Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu, secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab
langsung kematian ibu adalah factor yang berhubungan dengan komplikasi
kehamilan, persalinan dan nifas seperti perdarahan, preeklamsi-eklampsi, infeksi,
persalinan macet dan abortus. Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah factor-
faktor yang memperberat keadaan ibu hamil seperti “EMPAT TERLALU( terlalu
muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan dan terlalu dekat jarak kelahiran). Factor
berpengaruh lainnya adalah ibu hamil yang menderita penyakit menular seperti
malaria, HIV AIDS, tuberculosis, sifilis. Penyakit menurun seperti hipertensi,
diabetes mellitus, gangguan jiwa, maupun yang mengalami kekurangan gizi.
Dalam pelaksanaanya terkadang bidan dihadapkan pada beberapa situasi yang
memerlukan penanganan segera (emergensi) dimana bidan harus segera melakukan
tindakan untuk menyelamatkan pasien, namun kadang juga berada pada situasi
pasien yang memerlukan tindakan segera sementara menunggu instruksi dokter, atau
bahkan mungkin juga situasi pasien yang memerlukan konsultasi dengan tim
kesehatan lain. Disini bidan sangat dituntut kemampuannya untuk dapat selalu
melakukan evaluasi keadaan pasien agar asuhan yang diberikan tepat dan aman.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang kebutuhan segera.
2. Untuk mengetahui apa saja penyulit dalam masa kehamilan
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan sambil mengamati
klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa / masalah potensial ini benar-
benar terjadi. Diagnosa atau masalah yang mungkin terjadi pada ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum adalah : pada janin IUGR dan abortus. Sedangkan pada ibu bisa
hiperemesis tingkat sedang sampai berat. (Ummi Hani dkk,2010)
3
d) Nasihat control antenatal (pemeriksaan hamil lebih sering segera dating
bila terjadi keadaan abnormal).
2. Kram Kaki
Keluhan kram kaki terutama sering disampaikan oleh ibu hamil muda.
Kejadian kram betis berkaitan denganmual, muntah, kurangnya makan, sehingga
terdapat perubahan keseimbangan elektrolit dengan kalium, kalsium, dan natrium
yang menyebabkan terjadi perubahan berkelanjutan dalam darah dan cairan tubuh
(Manuaba, 2010).
Pengobatan Keluhan Kram Betis Kaki
a. Tanpa perlu pengobatan akan hilang sendiri dengan makin tuanya
kehamilan
b. Pemberian vitamin rutin pada kehamilan : Obimin AF, Vicanatol, Prenavit,
Obran 6, Ultravita, Grevital dan dapat ditambah dengan vitamin dan
mineral khusus seperti Santa E, Natur E, dan Elkana.
c. Local dapat diurut dengan obat luar yang banyak dijual bebas.
d. Nasihat tentang:
1. Jangan cepat bangun dari tempat tidur
2. Berikan kesempatan kaki untuk beradaptasi.
3. Makanan dapat ditambah dengan buah-buahan.
3. Varises
Varises merupakan pembesaran dan pelebaran pembuluh darah vena, yang
sering dijumpai saat kehamilan di sekitar vulva, vagina, paha, dan terutama
tungkai bawah. Factor yang terjadi disebabkan keturunan, factor multipara
sampai grandemultipara, terdapat peningkatan hormone esterogen dan
progesterone selama hamil (Manuaba, 2010).
Pengobatan spesifik varises pada saat hamil tidak diketahui. Pengobatan yang
bersifat konservatif dapat dilakukan dengan jalan:
1) Meninggikan kaki saat tidur
2) Memakai stoking yang agak ketat
3) Dapat dikurangi dengan obat: salep khusus (thormboplas) dan obat minum
(kapsul venoruton).
4) Tindakan operasi setelah bersalin.
4
4. Hyperemesis Gravidarum
Hipermesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat habis
dipakai untuk keperluan energy, sehingga pembakaran tubuh beralih pada
cadangan lemak dan protein. Karena pembakaran lemak kurang sempurna
terbentuklah badan keton didalm darah yang dapat menambah beratnya gejala
klirik.
