I. Tujuan Percobaan
1. Isolasi kurkumin dari rimpang kunyit dengan metode refluks
2. Mengidentifikasi kurkumin hasil pemisahan dengan metode kromatografi
lapis tipis
3. Mermurnikan dan memisahkan hasil isolasi dengan metode kromatografi
kolom
II. Prinsip Percobaan
1. Metode Refluks: metode ekstraksi berdasarkan perbedaan kepolaran dan
kelarutan pada suhu tinggi yang akan didinginkan oleh kondensor
2. Kromatografi Lapis Tipis: metode pemisahan berdasarkan perbedaan
kepolaran dan kecepatan migrasi
3. Kromatografi kolom: metode pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan
kepolaran dan perbedaan afinitas adsorpsi komponen-komponen campuran
terhadap permukaan fase diam
III. Teori Dasar
3.1 Pemisahan dan Pemurnian
Pemisahan dan pemurnian adalah proses pemisahan dua zat atau
lebih yang saling bercampur serta untuk mendapatkan zat murni dari suatu
zat yang telah tercemar atau tercampur. Campuran adalah setiap contoh
materi yang tidak murni, yaitu bukan sebuah unsur atau sebuah senyawa.
Susunan suatu campuran tidak sama dengan sebuah zat, dapat bervariasi,
campuran dapat berupa homogen dan heterogen (Ralph, 1996).
Macam-macam pemurnian zat padat:
a. Filtrasi
Biasanya filtrasi alami yang digunakan, misalnya sampel yang
akan disaring dituang kecorong yang didasarnya ditaruh kertas saring.
Fraksi cairan melewati kertas saring dan padatan tinggal diatas kertas
saring.Bila sampel cairan terlalu kental, filtrasi dilakukan dengan
penghisapan. Digunakan alat khusus untuk mempercepat filtrasi dengan
menvakumkan penampung filtrat yang digunakan. Filtrasi dengan
penghisapan tidak cocok bila cairannya adalah pelarut organik mudah
menguap.Dalam kasus ini, tekananharus diberikan pada permukaan cairan
atau larutan.
b. Rekristalisasi
Metode ini cukup sederhana, material padatan ini terlarut dalam
pelarut yang cocok pada suhu tinggi (pada atau dekat dengan titik didih
pelarutnya) untuk mendapatkan larutan jenuh atau dekat jenuh. Ketika
larutan panas perlahan didinginkan, Kristal akan mengendap karna
kelarutan padatan biasanya menurun bila suhu diturunkan. Diharapkan
pengotor tidak akan mengkristal karena konsentrasinya dalam larutan tidak
terlalu tinggi untuk mencapai jenuh.Saran untuk membantu rekristalisasi :
• Kristal tidak harus dari larutan jenuh dengan pendinginan karena mungkin
terbentuk super jenuh.
• Untuk mencegah reaksi kimia antara pelarut dan zat terlarut, penggunaan
pelarut polar lebih disarankan. Namun, pelarut nonpolar cenderung
merupakan larutan yang buruk untuk senyawa polar.Kita harus hati-hati
bila menggunakan pelarut polar.
c. Ekstraksi
Keuntungan KLT:
Kelemahan KLT:
a. Metode kering: pada metode kering kolom diisi dengan fasa diam kering,
diikuti dengan penambahan fasa gerak yang disiramkan pada kolom sampai
benar-benar basah.
b. Metode basah: pada metode basah bubur (slurry) disiapkan dengan
mencampurkan eluen pada serbuk fasa diam dan dimasukkan secara hati-
hati pada kolom. Dalam langkah ini harus benar-benar hati-hati supaya tidak
ada gelembung udara. Larutan senyawa organik dipipet di bagian atas fasa
diam, kemudian eluen dituangkan pelan-pelan melewati
kolom(Puspasari,2010).
Pembagian Kromatografi Kolom:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Curcuma
Daun : Tunggal, lanset memanjang, helai daun 3-8, ujung dan pangkal
runcing, tepi rata, panjang 20-40 cm, lebar 8-12,5 cm,
pertulangan menyirip, hijau pucat.
