Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem informasi kesehatan menurut WHO dalam buku “Design and


implementation of health information system” Geneva (2000), adalah suatu sistem
informasi kesehatan yang tidak dapat berdiri sendiri, melainkan sebagai bagian dari
suatu sistem kesehatan. Sistem informasi kesehatan yang efektif memberikan
dukungan informasi sebagai proses pengambilan keputusan di segala jenjang.
Untuk mendukung pelaksanaan sistem informasi kesehatan tersebut pada tahun
2002 pemerintah melalui Menteri Kesehatan pengembangan sistem informasi
kesehatan daerah (SIKDA)”
Berkembangnya teknologi sistem informasi, maka penyajian informasi
yang cepat dan efisien sangat dibutuhkan oleh setiap orang. Perkembangan
teknologi yang semakin pesat saat ini menuntut diubahnya pencatatan manual
menjadi sistem yang terkomputerisasi. Demikian juga halnya pembayaran pasien
pada suatu rumah sakit. Rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan umum
di bidang kesehatan membutuhkan keberadaan suatu sistem informasi yang akurat,
handal, serta cukup memadai untuk meningkatkan pelayanannya kepada pasien
serta lingkungan yang terkait lainnya. Sistem informasi rumah sakit digunakan
untuk mempermudah dalam pengelolaan data pada rumah sakit. Sistem ini
seharusnya sudah menggunakan metode komputerisasi. Karena dengan
menggunakan metode komputerisasi, proses penginputan data, proses pengambilan
data maupun proses pembaruan data menjadi sangat mudah, cepat dan akurat.
Internet merupakan jaringan komputer yang dapat menghubungkan
perusahaan dengan domain publik, seperti individu, komunitas, institusi, dan
organisasi. Jalur ini merupakan jalur termurah yang dapat digunakan institusi untuk
menjalin komunikasi efektif dengan konsumen. Mulai dari tukar menukar data dan
informasi sampai dengan transaksi pembayaran dapat dilakukan dengan cepat,
murah dan mudah melalui internet.

1
Kecepatan evolusi teknologi informasi dalam memanfaatkan internet untuk
mengembangkan jaringan dalam manajemen database sangat ditentukan oleh
kesiapan manajemen dan ketersediaan sumber daya yang memadai. Namun evolusi
tersebut bukan pula berarti bahwa institusi yang bersangkutan harus secara
sekuensial mengikuti tahap demi tahap yang ada, namun bagi mereka yang ingin
menerapkan manajemen database dengan “aman” dan “terkendali”, alur
pengembangan aplikasi secara bertahap merupakan pilihan yang baik.

B. Rumusan Masalah
1. definisi EHRs ?
2. manfaat EHRs ?
3. kelebihan dan kekurangan EHRs ?
4. peran perawat dalam penerapan EHRs ?
5. analisis EHRs ?
6. Strategi pelaksanaan EHRs ?
7. Persiapan penerapan EHRs di indonesia ?
8. Bagaimana trend/ kecendrungan yang sedang berkembang tentang
simkep di indonesia ?
9. Bagaimana perbedaan alternatif pemecahan masalah dalam penerapan
simkep di indonesia dan diluar negri ?
10. Perbedaan penerapan SIK di indonesia dengan luar negri ?

C. Tujuan Penulisan
untuk mengetahui lebih lanjut terkait informasi kesehatan (health
information) dan menginformasikan kepada pembaca terkait informasi
kesehatan (health information)

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Health Information Online

Sistem Informasi Kesehatan ( SIK ) adalah suatu sistem pengelolaan


data dan informasi kesehatan di semua tingkat pemerintahan secara
sistematika dan terrintegasi untuk mendukung manajemen kesehatan dalam
rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Sistem Informasi Kesehatan merupakan gabungan perangkat dan


prosedur yang digunakan untuk mengelola siklus informasi ( mulai dari
pengumpulan data sampai pemberian umpan balik informasi ) untuk
mendukung pelaksanaan tindakan tepat dalam perencanaan, pelaksanaan
dan pemantauan kinerja sistem kesehatan. Informasi kesehatan selalu
diperlukan dalam pembuatan program kesehatan mulai dari analisis situasi,
penentuan prioritas, pembuatan alternatif solusi, pengembangan program,
pelaksanaan dan pemantauan hingga proses evaluasi.

B. Manfaat Health Information Online


World Health Organization (WHO) menilai bahwa investasi sistem
informasi kesehatan mempunyai beberapa manfaat antara lain :
1. Membantu pengambil keputusan untuk mendeteksi dan mengendalikan
masalah kesehatan, memantau perkembangan dan meningkatkannya.
2. Pemberdayaan individu dan komunitas dengan cepat dan mudah
dipahami, serta melakukan berbagai perbaikan kualitas pelayanan
kesehatan.

