagai subtitusi untuk
gaji pegawai, c) Pengeluaran pemerintah untuk pengeluaran swasta. Namun demikian, dampak
transfer payments yang meliputi misalnya, crowding out tersebut tidak sampai membuat
pembayaran subsidi atau bantuan langsung pengganda berubah tanda. Dampak crowding
kepada berbagai golongan masyarakat, out bersumber dari menurunnya investasi dan
pembayaran bunga untuk pinjaman pemerintah apresiasi nilai mata uang, sebagai akibat dari
kepada masyarakat. naiknya tingkat bunga karena stimulus fiskal.
Selain itu semua pos pada sisi Dengan demikian, besaran turunnya dampak
pengeluaran tersebut memerlukan dana untuk pengganda tergantung kepada hal-hal sebagai
melaksanakannya. Sisi penerimaan berikut (Anggito Abimanyu, 2003):
menunjukkan dari mana dana yang diperlukan 1. Sensitivitas investasi terhadap
tersebut diperoleh. Ada empat sumber utama tingkat bunga. Dalam kaitannya
untuk memperoleh dana tersebut, yaitu dengan variabel ini, naiknya
(Boediono, 1986): a) Pajak berbagai macam, b) sensitivitas investasi terhadap
Pinjaman dari bank sentral, c) Pinjaman dari tingkat bunga akan memperbesar
masyarakat dalam negeri, d) Pinjaman dari luar penurunan dari koefisien
negeri. Selanjutnya, dari pos-pos anggaran pengganda. Namun demikian,
tersebut akan terlihat dampak kebijakan fiskal apabila investasi merupakan fungsi
untuk perekonomian nasional. Dengan kata positif dari pendapatan, maka
lain, suatu kebijakan fiskal adalah suatu aliran angka pengganda tidak terlalu
kombinasi pos-pos APBN dengan berbagai terpengaruh.
mekanisme, yang dapat mempengaruhi 2. Hubungan antara permintaan uang
perekonomian secara keseluruhan dengan tingkat bunga dan
pendapatan. Disini, semakin besar
Dampak Kebijakan Fiskal pengaruh tingkat bunga terhadap
permintaan uang akan semakin
Dari Sisi Permintaan. Keynes menekan besarnya dampak
merupakan pelopor kebijakan fiskal yang pengganda, tetapi sebaliknya
teorinya (deficit spending) lahir sebagai reaksi kenaikan pendapatan.
dari depresi besar tahun 1930-an di Amerika

592
Jejaring Administrasi Publik. Tahun VI,. No. 2, Juli-Desember 2014

3. Tingkat keterbukaan ekonomi dan efektif perlu dilihat kondisi dan sistem yang
sistem nilai tukar yang digunakan. ada, serta bagaimana kebijakan lain merespon
Keterbukaan ekonomi terhadap kebijakan fiskal. Sehubungan dengan
menimbulkan peluang subtitusi itu, secara umum pengganda fiskal akan
permintaan, dari domestik menjadi cenderung positif dan mungkin juga akan besar
impor, sehingga dapat berakibat apabila (Anggito Abimanyu, 2003): 1. Ada
pada mengecilnya dampak kelebihan kapasitas untuk perekonomian
kebijakan fiskal yang diharapkan. terbuka dan tertutup dan sistem nilai tukar
Dalam kaitannya dengan sistem tetap, dan rumah tangga mempunyai
nilai tukar, sistem nilai tukar keterbatasan jarak pandang waktu (time
fleksibel yang digunakan dapat horizons) atau kendala likuiditas (liquidity
meningkatkan dampak crowding constraint). 2. kenaikan pengeluaran
out, yang konsekuensinya adalah pemerintah bukan sebagai pengganti untuk
menurunnya efektifitas stimulus pengeluaran swasta bila bisa meningkatkan
fiskal. produktifitas tenaga kerja dan modal, dan pajak
4. Dalam perkembangan selanjutnya, lebih rendah, meningkatkan penawaran tenaga
faktor fleksibilitas harga juga kerja dan atau investasi. 3.Utang pemerintah
berpengaruh secara negatif rendah dan pemerintah tidak mempunyai
terhadap besarnya pengganda. kendala pembiayaan. 4. Diikuti oleh ekspansi
5. Faktor lain yang juga moneter dengan kenaikan inflasi yang
mempengaruhi crowding out adalah terkendali.
asa nalar (rational expectation). Sementara itu, pengganda fiskal
Apabila kebijakan stimulus fiskal mungkin akan kecil dan bahkan bisa negatif
ditempuh secara permanen, maka apabila (Anggito Abimanyu, 2003): 1. Ada efek
hal tersebut akan menimbulkan crowding out karena pengeluaran pemerintah
harapan akan naiknya tingkat merupakan pengganti pengeluaran swasta dan
bunga dan menguatnya nilai tukar. kenaikan impor, kenaikan suku bunga dan
Dalam kaitan ini, maka kebijakan apresiasi nilai tukar akibat ekspansi fiskal. 2.
stimulus fiskal menjadi kurang Proposisi Ricardian Equivalance berlaku.
efektif karena mempunyai dampak Apabila tidak ada kendala pembiayaan
crowding out yang cukup besar, (borrowing constraints), penurunan pajak saat
sehingga angka penggandanya ini tidak mempunyai dampak pada konsumsi,
menjadi lebih kecil bahkan bisa bahkan mungkin dapat mengurangi konsumsi.
negatif. 3. Adanya kendala kesinambungan utang (debt
6. Selain itu, menurut pandangan sustainability) dan premi resiko suku bunga,
Ricardian Equivalance, kebijakan sehingga kontraksi fiskal yang kredibel dapat
fiskal tidak mempengaruhi menurunkan premi suku bunga. 4. Kebijakan
pendapatan permanen dan pola fiskal yang ekspansif meningkatkan
konsumsi masyarakat. Hal tersebut ketidakpastian, sehingga mendorong para
disebabkan adanya pola pikir pelaku ekonomi untuk berhati-hati dalam
masyarakat yang berpendapat mengambil keputusan menabung dan investasi.
bahwa kenaikan pendapatan dari Kebijakan fiskal, menurut Moneterist akan
kebijakan stimulus fiskal pasti menimbulkan apa yang disebut ”Crowding
akan diikuti dengan kenaikan Out”. Artinya, kenaikan pengeluaran
pajak di masa depan. pemerintah akan mendorong tingkat bunga
naik, sehingga akan mencekik investasi swasta,
Berdasarkan Mundell-Fleming model, hasilnya permintaan agregat tidak berubah,
kebijakan stimulus fiskal tidak akan efektif sebab kenaikan pengeluaran pemerintah
pada negara dengan perekonomian terbuka dan diimbangi dengan turunnya investasi swasta
mempunyai sistem nilai tukar yang (Anggito Abimanyu, 2003).
mengambang karena akan terjadi crowding out Dari Sisi Penawaran. Pengaruh
melalui nilai tukar yang mempengaruhi ekspor kebijakan fiskal terhadap permintaan lebih
neto. Untuk itu, agar supaya kebijakan fiskal jelas apabila dibandingkan terhadap

