Anda di halaman 1dari 5

7 Fakta soal Rencana Pemindahan Ibu Kota

Rencana pemerintah untuk memindahkan ibu kota negara dari Jakarta terus dimatangkan.
Presiden Joko Widodo serta beberapa menterinya, pekan lalu pun telah melakukan peninjauan di
beberapa daerah yang digadang-gadang akan menjadi lokasi ibu kota baru di kawasan Kalimantan.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro mengatakan, terdapat dua lokasi yang menjadi
kandidat dari ibu kota baru, yaitu kawasan Bukit Soeharto, Kabupaten Kutai Kartanegara di
Kalimantan Timur dan di wilayah Kabupaten Gunung Mas di Kalimantan Tengah. Pemerintah pun
sudah memperhitungkan dana yang dibutuhkan untuk membangun ibu kota baru. Dengan luas
pusat pemerintahan 2.000 hektar dan luas kota keseluruhan 40.000 hektar, pemerintah telah
menganggarkan sebesar 33 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 446 triliun.
Berikut 7 fakta terkait rencana pindah ibu kota tersebut:

1. Tahun ini lokasi ibu kota baru sudah ditentukan Kementerian PPN/Bappenas berencana
lokasi yang akan dijadikan ibu kota baru ditentukan pada tahun 2019 ini. Bambang
mengatakan dengan diputuskannya lokasi ibu kota baru tahun ini, maka proses
pembangunan awal yang meliputi pembangunan infrastruktur dasar bisa dimulai pada 2020
mendatang. "Kajian akan difinalkan tahun ini, keputusan lokasi bisa dilakukan di tahun ini
sehingga 2020 bisa dipersiapkan pembangunan maupun infrastruktur dasar," ujar dia.
Setelah lokasi ibu kota baru ditentukan, pemerintah bersama dengan DPR akan menggodok
produk hukum yang sesuai untuk mematangkan rencana pemindahan ibu kota tersebut.
"Nantinya dengan DPR akan membahas penetapan UU sekaligus membahas persetujuan
ibu kota baru," ujar dia.
2. Ibu kota baru tidak didesain jadi kota besar Bambang mengatakan, ditahap awal ibu kota
baru akan menampun 1,5 juta penduduk. Perhitungan tersebut sudah termasuk perkiraan
jumlah PNS pusat, pegawai legislatif, yudikatif, legislatif yang diperkirakan sebanyak
200.000 jiwa. Sementara untuk aparat Polri dan TNI sekitar 25.000 jiwa. "Sementara untuk
pihak keluarga dengan patokan simpel satu keluarga empat orang sekitar 800.000 jiwa,"
ujar mantan Menteri Keuangan ini ketika di kawasan Kantor Staf Presiden, Jakarta, Senin
(13/5/2019). Tak hanya aparatur pemerintahan saja, sebagian pelaku bisnis juga
diperkirakan pindah ke ibu kota baru untuk mendukung perekonomian setempat. Meski,
pusat keuangan dan bisnis akan tetap di Jakarta. Bambang pun mengatakan, sejak awal
desain pembangunan ibu kota baru memang tidak untuk menjadi kota terbesar di Indonesia.
Pemindahan ibu kota dilakukan untuk meningkatkan produktivitas di sektor pemerintahan.
"Setelah selesai dibangun lima sampai 10 tahun ke depan ibu kota baru nggak akan jadi
kota terbesar se-Indonesia. Pemindahan ibu kota dilakukan karena ingin meningkatkan
produktivitas sektor pemerintahan, sehingga leih compatible untuk pelaku sektor
pemerintahan," ucap dia.
3. Meminimalkan penggunaan APBN Dengan jumlah dana yang cukup besar, yaitu Rp 446
triliun, pemerintah tidak bisa hanya mengandalkan APBN. Presiden Joko Widodo pun telah
meminta agar penggunaan APBN dalam pembangunan kota baru bisa seminimal mungkin.
Sehingga, Bambang mengatakan pemerintah akan merancang insentif agar mendorong
keterlibatan BUMN serta pihak swasta dalam proses pembangunan ibu kota baru. "Kita
ingin mendorong, meski biayanya tidak murah Presiden ingin penggunaan APBN
semininal mungkin, rencananya akan dibuat aturan khusus agar BUMN dan swasta bisa
terlibat," ujar Bambang. Sementara dalam APBN, pemerintah tidak akan mengalokasikan
dana khusus untuk pemindahan ibu kota baru. Nantinya, anggaran pemindahan ibu kota
akan dialokasikan ke kementerian atau lembaga yang terlibat proyek pembangunan. "Kalau
infrastruktur dasar masuk ke PU (Kementerian Pekerjaan Umum), kalau bangun pangkalan
AU (Angkatan Udara) mungkin akan melalui TNI atau Kemenhub. Yang penting anggaran
ada, sudah langsung dialokasikan di kementerian atau lembaga terkait," ujar Bambang.
4. Menggunakan lahan milik negara Bambang mengatakan, syarat lokasi yang akan menjadi
ibu kota negara baru adalah lahan tersebut luas dan dikuasai oleh negara. Sehingga, dia
memastikan tidak akan dilakukan pembebasan lahan dalam proses pembangunannya.
"Lahan yang kita pakai yang dikuasai pemerintah, jadi tidak ada pembebasan lahan. Kalau