Melalui muntah dikeluarkan sebagian cairan langsung serta elektrolit natrium,
kalium, dan kalsium. Muntah yang berlebihan menyebabkan cairan tubuh makin
berkurang, sehingga darah menjadi kental (hemokonsentrasi) yang dapat
memperlambat peredaraan darah yang berarti konsumsi O2 dan makanan ke
jaringan berkurang.
5
Menetapkan kejadian hyperemesis gravidarumtidak sukar, dengan
menentukan kehamilan, muntah berlebihan sampai menimbulkan gangguan
kehidupan sehari-hari dan dehidrasi. Muntah yang terus-menerus tanpa
pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim
dengan manifestasi klinisnya (Manuaba, 2010).
Pengobatan hyperemesis gravidarum
1. Gejala hyperemesis gravidarum
A. Hyperemesis gravidarum tingkat pertama: muntah berlangsung terus,
nafsu makan berkurang, berat badan menurun, kulit dehidrasi, nyeri di
daerah epigastrium, tekanan darah turun dan nadi meningkat, lidah
kering, mata tampak cekung (Manuaba, 2010).
B. Hyperemesis gravidarum tingkat kedua: penderita tampak lebih lemah,
gejala dehidrasi makin tampak, mata cekung, tugar kuliyt makin
kurang, lidah kering dan kotor, mata ikterik, berat badan makin
menurun, nadi meningkat, gejala hemokonsentrasi makin tampak:
urine berkurang, badan aselon dlaan urine meningkat, terjadinya
gangguan buang air besar (Manuaba, 2010).
C. Hyperemesis gravidarum tingkat ketiga: muntah berkurang, keadaan
imum wanita hamil menurun: tekanan darah turun, nadi meningkat
suhu naik, keadaan dehidrasi makin jelas, gangguan faal hati terjadi
dengan manifeslasi icterus, gangguan kesadaran dalam bentuk
somnolen sampai koma, komplikasi susunan saraf pusat (ensefalopati
Wernicke): nistagmus-perubahan arah bola mata, diplopia-gambar
tampak ganda, perubahan mental (Manuaba, 2010).
6
hyperemesis gravidarum yang dirawat di rumah sakit, hamper seluruhnya dapat
dipulangkan dengan memuaskan, sehingga kehamilannya dapat diteruskan.
(Manuaba,2010)
7
Factor-faktor yang yang mempengaruhi pembentukan darahadalah sebagai
berikut:
a. Komponen (bahan) yang berasal dari makanan terdiri dari:
1. Protein, glukosa, dan lemak
2. Vitamin B12, B6, asam folat, dan vitamin C
3. Elemen dasar, Fe, ion Cu dan zink
b. Sumber pembentukan darah adalah sumsum tulang
c. Kemampuan resorpsi usus halus terhadap bahan yang diperlukan
d. Umur sel darah merah (eritrosit) terbatas sekitar 120 hari.
e. Terjadinya perdarahan kronis (gangguan menstruasi, penyakit yang
menyebabkan perdarahan pada wanita seperti mioma uteri, polip serviks,
penyakit darah, parasite dalam usus, askariasis, ankilostomiasis, taenia).
c) Pengaruh anemia pada kehamilan dan janin
1. Pengaruh anemia terhadap kehamilan:
a. Bahaya selama kehamilan: dapat terjadi abortus, persalinan
prematurutas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah
terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb <6 g%), mola
hidatidosa, hipermsis gravidarum, perdarahan antepartum, ketuban
pecah dini (KPD).
b. Bahaya saat persalinan: gangguan His (kekuatan mengejan) kala
pertama dapat berlangsung lam, dan terjadi partus terlantar, kala
kedua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering
memerlukan tindakan operasi kebidanan, kala uri dapat diikuti
retensio plasenta, dan perdarahan postpartum karena atonia uteri, kala
empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri.
c. Pada kala nifas: terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan
postpartum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI
berkurang, terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan,
anemia kala nifas, mudah terjadi infeksi mamae.
