Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Kecepatan evolusi teknologi informasi dalam memanfaatkan internet untuk
mengembangkan jaringan dalam manajemen database sangat ditentukan oleh
kesiapan manajemen dan ketersediaan sumber daya yang memadai. Namun evolusi
tersebut bukan pula berarti bahwa institusi yang bersangkutan harus secara
sekuensial mengikuti tahap demi tahap yang ada, namun bagi mereka yang ingin
menerapkan manajemen database dengan “aman” dan “terkendali”, alur
pengembangan aplikasi secara bertahap merupakan pilihan yang baik.
B. Rumusan Masalah
1. definisi EHRs ?
2. manfaat EHRs ?
3. kelebihan dan kekurangan EHRs ?
4. peran perawat dalam penerapan EHRs ?
5. analisis EHRs ?
6. Strategi pelaksanaan EHRs ?
7. Persiapan penerapan EHRs di indonesia ?
8. Bagaimana trend/ kecendrungan yang sedang berkembang tentang
simkep di indonesia ?
9. Bagaimana perbedaan alternatif pemecahan masalah dalam penerapan
simkep di indonesia dan diluar negri ?
10. Perbedaan penerapan SIK di indonesia dengan luar negri ?
C. Tujuan Penulisan
untuk mengetahui lebih lanjut terkait informasi kesehatan (health
information) dan menginformasikan kepada pembaca terkait informasi
kesehatan (health information)
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
C. Kelebihan dan Kekurangan Health Information Online
Kelebihan
4
keperawatan dan sebagainya. Dengan adanya data yang akurat pada
keperawatan maka data ini juga dapat digunakan untuk informasi bagi
tim kesehatan yang lain. Sistem informasi asuhan keperawatan juga
dapat menjadi sumber dalam pelaksanaan riset keperawatan secara
khusunya dan riset kesehatan pada umumnya.
12. Menghemat tempat karena dapat tersimpan dalam ruang yang kecil.
Sistem ini sering dikenal dengan sistem informasi manajemen.
Kekurangan
5
D. Peran Perawat dalam Penerapan Health Information Online
6
E. Analisis Health Information Online
1. Keamanan data
Keamanan data masih kurang keamanannya. Selain itu, karena catatan
berbentuk file maka sangat rawan terserang virus atau jika terjadi eror
pada komputer maka file bisa jadi hilang atau corrupted file.
2. Integrasi data
Untuk kebutuhan akan integrasi data yang ada, harusalah ada sistem
yang memungkin antar komponen subsistem.
3. Prosedur pelaporan data
Proses alur pelaporan, periode pelaporan dan bentuk pelaporannya
selama ini di buat berdasarkan pengetahuan setiap petugas dan
permintaan dari pimpinan.
4. Akses informasi
Berkitan dengan akses informasi, pasien yang ingin mendapatkan
informasi harus menyakan kepada perawat terlebih dahulu. Karna
masih banyak pasien yang tidak mengetahui bagaimana cara mengakses
informasinya
7
sistem informasi kesehatan yang tepat. Sedangkan tujuan strategi ini
adalah tersedianya kebijakan sistem informasi kesehatan dan tersusunnya
regulasi sistem informasi kesehatan yang tepat. Upaya yang dilakukan
dalam strategi ini antara lain adalah:
a. Identifikasi kebutuhan kebijakan dan regulasi termasuk perencanaan
sistem informasi kesehatan;
b. Penyusunan kebijakan dan regulasi terkait sistem informasi
kesehatan sesuai prioritas kebutuhan;
c. Penyusunan perencanaan sistem informasi kesehatan yang tepat; dan
d. Sosialisasi kebijakan dan regulasi sistem informasi kesehatan.
8
b. Penyusunan standar terkait sistem informasi kesehatan sesuai
prioritas kebutuhan;
c. Sosialisasi standar sistem informasi kesehatan; dan
d. Penerapan standar sistem informasi kesehatan. Penyusunan standar
sistem informasi kesehatan khususnya SNI informatika kesehatan
akan dibantu oleh suatu komite teknis.
