Anda di halaman 1dari 12

HUTANG NEGARA

Disusun oleh:
MUHAMMAD PANJI SURAHMAT (1880603276)

Dosen Pengampuh :
MAIL HILIAN BATIN, S.E.I.,M.E

S1 Perbankan Syariah
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
2019
DAFTAR ISI

JUDUL .................................................................................................................... 1

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 3

A. LATAR BELAKANG .......................................................................... 3


B. RUMUSAN MASALAH ...................................................................... 4
C. TUJUAN PEMBAHASAN................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 5

1. PENGERTIAN HUTANG NEGARA .................................................... 5

2. PENDAPAT PARA AHLI TENTANG UTANG NEGARA ................. 5

3. JENIS UTANG NEGARA...................................................................... 9


4. FUNGSI UTANG NEGARA.................................................................. 11
5. UTANG NEGARA DALAM APBN ...................................................... 11

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 12


A. KESIMPULAN ..................................................................................... 12
B. SARAN ................................................................................................. 12

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Suatu negara betapa pun kecilnya, pasti mempunyai suatu tujuan. Untuk
mencapai tujuan, dibutuhkan adanya berbagai aktivitas yang teratur, jelas, dan maton.
Suatu aktivitas tanpa didukung adanya dana yang cukup maka bisa jadi aktivitas
tersebut akan tersendat-sendat bahkan dapat macct. Dana yang dibutuhkan untuk
membiayai aktivitas negara tersebut perlu dikelola secara baik, hal ini dimaksudkan
supaya tercapai tingkat eflsiensi dan efektivitas yang maksimal. Pengelolaan dana di
dalam suatu negara biasanya dibedakan antara pengelolaan yang berhubungan dengan
pendapatan (penerimaan) dan pcngelolaan yang mcnyangkut masalah-masalah yang
berhubungan dengan pengeluaran atau pembelanjaan.

Kebijaksanaan pengelolaan keuangan ini untuk masing-masing negara berbeda-


beda. Ada yang menganut kebijaksanaan berimbang atau sering disebut dengan
balance of budget, artinya antara penerimaan dcngan pengeluaran negara dalam suatu
peniode tertentu (biasanya 1 tahun) diusahakan seimbang. Di samping itu, ada juga
negara-negara yang menganut kebijaksanaan defisit budget, seperti yang dianut
negara kita sekarang ini.

Penerimaan biasanya terdiri dari penerimaan dalam negeri dan luar negeri,
sedangkan untuk pengeluaran atau pembelanjaan terdiri dari pengeluaran rutin
(seperti untuk gaji, subsidi, cicilan utang, dan bunga), dan pengeluaran pembangunan,
seperti membuat jalan, jembatan, sekolah, irigasi. Apabila seluruh penerimaan negara
dalam suatu periode tertentu lebih besar dibandingkan dengan seluruh pengeluaran
maka negara tersebut dikatakan surplus jika kalau sebaliknya (penerimaan lebih kecil
apabila dibandingkan dengan pengeluaran) maka negara tersebut mengalami defisit
anggaran.

3
Suatu negara apabila mengalami deflsit maka untuk menutup defisit tersebut
dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan meningkatkan pendapatan
di sektor pajak, mencetak uang. Di samping yang telah disebutkan di atas, masih ada
cara-cara lain yang dipandang sangat fleksibel dalam rangka menutup pembelanjaan
negara, cara tersebut adalah melakukan pinjaman.

Dilihat dari scope-nya pinjaman dapat dibedakan menjadi pinjaman yang berasal
dari dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

Pinjaman dalam negeri dapat dibedakan menjadi pinjaman yang diperoleh secara
sukarela dan pinjaman yang diperoleh secara paksa. Untuk jenis pinjaman luar negeri
dapat dibedakan pinjaman jangka pendek dan pinjaman jangka panjang.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu utang negara menurut para ahli?
2. Apa saja jenis dan fungsi utang negara?
3. Bagaimana posisi utang negara di APBN?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Mengetahui jenis dan fungsi utang Negara tersebut.
2. Memeahami pengaruh posisi utang Negara dalam APBN.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN UTANG NEGARA