2. Bahaya anemia terhadap janin. Sekalipun tampaknya janin mampu
menyerap berbagai kebutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan
mengurangi kemampuan metabolism tubuh sehingga mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim (Manuaba, 2010)
8
d) Kebutuhan Zat BEsi pada Wanita Hamil
Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki-laki karena terjadi
menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan dan
kehilangan zat besi sebesar 30 sampai 40 mg. makin sering seorang wanita
mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat
besi dan menjadi makin anemis.
Sebagai gambaran berapa banyak kebutuhan zat besi pada setiap
kehamilan perhatikan bagan tersebut:
Meningkatkan sel darah ibu 500 mg Fe
Terdapat dalam plasenta 300 mg Fe
Untuk darah janin 100 mg Fe
Jumlah 900 mg Fe
Untuk menegakkan kehamilan resiko tinggi pada ibu dan janin adalah dengan
cara melakukan anamnesa yang intensif (baik),melakukan pemeriksaan fisik,dan
pemeriksaan penunjang seperti (pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan rontgen,
pemeriksaan USG, pemeriksaan lain yang dianggap perlu). Berdasarkan waktu,
keadaan resiko tinggi ditetapkan menjelang kehamilan, saat hamil muda, saat hamil
pertengahan, saat inpartu, dan setelah persalinan. (Manuaba,2010)
9
Melakukan pengawasan antenatal bertujuan untuk dapat menegakkan secara dini
dan menjawab pertanyaan :
Definisi kehamilan resiko tinggi dalam kaitan ini adalah keadaan yang dapat
mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi.
(Manuaba,2010)
Menurut Manuaba Faktor –faktor resiko yang sangat sederhana yang perlu
mendapatkan perhatian yang tercantum di kartu menuju sehat (KMS) adalah
sebagian berikut :
1. Perdarahan antepartum
Adalah perdaraan pervagina pada kehamilan diatas 28 minggu atau lebih.
Pengelompokan perdarahan antepartum:
1. Perdarahan yang ada hubungannya dengan kehamilan
a. Plasenta previa
b. Solusia plasenta
c. Perdarahan pada plasenta letak rendah
d. Pecahnya sinus marginalis
e. Pecahnya vasa previa
2. Perdarahan yang tidak ada hubungan dengan kehamilan.
a. Pecahnya varises vagina
b. Perdarahan polypus servikalis
c. Perdarahaan perlukaan serviks
d. Perdaraan karena keganasaan serviks.
a) Plasenta previa
Pasenta previa adalah plasernta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium
uteri internum.
Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen
bawah rahim ke arah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi
pada segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah
rahim seolah pasenta tersebut bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik
mendatar dan meluas dalam persalinan kala satu bisa mengubah luas
pembukaan serviks yang tertutup oleh plasenta. Fenomena ini berpengaruh
pada derajat atau klasifikasi dari plasenta previa ketika pemeriksaan dilakukan
baik dalam masa antenatal maupun dalam masa intranatal, baik dengan
11
ultrasonografifi maupun pemeriksaan digital. Oleh karena itu, pemeriksaan
ultrasonograf perlu diulang secara berkala dalam asuhan antenatal ataupun
intranatal. (Sarwono,2018)
Plasenta previa adalah implantasi plasenta di segmen bawah rahim,sehingga
dapat menutupi kanalis servikalis dan mengganggu proses persalinan dengan
terjadinya. Penatalaksanaan plasenta previa :
Menurut Manuaba, Plasenta previa dengan perdarahan merupakan keadaan
darurat kebidanan yang memerlukan penanganan yang baik .bentuk
pertolongan pada plasenta previa adalah:
1. Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan
anak atau untuk kengurangi kesakitan dan kematian.
2. Memecahkan ketuban diatas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk
dapat melakukan pertolongan lebih lanjut.
3. Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil
sikap melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang mempunyai
fasilitas yang cukup.
a. Perdarahan banyak
b. Gawat janin
c. Pada primigravida
d. Terdapat kelainan letak
b) Solusia plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan
maternal plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua
endometrium sebelum Definisi waktunya yakni sebelum anak lahir
(Sarwono,2018)
Batasan solusio plasenta adala terlepasnya plasenta sebelum waktunya
dengan implantasi normal pada kehamilan trimester ketiga. Menyebabkan
12
akumulasi darah plasenta dan dinding rahim yang dapat menimbulkan
gangguan-gangguan terhadap ibu maupun janin. (Manuaba,2010)
Penyulit teradap ibu dalam bentuk:
1. Berkurangnya darah dalam sirkulasi darah umum.
2. Terjadi penurunan tekanan dara,peningkatan nadi dan pernapasan.
3. Penderita tampak anemis.
4. Dapat menimbulkan gangguan pembekuan darah.
5. Setelah persalinan dapat menimbulkan perdarahan postpartum karena
atonia uteri atau gangguan pembekuan dara
6. Menimbulkan gangguan fungsi ginjal dan terjadi emboli
7. Peningkatan akumulasi darah di belakang plasenta dapat menyebabkan
rahim keras, padat, dan kaku
8. Penyulit terhadap janin dalam rahim, bergantung pada luas plasenta yang
lepas dapat menimbulkan asfiksia ringan sampai kematian janin dalam
rahim. (Manuaba,2010)
Solusio plasenta ringan. Pada solusio plasenta ringan dengan tanda perut
tegang sedikit, perdarahan tidak terlalu banyak, keadaan janin masi baik, dapat
dilakukan penanganan secara konservatif. Bila perdarahan berlangsung terus,
ketegangan makin meningkat, dengan janin yang masih baik dilakukan seksio
sesaria. Penanganan perdarahan yang berhenti dan keadaan yang baik pada
kehamilan premature dilakukan di rumah sakit.
13
kehamilan, sikap bidan yang paling utama adalah melakukan rujukan
kerumah sakit.
1. Pemasangan infus
2. Tanpa melakukan pemeriksaan dalam.
3. Diantar petugas yang dapat memberikan pertolongan.
4. Mempersiapkan donor dari masyarakat atau keluarganya.
5. Menyerahkan keterangan tentang apa yang telah dilakukan untuk
memberikan pertolongan pertama.
c) Perdarahan pada plasenta letak rendah
Plasenta letak rendah diidentifikasi bila pada pemeriksaan dalam, jari
tangan yang dimasukkan dapat mencapai tepi bawah plasenta. Perdaraham ini
baru terjadi bila pembukaan mendekati lengkap, sehingga memberikan
petunjuk untuk melakukan pemeriksaan dalamdan selanjutnya dapat
mengambil tindakan definitif.
Tindakan yang dapat dilakukan adalah:
1. Memecahkan ketuban yang diikuti induksi persalinan untuk
mempercepat proses persalinan.
2. Dilakukan tindakan mengakhiri persalinan dengan indikasi.
3. Bidan segera melakukan konsultasi atau merujuk penderita.
(Manuaba,2010)
d) Perdarahan non-kehamilan
Perdarahan non-kehamilan tidak akan membahayakan janindalam
rahim, tetapi lebih memberatkan ibunya. Perdarahan yang terjadi dapat
berlangsung sebelum kehamilan trimester tiga. Keadaan umum penderita dan
janin dalam rahim tidak terpengaruh banyak karena sifat perdarahan
sedikit,spotting, dan intermiten (sewaktu-waktu). Untuk dapat menegakkan
sumber perdarahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan dalam
dan melakukan pemeriksaan inspekulo.