3
C. Kelebihan dan Kekurangan Health Information Online

Kelebihan

1. Sistem Informasi manajemen asuha keperawatan lebih efisien, dan


produktifitas.
2. Dengan sistem dokumentasi yang berbasis komputer, pengumpulan
data dapat dilaksanakan dengan cepat dan lengkap.
3. Data yang telah disimpan juga dapat lebih efektif dan dapat menjadi
sumber dari penelitian.
4. Dapat melihat kelanjutan dari edukasi ke pasien.
5. Melihat epidemiologi penyakit serta dapat dapat memperhitungkan
biaya dari pelayanan kesehatan.
6. Dokumentasi keperawatan juga dapat tersimpan dengan aman
7. Akses untuk mendapat data yang telah tersimpan dapat dilaksanakan
lebih cepat dibandingkan bila harus mencari lembaran kertas yang
bertumpuk di ruang penyimpanan.
8. Menurut Herring dan Rochman : beberapa institusi kesehatan yang
menerapkan sistem komputer, setiap perawat dalam tugasnya dapat
menghemat sekitar 20-30 menit waktu yang dipakai untuk dokumentasi
keperawatan dan meningkatkan keakuratan dalam dokumentasi
keperawatan.
9. Dokumentasi keperawatan dengan menggunakan komputer mengikuti
prinsip-prinsip pendokumentasian, serta sesuai dengan standar
pendokumentasian internasional seperti : ANA, NANDA, NIC
(Nursing Interventions Classification, 2000).
10. Sistem informasi manajemen berbasis komputer dapat menjadi
pendukung pedoman bagi pengambil kebijakan/pengambil keputusan
di keperawatan/ Decision Support System dan Executive Information
System.
11. Informasi asuhan keperawatan dalam sistem informasi manajemen
yang berbasis komputer dapat digunakan dalam menghitung pemakaian
tempat tidur/ BOR pasien, angka nosocomial, penghitungan budget

4
keperawatan dan sebagainya. Dengan adanya data yang akurat pada
keperawatan maka data ini juga dapat digunakan untuk informasi bagi
tim kesehatan yang lain. Sistem informasi asuhan keperawatan juga
dapat menjadi sumber dalam pelaksanaan riset keperawatan secara
khusunya dan riset kesehatan pada umumnya.
12. Menghemat tempat karena dapat tersimpan dalam ruang yang kecil.
Sistem ini sering dikenal dengan sistem informasi manajemen.

Kekurangan

1. Sistem informasi manajemen keperawatan sampai saat ini juga masih


sangat minim di Rumah sakit Indonesia.
2. Komponen – komponen yang ada dalam sistem informasi yang
dibutuhkan dalam keperawatan masih banyak kelemahannya.
3. Kekhawatiran hilangnya data dalam satu hard-disk. Pada kondisi
tersebut hilangnya data telah diantisipasi sebagai perlindungan hukum
atas dokumen perusahaan yang diatur dalam UU No. 8 Tahun 1997.
Undang – undang ini mengatur tentang keamanan terhadap
dokumentasi yang berupa lembaran kertas, namun sesuai
perkembangan teknologi. Lembaran yang sangat penting dapat
dialihkan dalam Compact Disk Read Only Memory (CD ROM). CD
ROM dapat dibuat copy nya dan disimpan di lain tempat yang aman.
Pengalihan ke CD ROM ini bertujuan untuk menghindari hilangnya
dokumen karena peristiwa tidak terduga seperti pencurian komputer,
kebakaran, dll.
4. Memutuskan untuk menerapkan sistem informasi manajemen berbasis
komputer ke dalam sistem praktek keperawatan di Indonesia tidak
terlalu mudah. Hal ini karena pihak manajemen harus memperhatikan
beberapa aspek yaitu struktur organisasi keperawatan di Indonesia,
Kemampuan sumber daya keperawatan, sumber dana, proses dan
prosedur informasi serta penggunaan dan pemanfaatan bagi perawat
dan tim kesehatan lain.

5
D. Peran Perawat dalam Penerapan Health Information Online

Dengan sistem Informasi kesehatan yang baik maka akan membuat


masyarakat tidak buta dengan semua permasalahan kesehatan. Dan mau
membawa keluarga nya berobat dengan mudah bukan lagi dengan birokrasi
yang rumit yang membuat masyarakat enggan membawa anggota
keluarganya berobat di pelayanan kesehatan yang disediakan oleh
pemerintah. Dengan maraknya perkembangan media dan teknologi
seharusnya membuat masyarakat dan khususnya pada mahasiswa kesehatan
masyarakat melek akan kemajuan berinovasi terhadap sistem informasi
kesehatan Indonesia.

Pengembangan teknologi komunikasi dan informasi telah membuat


dampak yang signifikan dalam setiap bagian kehidupan kita sehari-hari dan
telah mendukung aplikasi teknologi infromasi dan komunikasi dalam
bidang kesehatan, khususnya keperawatan. Menurut Badan Kesehatan
Dunia (World Health Organization, WHO), sisem informasi kesehatan
merupakan salah satu dari komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu
negara. Peran perawat dalam health information online adalah :

a. Pelaksanaan pelayanan (Service Delivery)


b. Prooduk medis, vaksin, dan teknologi kesehatan (Medical product,
vaccine, adn technologies).
c. Tenaga medis (Health Workforce)
d. Sistem pembiayaan kesehatan (Health system financing)
e. Sistem informasi kesehatan (health information system)
f. Kepemimpinan dan pemerintah (Leadership and governance)
g. Sebagai pendidik

6
E. Analisis Health Information Online
1. Keamanan data
Keamanan data masih kurang keamanannya. Selain itu, karena catatan
berbentuk file maka sangat rawan terserang virus atau jika terjadi eror
pada komputer maka file bisa jadi hilang atau corrupted file.
2. Integrasi data
Untuk kebutuhan akan integrasi data yang ada, harusalah ada sistem
yang memungkin antar komponen subsistem.
3. Prosedur pelaporan data
Proses alur pelaporan, periode pelaporan dan bentuk pelaporannya
selama ini di buat berdasarkan pengetahuan setiap petugas dan
permintaan dari pimpinan.
4. Akses informasi
Berkitan dengan akses informasi, pasien yang ingin mendapatkan
informasi harus menyakan kepada perawat terlebih dahulu. Karna
masih banyak pasien yang tidak mengetahui bagaimana cara mengakses
informasinya

F. Strategi Pelaksanaan Health Information Online

Adapun strategi pelaksanaan health informations online yaitu:

