LP TBC
LP TBC
Cara Penularan:
Pada waktu batuk atau bersin penderita menyebarkan kuman keudara dalam
bentuk droplet (percikan dahak). Orang dapat terinfeksi jika droplet tersebut
terhirup kedalam saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh
manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru
kebagian tubuh lainya.(Akhsin Zulkoni,2010)
3. Patofisiologi/patway
Menurut Somantri (2008), Infeksi diawali karena seseorang menghirup basil
Micobacterium tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan 5 napas menuju
alveoli lalu berkembang baik dan terlihatbertumpuk. Perkembangan
Micobacterium tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru-
paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke
bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks serebri) dan area lain dari paru-paru
(lobus atas). Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan respons dengan
melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis
(menelan bakteri), sementara limfosit spesifik-tuberkulosis menghancurkan
(melisisikan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan
terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang menyebabkan bronkopneumonia.
Infeksiawal biasanya timbul dalam waktu 2- 10 minggu setelah terpapar
bakteri.Interaksi antara Mycobacterium tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh
pada masa awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut
granuloma. Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan
fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang
terdiri atas makrofag dan bakteri yang menjadi nekrotik yang selanjutnya
membentuk materi yang penampakannya seperti keju (necrotizing caseosa). Hal
ini akan menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian
bakteri menjadi nonaktif.
Mycobacterium menetap/dormant
Resiko tinggi
Kurang informasi Imunitas tubuh menurun Penyebaran kuman
4. Manifestasi klinik
Menurut Wong (2008), tanda dan gejala tuberkulosis adalah: Demam, malaise,
anoreksia, penurunan berat badan, batuk ada atau tidak (berkembang secara
perlahan selama berminggu-minggu sampai berbulan-bulan), peningkatan
frekuensi napas, ekspansi paruburuk pada tempat yang sakit, bunyi napas hilang
dan ronki kasar, pekak pada saat perkusi, demam persisten, pucat, anemia,
kelemahan, dan penurunan berat badan.
6. Komplikasi
- Kerusakan jaringan paru yang masif
- Gagal napas
- Fistula bronkopleural
- Pneumotoraks
- Efusi Pleura
- Pneumonia
- Infeksi organ tubuh lain oleh focus mikrobakterial kecil
- Penyakit hati terjadi sekunder akibat terapi obat
7. Penatalaksanaan
Zain (2001) membagi penatalaksanaan tuberculosis paru menjadi tiga bagian yaitu
pencegahan, pengobatan, dan penemuan penderita (active case finding).
a. Pencegahan TB Paru
1. Pemeriksaan kontak yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat
dengan penderita TB BTA positif. Pemeriksaan meliputi : tes
tuberculin, klinis, dan radiologis. Bila tes tuberculin positif maka
pemeriksaan radiologis foto thoraks diulang pada 6 dan 12 bulan
mendatang. Bila masih negative diberikan BCG vaksinasi.
2. Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan terhadap kelompok-kelompok
populasi tertentu, misal : penghuni rumah tahanan, petugas kesehatan,
siswa-sisiwi pesantren.
3. Vaksinasi BCG
4. Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12
bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri
yang masih sedikit.
5. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberculosis
kepada masyarakat di tingkat puskesmas maupun di tingkat rumah sakit.
Pengobatan TB terbagi dalam dua fase yaitu fase intensif ( 2-3 bulan ) dan fase
lanjutan ( 4-7 bulan ). Paduan obat yang digunakan terdiri atas obat utama dan
obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai rekomendasi WHO
adalah Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid, Streptomisin, dan Etambutol.
(Depkes RI, 2004).
Disamping itu, perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang
dikenal dengan Directly Observed Treatment Short Course (DOTSC). Lima
komponen DOTSC yang direkomendasikan WHO yaitu :
1. Pengkajian Keperawatan
b. Keluhan Utama
- Keluhan Respiratorik, meliputi batuk, batuk darah, sesak napas, nyeri dada.