593
Jejaring Administrasi Publik. Tahun VI,. No. 2, Juli-Desember 2014

penawaran. Dalam perekonomian yang sudah Defisit Anggaran adalah kebijakan


mempunyai kapasitas produksi penuh, pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih
kebijakan yang mengarah kepada peningkatan besar dari pemasukan negara guna memberi
penawaran dapat mendorong perekonomian stimulus pada perekonomian. Umumnya sangat
tanpa mengakibatkan crowding out. Kebijakan baik digunakan jika keaadaan ekonomi sedang
ini juga akan meningkatkan permintaan dalam resesif. Pengertian pertama adalah Defisit
jangka pendek seperti permintaan akan faktor Konvensional Defisit yang dihitung
produksi. Dengan demikian kebijakan berdasarkan selisih antara total belanja dengan
pemotongan pajak dan pengeluaran yang total pendapatan termasuk hibah. Pengertian
ditunjukkan untuk peningkatan penawaran kedua adalah Defisit Moneter. Defisit moneter
juga akan meningkatkan angka pengganda. merupakan selisih antara total belanja
Dampak Tidak Langsung Terhadap pemerintah (di luar pembayaran pokok hutang)
Moneter. Kebijakan fiskal yang ekspansif, dengan total pendapatan (di luar penerimaan
misalnya yang disebabkan oleh kenaikan unsur hutang). Pengertian ketiga adalah Defisit
pembelian barang dan jasa (G), gaji pegawai Operasional. Merupakan defisit moneter yang
(W), dan transfer payments (TR) akan diukur dalam nilai riil dan bukan nilai nominal.
meningkatkan kenaikan permintaan agregat Sedangkan pengertian keempat adalah Defisit
pada putaran pertamanya (first cycle). Pada Primer, Merupakan selisih antara belanja ( di
putaran kedua (second cycle), kenaikan luar pembayaran pokok dan bunga hutang)
permintaan agregat akan mengakibatkan nilai dengan total pendapatan.
harga (P) dan Q yang baru mengakibatkan Sedangkan menurut Suparmoko (2000)
kenaikan permintaan uang. Teori keynes Anggaran (budget) ialah suatu daftar atau
menjelaskan bahwa permintaan uang pernyataan yang terperinci tentang penerimaan
dipengaruhi oleh suku bunga (i ), harga (P) dan dan pengeluaran negara yang diharapkan
kuantitas barang (Q). Selanjutnya bila dalam jangka waktu tertentu, yang biasanya
permintaan uang naik maka investasi akan adalah satu tahun. Dalam anggaran tersebut
berkurang, dan selanjutnya berkurangnya ada dua sisi yaitu sisi penerimaan dan sisi
investasi akan mengakibatkan permintaan pengeluaran. Pada sisi penerimaan terdapat
agregat pada first cycle dan berkurangnya sumber penerimaan rutin atau penerimaan
permintaan agregat pada second cycle akan dalam negeri dan sumber penerimaan
mencapai posisi keseimbangan baru secara pembangunan. Penerimaan rutin terdiri dari
bersama-sama (Harry Yusuf, 2003). Sebaliknya, penerimaan pajak langsung, pajak tidak
kebijakan fiskal yang kontraktif mempunyai langsung dan penerimaan bukan pajak.
mekanisme yang berkebalikan dengan Penerimaan pembangunan terdiri bantuan
ekspansif. Kebijakan fiskal kontraktif yang program dan bantuan proyek. Pada sisi
dikarenakan adanya kenaikan Tx berakibat pengeluaran, pos-pos pengeluaran dibedakan
penurunan permmintaan agregat akan menjadi pengeluaran rutin dan pengeluaran
mengakibatkan P dan Q berkurang. pembangunan. Pengeluaran rutin terdiri dari
Berkurangnya P dan Q mengakibatkan belanja pegawai, belanja barang, subsidi daerah
berkurangnya permintaan akan uang. otonom serta pembayaran bunga dan cicilan
Berkurangnya akan permintaan uang, hutang. Pengeluaran pembangunan diperinci
selanjutnya menaikkan tingkat investasi, dan menjadi pengeluaran program pembangunan
pada akhirnya permintaan agregat bertambah. dan pengeluaran bantuan proyek (Suparmoko,
Lalu pada akhirnya, penurunan permintaan 2000).
agregat pada first cycle dan menaikkan Secara akuntansi anggaran pemerintah
permintaan agregat pada second cycle untuk terlihat bahwa penerimaan akan sama dengan
mencapai posisi keseimbangan baru secara pengeluaran, sehingga anggaran akan selalu
simultan terlihat dalam kondisi yang seimbang.
Anggaran belanja pemerintah tidak selalu
Defisit Anggaran (Defisit Budgeting) / dalam keadaan seimbang, ada kalanya surplus
Kebijakan Fiskal Ekspansif dan ada kalanya defisit. Terjadinya defisit atau
surplus anggaran ditandai dengan item
penyeimbang baik dalam penerimaan maupun