1. Menetapkan Kebijakan dan Regulasi Sistem Informasi Kesehatan


Kebijakan sistem informasi kesehatan merupakan landasan dan arah
tujuan serta langkah upaya pengembangan dan penguatan sistem
informasi kesehatan. Masih lemahnya kebijakan sistem informasi
kesehatan menjadi isu penting. Oleh karenanya, diperlukan penataan atau
pembenahan kebijakan sistem informasi kesehatan serta penyusunan
rencana yang tepat. Strategi ini merupakan titik awal penting yang harus
diperhatikan dalam pengembangan dan penguatan sistem informasi
kesehatan. Maksud dari strategi ini adalah menyusun dan menetapkan
landasan dan arah tujuan sistem informasi kesehatan serta menyusun
perencanaan dan memilih langkah upaya pengembangan dan penguatan

7
sistem informasi kesehatan yang tepat. Sedangkan tujuan strategi ini
adalah tersedianya kebijakan sistem informasi kesehatan dan tersusunnya
regulasi sistem informasi kesehatan yang tepat. Upaya yang dilakukan
dalam strategi ini antara lain adalah:
a. Identifikasi kebutuhan kebijakan dan regulasi termasuk perencanaan
sistem informasi kesehatan;
b. Penyusunan kebijakan dan regulasi terkait sistem informasi
kesehatan sesuai prioritas kebutuhan;
c. Penyusunan perencanaan sistem informasi kesehatan yang tepat; dan
d. Sosialisasi kebijakan dan regulasi sistem informasi kesehatan.

2. Mengembangkan dan Menetapkan Standar Sistem Informasi Kesehatan


Standar merupakan salah satu aspek dasar sistem informasi
kesehatan. Standarisasi sistem informasi kesehatan merupakan pedoman
pelaksanaan sistem informasi kesehatan di tingkat pusat,
provinsi/kabupaten/kota, dan fasilitas pelayanan kesehatan. Lemahnya
standar sistem informasi kesehatan menjadi salah satu kendala dalam
mengoptimalkan penyelenggaraan sistem informasi kesehatan. Masalah
tata kelola dan fragmentasi adalah akibat dari lemahnya standar sistem
informasi kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan upaya penataan atau
pembenahan standar sistem informasi kesehatan. Dengan demikian,
strategi ini menjadi salah satu langkah penting untuk menyediakan
standar dalam penyelenggaraan sistem informasi kesehatan. Maksud dari
strategi ini adalah menyusun dan menetapkan standar sistem informasi
kesehatan berupa pedoman dan petunjuk teknis sistem informasi
kesehatan yang diatur melalui peraturan menteri. Sedangkan tujuan
strategi ini adalah tersedianya standar untuk penyelenggaraan sistem
informasi kesehatan. Upaya yang dilakukan dalam strategi ini antara lain
adalah:
a. Identifikasi kebutuhan standar sistem informasi kesehatan;

8
b. Penyusunan standar terkait sistem informasi kesehatan sesuai
prioritas kebutuhan;
c. Sosialisasi standar sistem informasi kesehatan; dan
d. Penerapan standar sistem informasi kesehatan. Penyusunan standar
sistem informasi kesehatan khususnya SNI informatika kesehatan
akan dibantu oleh suatu komite teknis.
3. Meningkatan Pendanaan Sistem Informasi Kesehatan
Pendanaan merupakan salah satu aspek dasar sistem informasi
kesehatan. Pendanaan sistem informasi kesehatan adalah modal kekuatan
untuk dapat terselenggaranya sistem informasi kesehatan. Aspek
pendanaan terkait dengan semua aspek lain dalam penyelenggaraan
sistem informasi kesehatan. Tanpa adanya pendanaan, penyelenggaraan
sistem informasi kesehatan tidak dapat dilaksanakan. Saat ini, alokasi
anggaran sistem informasi kesehatan relatif sudah cukup baik terutama
di tingkat pusat namun masih perlu ditingkatkan. Sedangkan alokasi
anggaran sistem informasi kesehatan di daerah masih sangat bervariasi,
tergantung kemampuan dan komitmen daerah. Oleh karena itu,
diperlukan upaya peningkatan alokasi anggaran sistem informasi
kesehatan nasional dan pengalokasian anggaran untuk penyelenggaraan
sistem informasi kesehatan di daerah. Strategi ini menjadi salah satu
langkah penting untuk menyediakan regulasi dan standar dalam
penyelenggaraan sistem informasi kesehatan. Maksud dari strategi ini
adalah mengupayakan kenaikan alokasi anggaran sistem informasi
kesehatan nasional dan mengupayakan ketersediaan alokasi anggaran
sistem informasi kesehatan di daerah. Sedangkan tujuan strategi ini
adalah terwujudnya peningkatan pendanaan untuk penyelenggaraan
sistem informasi kesehatan. Upaya yang dilakukan dalam strategi ini
antara lain adalah:
a. Penyusunan anggaran berdasarkan perencanaan sistem informasi
kesehatan yang telah ditetapkan;
b. Koordinasi intensif dengan Biro Perencanaan dan Anggaran dan unit
lain yang terkait;