3.3 Kurkumin
Tabung 1 = -
1,4 𝑐𝑚
Tabung 2 = 5,4 𝑐𝑚 = 0,26
1,4 𝑐𝑚
Tabung 3 = 5,4 = 0,26
𝑐𝑚
1,8 𝑐𝑚
Tabung 4 = 5,7 𝑐𝑚 = 0,32
1,8 𝑐𝑚
Tabung 5 = 5,7 𝑐𝑚 = 0,32
1,8 𝑐𝑚
Tabung 6 = 5,7 𝑐𝑚 = 0,32
2 𝑐𝑚
Tabung 7 = = 0,36
5,5 𝑐𝑚
1,9 𝑐𝑚
Tabung 8 = 5,5 𝑐𝑚 = 0,35
1,9 𝑐𝑚
Tabung 9 = 5,5 𝑐𝑚 = 0,35
1,3 𝑐𝑚
Tabung 10 = 5,6 = 0,23
𝑐𝑚
VII. Pembahasan
7.1 Isolasi Kurkumin dengan Cara Refluks
Pada praktikum kali ini hal yang pertama dilakukan dalam
mengidentifikasi kurkumin didalam kunyit adalah mengisolasi rimpang
kunyit dengan cara refluks. Metode ini termasuk ekstraksi padat-cair,
metode ini termasuk cara panas. Senyawa yang diambil pada metode ini
harus tahan panas. Digunakan metode ini, karena senyawa yang diektraksi
masih dalam tekstur yang kasar dan termolabil. Selain itu, kelebihan pada
metode refluks ini adalah cepat dan hemat pelarut.
Rimpang kunyit dimasukkan kedalam labu bundar sebanyak 20g,
kemudian ditambahkan 50 ml diklorometana. Diklorometana bersifat non
polar, senyawa kurkumin yang akan diambil dari rimpang kunyit bersifat
non polar juga. Sehingga, diklorometana dapat mempermudah pengambilan
senyawa kurkumin dalam rimpang kunyit karena sifat kepolarannya yang
sama. Kemudian, pada saat di refluks dimasukkan batu didih agar tidak
terjadi bumpingatau pemercika. Kemudian hasil yang didapat disaring
kemudian diambil filtratnya. Filtrat yang didapat kemudian diuapkan oleh
rotary evaporatordigunakannya alat inikarena dapat mempercepat
penguapan. Karena evaporator tekanan didalamnya lebih tinggi, kemudian
pelarut diklorometana yang digunakan akan menguap sebelum mencapai
titik didihnya. Selain itu, kelebihan alat ini aman karena uap akan
tertampung dan hemat karena pelarut bisa digunakan kembali.Residu yang
didapatkan kemudian ditambahkan n- heksana yang berfungsi untuk
mengrekristalisasi residu yang didapatkan, lalu disaring menggunakan
penyaring bervakumsehingga proses filtrasi berjalan lebih cepat
dibandingkan dengan filtrasi biasa.
Kemudian dihitung nilai % rendemen dari kristal yang berada pada
kertas saring dan didapatkan hasil akhir 2,375%. Angka yang didapat lebih
kecil dibandingkan hasil rendemen pada umumnya >10%. Hal ini
disebabkan karena pada saat proses refluks yang terlalu singkat, karena
biasanya pada saat proses refluks membutuhkan waktu ±3 jam. Kemudian
faktor lain yang mempengaruhi adalah ukuran partikel simplisia dari
rimpang kunyit tersebut, karena semakin kecil ukuran partikel maka akan
semakin besar luas permukaannya, sehingga ini dapat mempermudah
pelarut mengambil senyawa yang berada dalam simplisia. Hasil refluks
yang baik adalah dimana senyawa yang diinginkan semakin banyak didapat.
Kemudian hasil dari rekristalisasi diambil sedikit, lalu dilarutkan
menggunakan diklorometana. Kemudian disiapkan eluen yang digunakan
adalah CH2Cl2 : MeOH dengan perbandingan 9:1 eluen yang digunakan
dijenuhkan dengan kertas saring, dimana ketika kertas saring yang terdapat
dalam chamber telah terbasahi semua maka eluen telah siap digunakan.