3. Meningkatan Pendanaan Sistem Informasi Kesehatan
Pendanaan merupakan salah satu aspek dasar sistem informasi
kesehatan. Pendanaan sistem informasi kesehatan adalah modal kekuatan
untuk dapat terselenggaranya sistem informasi kesehatan. Aspek
pendanaan terkait dengan semua aspek lain dalam penyelenggaraan
sistem informasi kesehatan. Tanpa adanya pendanaan, penyelenggaraan
sistem informasi kesehatan tidak dapat dilaksanakan. Saat ini, alokasi
anggaran sistem informasi kesehatan relatif sudah cukup baik terutama
di tingkat pusat namun masih perlu ditingkatkan. Sedangkan alokasi
anggaran sistem informasi kesehatan di daerah masih sangat bervariasi,
tergantung kemampuan dan komitmen daerah. Oleh karena itu,
diperlukan upaya peningkatan alokasi anggaran sistem informasi
kesehatan nasional dan pengalokasian anggaran untuk penyelenggaraan
sistem informasi kesehatan di daerah. Strategi ini menjadi salah satu
langkah penting untuk menyediakan regulasi dan standar dalam
penyelenggaraan sistem informasi kesehatan. Maksud dari strategi ini
adalah mengupayakan kenaikan alokasi anggaran sistem informasi
kesehatan nasional dan mengupayakan ketersediaan alokasi anggaran
sistem informasi kesehatan di daerah. Sedangkan tujuan strategi ini
adalah terwujudnya peningkatan pendanaan untuk penyelenggaraan
sistem informasi kesehatan. Upaya yang dilakukan dalam strategi ini
antara lain adalah:
a. Penyusunan anggaran berdasarkan perencanaan sistem informasi
kesehatan yang telah ditetapkan;
b. Koordinasi intensif dengan Biro Perencanaan dan Anggaran dan unit
lain yang terkait;
9
c. Identifikasi provinsi dan kabupaten/kota yang belum
mengalokasikan anggaran untuk sistem informasi kesehatan; dan
d. Koordinasi dan advokasi kepada provinsi dan kabupaten/kota.
4. Memperkuat Perangkat Sistem Informasi Kesehatan di Pusat dan Daerah
Perangkat atau infrastruktur sistem informasi kesehatan juga
merupakan salah satu aspek dasar dari sistem informasi kesehatan.
Perangkat sistem informasi kesehatan adalah komponen penting untuk
menyelenggarakan sistem informasi kesehatan. Perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi saat ini tentunya memberikan peluang positif
bagi penyelenggaraan sistem informasi kesehatan. Penyelenggaraan
sistem informasi kesehatan dapat dilakukan secara elektronik agar lebih
efisien. Hanya saja harus bijak dalam memilih teknologi yang ada. Dalam
rangka pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk
penyelenggaraan sistem informasi kesehatan, maka diperlukan
penyediaan perangkat atau infrastruktur sistem teknologi informasi yang
kuat. Strategi ini merupakan salah satu langkah untuk memenuhi
kebutuhan perangkat atau infrastruktur dalam penyelenggaraan sistem
informasi kesehatan di pusat dan daerah. Maksud dari strategi ini adalah
menyediakan perangkat sistem informasi kesehatan yang kuat baik di
pusat maupun daerah yang mencakup antara lain aplikasi sistem
informasi Puskesmas, aplikasi sistem informasi rumah sakit, dan jaringan
komunikasi data, serta infrastruktur pusat jaringan (data center).
Sedangkan tujuan strategi ini adalah tersedianya perangkat sistem
informasi kesehatan yang kuat baik di pusat maupun daerah
mengoptimalkan penyelenggaraan sistem informasi kesehatan yang
efisien. Upaya yang dilakukan dalam strategi ini antara lain adalah:
a. Sosialisasi penggunaan aplikasi SIKDA (Sistem Informasi Daerah)
Generik atau aplikasi lain yang setara;
b. Bimbingan teknis dan pendampingan penggunaan aplikasi SIKDA
Generik atau aplikasi lain yang setara;
c. Sosialisasi penggunaan aplikasi SIRS (Sistem Informasi Rumah
Sakit);
10
d. Bimbingan teknis dan pendampingan penggunaan aplikasi SIRS;
e. Evaluasi untuk memetakan kemampuan dan kebutuhan
infrastruktur;
f. Penyediaan jaringan komunikasi data;
g. Penyediaan infrastruktur pusat jaringan (data center); dan
h. Koordinasi dan advokasi lintas sektor/lembaga dalam penyediaan
jaringan komunikasi data di daerah.