9
c. Identifikasi provinsi dan kabupaten/kota yang belum
mengalokasikan anggaran untuk sistem informasi kesehatan; dan
d. Koordinasi dan advokasi kepada provinsi dan kabupaten/kota.
4. Memperkuat Perangkat Sistem Informasi Kesehatan di Pusat dan Daerah
Perangkat atau infrastruktur sistem informasi kesehatan juga
merupakan salah satu aspek dasar dari sistem informasi kesehatan.
Perangkat sistem informasi kesehatan adalah komponen penting untuk
menyelenggarakan sistem informasi kesehatan. Perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi saat ini tentunya memberikan peluang positif
bagi penyelenggaraan sistem informasi kesehatan. Penyelenggaraan
sistem informasi kesehatan dapat dilakukan secara elektronik agar lebih
efisien. Hanya saja harus bijak dalam memilih teknologi yang ada. Dalam
rangka pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk
penyelenggaraan sistem informasi kesehatan, maka diperlukan
penyediaan perangkat atau infrastruktur sistem teknologi informasi yang
kuat. Strategi ini merupakan salah satu langkah untuk memenuhi
kebutuhan perangkat atau infrastruktur dalam penyelenggaraan sistem
informasi kesehatan di pusat dan daerah. Maksud dari strategi ini adalah
menyediakan perangkat sistem informasi kesehatan yang kuat baik di
pusat maupun daerah yang mencakup antara lain aplikasi sistem
informasi Puskesmas, aplikasi sistem informasi rumah sakit, dan jaringan
komunikasi data, serta infrastruktur pusat jaringan (data center).
Sedangkan tujuan strategi ini adalah tersedianya perangkat sistem
informasi kesehatan yang kuat baik di pusat maupun daerah
mengoptimalkan penyelenggaraan sistem informasi kesehatan yang
efisien. Upaya yang dilakukan dalam strategi ini antara lain adalah:
a. Sosialisasi penggunaan aplikasi SIKDA (Sistem Informasi Daerah)
Generik atau aplikasi lain yang setara;
b. Bimbingan teknis dan pendampingan penggunaan aplikasi SIKDA
Generik atau aplikasi lain yang setara;
c. Sosialisasi penggunaan aplikasi SIRS (Sistem Informasi Rumah
Sakit);

10
d. Bimbingan teknis dan pendampingan penggunaan aplikasi SIRS;
e. Evaluasi untuk memetakan kemampuan dan kebutuhan
infrastruktur;
f. Penyediaan jaringan komunikasi data;
g. Penyediaan infrastruktur pusat jaringan (data center); dan
h. Koordinasi dan advokasi lintas sektor/lembaga dalam penyediaan
jaringan komunikasi data di daerah.

5. Mengembangkan dan Meningkatkan Kompetensi SDM (Sumber Daya


Manusia)
Pengelola Sistem Informasi Kesehatan. Sebagaimana diketahui
bahwa penyelenggaraan sistem informasi kesehatan sangat tergantung
ketersediaan sumber daya manusia. Tanpa adanya sumber daya manusia
tentunya sistem informasi kesehatan tidak dapat dilaksanakan. Bila ada
sumber daya manusia pun harus memiliki kompetensi yang sesuai.
Dengan demikian, sumber daya manusia sistem informasi kesehatan
menjadi salah satu komponen penting terselenggaranya sistem informasi
kesehatan, sehingga perlu dilakukan pengembangan dan peningkatan
kompetensi. Strategi ini sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan
sumber daya manusia dalam penyelenggaraan sistem informasi
kesehatan di pusat dan daerah. Maksud dari strategi ini adalah
mengembangkan dan meningkatkan kompetensi sumber daya manusia
pengelola sistem informasi kesehatan antara lain melalui pengembangan
jabatan fungsional informatika kesehatan, penyusunan modul pelatihan,
pelaksanaan pelatihan, dan forum diskusi. Sedangkan tujuan strategi ini
adalah tersedianya sumber daya manusia pengelola sistem informasi
kesehatan yang berkompeten. Upaya yang dilakukan dalam strategi ini
antara lain adalah:
a. Penyusunan jabatan fungsional yang mencakup penyusunan dan
ekspos position paper/naskah akademik, penyusunan dan

11
pembahasan butir-butir kegiatan, penyusunan instrumen,
pelaksanaan uji validasi, dan pembahasan hasil, pehitungan
pencapaian per home base, perhitungan angka kredit, penyusunan
dan pembahasan Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara, penyusunan dan pembahasan tentang Petunjuk Pelaksanaan
Jabatan Fungsional (Jublak Jabfung), penyusunan rancangan
Kepmenkes tetang Juknis Jabfung, dan sosialisasi;
b. Identifikasi kebutuhan pelatihan bagi pengelola data/informasi;
c. Penyusunan modul pelatihan; dan
d. Persiapan fasilitator untuk pelaksanaan pelatihan

6. Memperkuat Kelembagaan Unit Pengelola Sistem Informasi Kesehatan


di Daerah
Pada umumnya fungsi data dan informasi tergabung dengan fungsi
lain, sehingga beban kerja menjadi berlipat yang sering kali tugas-tugas
pengelolaan data/informasi tidak menjadi prioritas. Oleh karena itu,
diperlukan upaya untuk mendorong terbentuknya kelembagaan unit
pengelola data dan informasi atau sistem informasi kesehatan di dinas
kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan. Strategi ini sebagai upaya
untuk merespon kebutuhan kelembagaan unit pengelola data dan
informasi dalam bentuk unit struktural yang tersendiri untuk
mengoptimalkan penyelenggaraan sistem informasi kesehatan di dinas
kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan. Maksud dari strategi ini
adalah mengupayakan dan mendorong terwujudnya kelembagaan unit
pengelola data dan informasi atau sistem informasi kesehatan di dinas
kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan antara lain melalui
penyusunan rancangan model kelembagaan dan sosialisasi/advokasi.
Sedangkan tujuan strategi ini adalah terwujudnya kelembagaan unit
pengelola data dan informasi atau sistem informasi kesehatan di dinas
kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan. Upaya yang dilakukan
dalam strategi ini antara lain adalah:

12
a. Penyusunan rancangan model kelembagaan unit pengelola data dan
informasi kesehatan atau SIK di daerah; dan
b. Sosialisasi dan advokasi untuk mendorong pembentukan
kelembagaan unit pengelola data dan informasi kesehatan atau SIK
di daerah. Indikator kinerja dari strategi ini adalah jumlah dinas
kesehatan provinsi/kabupaten/kota dan fasilitas pelayanan kesehatan
yang memiliki penanggung jawab pengelolaan data dan informasi
dalam struktur organisasinya.