Dengan pemeriksaan tersebut dapat ditetapkan sumber dari perdarahan :
14
1. Varises yang pecah
2. Polipus serviks atau endometrium.
3. Perlukaan serviks.
4. Keganasan pada serviks.
5. Penanganan lebih lanjut bidan dapat melakukan konsultasi ke pukesmas,
dokter keluarga, dan merujuk ke rumah sakit. (Manuaba,2010)
15
3. Pengawasan antenatal (hamil) . Bila terjadi perubahan perasaa. Dan gerakan
janin dalam rahim segera datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang
memerlukan perhatian:
a. Uji kemungkinan pre-eklamsia:
1) pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya
2) pemeriksaan tinggi fundus uteri
3) pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema
4) pemeriksaan protein dalam urine
5) jika mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal,fungsi hati,
gambaran darah umum,dan pemeriksaan retina mata.
b. Penilaian kondisi janin dalam rahim
1) pemantauan tinggi fundus uteri.
2) pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim,denyut jantung
janin, pemantauan air ketuban
3) usulkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi.
Penanganan pre-eklamsia
16
sakit kepala,mata kabur, edema mendadak atau berat badan naik,
pernapasan semakin sesak,nyeri pada epigastrium, kesadaran makin
berkurang, gerak janin melemah-berkurang, pengeluaran urin berkurang).
4. Jadwal pemeriksaan hamil di percepat dan diperketat. Petunjuk untuk
segera memasukkan penderita ke rumah sakit atau merujuk penderita perlu
memperhatikan hal berikut:
a. Bila tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih
b. Protein dalam urine 1 plus atau lebih
c. Kenaikan berat badan 1,5kh atau lebih dalam seminggu
d. Edema bertambah dengan mendadak
e. Terdapat gejalah dan keluhan subjektif.
17
mengakhiri kehamilan merupakan pengobatan utama untuk memutuskan
kelanjutan pre-eklamsia menjadi eklamsia. Dengan perawatan sementara di
polindes, maka melakukan rujukan penderita merupakan sikap yg paling
tepat.
Penatalaksanaan eklamsia
18
b. Sodium pentothal. Pemberian sodium penthothal dapat menghilangkan
kejang. Dosis awal pentothal antara 200 dan 300mg IV perlahan-lahan.
c. Magnesium sulfat. Magnesium sulfat mempunyai efek menurunkan
tekanan darah, mengurangi sensitivitas saraf pada sinapsis,
meningkatkan diuresus, merusak sirkulasi iskemia plasenta, sehingga
menurunkan gejala klinis eklamsia. Dosis pemberian larutan MgSO4
40% :
a) intramuskular (8g daerah gluteal kanan kiri, 4 g interval 6 jam)
b) intravena (10cc magnesium sulfay 40% intravena perlahan-lahan,
diikuti intramuskular 8 g)
Syarat pemberian magnesium sulfat adalah refleks patela masih
positif,pernapasan tidak kurang dari 16 per menit, diuresis minimal
600cc/24 jam . Antidotum untuk magnesium sulfat adalah 1g
kalsium klorida atau glukonas kalsikun.
d. Diazepam atau Valium. Diazepam atau Valium dipergunakan sebagai
pengobatan eklamsia , karena mudah didapat dan murah. Dosis
maksimal diazepam adalah 120mg/24jam . Metode pemberian valium:
pasang infus glukosa 5% , dosis awal diberikan 20mg/intravena. Dosis
ikutan dalam glukosa 5% 10sampai 20 mg dengan 20 tetesan/menit.
Observasi yang dilakukan; kesadaran penderita, keadaan janin dalam
rahim, kejanh-kejang, diuresis, tekanan darah, nadi, dan pernapasan
e. Litik koktil. Litik koktil terdiri dari petidin 100mg, klorpromazih
100mg, dan prometazin 50mg yang dilarutkan dalam 500cc glukosa
5% diberikan intravena dengan memperhatikan tekanan darah, nadi,
dan kejang. Observasi pengobatan dilakukan setiap 5 menit, karena
tekanan darah dapat turun mendadak.