594
Jejaring Administrasi Publik. Tahun VI,. No. 2, Juli-Desember 2014

pengeluaran, sehingga akan terlihat terjadinya lebih dari apa yang dianggarkan semula.
ketidakseimbangan antara pengeluaran dan 4).Pengeluaran akibat krisis ekonomi. Krisis
penerimaan. Berbagai konsep pengukuran ekonomi akan menyebabkan meningkatnya
defisit anggaran sangat tergantung dengan pengangguran, sedangkan penerimaan pajak
kriteria yang digunakan dan tujuan analisis. akan menurun akibat menurunnya sektorsektor
Biasanya pilihan konsep defisit yang tepat ekonomi sebagai dampak krisis itu, padahal
tergantung oleh beberapa faktor, antara lain: 1) negara harus bertanggung jawab untuk
Jenis ketidakseimbangan yang terjadi, 2) menaikkan daya beli masyarakat yang
Cakupan pemerintah (pemerintah pusat, tergolong miskin. Dalam hal ini negara
konsolidasi pemerintah, dan sektor publik). 3). terpaksa mengeluarkan dana ekstra untuk
Metode akuntansi (cash dan accrual basis), 4). program-program kemiskinan dan
Status dari contingent liabilities (Simanjuntak, pemberdayaan masyarakat terutama di wilayah
2001). pedesaan yang miskin itu. 5).Realisasi yang
menyimpang dari rencana. Apabila realisasi
Sebab-Sebab Munculya Defisit Anggaran penerimaan negara meleset dibanding dengan
yang telah direncanakan, atau dengan kata lain
Menurut Barro (1989) ada beberapa sebab rencana penerimaan negara tidak dapat
terjadinya defisit anggaran, yaitu: 1). mencapai sasaran seperti apa yang
Mempercepat pertumbuhan ekonomi. Untuk direncanakan, maka berarti beberapa kegiatan
mempercepat pembangunan diperlukan proyek atau program harus dipotong.
investasi yang besar dan dana yang besar pula. Pemotongan proyek itu tidak begitu mudah,
Apabila dana dalam negeri tidak mencukupi, karena bagaimanapun juga untuk mencapai
biasanya negara melakukan pilihan dengan kinerja pembangunan, suatu proyek tidak bisa
meminjam ke luar negeri untuk menghindari berdiri sendiri, tetapi ada kaitannya dengan
pembebanan warga negara apabila kekurangan proyek lain. Kalau hal ini terjadi, negara harus
itu ditutup melalui penarikan pajak. Negara menutup kekurangan, agar kinerja
memang di bebani tanggung jawab yang besar pembangunan dapat tercapai sesuai dengan
dalam meningkatkan kesejahteraan warga rencana semula.6).Pengeluran karena inflasi.
negaranya. 2). Pemerataan pendapatan Penyusunan anggaran negara pada awal tahun,
masyarakat. Pengeluaran ekstra juga didasarkan menurut standar harga yang telah
diperlukan dalam rangka menunjang ditetapkan. Harga standar itu sendiri dalam
pemerataan di seluruh wilayah, sehingga perjalanan tahun anggaran, tidak dapat
pemerintah mengeluarkan biaya yang besar dijamin ketepatannya. Dengan kata lain,
untuk pemerataan pendapatan tersebut. selama perjalanan tahun anggaran standar
Misalnya pengeluaran subsidi transportasi ke harga itu dapat meningkat tetapi jarang yang
wilayah yang miskin dan terpencil, agar menurun. Apabila terjadi inflasi, dengan
masyarakat di wilayah itu dapat menikmati adanya kenaikan harga-harga itu berarti biaya
hasil pembangunan yang tidak jauh berbeda pembangunan program juga akan meningkat,
dengan wilayah yang lebih maju. sedangkan anggaran tetap sama. Semuanya ini
3).Melemahnya nilai tukar. Bila suatu negara akan berakibat pada menurunnya kuantitas
melakukan pinjaman luar negeri, maka negara dan kualitas program, sehingga anggaran
tersebut akan mengalami masalah bila ada negara perlu direvisi. Akibatnya, negara
gejolak nilai tukar setiap tahunnya. Masalah ini terpaksa mengeluarkan dana dalam rangka
disebabkan karena nilai pinjaman dihitung menambah standar harga
dengan valuta asing, sedangkan pembayaran
cicilan pokok dan bunga pinjaman dihitung Pengukuran kinerja berbasis anggaran.
dengan mata uang negara peminjam tersebut.
Misalnya apabila nilai tukar rupiah depresiasi Pengukuran dilakukan melalui
terhadap mata uang dollar AS, maka penilaian selisih antara anggaran dengan
pembayaran cicilan pokok dan bunga pinjaman realisasinya. Teknik tersebut dikenal dengan
yang akan dibayarkan juga membengkak. analisis selisih anggaran(analysis of budget
Sehingga pembayaran cicilan pokok dan bunga variance). Jika selisih terjadi menunjukkan
pinjaman yang diambil dari APBN bertambah, aktual yang lebih kecil daripada jumlah

595
Jejaring Administrasi Publik. Tahun VI,. No. 2, Juli-Desember 2014

pengeluaran yang ditetapkan dalam anggaran (input) berupa dana, sumber daya manusia dan
(underspending) maka berarti kinerja sebuah metode kerja. Agar input dapat diinformasikan
satuan kerja adalah baik. Jika dalam dengan akurat dalam suatu anggaran, maka
pelaksanaan anggaran mengalami perubahan perlu dilakukan penilaian terhadap
maka yang dijadikan tolak ukur adalah kewajarannya. Dalam menilai kewajaran input
anggaran setelah mengalami dengan keluaran (output) yang dihasilkan,
perubahan(Mahsun ,2006). Contohnya adalah peran Analisa Standar Biaya (ASB) sangat
dalam menganalisa anggaran berbasis kinerja diperlukan. ASB adalah penilaian kewajaran
pada sebuah dinas pendidikan. Maka aspek atas beban kerja dan biaya yang digunakan
yang dilihat adalah indikator kinerja dan untuk melaksanakan suatu kegiatan. Anggaran
indikator pencapaian organisasi. yang disusun dengan pendekatan kinerja dapat
Dengan pengertian Anggaran berbasis dijelaskan sebagai berikut: 1). Suatu sistem
kinerja tersebut maka setiap alokasi dana harus anggaran yang mengutamakan upaya
dapat diukur dari input yang ditetapkan. Untuk pencapaian hasil kerja (output) dari
menghasilkan penyelenggaraan Anggaran perencanaan alokasi biaya (input) yang
Daerah yang efektif dan efisien, tahap ditetapkan, 2). Output (keluaran) menunjukkan
persiapan/perencanaan anggaran merupakan produk (barang atau jasa) yang dihasilkan dari
salah satu faktor penting dan menentukan program atau kegiatan sesuai dengan masukan
dalam keseluruhan siklus anggaran. Prinsip (input) yang digunakan, 3). Input (masukan)
anggaran berbasis kinerja adalah pertama, adalah besarnya sumber dana, sumber daya
transparansi yang merupakan keterbukaan manusia, material, waktu, dan teknologi yang
dalam proses perencanaan, penyusunan, digunakan untuk melaksanakan program atau
pelaksanaan dan pelaporan evaluasi anggaran, kegiatan sesuai dengan masukan (input) yang
kedua, akuntabilitas yang merupakan digunakan, 4). Kinerja ditunjukkan oleh
pertanggungjawaban pada masyarakat, dan hubungan antara input (masukan) dengan
ketiga, ekonomis, efektif dan efisien yaitu output (keluaran).
pemilihan dan penggunaan sumber daya yang
murah, penggunaan dana masyarakat yang Tantangan dan Peluang Implementasi
efisien dan dapat mencapai target / tujuan Anggaran Berbasis Kinerja.
pelayanan publik. Untuk dapat menyusun
Anggaran Berbasis Kinerja terlebih dahulu Penerapan sistem Anggaran berbasis
harus disusun perencanaan strategik (Renstra). Kinerja merupakan sebuah peluang bagi
Penyusunan Renstra dilakukan secara pemerintah namun disisi lain dapat menjadi
obyektif dan melibatkan seluruh komponen tantangan. Hal itu dikarenakan dengan
yang ada di dalam pemerintahan dan penerapan sistem anggaran berbasis kinerja
masyarakat. Agar sistem dapat berjalan dengan berarti pemerintah daerah dapat menyusun
baik perlu ditetapkan beberapa hal yang sangat arah, kebijakan dan program yang sesuai
menentukan yaitu standar harga, tolok ukur dengan kondisi masyarakat dan kondisi
kinerja dan Standar Pelayanan Minimal yang lingkungan daerah tersebut. Namun disisi lain ,
ditetapkan berdasarkan peraturan pemerintah harus memiliki perhatian lebih
perundangundangan. Pengukuran kinerja (tolok khususnya dalam penampungan aspirasi
ukur) digunakan untuk menilai keberhasilan masyarakat, skala prioritas yang harus tepat
atau kegagalan pelaksanaan kegiatan/program dan fungsi pengawasan yang lebih ketat. Salah
/kebijakan sesuai dengan sasaran dan tugas satu hal yang harus dipertimbangkan dalam
yang telah ditetapkan dalam rangka penetapan belanja daerah adalah Analisa
mewujudkan visi dan misi pemerintah daerah. Standar Biaya (ASB). Alokasi belanja ke dalam
Salah satu aspek yang diukur dalam penilaian aktivitas untuk menghasilkan output seringkali
kinerja pemerintah daerah adalah aspek tanpa disertai alasan dan justifikasi yang kuat.
keuangan berupa ANGGARAN BERBASIS ASB mendorong penetapan biaya dan
KINERJA. pengalokasian anggaran kepada setiap aktivitas
Untuk melakukan suatu pengukuran unit kerja menjadi lebih logis dan mendorong
kinerja perlu ditetapkan indikatorindikator dicapainya efisiensi secara terus-menerus
terlebih dahulu antara lain indikator masukan karena adanya pembandingan (benchmarking)