7. Meningkatkan Advokasi dan Koordinasi Penyelenggaraan Sistem


Informasi Kesehatan
Advokasi dapat diartikan suatu upaya atau proses komunikasi secara
persuasif untuk mendapatkan komitmen. Sementara itu, koordinasi dapat
diartikan mengembangkan hubungan-hubungan yang efektif dengan
organisasi lain. Kedua hal itu sangat penting untuk mendorong
terlaksananya suatu kegiatan yang menjadi program nasional secara
efektif baik di pusat maupun di daerah terlebih dalam konteks
desentralisasi. Lemahnya advokasi dan koordinasi tentunya dapat saja
berakibat dukungan komitmen dan peranserta daerah dalam program itu
menjadi rendah. Dalam penyelenggaraan sistem informasi kesehatan,
advokasi dan koordinasi merupakan langkah strategis yang dapat
mendorong sistem informasi kesehatan dilaksanakan secara efektif dan
efisien sesuai kebijakan, regulasi, dan standarisasi. Oleh karena itu,
diperlukan advokasi dan koordinasi untuk mendorong terselenggaranya
sistem informasi kesehatan di dinas kesehatan dan fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai sesuai kebijakan, regulasi, dan standarisasi. Strategi ini
merupakan upaya untuk mendorong penyelenggaraan sistem informasi
kesehatan di dinas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan
sesuai kebijakan, regulasi, dan standarisasi. Maksud dari strategi ini
adalah melakukan advokasi dan koordinasi untuk mendorong

13
terselenggaranya sistem informasi kesehatan sesuai kebijakan, regulasi,
dan standarisasi. Sedangkan tujuan strategi ini adalah terwujudnya
penyelenggaraan sistem informasi kesehatan di dinas kesehatan dan
fasilitas pelayanan kesehatan sesuai kebijakan, regulasi, dan standarisasi.
Upaya yang dilakukan dalam strategi ini antara lain adalah:
a. Sosialisasi dan advokasi kepada pemangku kepentingan;
b. Koordinasi penyelenggaraan SIK di daerah; dan
c. Pembinaan dan pengawasan. Indikator kinerja dari strategi ini adalah
persentase provinsi/ kabupaten/kota yang menyelenggarakan SIK
sesuai kebijakan.
G. Persiapan Penerapan Health Information Online

Sistem Informasi Kesehatan Online yang merupakan gabungan


perangkat dan prosedur yang digunakan untuk mengelola siklus informasi
(mulai dari pengumpulan data sampai pemberian umpan balik informasi).
Pelaksanaan health information online melalui tiga proses manajemen:

1. Manajemen Pasien, merupakan pengelolaan sistem informasi. pasien


mulai dari awal sampai akhir. Yang meliputi sistem informasi
puskesmas, sistem informasi kilnik, sistem informasi dokter, sistem
informasi rumah sakit, sistem informasi apotek dan sistem informasi
laborkesehatan.
2. Manajemen Program, merupakan pengelolaan program kesehatan
seperti SIKDA Dinkes Provinsi, SIKDA Kabupaten/Kota, puskesmas,
klinik, rumah sakit, apotek dan dokter.
3. Manajemen Organisasi, merupakan . yang meliputi sistem administrasi
kepegawaian, web portal, E-procurement dan SMS kesehatan.

Pelaksanaan health information online dilatarbelakangi oleh adanya


keinginan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan sehingga hal
ini menuntut aparatur pemerintah bekerja lebih efektif dan efisien sebagai
tuntutan teknologi yang semakin pesat, kompetisi dalam bekerja yang
semakin meningkat. Seperti yang dikemukakan Wilkinson: 2000, dalam era
teknologi informasi, pemakaian komputer untuk pemrosesan informasi

14
merupakan suatu keharusan karena teknologi komputer akan memberikan
beberapa keuntungan sebagai berikut ini :
1) Pemrosesan terhadap transaksi dan data lain menjadi lebih cepat
2) Durasi di dalam penghitungan dan perbandingan data menjadi lebih
akurat
3) Pemrosesan terhadap transaksi menjadi lebih murah
4) Penyiapan laporan dan output lainnya menjadi lebih tepat waktu
5) Sistem penyimpanan data menjadi lebih ringkas dan lebih mudah ketika
dibutuhkan
6) Pegawai menjadi lebih produktif.
Sistem Online adalah jika data yang dikirimkan langsung diterima oleh
central processing unit. Sedangkan real time processing data adalah jika
transaksi data tidak dikumpulkan menunggu sampai banyak, tetapi setiap
saat ada transaksi langsung di kirim ke komputer dari terminal. Begitu data
diterima oleh komputer, data langsung di olah dengan program yang telah
di masukkan sebelumnya (berupa package program) dan hasilnya di
kirimkan kembali ke terminal. Real time ini menggunakan Data Base File.
(Suryatmo, 2000, 32-33).

Dalam pelaksanaan sistem informasi ada beberapa indikator penting


,yaitu:

1. Pengumpulan Data, kegiatan pengumpulan data menurut Sondang P.


Hasibuan (2008: 118) sesungguhnya bermula dari identifikasi
kebutuhan informasi dalam lingkungan dan seluruh jajaran organisasi.
Oleh karena itu, segala upaya harus ditempuh untuk menjamin bahwa
data yang terkumpul untuk diolah memang bermutu tinggi
2. Pengolahan Data, data mentah yang telah dikumpulkan tidak akan ada
gunanya jika tidak diolah. Pengolahan data merupakan bagian yang
amat penting dalam metoda ilmiah, karena dengan pengolahan data,
data tersebut akan diberi arti dan makna yang berguna dalam
memecahkan masalah

15
3. Penyebarluasan Informasi, setelah informasi dikumpulkan dan diolah
barulah dapat disajikan dan disebarlusakan kepada penerimainformasi.