Utang atau dalam konteks ini utang negara berdasarkan Undang-Undang
nomor 1 tahun 2004 merupakan jumlah uang yang wajib dibayar pemerintah
pusat dan/atau kewajiban pemerintah pusat yang dapat dinilai dengan uang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, perjanjian, atau
berdasarkan sebab lain yang sah.
Utang sering kali menjadi permasalahan yang pelik dalam lingkup nasional,
karena telah tertanam dalam benak mayoritas masyarakat sebuah doktrin general
yang memberikan sinyal buruk terhadap utang, khususnya utang negara. Namun
ternyata utang merupakan salah satu bagian penting dalam menetapkan kebijakan
fiskal (APBN) dimana juga merupakan begian dari suatu sistem besar yang
disebut pengelolaan ekonomi.
Tujuan dari pengelolaan ekonomi tersebut adalah:
a. Menciptakan kemakmuran rakyat dalam bentuk:
1) Penciptaan kesempatan kerja.
2) Mengurangi kemiskinan.
3) Menguatkan pertumbuhan ekonomi.
b. Menciptakan keamanan.

2. PENDAPAT PARA AHLI TENTANG UTANG NEGARA


Suatu negara akan mencari pinjaman apabila untuk membiayai pengeluaran
(pembelanjaan) sudah tidak dapat ditutup lagi dengan penerimaan. Sedangkan
faktor yang menyebabkan pembelanjaan lebih besar dari pada penerimaan ini
antara lain negara dalam keadaan perang sehingga dalam suatu periode tertentu

5
negara harus mengadakan pengeluaran yang luar biasa besarnya untuk membeli
peralatan persenjataan. Di samping itu, ada faktor lain, misalnya kebijaksanaan
ekonomi yang baru maka dalam suatu periode tertentu harus dibangun proyek-
proyek yang secara kuantitatif cukup banyak sehingga melebihi kemampuan
bayar pada saat itu.
Pada mulanya pinjaman negara ini sebagian besar digunakan untuk
membiayai perang (seperti pada Perang Dunia I dan II). Seperti yang dikatakan
oleh Adam Smith dan penganutnya yang termasuk dalam mazhab klasik bahwa
pinjaman negara yang digunakan untuk membiayai perang adalah tidak cocok
karena penggunaannya semata-mata untuk konsumtif dan bukan untuk hal-hal
yang produktif. Dengan demikian, justru hanya akan mengurangi modal nasional.
Apabila kalau dikaitkan masalah pengembalian pinjaman dan pembayaran bunga
(rate) hanya akan memberikan tekanan pajak lebih berat karena kontribusi
pendapatan negara saat itu adalah berasal dari pajak.
Di samping Adam Smith, Carl Dictzel di dalam bukunya yang berjudul Das
System der Staatsanleihen berpendapat bahwa sistem pinjaman pemerintah yang
digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah secara periodik dan teratur
(rutin) dapat dibenarkan, sedangkan pengeluaran yang luar biasa besarnya (bukan
rutin) juga bisa dibiayai dengan pinjaman sepanjang dapat menciptakan faedah
yang terus-menerus.
Sedangkan A Wagner dalam bukunya yang berjudul Algemelne Order
Theoretisch Volkswmcshayehre membuat suatu teori tentang pinjaman
pemerintah.
Teori A Wagner pada hakikatnya didasarkan pada dua dalil.
a. Rumah Tangga Pemerintah = Rumah Tangga Produktif
Artinya, di dalam pengelolaan penerimaan negara tidak seluruhnya
hanya digunakan semata-mata untuk hal-hal yang bersifat konsumtif,
tetapi harus dialokasikan pula ke hal-hal yang bersifat produktif (yang
dapat menghasilkan kemanfaatan yang terus-mcnerus) misalnya

6
proyek- proyek yang dapat menghasilkan sehingga dapat
menyumbangkan kembali penerimaan yang lebih besar.
b. Semua prestasi dan jasa yang diberikan oleh pemerintah di dalam
suatu masa, nilainya hams seimbang dengan semua pajak yang dipakai
untuk biaya prestasi dan jasa tersebut.