596
Jejaring Administrasi Publik. Tahun VI,. No. 2, Juli-Desember 2014

biaya per unit setiap output dan diperoleh consent” (Key 1940)- notions central to the way
praktek-praktek terbaik (best practices) dalam state resources were allocated during the
desain aktivitas. “ The multiple and conflicting previous five decades. The crisis influences the
goals of public budgeting are widely discussed in budgetary agenda, as new facts arise (such as
the public administration literature. Schick climate change, clean energy, employment
(1966) described howover time the priorities of policies) which call for a revision of the methods
public budgeting shift as different levels of and tools used up to now. Other issues which
importance are associated with the goals of also emerge refer to the internal organization of
planning, financial control, and management the structures dealing with the budget as well as
improvements. In describing the goals of the with the structures involved in recruiting,
budget process, Kasdin (2004) divides them into training and evaluating their staff.”
three groups: aggregate spending controls and Salah satu upaya pemulihan tersebut
the macroeconomic impacts, strategic or sectoral dapat dilakukan melalui kebijakan fiskal.
allocations, and technical or operational Pengeluaran dan pendapatan negara akan
efficiency. Pradhan and Campos (1996) examine mempengaruhi berbagai sisi kehidupan
the role of government as a management tool, masyarakat baik yang berkaitan dengan jumlah
with built-in incentives to allocate program uang yang beredar, kesempatan memeroleh
resources efficiently and minimize pendapatan dan menumpuk kekayaan maupun
organizational slack The goal of budgeting as a iklim untuk berinvestasi. Pembangunan
political instrument focuses on the realities ekonomi merupakan salah satu tujuan utama
imposed by the political environment. By bagi negara sedang berkembang, termasuk
contrast, the goal of budgeting as an economic Indonesia. Pembangunan ekonomi tidak hanya
instrument focuses on the use of the budget as a tertumpu pada pertumbuhan ekonomi saja
financial planning tool. The literature on the tetapi juga pada peningkatan kesejahteraan,
politics of public budgeting describes how this keamanan, serta kualitas sumberdaya
tension plays out in the political arena. Rubin termasuk sumberdaya manusia dan lingkungan
(2000) describes the balance that executives must hidup. Khususnya pertumbuhan ekonomi,
strike. On one hand, “Interest groups may diperlukan kebijakan yang kondusif agar
contribute to deficits by making it difficult to tercapai peningkatan pertumbuhan ekonomi
raise taxes or cut programs. setiap tahun sesuai dengan yang sudah
ditargetkan. Pertumbuhan ekonomi yang sudah
Eksplorasi dan Analisis ditargetkan setiap tahunnya mencerminkan
kinerja perekonomian pada tahun tersebut
Krisis Global yang terjadi pada tahun sedangkan kinerja ekonomi itu sendiri sangat
1999 memberikan efek domino pada tergantung pada kondisi internal maupun
perekonomian Indonesia. Krisis eksternal dari negara yang bersangkutan.
menyebAnggaran Berbasis Kinerjaan Sementara itu, kondisi eksternal sangat terkait
ketidakstabilan perekonomian di Indonesia. dengan keadaan perekonomian dunia yang
Krisis tersebut terus berlanjut karena tingginya semakin mengglobal. Sebagai contoh bahwa
tingkat premi resiko dalam berinvestasi, kondisi eksternal Indonesia terkait dengan
terkendalannya program pemerintah dalam permasalahan krisis dunia pada saat ini
melakukan pemulihan ekonomi dan masih perhatikan dua kondisi berikut ini yaitu
belum jelasnya prospek keberhasilan pertama, meningkatnya harga minyak mentah
pemerintah sehingga perlu konsilidasi APBN dunia yang mencapai 60 US$ per barel per
dalam tahap perbaikan dan pemulihan. “ The Januari 2006. Ke dua, adanya krisis moneter
global economic crisis poses significant questions dimana nilai kurs dollar terhadap rupiah
to both the theory and practice of budgeting, semakin meningkat sampai Rp 9.460,00 per
disputing the validity of well established Januari 2006. Naiknya harga minyak
theorems and practices. The crisis questions the mendorong Bank Pembangunan Asia (ADB) dan
core notion of “performance” as well as other Bank Dunia meninjau kembali perkiraan
cardinal concepts of Performance Based pertumbuhan ekonomi Asia. Laporan ADB pada
Budgeting (PBB), such as the “greatest return in bulan April 2005 memperkirakan pertumbuhan
social utility” (Downs 1960), “political and social ekonomi Asia Timur pada tahun rata-rata 6,7%