Dalam pelaksanaan health information online sedikit berbeda dengan


sistem informasi pada umumnya.

Pelaksanaan health information online dalam kegiatannya melalui tiga


tahapan yaitu:

1. Tahap pengumpulan, dalam tahap pengumpulan semua data pelaporan


yang berasal dari puskesmas melalui SP2TP (Sistem Pencatatan
Terpadu Puskesmas) dikumpulkan dan dikirim masing-masing ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Kemudian setelah semua
terkumpul barulah semua laporan data dan informasi akan dikirim
melalui jaringan internet ke bank data secara online, kemudian laporan
data tersebut akan dilaporkan ke Dinas KesehatanProvinsi.
2. Tahap Pengolahan, pada tahap pengolahan sistem informasi kesehatan
online, semua laporan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten kota dan
rumah sakit akan dimonitoring dan dievaluasi oleh Dinas Kesehatan
Provinsi untuk direkapitulasi secara otomatis. Adapun proses kerja pada
Dinas Kesehatan Provinsi dalam tahapan ini adalah mengumpulkan data
yang dikirim dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, memantau
indikator-indikator kunci dan menganalisis variasi besaran indikator
antar-kab/kota, menyusun profil kesehatan provinsi dan
mendistribusikannya.
3. Tahap pengiriman, setelah semua data diolah dan di evaluasi barulah
seterusnya akan dikirim sampai ke Departemen Kesehatan Republik
Indonesia dan data yang terkumpul dari seluruh Dinas Kesehatan
Provinsi di seluruh Indonesia.

H. Hambatan Health Information Online


1. Akurasi data tidak terjamin
2. Kontrol dan verivikasi data tidak terlaksana dengan baik
3. Ketidakseragaman data dan informasi yang diperoleh

16
4. Adanya keterlambatan dalam proses pengiriman laporan kegiatan
puskesmas / rumah sakit/ pelaksana kesehatann lainnya, baik itu ke
dinas kesehatan maupun ke kementrian kesehatan hingga informasi
yang diterima sudah tidak up to date lagi.
5. Proses integrasi data dari berbagai puskesmas / rumah sakit / pelaksana
kesehatan lainnya sulit dilakukan karena perbedaan tipe data dan format
pelaporan
6. Informasi yang diperoleh tidak lengkap dan tidak sesuai dengan
kebutuhan manajemen di tingkat kabupaten / Kota, Propinsi maupun
tingkat kementerian kesehatan
7. File data tersimpan secara pisah

I. Penerapan Sistem Informasi Keperawatan di Indonesia Saat Ini

Di Indonesia sendiri, salah satu tools utama yang digunakan untuk


mengelola kualitas pelayanan kesehatan berdasarkan standarisasi proses
perawatan yaitu clinical pathway. Clinical pathway mampu membantu
rumah sakit membakukan proses pengobatan pasien,sehingga
meningkatkan keselamatan dan kualitas untuk pasien dan meningkatkan
produktivitas rumah sakit tersebut. Lee&Anderson (2006)
mengatakan industri rumah sakit saat ini harus memanage dengan
cost effective dan efisiensi , salah satunya membentuk pelayanan diagnosis
related group (DRGs). Tujuan dari Clinical pathway menurut Lee &
Anderson (2006) meningkatkan kualitas pelayanan dan menurunkan lama
hari rawat ( Length of stay) dimana dengan menggunakan clinical pathway
tersebut menjadikan peluang yang baik antara pasien dan rumah sakit.

1. CLINICAL PATHWAY

Clinical pathway adalah dokumen perencanaan pelayanan


kesehatan terpadu yang merangkum setiap langkah yang dilakukan
pada pasien mulai masuk rumah sakit sampai keluar rumah sakit
berdasar standar pelayanan medis, standar asuhan keperawatan, dan

17
standar pelayanan kesehatan lainnya yang berbasis bukti yang dapat
diukur.

Di Indonesia sendiri, salah satu tools utama yang digunakan untuk


mengelola kualitas pelayanan kesehatan berdasarkan standarisasi
proses perawatan yaitu clinical pathway. Clinical pathway mampu
membantu rumah sakit membakukan proses pengobatan
pasien,sehingga meningkatkan keselamatan dan kualitas untuk pasien
dan meningkatkan produktivitas rumah sakit tersebut. Lee&Anderson
(2006) mengatakan industri rumah sakit saat ini harus memanage
dengan cost effective dan efisiensi , salah satunya membentuk
pelayanan diagnosis related group (DRGs). Tujuan dari Clinical
pathway menurut Lee & Anderson (2006) meningkatkan kualitas
pelayanan dan menurunkan lama hari rawat ( Length of stay) dimana
dengan menggunakan clinical pathway tersebut menjadikan peluang
yang baik antara pasien dan rumah sakit.Clinical pathway merupakan
proses dari beberapa multidisiplin yaitu dokter , perawat dan petugas
kesehatan lainnya pathway.