kita tidak lakukan seperti ini harga lahan akan naik. Jadi kita akan gunakan lahan yang
langsung dikuasai pemerintah," kata Bambang. Dia pun memastikan, apabila ibu kota
negara jadi dipindahkan ke Pulau Kalimantan, maka tidak akan mengganggu kawasan
setempat sebagai paru-paru dunia. Pembangunan ibu kota negara baru ini, lanjut Bambang,
mengedepankan prinsip smart, green, and beautiful. “Pemerintah berkomitmen tidak
mengurangi hutan lindungnya. Kan paru-parunya itu kan hutan lindung sebenarnya,” jelas
dia. Ia mencontohkan salah satu dari tiga daerah yang dipertimbangkan menjadi ibu kota
negara baru, yakni Bukit Soeharto yang terletak di di kawasan Taman Hutan Raya,
Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Pembangunan ibu
kota negara baru nanti tidak memakan lahan hutan lindung tersebut, melainkan di
sekitarnya. “Misalnya wilayah ibu kota baru nanti ini ada di Bukit Soeharto. Bukit
Soehartonya tidak akan diganggu gugat. Karena itu adalah hutan lindung,” ujar Bambang.
5. Nasib gedung pemerintah di Jakarta Jika ibu kota benar-benar dipindahkan ke Pulau
Kalimantan, pemerintah menghadapi persoalan baru, yakni pemanfaatan gedung-gedung
lama kementerian/ lembaga, legislatif dan yudikatif di DKI Jakarta. Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro mengatakan,
pemerintahan telah memiliki beberapa rencana terkait hal itu. Pemerintah berencana
memanfaatkan utilisasi atau penggunaan dari gedung-gedung pemerintah pusat yang
ditinggalkan di Jakarta. Gedung-gedung tersebut bisa disewa dengan skema Kerja Sama
Pemanfaatan (KSP) kepada Kementerian Keuangan (Kemenkeu) secara jangka panjang
sehingga tidak terlantar. Pemerintahpun bisa mendapatkan Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP) melalui KSP gedung pemerintahan tersebut. "(PNBP) tersebut bisa dipakai
untuk keperluan pembangunan ibu kota baru, terutama untuk membangun gedung atau aset
pemerintahan," jelas Bambang.
6. Bentuk badan otoritas khusus Bambang mengatakan, agar pembangunan ibu kota baru
berjalan secara efisien, seharusnya terdapat otoritas yang memegang kendali dari
pembangunan awal hingga beroperasinya infrastruktur baru. "Usulan kami memang ada
satu badan otoritas, tapi akan dibahas di kabinet nanti bentuknya seperti apa yang terbaik,
sehingga secara legal kuat tapi juga lincah karena tidak bisa kalau birokratis dan kaku
sehingga pembangunan akan berjalan lambat," jelas Bambang.
7. Jakarta bisa bersaing dengan Kuala Lumpur hingga Singapura Kementerian PPN/Bappenas
meyakini dipindahkannya ibu kota tidak akan mengganggu tingginya pertumbuhan
ekonomi di Jakarta. Pemindahan ibu kota negara dari Jakarta justru bisa semakin
meningkatkan potensinya sebagai pusat bisnis, keuangan, dan perdagangan sehingga bisa
bersaing dengan kota-kota besar di negara kawasan seperti Kuala Lumpur, Bangkok,
Manila, bahkan Singapura. Pasalnya, kontribusi pemerintahan terhadap keseluruhan
kegiatan perekonomian Jakarta paling tinggi hanya 20 persen. Sementara, sektor swasta
mendominasi jadi motor penggerak perekonomian Jakarta saat ini. "Selain itu
pemerintahan Jakarta akan tetap di Jakarta. Jadi intinya pertumbuhan ekonomi Jakarta akan
tetap tinggi karena digerakkan oleh sektor swasta, dan penduduknya yang pindah cuma 1,5
juta orang. Sementara Jakarta itu penduduknya kan 10,3 juta orang kemudian kalau
Jabodetabek itu hampir 25 juta, itu yang akan membuat pertumbuhan ekonomi Jakarta tetap
tinggi," ujar Bambang dia. Tak hanya itu, Bambang pun meyakini pemindahan ibu kota
bisa semakin menggairahkan industri properti Jakarta. Sebab, pihak swasta bisa menyewa
gedung-gedung pemerintah yang ditinggalkan melalui skema Kerja Sama Pengelolaa
(KSP). Fungsi dari gedung-gedung pemerintahan pun bisa dimaksimalkan. Bambang
menilai, pemindahan ibu kota bisa meningkatkan daya saing Jakarta sebagai pusat bisnis
dengan kota-kota besar negara kawasan Asia Tenggara. "Sekarang ini kan (Jakarta) hanya
menjadi pusat di Indonesia aja," ujar dia.

Pendapat kami :

Rencana pemindahan ibukota ini menimbulkan pro dan kontra. Sebagian masyarakat yang tidak
setuju dengan rencana pemerintah ini bisa saja membuat perbuatan agar suara mereka
didengar. Selain itu, tidak menutup kemungkinan adanya perseteruan antara yang menerima
dan menolak perpindahan ibukota yang dikhawatirkan akan berdampak pada keributan dan
kericuhan yang dapat mengancam ketahanan negara

Anda mungkin juga menyukai