- Keluhan sistemis, meliputi demam, hilang timbul, dan keluahn sistemis
lainnya
seperti anoreksia, penurunan BB, malaise, dan keringat malam.
Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum
Klien dengan TB paru biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh secara
signifikan, frekuensi napas meningkat apabila disertai sesak, denyut nadi
meningkat, hipertensi.
b. Pemeriksaan Fisik
B1 (Breathing)
1. Inspeksi : Bentuk dada dan gerakan pernapasan. Adanya penurunan proporsi
diameter bentuk dada antero-posterior dibandingkan proporsi diameter lateral.
Gerakan pernapasan tidak simetris, sehingga terlihat pada sisi sakit pergerakan
dadanya tertinggal. Batuk dan sputum.
2. Palpasi : palpasi trachea dan gerakan dinding thoraks anterior / ekskrusi
pernapasan.
3. Perkusi : terdapat bunyi sonor pada seluruh lapang paru.
4. Auskultasi : terdapat bunyi tambahan ronkhi.
B2 (Blood)
1. Inspeksi : inspeksi tentang adanya parut dan keluhan kelemahan fisik.
2. Palpasi : denyut nadi perifer melemah.
3. Perkusi : batas jantung mengalami pergeseran.
4. Auskultasi : TD normal, tidak terdapat bunyi jantung tambahan.
B3 (Brain)
Kesadaran compos mentis.
B4 (Bladder)
Dibiasakan dengan urine yang berwarna jingga pekat dan berbau yang
menandakan fungsi ginjal masih normal sebagai ekskresi karena minum OAT.
B5 (Bowel)
Biasanya mengalami mual, muntah, anoreksia, penurunan BB.
B6 (Bone)
Gejala yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup
menetap, dan jadwal olahraga tidak teratur.
2. Diagnosa Keperawatan
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake nutrisi yang tidak
adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.(NANDA, 2013)
Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
nutrisi pasien terpenuhi dan adanya peningkatan berat badan.
KH:Adanya peningkatan berat badan, berat badan ideal sesuai dengan tinggi
badan, mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
Intervensi (NIC):
Kaji adanya alergi makanan.
R/: Menghindari makanan yang membuat alergi.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
R/: Takaran gizi yang sesuai.
Monitor adanya mual dan muntah
R/: Mengidentifikasi intervensi yang diperlukan oleh pasien.
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
R/: Mengetahui intake yang masuk kedalam tubuh.
Monitor adanya penurunan berat badan.
R/: Mengetahui apakah ada perubahan dalam pemenuhan nutrisi.
Berikan makanan sedikit tapi sering selagi masih hangat. R/: Memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien
Modifikasi makanan.
R/: Memberikan daya tarik pasien terhadap makanan.
Proses Keperawatan dan Berfikir Kritis. Salemba Medika. Jakarta: EGC Doenges, Marilyn,
E. 2008.
Nursing Diaognosis Manual Lanning, Individualizing, and Documenting Client Care. 2nd
ed. America: F. A. Davis Company. FKUI. 2005.
Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Infomedika Allen, dan Marotz . 2010. Profil
perkembangan Anak. PT. Indeks: Jakarta Menkokesra. 2011.
Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Vol. 2. Salemba Medika. Jakarata: EGC
Rubenstein, David. 2008. Kedokteran Klinis. Jakarta: Erlangga Soetjiningsih. 2005.
Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika Suddarth, Brunner. 2013.
Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa: Devi Yulianti, Amelia Kimin. Jakarta: EGC
Widagdo. 2011.
Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi pada Anak. Jakarta: Sagung Seto Wilkinson,
Judith M. 2007.
Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa: Esty Wahyuningsih, editor bahasa
Indonesia, Dwi Widarti. Jakarta: EGC Wong donna L. 2008.
Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6. Alih bahasa: Andry Hartono. Jakarta: EGC
Zulkoni Akhsin. 2010. Parasitologi. Yogyakarta: Nuha Medika.