Clinical pathway adalah istilah yang digunakan untuk


mempermudah dalam pendokumentasian perjalanan kegiatan suatu
tindakan klinis baik medis, keperawatan maupun penunjang medis
lainnya secara ringkas dan komunikatif. Atau Clinical Pathway adalah
dokumen perencanaan pelayanan kesehatan terpadu yang merangkum
setiap langkah yang dilakukan pada pasien mulai masuk RS sampai
keluar RS berdasarkan standar pelayanan medis, standar asuhan
keperawatan, dan standar pelayanan tenaga kesehatan lainnya yang
berbasis bukti dengan hasil yang dapat diukur (Tim Casemix). Casemix
sendiri merupakan salah satu metode atau upaya untuk menetapkan
ekuiti,efisiensi dan kualitas suatu rumah sakit dengan melakukan
identifikasi dari seluruh sumber daya yang digunakan. Sistem casemix
mengklasifikasi penyakit yang digabung dengan biaya perawatan di
rumah sakit berdasar pada pengelompokan diagnosis akhir penyakit

18
sejenis dan kompleksitas pengelolaan kasus (penyakit).Saat ini sistem
casemix telah digunakan oleh lebih dan 50 negara di dunia, sistem
casemix yang paling banyak dikenal adalah Diagnosis Related’s Group
(DRG) dan Indonesia sendiri mengenal dengan Indonesia Diagnosis
Related’s Group (INA DRG).

2. Sistem informasi manajemen keperawatan

Sistem informasi manajemen (SIM) adalah rangkaian kegiatan atau


komponen pengumpulan data yang satu sama lain berkaitan dalam
mengolah data kemudian diproses menjadi informasi yang bermanfaat
dalam pengambilan keputusan yang akurat, cepat dan bermutu
(Hafizurachman, 2000). Untuk aplikasi sistem informasi manajemen
asuhan keperawatan baru beberapa rumah sakit saja yang sudah
menerapkan dan itu pun masih terbatas, seperti Rumah Sakit Fatmawati
Jakarta dan rumah sakit Charitas Palembang.

a. Di RS Fatmawati Jakarta, sejak tahun 2002 mulai mengembangkan


sistem pendokumentasian keperawatan berupa SIM keperawatan.
Sistem pendokumentasian keperawatan yang terkomputerisasi
sudah mulai diimplementasikan sejak tahun 2004. Sistem Informasi
Manajemen keperawatan ini baru sebatas menentukan rencana
keperawatan.
b. Di RS Charitas Palembang, sistem dokumentasi keperawatan
terkomputerisasi mulai dikembangkan sejak tahun 2002. Di RSUD
Banyumas sistem pendokumentasian ini baru menerapkan dengan
sistem NIC-NOC. Di RSUD Cengkareng Jakarta baru sebatas
pelaksanaan Clinical pathway.
3. Sistem Informasi Keperawatan (SIK)

Sistem Informasi Kesehatan adalah seperangkat tatanan yang


meliputi data, informasi, indikator, prosedur, perangkat, teknologi, dan
sumber daya manusia yang saling berkaitan dan dikelola secara terpadu
yang menyediakan dukungan informasi bagi proses pengambilan

19
keputusan, perencanaan program kesehatan, monitoring pelaksanaan
dan evaluasi di setiap jenjang administrasi kesehatan.SIK bertujuan
untuk mengatasi terfragmentasinya data kesehatan, mengurangi
redudansi dan inkonsistensi, mempercepat proses pengolahan data,
serta memperbaiki mekanisme pelaporan, kelengkapan dan integrasi
data pada tingkat administrasi yang lebih tinggi.

Sistem informasi keperawatan adalah kombinasi ilmu komputer,


ilmu informasi dan ilmu keperawatan yang disusun untuk memudahkan
manajemen dan proses pengambilan informasi dan pengetahuan yang
digunakan untuk mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan (Callie,
2010).
Sedangkan menurut ANA (Mcline, 2005) dalam Callie (2010)
system informasi keperawatan berkaitan dengan legalitas untuk
memperoleh dan menggunakan data, informasi dan pengetahuan
tentang standar dokumentasi, komunikasi, mendukung proses
pengambilan keputusan, mengembangkan dan mendesiminasikan
pengetahuan baru, meningkatkan kualitas, efektifitas dan efisiensi
asuhan keperawaratan dan memberdayakan pasien untuk memilih
asuhan kesehatan yang diiinginkan. Kehandalan suatu sistem informasi
pada suatu organisasi terletak pada keterkaitan antar komponen yang
ada sehingga dapat dihasilkan dan dialirkan menjadi suatu informasi
yang berguna, akurat, terpercaya, detail, cepat, relevan untuk suatu
organisasi.

J. Hambatan Perkembangan Sistem Informasi Keperawatan di Indonesia

Terdapat beberapa aspek yang menjadi kendala dalam penerapan Sistem


Informasi di Indonesia:

1. Memutuskan untuk menerapkan sistem informasi berbasis komputer ke


dalam sistem praktek keperawatan di Indonesia tidak terlalu mudah.
Hal ini karena pihak manajemen harus memperhatikan beberapa aspek
yaitu struktur organisasi keperawatan di Indonesia, sebagai contoh

20
pengambil keputusan/kebijakan bukan dari profesi perawat, sehingga
seringkali keputusan tentang pelaksanaan Sistem informasi yang sudah
disepakati oleh tim keperawatan dimentahkan lagi karena tidak sesuai
dengan keinginan pengambil kebijakan. Pihak manajemen rumah sakit
masih banyak yang mempertanyakan apakah Sistem informasi
keperawatan ini akan berdampak langsung terhadap kualitas pelayanan
keperawatan dan kualitas pelayanan rumah sakit secara keseluruhan.
2. Sumber daya manusia di institusi pelayanan kesehatan yang belum siap
menghadapi sistem komputerisasi, hal ini dapat disebabkan karena
ketidaktahuan dan ketidakmampuan mereka terhadap sistem informasi
teknologi yang sedang berkembang. Pemahaman yang kurang tentang
manfaat Sistem informasi menjadi salah satu faktor penyebab
ketidaksiapan SDM keperawatan.
3. Sumber dana. Sebagaimana kita tahu bahwa untuk mendapatkan sistem
informasi manajemen keperawatan yang sudah siap diterapkan di
rumah sakit, membutuhkan biaya yang cukup besar, tidak setiap rumah
sakit memiliki dana operasional yang cukup besar, sehingga seringkali
Sistem informasi keperawatan gagal diterapkan karena tidak ada
sumber dana yang cukup.
4. Kurangnya fasilitas Information technology yang mendukung.
Pelaksanaan Sistem informasi keperawatan tentunya membutuhkan
banyak perangkat keras atau unit komputer untuk
mengimplementasikan program tersebut.