11
pembahasan butir-butir kegiatan, penyusunan instrumen,
pelaksanaan uji validasi, dan pembahasan hasil, pehitungan
pencapaian per home base, perhitungan angka kredit, penyusunan
dan pembahasan Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara, penyusunan dan pembahasan tentang Petunjuk Pelaksanaan
Jabatan Fungsional (Jublak Jabfung), penyusunan rancangan
Kepmenkes tetang Juknis Jabfung, dan sosialisasi;
b. Identifikasi kebutuhan pelatihan bagi pengelola data/informasi;
c. Penyusunan modul pelatihan; dan
d. Persiapan fasilitator untuk pelaksanaan pelatihan
12
a. Penyusunan rancangan model kelembagaan unit pengelola data dan
informasi kesehatan atau SIK di daerah; dan
b. Sosialisasi dan advokasi untuk mendorong pembentukan
kelembagaan unit pengelola data dan informasi kesehatan atau SIK
di daerah. Indikator kinerja dari strategi ini adalah jumlah dinas
kesehatan provinsi/kabupaten/kota dan fasilitas pelayanan kesehatan
yang memiliki penanggung jawab pengelolaan data dan informasi
dalam struktur organisasinya.
13
terselenggaranya sistem informasi kesehatan sesuai kebijakan, regulasi,
dan standarisasi. Sedangkan tujuan strategi ini adalah terwujudnya
penyelenggaraan sistem informasi kesehatan di dinas kesehatan dan
fasilitas pelayanan kesehatan sesuai kebijakan, regulasi, dan standarisasi.
Upaya yang dilakukan dalam strategi ini antara lain adalah:
a. Sosialisasi dan advokasi kepada pemangku kepentingan;
b. Koordinasi penyelenggaraan SIK di daerah; dan
c. Pembinaan dan pengawasan. Indikator kinerja dari strategi ini adalah
persentase provinsi/ kabupaten/kota yang menyelenggarakan SIK
sesuai kebijakan.
G. Persiapan Penerapan Health Information Online
14
merupakan suatu keharusan karena teknologi komputer akan memberikan
beberapa keuntungan sebagai berikut ini :
1) Pemrosesan terhadap transaksi dan data lain menjadi lebih cepat
2) Durasi di dalam penghitungan dan perbandingan data menjadi lebih
akurat
3) Pemrosesan terhadap transaksi menjadi lebih murah
4) Penyiapan laporan dan output lainnya menjadi lebih tepat waktu
5) Sistem penyimpanan data menjadi lebih ringkas dan lebih mudah ketika
dibutuhkan
6) Pegawai menjadi lebih produktif.
Sistem Online adalah jika data yang dikirimkan langsung diterima oleh
central processing unit. Sedangkan real time processing data adalah jika
transaksi data tidak dikumpulkan menunggu sampai banyak, tetapi setiap
saat ada transaksi langsung di kirim ke komputer dari terminal. Begitu data
diterima oleh komputer, data langsung di olah dengan program yang telah
di masukkan sebelumnya (berupa package program) dan hasilnya di
kirimkan kembali ke terminal. Real time ini menggunakan Data Base File.
(Suryatmo, 2000, 32-33).
15
3. Penyebarluasan Informasi, setelah informasi dikumpulkan dan diolah
barulah dapat disajikan dan disebarlusakan kepada penerimainformasi.
16
4. Adanya keterlambatan dalam proses pengiriman laporan kegiatan
puskesmas / rumah sakit/ pelaksana kesehatann lainnya, baik itu ke
dinas kesehatan maupun ke kementrian kesehatan hingga informasi
yang diterima sudah tidak up to date lagi.
5. Proses integrasi data dari berbagai puskesmas / rumah sakit / pelaksana
kesehatan lainnya sulit dilakukan karena perbedaan tipe data dan format
pelaporan
6. Informasi yang diperoleh tidak lengkap dan tidak sesuai dengan
kebutuhan manajemen di tingkat kabupaten / Kota, Propinsi maupun
tingkat kementerian kesehatan
7. File data tersimpan secara pisah
1. CLINICAL PATHWAY
17
standar pelayanan kesehatan lainnya yang berbasis bukti yang dapat
diukur.