Dalam hal ini, A. Wagner membagi kebutuhan pemerintah menjadi dua


kelompok sebagai berikut.

a. Kebutuhan yang bersifat biasa (rutin), yaitu kebutuhan untuk menutup


pengeluaran barang dan jasa dalam satu tahun (satu periode anggaran)
yang terpakai dalam semua proses produksi pemerintah. Kebutuhan-
kebntuhan ini diharapkan dapat ditutup dari:
1) pajak;
2) retribusi;
3) penghasilan dari sisa hasil usaha pemerintah dan penjualan
barang-barang milik pemerintah, atau yang sering disebut oleh
A. Wagner Privaterwerb.
b. Kebutuhan yang luar biasa, yang oleh Wagner dibagi lagi menjadi
berikut ini.
1) Kebutuhan untuk pengeluaran yang diharapkan dapat
memberikan kontribusi kemanfaatan yang terus-menerus
sehingga productivity dari Rumah Tangga Pemerintah semakin
meningkat dengan adanya pengeluaran tersebut.
2) Kebutuhan untuk pengeluaran yang luar biasa, seperti perang,
biaya penindasan pemberontakan, biaya untuk mengatasi
adanya bencana alam. Dalam kaitan ini, negara mengeluarkan
uang (mengadakan pengeluaran), tetapi negara sendiri tidak
menambah milik atau kekayaan yang diharapkan akan
memberi kontribusi pemasukan.

7
Menurut Wagner pengeluaran yang diharapkan dapat memberikan kontribusi
manfaat yang terus-menerus (sub a) dan dibedakan menjadi dua sebagai berikut.

a. Kapital anlagen, yaitu pengeluaran negara yang digunakan untuk


membiayai investasi. misalnya perusahaan negara, baik pemerintah
secara tunggal maupun dalam bentuk patungan dengan pihak swasta.
b. Pengeluaran untuk kebutuhan kolektif (public service). Pengeluaran
untuk jenis ini misalnya, pembuatan jalan, pembuatan gedung sekolah
rumah sakit, jembatan dan sebagainya yang semuanya ini termasuk
kategori inderect productive.

Menurut A. Wagner kebutuhan yang termasuk luar biasa ini biasanya dapat
dibayar kembali di hari kemudian dengan menyisihkan sebagian pendapatan
negara (yang berupa pajak, retribusi) dan sebagian bcsar bisa dibayar dengan
keuntungan dari investasi yang diperoleh.

Pinjaman pada hakikatnya merupakan pendapatan sekaligus yang harus


dibayar secara berangsur-angsur. Untuk ini Wagner berpendapat bahwa
sebaiknya ada urutan prioritas yang akan digunakan untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran yang sifatnya “luar biasa”. Prioritas itu, antara lain
berikut ini.

a. Sejauh mungkin harus dapat dibiayai dengan modal dalam negeri yang
belum dimanfaatkan sepenuhnya. Hal ini sangat baik karena
pengeluaran yang dilakukan tidak mengurangi penggunaan modal
yang digunakan untuk kepentingan yang lebih produktif.
b. Pengeluaran yang “luar biasa” dapat juga dibiayai dengan pinjaman
yang berasal dari luar negeri, sebab dengan pembiayaan yang berasal

8
dari luar negeri maka produksi dalam negeri tidak terganggu (karena
modal dalam negeri tidak berkurang).
c. Pengeluaran yang “luar biasa” biasanya juga dibiayai dengan modal
dalam negeri harus diambil dulu dari penggunaan yang bersifat
produktif lainnya. Pembiayaan ini pengaruhnya sangat buruk (negatif)
karena mengurangi kemampuan ekonomi dalam negeri, apabila
pembiayaan ini dikeluarkan dari modal dalam negeri yang seharusnya
digunakan untuk hal-hal yang lebih produktif maka akan
mempengaruhi kemampuan rakyat dalam pengembangan usaha dan
akibatnya akan menambah pengangguran.

3. JENIS UTANG NEGARA


Ada dua jenis pinjaman, yaitu :
a. Pinjaman Luar Negeri
Dapat berasal dari World Bank, Asian Development Bank, Islamic
Development Bank dan kreditor bilateral (Jepang, Jerman, Perancis
dll), serta Kredit Ekspor. Pinjaman luar negeri ini terbagi lagi menjadi
dua jenis, yaitu :
1) Pinjaman Program:Untuk budget support dan pencairannya
dikaitkan dengan pemenuhan Policy Matrix di bidang kegiatan
untuk mencapai MDGs (pengentasan kemiskinan, pendidikan,
pemberantasan korupsi), pemberdayaan masyarakat, policy
terkait dengan climate change dan infrastruktur. change dan
infrastruktur.
2) Pinjaman Proyek :Untuk pembiayaan proyek infrastruktur di
berbagai sektor (perhubungan, energi, dll); proyek-proyek
dalam rangka pengentasan kemiskinan (PNPM).