597
Jejaring Administrasi Publik. Tahun VI,. No. 2, Juli-Desember 2014

hingga 7,2%. Nampaknya angka tersebut harus perekonomian Indonesia masih sangat sulit
direvisi. Pemerintah dalam asumsi makro untuk tumbuh positif. Krisis ekonomi ditandai
APBN 2005 penyesuaian, proyek pertumbuhan dengan menurunnya permintaan agregat
ekonomi Indonesia adalah 5,5%, inflasi 7,0%, sehingga kondisi perekonomian menunjukkan
suku bunga sertifikat Bank Indonesia (SBI) adanya ciri-ciri depresi seperti menurunnya
8,0%, nilai tukar rupiah Rp 8.900,00 per dollar daya beli secara drastis, berkurangnya bahkan
Amerika Serikat dan harga minyak sebesar 35 hilangnya minat investasi asing, dan
dollar AS per barrel serta produksi minyak meningkatnya pengangguran di berbagai
sebesar 1,125 juta barrel per hari. Atas dasar sektor. Kondisi tersebut diperparah oleh sisi
asumsi tersebut, dalam patokan dasar penawaran yang semakin turun. Bukan saja
anggaran, subsidi bahan bakar minyak (BBM) produksi yang menurun tetapi juga terjadi
diperkirakan akan naik dari Rp 19 triliun ketidakkondusifan berbagai kebijakan yang
menjadi Rp 60,1 triliun sehingga ada kenaikan mengakibatkan daya respon (elastisitas)
pembayaran subsidi sebesar Rp 41,1 triliun. Hal penawaran sangat lemah. Kebijakan fiskal
ini mengakibatkan terjadi pembengkakan dalam perekonomian dituangkan dalam bentuk
defisit anggaran sekitar 1,3% dari Produk pos-pos yang tercantum pada dua sisi yaitu
Domestik Bruto (PDB) yang mengakibatkan penerimaan dan belanja pemerintah. Fungsi
kekurangan pembiayaan cukup signifikan dan fiskal meliputi tiga aspek penting yang
sangat membebani keuangan negara. mencerminkan peran pemerintah dalam
Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dolar perekonomian yaitu sebagai fungsi alokasi,
AS yang melonjak pada akhir-akhir ini akan distribusi, dan stabilisasi. “ How well municipal
memperparah krisis ekonomi, yaitu governments cope with fiscal crises depends
menyebabkan subsidi BBM yang harus dibayar partly on their ability to limit their exposure to
pemerintah melonjak drastis. Asumsi makro external risks and to implement necessary
tersebut sudah tidak relevan lagi karena nilai adjustments to internal operations. Through
tukar dan harga minyak dunia sudah sangat strategic planning, organizations scan their
jauh berbeda. internal and external environments and
Untuk itu pemerintah sebaiknya merevisi formulate appropriate fiscal policy and
asumsi tersebut. Anggaran Penerimaan dan organizational responses to minimize the effects
Belanja Negara (APBN) masih menunjukkan of environmental shocks (Bryson, 2004;
defisit yang kian membesar, hal ini akibat dari Hendrick, 2003). Strategic plans can also
semakin besarnya subsidi yang harus provide a framework for budgeting and
dikeluarkan terutama BBM. Sementara itu dari operations, enabling cities to rein in
sisi penerimaan dari pajak belum menunjukkan expenditures by focusing on core services and
hasil yang maksimal meskipun upaya building support from various stakeholders on
penarikan pajak dengan memperluas basis the process of fiscal retrenchment (Behn, 1980;
pajak telah dilaksanakan. Di sisi lain kebijakan Levine, 1985). Has strategic planning influenced
fiskal yang merupakan salah satu piranti city governments’ fiscal performance during the
kebijakan pemerintah cenderung mengalami Great Recession in terms of minimizing their
distorsi dalam implementasinya. Misalnya, budget deficits?”
fenomena munculnya pengelolaan dana negara Menurut Romer (1996), secara simultan
APBN terutama pada Goverment Expenditure fungsi fiskal bertujuan untuk menciptakan
menjadi sasaran empuk pengelolaan yang tidak kondisi makro ekonomi secara kondusif dalam
sesuai aturan. Berbagai upaya reformasi mencapai pertumbuhan ekonomi, penciptaan
kebijakan fiskal sering dilakukan agar tenaga kerja yang sekaligus menekan jumlah
perekonomian berjalan pada jalur yang benar. pengangguran, pengendalian tingkat inflasi,
Namun hal ini belum berhasil karena pengaruh dan mendorong distribusi pendapatan yang
kebijakan non ekonomi yang lebih dominan semakin merata. Gambaran APBN di Indonesia
misalnya saja adanya masalah sosial dan tercermin pada pos dalam anggarannya. Sisi
kesehatan serta terjadinya bencana alam yang penerimaan negara mencakup semua
tidak dapat diperkirakan. Bermula dari krisis penerimaan dari pajak dan bukan pajak,
ekonomi tahun 1997 hingga sekarang berlanjut sedangkan sisi pengeluaran pemerintah terdiri
dengan krisis-krisis lain mengakibatkan dari pengeluaran rutin dan pengeluaran

598
Jejaring Administrasi Publik. Tahun VI,. No. 2, Juli-Desember 2014

pembangunan. Ada beberapa alternatif untuk pemerintahan daerah maupun pusat serta
mencapai hal tersebut yaitu dengan dengan didukung oleh aturan-aturan yanjg
mengupayakan penerimaan dalam negeri dapat berlaku maka sudah seharusnya sistem
ditingkatkan, mengupayakan berkurangnya penganggaran di Indonesia yang masih bersifat
ketergantungan utang luar negeri, dan tradisional diganti dengan sistem penganggaran
menekan pengeluaran negara dengan yang mampu merespon perubahan-perubahan
menerapkan skala prioritas tinggi serta yang tersebut. Sebagai gantinya adalah Anggaran
sedang marak pada pemerintahan yang Negara Berdasarkan Prestasi Kerja atau istilah
sekarang sedang berjalan adalah dengan yang lebih sering digunakan adalah Anggaran
pemberantasan korupsi. Defisit anggaran Berbasis Kinerja. Proses penyusunan dan
menjadi penting dalam masa krisis sehingga sasaran yang ingin dicapai dari sistem
banyak persoalan menjadi dilematis dalam anggaran berbasis kinerja menggambarkan
memilih kebijakan fiskal yang tepat. Defisit adanya peluang bagi daerah untuk
ataupun surplus anggaran ini menjadi isu mengembangkan visi dan misi serta
penting untuk dikaji karena dalam siklus bisnis mewujudkan keinginan dan harapan
defisit anggaran menjadi pembahasan yang masyarakat sesuai dengan potensi yang dimiliki
cukup serius dalam memacu pertumbuhan daerah yang bersangkutan.
ekonomi. Dari permasalahan tersebut maka Kebijakan fiskal memiliki berbagai
artikel ini akan mengkaji kebijakan fiskal tujuan dalam menggerakkan aktifitas ekonomi
khususnya untuk mengetahui dampak negara, yaitu peningkatan pertumbuhan
kebijakan defisit anggaran terhadap ekonomi, kestabilan harga, pemerataan
pertumbuhan ekonomi Indonesia. pendapatan. Namun demikian, dampak
Desentralisasi fiskal adalah salah satu kebijakan fiskal kepada aktifitas ekonomi
bentuk reformasi kebijakan anggaran. Melalui negara sangatlah luas. Berbagai indikator
desentralisasi fiskal diharapkan pemerintah ekonomi lainnya pun mengalami perubahan
daerah dapat melihat kebutuhan daerah secara sebagai akibat pelaksanaan kebijakan fiskal
tepat dan menggunakan segala bentuk inovasi yang dilakukan oleh pemerintah. Dampak
dalam mencapai efektifitas dan efisiensi kebijakan fiskal pada pertumbuhan ekonomi
anggaran baik dalam sektor penerimaan diharapkan selalu positif, sedangkan dampak
maupun pengeluaran. Sistem penganggaran pada inflasi diharapkan negatif. Namun secara
yang selama ini diterapkan di Indonesia yang teori, kebijakan fiskal ekspansif yang dilakukan
bersifat kaku, hirarkis dan tradisional dirasa dengan peningkatan pengeluaran pemerintah
sudah tidak cocok lagi dengan perkembangan di tanpa terjadinya peningkatan sumber pajak,
Indonesia khususnya setelah diterapkannya sebagai sumber keuangan utama pemerintah,
otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. akan mengakibatkan peningkatan defisit
Dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor anggaran (Jaka Sriyana, 2007).
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang Pengeluaran negara akan berdampak
memuat berbagai perubahan mendasar dalam pada peningkatan pendapatan
pendekatan penganggaran maka jelaslah bahwa nasional(expansionary) sedangkan penerimaan
pemerintah pusat telah berusaha untuk berbagi negara akan mengurangi pendapatan
kewenangannya kepada pemerintah daerah. nasional(contractionary). Mengurangi atau
Perubahan-perubahan itu didorong oleh menambah pengeluaran dan memperkecil atau
berbagai faktor termasuk diantaranya memperbesar pendapatan dapat digunakan
perubahan yang begitu cepat di bidang politik, pemerintah sebagai alat untuk menjaga
desentralisasi, dan berbagai tantangan stabilitas ekonomi. Pola ini disebut sebagai
pembangunan yang dihadapi pemerintah. fiscal policy(Kebijakan Fiskal) Kebijakan fiskal
Berbagai perubahan ini membutuhkan adalah kebijakan yang dikeluarkan untuk
dukungan sistem penganggaran yang lebih memulihkan kondisi ekonomi dengan cara
responsive, yang dapat memfasilitasi upaya mengeluarkan kebijakan seputar pajak,
memenuhi tuntutan masyarakat atas pinjaman , pengeluaran dan investasi. Fungsi
peningkatan kinerja pemerintah dalam bidang utama kebijakan fiskal yaitu distribusi , alokasi
pembangunan, kualitas layanan dan efisiensi dan stabilisasi. Fungsi Distribusi adalah
pemanfaatan sumber daya. Melihat kondisi di pembagian pendapatan untuk menjamin