18
sejenis dan kompleksitas pengelolaan kasus (penyakit).Saat ini sistem
casemix telah digunakan oleh lebih dan 50 negara di dunia, sistem
casemix yang paling banyak dikenal adalah Diagnosis Related’s Group
(DRG) dan Indonesia sendiri mengenal dengan Indonesia Diagnosis
Related’s Group (INA DRG).
19
keputusan, perencanaan program kesehatan, monitoring pelaksanaan
dan evaluasi di setiap jenjang administrasi kesehatan.SIK bertujuan
untuk mengatasi terfragmentasinya data kesehatan, mengurangi
redudansi dan inkonsistensi, mempercepat proses pengolahan data,
serta memperbaiki mekanisme pelaporan, kelengkapan dan integrasi
data pada tingkat administrasi yang lebih tinggi.
20
pengambil keputusan/kebijakan bukan dari profesi perawat, sehingga
seringkali keputusan tentang pelaksanaan Sistem informasi yang sudah
disepakati oleh tim keperawatan dimentahkan lagi karena tidak sesuai
dengan keinginan pengambil kebijakan. Pihak manajemen rumah sakit
masih banyak yang mempertanyakan apakah Sistem informasi
keperawatan ini akan berdampak langsung terhadap kualitas pelayanan
keperawatan dan kualitas pelayanan rumah sakit secara keseluruhan.
2. Sumber daya manusia di institusi pelayanan kesehatan yang belum siap
menghadapi sistem komputerisasi, hal ini dapat disebabkan karena
ketidaktahuan dan ketidakmampuan mereka terhadap sistem informasi
teknologi yang sedang berkembang. Pemahaman yang kurang tentang
manfaat Sistem informasi menjadi salah satu faktor penyebab
ketidaksiapan SDM keperawatan.
3. Sumber dana. Sebagaimana kita tahu bahwa untuk mendapatkan sistem
informasi manajemen keperawatan yang sudah siap diterapkan di
rumah sakit, membutuhkan biaya yang cukup besar, tidak setiap rumah
sakit memiliki dana operasional yang cukup besar, sehingga seringkali
Sistem informasi keperawatan gagal diterapkan karena tidak ada
sumber dana yang cukup.
4. Kurangnya fasilitas Information technology yang mendukung.
Pelaksanaan Sistem informasi keperawatan tentunya membutuhkan
banyak perangkat keras atau unit komputer untuk
mengimplementasikan program tersebut.
21
memadai untuk implementasi SIM keperawatan, pemberian pelatihan bagi
perawat tentang pelaksanaan SIM keperawatan, pengadaan fasilitas
informasi teknologi yang memadai.
2. Perlu adanya integrasi program SIM dalam kurikulum pendidikan
keperawatan. Peningkatan standarisasi tingkat pendidikan perawat agar
memiliki pemahaman yang tepat tentang teknologi informasi dalam
keperawatan.
3. Adanya aspek legal berupa Undang-undang praktek keperawatan
4. Perlu adanya penelitian yang lebih jauh terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan aplikasi SIM di Indonesia.
Saat ini kebutuhan data informasi yang akurat makin meningkat, namun
sistem informasi masih belum menghasilkan data yang akurat, lengkap, dan
tepat waktu. Masalah yang dihadapi sistem informasi kesehatan saat ini,
terutama belum adanya persepsi yang sama diantara penyelenggara
kesehatan terutama penyelenggara sistem informasi kesehatan terhadap
sistem informasi kesehatan. Penyelenggaraan sistem informasi kesehatan
masih belum efisien, terjadi redundant data dan duplikasi kegiatan, dan
kualitas data yang dikumpulkan masih rendah, bahkan ada yang tidak sesuai
dengan kebutuhan, ketepatan waktu juga masih rendah, sistem umpan balik
tidak optimal, pemanfaatan data informasi di tingkat daerah untuk advokasi,
perencanaan program, monitoring dan manajemen masih rendah serta tidak
efisiennya penggunaan sumber daya, juga pengelolaan data informasi belum
terintegrasi dan terkoordinasi dengan baik. Masalah inilah yang sedang
dihadapi sistem informasi kesehatan dan perlu dilakukan upaya penguatan
dan perbaikan.
22
Sistem Informasi Kesehatan Online di Luar Negri
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
25