Kristal yang telah dilarutan dengan diklorometana ditotolkan menggunakan
pipa kapiler diatas KLT, lalu dielusikan sampai tanda batas. Hasil KLT yang
didapatkan ada tiga komponen.Kemudian dihitung nilai Rf nya, sehinga
didapatkan 3 nilai Rf yaitu Rf1 (0,081), Rf2 (0,163) dan Rf3 (0,39).
Berdasarkan hasil Rf yang didapat dapat dilihat bahwa senyawa
tersebut termasuk kedalam kurkuminoid dengan urutan terkecil adalah
bisdesmetoksikurkumin, desmetoksikurkumin dan kurkumin. Seharusnya
pada proses ekstraksi, hasil yang diinginkan praktikan adalah kurkumin saja,
namun yang didapatkan ternyata kurkuminoid. Kemungkinan karena pelarut
yang digunakan adalah pelarut non polar yang kurang spesifik untuk
menarik senyawa kurkumin, sehingga yang ditarik bukan senyawa
kurkumin saja melainkan senyawa kurkuminoid.
7.2 Kromatografi Kolom
Padapercobaan kromatografi kolom, sebelumnya alat dibersihkan
dan dikeringkan agar tidak mengganggu hasil akhirnya. Kolom yang
digunakan dimasukkan sedikit glass wall untuk menyaring fase diam. Pada
pembuatan fase diam dimasukkan silika gel dan dilarutkan dengan eluen
(diklorometana:metanol) sampai terbentuk massa seperti bubur. Glass wall
dibasahi dengan eluen terlebih dahulu menggunakan pipet tetes, kemudian
fase diam dimasukkan dengan cepat agar tidak terbentuk cracking.
Kemudian hasil isolasi kurkumin dari kunyit dengan cara refluks
dimasukkan kedalam kolom yang sudah diisi fase diam menggunakan pipet
tetes, lalu diteteskan kembali eluen dengan pipet tetes diatas sampel uji.
Kemudian difraksi dan tidak terjadi reaksi apapun dikarenakan silika gel
yang digunakan sudah sedikit kering dan tercampur dengan bubur silika gel
praktikum sebelumnya dan terdapat sedikit gelembung yang menyebabkan
tidak terdapat hasil yang seharusnya didapatkan. Hasil kromatografi yang
baik seharusnya berkisar pada rentang nilai 0,2-0,3. Untuk mengidentifikasi
kurkumin didalam sampel yaitu dapat dilihat nilai Rfnya dimana bercak
pada hasil elusi semakin tinggi atau semakin non-polar.
7.3 Kromatografi Lapis Tipis Preparatif
Pada kromatografi lapis tipis preparatif dilarutkan kristal yang telah
terbentuk dengan eluen, kemudian ditotolkan memanjang pada plat KLT
preparatif. Eluen yang digunakan adalah diklorometana dan metanol,
kemudian dielusikan sampai tanda batas sama seperti pengerjaan
kromatografi lapis tipis. Kemudian setelah mencapai tanda batas KLT
preparatif dikeluarkan dan dikeringkan pada suhu ruangan. Kemudian hasil
sampel yang terelusi bewarna oren sampai kuning muda dan dikerok dengan
spatel. Kemudian hasil kerokan ditimbang kemudian dilarutkan dalam
diklorometana dan dihitung persen rendemennya.
VIII. Kesimpulan
Pada percobaan kali ini dapat disimpulkan, yaitu:
Isolasi kurkumin dari kunyit dengan metode refluks diperoleh persen
rendemen sebesar 2,375%
Identifikasi kurkumin dari kunyit dengan kromatografi kolom tidak
memperoleh hasil pemurnian
Memisahkan senyawa kurkumin dari rimpang kunyit dapat dipisahkan
dengan kromatografi lapis tipis preparatif
Kurkumin dan senyawa lain yang terdapat pada kunyit dapat teridentifikasi