3) Pengawasan dalam pengobatan. Observasi dalam pengobatan eklamsia sangat
penting karena sewaktu-waktu dapat terjadi komplikasi yang memberatkan
penderita dan janin dalam kandungan. Observasi tanda vital dilakukan setiap
30 menit terhadap pernapasan dan ronki basal, suhu,dan serangan kejang.
Dalam keadaan koma: tidur terlentang, kepala miring ke samping, siapkan
penghisap lendir,dan berikan 02 untuk ibu dan janinnya. Dalam keadaan
serangan kejang: dampingi pasien agar tidak jatuh, sediakan spatel lidah untuk
menghindari gigitan lidah,ukur jumlah cairan yang masuk dan keluar melalui
19
infus dan kateter, jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam 2000cc. Nutrisi
koma dengan: glukosa 10% , menghindari metabolisme lemak dan protein;
pemberian asam amino dengan aminofusin; pemberian B kompleks; dan
vitamin C.
Pada pengobatan yang berhasil,dijumpai perbaikan diuresis makin
bertambah, tekanan darah menurun, nadi membaik, kesadaran membaik,
kejang berkurang. Pada kegagalan pengobatan dapat dijumpai gejala kejang
lebih dari 12kali, suhu meningkat diatas 39 derajat C, kesadaran makin
menurun, nandi meningkat diatas 100 kali permenit.
4) Tindakan kebidanan. Penderita pre-eklamsia berat dan eklamsia tidak tahan
terhadap perdarahan dan trauma persalinan, sehingga perlu di pikirkan agar
persalinan dengan trauma minimal. Pemilihan persalinan bergantung pada
beberapa faktor paritas penderita, usia anak terkecil,dan usia penderita.
Keadaan serviks: pembukaan, arah serviks, kekakuan serviks. Keadaan janin
intrauterin: ketuban belum pecah/pecah, jumlah air ketuban, warna air
ketuban, tanda asfiksia intrauterin. Tempat pertolongan dilakukan di rumah
sakit dengan fasilitas cukup, obat tersedia, tenaga terlatih dan anastesi.
(Manuaba,2010)
Pemilihan metode persalinan:
1) Pilihan per vagina diutamakan karena dapat di dahului dengan induksi
persalinan,bahaya persalinan ringan. Bila memenuhi syarat dapat di
lakukan; memecahkan ketuban mempercepat pembukaan dan forsep
mempercepat kala II. Persalinan plasenta dapat dipercepat dengan
manual dan menghindari perdarahan dengan diberikan uterotonika.
2) Pertimbangan seksio sesaria: Gagal induksi persalinan per vaginal, gagal
pengobatan konservatif. (Manuaba,2010)
20
mungkin ditolong setempat, dan melakukan pertolongan persalinan dengan
partograf WHO. (Manuaba,2010)
3.Kehamilan kembar
Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua jamin atau lebih.
Kehamilan kembar dapat memberikan resiko yang lebih tinggi terhadap
bayi dan ibu. Oleh karena itu, dalam menghadapi kehamilan kembar harus
dilakukan pengawasan hamil yang lebih intensif. (Manuaba,2010)
21
rinci sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan
infeksi dalam rahim.
Memberikan profilaksis antibiotika dan membatasi pemeriksaan dalam
merupakan tindakan yanh perlu di perhatikan. Disamping itu, makin kecil
usia kehamilan,makin besar peluang terjadi di infeksi dalam rahim yang
dapat memicu terjadinya persalinan prematuritas berat janin kurang dari 1kg.
Sebagai gambaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat di
jabarkan sebagai berikut.
22
sehingga penanganan ketuban pecah dini mendapat tindakan yang tepat.
Setelah mendapatkan penanganan sebagaimana mestinya, bidan dapat
melakukan pengawasan setelah tindakan dan di sertai beberapa petunjuk
khusus. (Manuaba,2010).
2) Keguguran buatan ilegal, dilakukan tanpa dasar hukum atau melawan hukum
23
2. Keguguran tidak lengkap(abortus inkompletus), sebagian hasil konsepsi
masih tersisa dalam rahim yang dapat menimbulkan penyulit.