9
b. Pinjaman Dalam Negeri
1) Peraturan Pemerintah (PP) No.: 54 Tahun 2008 Tentang Tata
Cara Pengadaan dan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri oleh
Pemerintah ;
2) Berasal dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN); Pemerintah
Daerah,dan Perusahaan Daerah;
3) Untuk membiayai kegiatan dalam rangka pemberdayaan
industri dalam negeri dan pembangunan infrastruktur untuk
pelayanan umum; kegiatan investasi yang menghasilkan
penerimaan.

Surat Berharga Negara (SBN) dalam Rupiah dan valuta asing,


tradable & non-tradable, fixed & variable :

1) Surat Utang Negara (SUN)


a) Surat Perbendaharaan Negara (SPN/T-Bills): SUN
jangka pendek (s.d. 12bln);
b) Obligasi Negara (> 1 thn)
c) Coupon Bond
d) Tradable: ORI, FR/VR bond, Global bond
e) Non tradable: SRBI untuk BLBI, dan Surat Utang/SU
ke BI untuk penyehatan dan restrukturisasi perbankan
f) Zero coupon
2) Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)/Sukuk Negara dalam
Rupiah dan valuta asing dengan berbagai struktur, misalnya
Ijarah, Musyarakah, Istisna dll
a) SBSN jangka pendek (Islamic T-Bills); SBSN Ritail
(Sukri);
b) SBSN jangka panjang (IFR/Ijarah Fixed Rate; Global
Sukuk; SDHI/Sukuk Dana Haji Indonesia).

10
4. FUNGSI UTANG NEGARA
Fungsi dari adanya utang negara ini diantaranya :
a. Menutupi Defisit Anggaran
b. Menutupi kekurangan kas atas kebutuhan kas jangka pendek dalam
pelaksanaan belanja yang tidak dapat ditunda
c. Solusi dalam penataan portofolio utang pemerintah yang tentu
dimaksud untuk mengurangi beban belanja untuk membiayai utang
dalam APBN di tahun-tahun berikutnya
Dari fungsi-fungsi tersebut, dapat disimpulkan bahwa utang merupakan
cara untuk menyelesaikan masalah tanpa menyebabkan permasalahan baru.
Namun pendefinisian ini baru bisa dibenarkan bila utang dapat dikelola
dengan baik sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.

5. UTANG NEGARA DALAM APBN


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau yang biasa disingkat APBN
merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah pusat yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). APBN memuat rincian yang sistematis atas
rencana pendapatan yang akan diterima dan nilai pagu maksimal yang akan
dibelanjakan oleh negara. APBN Indonesia hingga kini masih menerapkan sistem
penganggaran defisit. Hal inilah yang menyebabkan terdapat kolom pembiayaan
dalam APBN untuk mengisi nilai pendapatan pembiayaan (netto) yang
diperlukan untuk menutupi kekurangan pendapatan negara. Untuk menutupi
kekurangan pendapatan negara tersebut banyak cara yang dapat dipilih dari
sekian banyak opsi seperti penjualan aset yang dimiliki, utang dan lainnya.
Namun dari semuanya itu, utang (terlepas apapun jenisnya) merupakan
instrumen yang paling sering digunakan pemerintah dalam pelaksanaan APBN,
karena memiliki tingkat risiko yang dapat dikendalikan, tingkat fleksibilitas yang
tinggi (dari segi waktu, jenis dan sumbernya), dan kapasitas yang sangat besar.

11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Utang Negara yang merupakan sebuah hal yang sudah termasuk kedalam
APBN sebagai sebuah dana yang bisa menutupi kekurangan dalam biaya yang
sudah ditanggung pemerintah. Sebeb utang yang diambil oleh Negara atau
pemerintah dapat membantu dan mempercepat pembangunan sebuah Negara
yang kekurangan dalam kemampuan SDM dan juga finansial. Utang tersebut
dapat menjaga stabilitas dan memberikan bantuan kepada Negara untuk
mengatasi kemiskinan dan menciptakan kesempatan kerja (lapangan pekerjaan)

B. SARAN
Pemerintah sebaiknya lebih bijak dalam melakukan peminjaman hutang
sebeb, hutang bisa membuat suatu Negara memiliki beban yang banyak untuk
melakukan pengembalian tersebut, yang akan berimbas kepada kebijakan yang
akan merugikan Negara.

12

Anda mungkin juga menyukai