599
Jejaring Administrasi Publik. Tahun VI,. No. 2, Juli-Desember 2014

pemerataan keadilan . adalah peranan maka fungsi alokasi ini seharusnya bisa
kebijakkan fiskal dalam rangka pembagian memberikan ruang yang cukup luas dalam
kembali pendapatan. Berdasarkan mekanisme berbagai macam alokasi-alokasi terutama pada
harga, pembagian pendapatan didasarkan pada berbagaimacam sumberdaya serta pajak kepada
pemilikan sumberdaya atau fakor- fakor daerah, sehingga proses distribusinya berjalan
produksi. Pemilik sumberdaya tanah akan secara adil dan merata yang nantinya dalam
memperoleh sewa tanah, pemilik sumberdaya jangka panjang akan mengakibatkan keadaan
modal akan memperoleh bunga, pemilik tenaga yang merata sesuai dengan apa yang dicita-
kerja akan memperoleh upah , dan para citakan bangsa ini, ketidak merataan yang
wirausaha akan memperoleh laba, dengan disebut Anggaran Berbasis Kinerjaan karena
adanya mekanisme seperti itu tentu saja ada ketimpangan kepemilikan sumberdaya tidak
kelompok anggota masyarakat yang karena akan dirugikan karena dalam desentralisasi ini
kondisi asalnya hanya akan memiliki sebagian keikutsertaan pemerintah tidak 100% hilang
atau bahkan tidak memiliki faktor-faktor namun masih ada sedikit campur tangan dari
produksi sama sekali. Hal yang demikian pemerintah dalam mengatasi hal ini, sehingga
menimbulkan suatu kesenjangan ditengah- daerah yang banyak terdapat sumberdaya dan
tengah masyarakat kita.Oleh karena distribusi pajaknya tidak merasa dirugikan karena
pendapatan mengandung unsur publik maka alokasi serta distribusi penghasilan yang tidak
pemerintahlah yang harus tampil untuk adil, lebih banyak tersentralisasi daripada
mengatasi ketidakmerataan pembagian terdesentralisasi, dan daerah yang sedikit
pendapatan. Misi pemerataan pendapatan yang memiliki sumberdaya tidak akan merasa
diemban pemerintah tersebut dilaksanakan kekuarangan karena distribusi dalam
melalui sisi penerimaan, terutama pajak yang desentralisasi fiskal yang sesuai. Sedangkan
dapat menjadi instrumen bagi pemerintah fungsi stabilitas yaitu untuk menjamin tingkat
untuk lebih bisa mengadilkan pembagian pertumbuhan, mempertahankan stabilisasi
pendapatan, yaitu melalui pajak penghasilan harga, kesempatan kerja dan kurs. Pada negara
dengan struktur tarif pogresif. Tarif progresif maju kebijakan fiskal bertujuan untuk
ini merupakan suatu tariff pajak dimana makin stabilitas laju pertumbuhan sedangkan pada
besar pendapatan maka tariff pajak rata-rata ( negara berkembang lebih kepada pembentukan
average tax rate ) maupun tarif pajak marginal modal. Ketika perekonomian lesu maka
( marginal tax rate ) nya meningkat. Pengenan pemerintah dapat menanggulanginya melalui
tar if pajak progresif ini memungkinkan jarak kebijakan fiskal. Mekanisme tersebut
antara pendapatan kelompok berpenghasilan dilaksanakan melalui kebijakan menaikan
rendah dengan yang berpenghasilan tinggi pengeluaran pemerintah dan mengurangi
menjadi lebih sempit. Sisis pengeluaran dari pajak. Peningkatan pengeluaran pemerintah
anggaran juga dapat menjadi instrumen dalam dapat berupa peningkatan bantuan maupun
pembagian kembali pendapatan, yaitu melalui pengeluaran lainnya yang dapat meningkatkan
program pembayaran transfer atau subsidi. kesejahteraan masyarakat.
Fungsi alokasi yaitu mengatur alokasi faktor- Dalam kebijakan fiskal terkandung
faktor produksi dalam menghasilkan barang anggapan bahwa rumahtangga
publik dan privat. Seperti diketahui bahwa negara(pemerintah) tidak dapat disamakan
masyarakat membutuhkan baik barang private dengan individu dan pengaruh tindakannya
dan barang publik. Selain dalam rangka masingmasing terhadap keseluruhan
penyediaan barang publik, sumberdaya masyarakat. Individu ketika penghasilannya
nasional juga harus dialokasikan ke sektor menurun tindakan yang diambil biasanya
publik karena perlunya peranan pemerintah adalah mengurangi pengeluaran, sedangkan
didalam mengatasi kegagalan meknisme pasar. pemerintah ketika penerimaan menurun maka
Pengertian fungsi alokasi itu sendiri kebijakan yang diambil tidak harus mengurangi
adalah mengalokasikan sebagian sumberdaya pengeluaran karena tindakan mgurangi
dalam rangka menghasilkan barang dan jasa pengeluaran dapat berdampak pada
guna memenuhi kebutuhan konsumen yang berkurangnya pendapatan masyarakat sebagi
dalam hal ini adalah masyarakat indonesia. pembayar pajak. Hal tersebut justru akan
Dengan adanya konsep Desentralisasi Fiskal menyebAnggaran Berbasis Kinerjaan