K. Pemecahan Masalah Perkembangan SIMKEP di Indonesia Saat Ini


Alternatif Pemecahan Masalah dalam Penerapan SIM Keperawatan di
Indonesia
Ada beberapa alternatif pemecahan masalah dalam penerapan SIM
keperawatan di Indonesia diantaranya;
1. Perlu adanya pemahaman yang sama diantara pihak manajemen rumah sakit
dengan tim keperawatan tentang pentingnya pelaksanaan SIM keperawatan
di rumah sakit yang diwujudkan dalam bentuk pengalokasian dana yang

21
memadai untuk implementasi SIM keperawatan, pemberian pelatihan bagi
perawat tentang pelaksanaan SIM keperawatan, pengadaan fasilitas
informasi teknologi yang memadai.
2. Perlu adanya integrasi program SIM dalam kurikulum pendidikan
keperawatan. Peningkatan standarisasi tingkat pendidikan perawat agar
memiliki pemahaman yang tepat tentang teknologi informasi dalam
keperawatan.
3. Adanya aspek legal berupa Undang-undang praktek keperawatan
4. Perlu adanya penelitian yang lebih jauh terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan aplikasi SIM di Indonesia.

L. Perbedaan Penerapan Healt Information Online di Indonesia dan Luar


Negeri

Sistem Informasi Kesehatan Online di Indonesia

Saat ini kebutuhan data informasi yang akurat makin meningkat, namun
sistem informasi masih belum menghasilkan data yang akurat, lengkap, dan
tepat waktu. Masalah yang dihadapi sistem informasi kesehatan saat ini,
terutama belum adanya persepsi yang sama diantara penyelenggara
kesehatan terutama penyelenggara sistem informasi kesehatan terhadap
sistem informasi kesehatan. Penyelenggaraan sistem informasi kesehatan
masih belum efisien, terjadi redundant data dan duplikasi kegiatan, dan
kualitas data yang dikumpulkan masih rendah, bahkan ada yang tidak sesuai
dengan kebutuhan, ketepatan waktu juga masih rendah, sistem umpan balik
tidak optimal, pemanfaatan data informasi di tingkat daerah untuk advokasi,
perencanaan program, monitoring dan manajemen masih rendah serta tidak
efisiennya penggunaan sumber daya, juga pengelolaan data informasi belum
terintegrasi dan terkoordinasi dengan baik. Masalah inilah yang sedang
dihadapi sistem informasi kesehatan dan perlu dilakukan upaya penguatan
dan perbaikan.

22
Sistem Informasi Kesehatan Online di Luar Negri

Sistem informasi kesehatan online diluar negeri sudah menghasilkan


data yang akurat, lengkap, dan tepat waktu. Sudah ada persepsi yang sama
antara penyelenggara kesehatan terutama penyelenggara sistem informasi
kesehatan terhadap sistem informasi kesehatan. Penggunaan sumber daya
sudah efisiensi. Pengolahan data informasi sudah terintegrasi dan
terkoordinasi dengan baik. Tukar menukar data antara unit kesehatan yang
mencakup data esensial yang diperlukan untuk manajemen kesehatan sudah
berjalan dengan lancar dan datanya juga akurat, dan tepat waktu. Distance
learning yaitu penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan jarak jauh,
khususnya untuk petugas-petugas kesehatan disaranakan oleh pelayanan
kesehatan. Digital library service yaitu pengembangan kerjasama antar unit
perpustakaan dan dokumentasi di bidang kesehatan sudah ada sehingga
meningkatkan pelayanan informasi kepada kepada masyarakat.
Telemedicine yaitu pengembangan rujukan dan diagnosis serta terapi jarak
jauh dan aplikasi-aplikasi lain juga sudah ada dan sangan memadai. We
based networking di luar negri juga sudah berjalan dengan baik.

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Health information online merupakan sarana untuk menunjang pelayanan


kesehatan yang diberikan kepada masyarakat. Sistem informasi kesehatan yang
efektif memberikan dukungan informasi bagi proses pengambilan keputusan
disemua jenjang, bahkan di puskesmas atau di rumah sakit kecil sekalipun.
Bukan hanya data, bahkan juga informasi yang lengkap, tepat, akurat, dan cepat
yang dapat disajikan dengan adanya sistem informasi kesehatan yang tertata
dan terlaksana dengan baik.

B. Saran

Meskipun kami menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah


ini tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki.
Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari teman-teman dan dosen
sangat kami harapkan untuk perbaikan ke depannya

24
DAFTAR PUSTAKA

Aprizandra,Soni. Pelaksanaan Sistem Informasi Kesehatan. 2011. Skripsi.

Departemen Kesehatan. 2009. Kebijakan dan strategi pengembangan Sistem


Informasi Kesehatan Nasional. Depkes. RI. Jakarta.

Kemenkes RI. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97


Tahun 2015 Tentang Peta Jalan Sistem Informasi Kesehatan Tahun 2015-2019.
http://pusdatin.kemkes.go.id.

25

Anda mungkin juga menyukai