600
Jejaring Administrasi Publik. Tahun VI,. No. 2, Juli-Desember 2014

penerimaan negara makin berkurang karena dana tersebut telah digunakan secara efektif
kecilnya jumlah pajak yang diterima dari dan efisien atau tidak. Tolok ukur keberhasilan
masyarakat. Selain meningkatkan pengeluaran hanya ditunjukkan dengan adanya
pemerintah maka dapat dilakukan juga keseimbangan anggaran antara pendapatan
penurunan tarif pajak. Penurunan tarif pajak dan belanja namun jika anggaran tersebut
akan berimplikasi langsung pada kenaikan defisit atau surplus berarti pelaksanaan
pendapatan real masyarakat. Sehingga anggaran tersebut gagal. Dalam
peningkatan pengeluaran pemerintah maupun perkembangannya, muncullah sistematika
penurunan pajak akan berdampak kepada anggaran kinerja yang diartikan sebagai suatu
meningkatnya permintaan barang dan jasa. bentuk anggaran yang sumber-sumbernya
Permintaan barang dan jasa yan meningkat dihubungkan dengan hasil dari pelayanan.
akan menyebAnggaran Berbasis Kinerjaan Bila berbicara tentang kebijakan fiskal
produksi meningkat. Pada tahap ini berlaku selalu dikaitkan dengan kepentingan
teori “supply and demand”. Hal tersebut pemerintah melalui hak penerimaan pajak,
berdampak pada peningkatan ekonomi yang pengeluaran pemerintah, dan pinjaman
akan berdampak pula pada peningkatan pemerintah yang bertujuan untuk menciptakan
ekonomi masyarakat. Sebab semakin lapangan pekerjaan, pengendalian harga, dan
meningkat kegiatan ekonomi berarti akan menjaga pertumbuhan ekonomi agar tetap
meningkat pula kesejahteraan masyarakat. positif. Dalam implementasinya kebijakan
Sebab kesejahteraan masyarakat berada dapat fiskal dilakukan saat pemerintah menjalankan
dicapai dengan kegiatan ekonomi yang adjusment (penyesuaian) antara penerimaan
berimplikasi pada pendapatan masyarakat. pajak (tax reveue) dengan pengeluaran
Pelaksanaan desentralisasi fiskal yang pemerintah (goverment expenditure) yang
digencar-gencarkan oleh pemerintah berdampak pada tingkat penciptaan lapangan
mengharuskan pemerintah daerah memiliki kerja, harga (inflasi), dan tingkat pertumbuhan
kesiapan dan inovasi dalam mengeluarkan ekonomi.
kebijakan-kebijakan yang terkait. Pemerintah Konsep kebijakan fiskal pertama kali
daerah memiliki hak dan wewenang untuk diterapkan dalam skala besar di Amerika pada
mengatur pendapatan dan pengeluarannya tahun 1930-an yaitu pada saat depresi melanda
tetapi harus berada dalam koridor aturan perekonomian Amerika. Saat itu pemerintah
nasional yang berlaku. Pemerintah pusat akhir- membutuhkan uang untuk membiayai berbagai
akhir ini telah menerapkan sebuah sistem yang jenis proyek agar dapat menampung banyak
mengatur agar efektifitas dan efidiensi tenaga kerja (akibat banyaknya pengangguran)
anggaran tercapai melalui sebuah sistem yang dan bertujuan untuk merehabilitasi
disebut anggaran berbasis kinerja. Proses perekonomian yang lesu (Harry Yusuf Laksana,
penyusunan dan sasaran yang ingin dicapai 2003). Kebijakan fiskal merupakan salah satu
dari sistem anggaran berbasis kinerja kebijakan ekonomi makro yang paling utama
menggambarkan adanya peluang bagi daerah (selain kebijakan moneter) yang bertujuan
untuk mengembangkan visi dan misi serta untuk menggairahkan perekonomian
mewujudkan keinginan dan harapan (ekspansif) bila kondisi perekonomian sedang
masyarakat sesuai dengan potensi yang dimiliki lesu, ataupun bertujuan untuk mengendurkan
daerah yang bersangkutan.Hal tersebut (kontraktif) perekonomian bila sedang
menjadi bentuk desentralisasi fiskal. memanas (overheating). Berbagai kebijakan
Sebelum berlakunya sistem Anggaran fiskal mempunyai saluran yang bervariatif,
Berbasis Kinerja, metode penganggaran yang yang mana, seluruh kebijakan fiskal ini dapat
digunakan adalah metoda tradisional atau item dilaksanakan melalui jalur kebijakan anggaran
line budget. Cara penyusunan anggaran ini pemerintah (kalau di Indonesia dikenal dengan
tidak didasarkan pada analisa rangkaian APBN).
kegiatan yang harus dihubungkan dengan Kebijakan fiskal dengan menambah
tujuan yang telah ditentukan, namun lebih pengeluaran pemerintah akan berimplikasi
dititikberatkan pada kebutuhan untuk pada kegiatan ekonomi dan harga, baik dibiayai
belanja/pengeluaran dan sistem pertanggung dengan meminjam dari masyarakat maupun
jawabannya tidak diperiksa dan diteliti apakah dari bank sentral. Demikian juga bahwa

601
Jejaring Administrasi Publik. Tahun VI,. No. 2, Juli-Desember 2014

kebijakan fiskal dengan menurunkan pajak urusan anggaran daerah dan menggunakan
dapat juga dilakukan dengan mengurangi pendekatan manajemen yang terpadu. Sistem
sejumlah tertentu pajak yang dibayar oleh anggaran ini memungkinkan semua unsur
perseorangan dan menurunkan persentase dalam sistem kemasyarakatan di daerah
pajak yang harus dibayar. Namun kebijakan terlibat dalam menentukan arah pembangunan
fiskal dengan mengurangi pengeluaran sehingga pembangunan sesuai dengan
pemerintah dan menaikkan pajak dapat kebutuhan dan keinginan riil masyarakat serta
mengurangi laju defisit anggaran besar tetapi terintegrasi antarpihak terkait. Sistem
kegiatan ekonomi akan bersifat kontraktif anggaran berbasis kinerja dan otonomi daerah
(Meier 1995). menuntut
Pemda kreatif untuk menggali dan
Kesimpulan memanfaatkan potensi daerah secara optimal
untuk kemajuan daerah. Perencanaan strategis
Dalam konsep ekonomi dikenal dua juga memungkinkan Pemda menegakkan
kebijakan ekonomi yang utama, yaitu kebijakan akuntabilitas (pengukuran kinerja),
moneter dan kebijakan fiskal. Kebijakan pelaksanaan rencana, pemantauan
moneter merupakan pengendalian sektor pelaksanaan, dan penyediaan umpan balik
moneter, sedangkan kebijakan fiskal untuk masyarakat sehingga ada perubahan
merupakan pengelolaan anggaran pemerintah yang positif di berbagai bidang secara terus-
(budget) dalam rangka mencapai tujuan menerus. Kesulitan lain dalam pengukuran
pembangunan (Jaka Sriyana, 2007). kinerja adalah kesulitan dalam memastikan
Desentralisasi fiskal adalah salah satu hubungan antara input dan output. Di pihak
bentuk reformasi kebijakan anggaran. Melalui lain penentuan ukuran kinerja merupakan hal
desentralisasi fiskal diharapkan pemerintah penting sebagai alat motivator. Contoh, salah
daerah dapat melihat kebutuhan daerah secara satu akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
tepat dan menggunakan segala bentuk inovasi adalah akuntabilitas progam. Fokus kinerja
dalam mencapai efektifitas dan efisiensi akuntabilitas progam adalah pada pencapaian
anggaran baik dalam sektor penerimaan hasil kegiatan instansi apakah sudah
maupun pengeluaran. Sistem penganggaran memberikan kepuasan/kenyamanan kepada
yang selama ini diterapkan di Indonesia yang pelanggan (customer) dan stakeholders serta
bersifat kaku, hirarkis dan tradisional dirasa memberikan dampak positif kepada kemajuan
sudah tidak cocok lagi dengan perkembangan di masyarakat. Alat ukur untuk kinerja ini sangat
Indonesia khususnya setelah diterapkannya kompleks sehingga dibutuhkan ketelitian
otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. pemerintah daerah dalam membuat dan
Dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor mengawasinya
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang
memuat berbagai perubahan mendasar dalam Daftar Pustaka
pendekatan penganggaran maka jelaslah bahwa
pemerintah pusat telah berusaha untuk berbagi Ahmeth. 2010 . Kebijakan Fiskal. Diunduh pada
kewenangannya kepada pemerintah daerah. http://adiewongindonesia. blogspot.com
Anggaran berbasis kinerja merupakan /2010 /02/ kebijakan-fiskal.html' tanggal 5
anggaran yang penyusunannya menggunakan Juni 2010, jam 20.00 WIB.
pendekatan “bottom-up budgeting”. Anggaran Boediono. Keterangan Menteri Keuangan
merupakan komitmen antara pimpinan dengan tentang Rencana Kerja Pemerintah,
pelaksana. Dengan demikian, anggaran Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-
berbasis kinerja ini dapat memacu pelaksana Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN, 2005.
untuk beraktivitas secara optimal dan atau Boediono. Kebijakan Fisikal: Pemikiran,
berperilaku sebagaimana yang diharapkan. Konsep, dan Implementasi, Jakarta:
Proses perencanaan anggaran dalam sistem Kompas, 2003.
anggaran berbasis kinerja dilakukan dengan M.L Jhingan. Ekonomi Pembangunan dan
dua pendekatan, yaitu penjaringan aspirasi Perencanaan, Jakarta: Rajawali Pers, 2003.
masyarakat dan perencanaan strategis. Sistem Nopirin. Ekonomi Moneter, Yogyakarta: BPFE,
anggaran baru memberikan desentralisasi 1987.

602
Jejaring Administrasi Publik. Tahun VI,. No. 2, Juli-Desember 2014

Basuki. 2007. “Pengelolaan Keuangan Daerah”. Meier, G.M. (1995). Leading issues in economic
Yogyakarta : Kreasi Wacana. development. Sixth ed. New York: Oxford
Brata, Atep Adya dan Trihartanto dan University Press.
Bambang. 2004. ”Kekuasaan Pengelolaan Romer, D. (1996). Advance macroeconomics.
Keuangan Negara/Daerah”. Jakarta: Alex Singapore: McGraw-Hill International
Media Kompotindo. Editions. Economics Series.
Durachman. 2005. Analisis Proses Penyusunan Brysson, J. M. (2004). Strategic planning for
Anggaran Berbasis Kinerja Di Dinas public and nonprofit organizations (3rd
Kesehatan Provinsi Jambi. Tesis. Program ed.). San Francisco, CA: Jossey-Bass.
Pascasarjana Universitas Gajahmada. Bryson, J. M., Berry, F. S., & Yang, K. (2010).
Tidak Diterbitkan The state of public strategic management
Fatimah. 2009. Analisiss kebijakan Belanja dan research: A selective
kinerja pelayanan dinas pendidikan dan Behn, B. D. (1980, November/December).
kesehatan kota Payakumbuh. Tesis . Leadership for cutback management: The
Program Pasca Sarjana Unand. Tidak use of corporate strategy. Public
diterbitkan. Administration Review, 613-620.
Subiyantoro, Heru dan Riphat Singgih. 2004. Kasdin, S. (2004, October). Using budget
“Kebijakan fiskal. Pemikiran , konsep dan systems to enhance program performance
implementasi.” Jakarta : Kompas Media. and agency management. Paper presented
2004. at the Association for Public Policy Analysis
Soedibyo, Bambang .2001. Stabilisasi dan and Management conference, Atlanta, GA.
harmonisasi perekonomian Indonesia. Schick, A. (1966). The road to PPB: The stages
Kompas, jumat 8 juni 2001 hal 4. Diunduh of budget reform. Public Administration
pada “http://kompas.com/ Stabilisasi dan Review, 26, 243-258.
harmonisasi perekonomian Indonesia” Rubin, I. S. (2000). The politics of public
,tanggal 5 Juni 2010, jam 20.00 WIB budgeting: Getting and spending, borrowing
Yenida. 2007. Analisis pengaruh desentralisasi and balancing (4th ed.). Washington, DC:
fiskal terhadap belanja pelayanan daerah Chatham House/Seven Bridges.
di Kabupaten/kota Propinsi Sumatera Pradhan, S.,&Campos, E. (1996). Budgetary
Barat. Tesis. Program Pasca Sarjana institutions and expenditure outcomes:
UNAND. Tidak diterbitkan. Binding governments to fiscal performance
Waluyo, Joko. 2007. Dampak Desentralisasi (Policy Research Working Paper 1646).
Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Washington, DC: World Bank.
Dan Ketimpangan Pendapatan Key, V.O. Jr (1940). The lack of a Budgetary
Antardaerah Di Indonesia. Skripsi. Theory. American Political Science Review.
Fakultas Ekonomi Universitas 34, published in: J.M. Shafritz and A.C.
Pembangunan Nasional Yogyakarta. Tidak Hyde (1997), Classics of Public
diterbitkan. Administration, 5th edition (Belmont:
Maryatmo R tentang. 2008“Dampak Moneter Wadsworth/Thomson, (2004), 109-113.
kebijakan Defisit Anggaran Pemerintah Downs, A. (1960). Why the Government Budget
dan peranan Asa Nalar Dalam Simulasi is Too Small in a Democracy. World
Model Makro Ekonomi Indonesia ( 1983:1- Politics, 12 (4), 541-563.
2002:4)”.
Subdiyanto, Heru dan Riphat, Singggit. 2004.”
Kebijakan fiskal. Pemikiran , konsep dan
implementasi.” Jakarta : Kompas Media.
Hal:56
Brata, Atep Adya dan Trihartanto dan
Bambang. 2004. ”Kekuasaan Pengelolaan
Keuangan Negara/Daerah”. Jakarta: Alex
Media Kompotindo. Hal : 19.

603

Anda mungkin juga menyukai