3. Keguguran mengancam(imminens)
5. Keguguran habitualis.
7. Missed abortion.
b) Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu pendek.
c. Pengaruh luar
24
b. Gangguan pembuluh darah plasenta, di antaranya pada diabetes
mellitus
25
2. Mola tuberosa, amnion berbenjol-benjol, karena terjadi hematoma antara
amnion dan korion.
6. Missed abortion, hasil konsepsi yang tidak dikeluarkan lebih dari 6 minggu.
Bila keguguran pada usia kehamilan lebih tua dan tidak segera dikeluarkan,
dapat terjadi maserasi dengan ciri kulit mengelupas, tulang kepala berimpitan,
dan perut membesar karena asites, atau pembentukan gas.
Keguguran atau abortus yang dibahas adalah yang terjadi spontan dan bukan
keguguran buatan.
26
Pada kasus keguguran yang bersifat khusus, bidan sebaiknya segera merujuk
penderita disertai konsultasi dokter, sehingga mendapat penangan- an yang
sebaik-baiknya dan legeartis(sesuai prosedur). (Manuaba,2010)
2. Kehamilan Ektopik
b. Usia penderita hamil ektopik antara 20 dan 40 tahun dengan puncaknya pada
usia sekitar 30 tahun.
27
c. Variasi frekuensinya antara 1:125-330 kasus
Menurut Sarwono, Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang
belum pecah pernah dicoba ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk
menghindari tindakan pembedahan. Kriteria kasus yang diobati dengan cara ini
ialah:
28
1) kehamilan di pars ampularis tuba belum pecah:
2) diameter kantong gestasis ≤ 4 cm
3) perdarahan dalam rongga perutik 100 ml;
4) tanda vital baik dan stabil. Obat yang digunakan ialah metotreksat 1mg/kg
IV. dan faktor sitrovorum 0,1 mg/kg I.M. berselang-seling setiap hari
selama 8 hari. Dari seluruh 6 kasus yang diobati, satu kasus dilakukan
salpingektomi pada hari ke- 12 karena gejala abdomen akut, sedangkan 5
kasus berhasil diobati dengan baik.
3. Penyakit dan kelainan plasenta, air ketuban, tali pusat, dan membran.
A. Kelainan Plasenta
Plasenta adalah akarnya janin untuk dapat melakukan pertukaran nutrisi
melalui perdarahan darah retroplasenta. Setiap gangguan yang terjadi da-
lam plasenta akan memberikan dampak yang serius terhadap tumbuh kem-
bangnya janin. Plasenta normal mempunyai berat rata-rata 1/6 dari berat
janin dengan diameter 15 sampai 20 cm sedangkan tebalnya 2,5 sampai 3
cm. Ukuran plasenta yang besar dijumpai pada penyakit eritroblastosis
fetalis, sifilis, dan diabetes melitus, sedangkan ukuran plasenta kecil dijum
pai pada penyakit hipertensi termasuk pre-eklamsia dan eklamsia.
(Manuaba,2010)
Menurut Manuaba, berikut merupakan penyakit pada plasenta:
Infark plasenta adalah terjadinya pemadatan plasenta, nodular dan keras,
sehingga tidak berfungsi dalam pertukaran nutrisi. Infark plasenta dapat
terjadi pada bagian fetal atau maternal dan atau keduanya. Infark plasenta
disebabkan oleh infeksi pada pembuluh darah arteri dalatm bentuk
pariartritis atau enartritis yang menimbulkan nekrosis jaringan dan disertai
bekuan darah.
Pada gangguan yang besar dapat menimbulkan kurangnya pertukaran
nutrisi, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dalam rahim,
keguguran, lahir prematur, lahir dengan berat badan rendah, dan kematian
dalam rahim.
29
Kalsifikasi plasenta. Proses pengapuran plasenta sudah terjadi sejak usia
kehamilan 28 minggu terutama di sekitar lapisan Nitabuch. Kalsifikasi in
tidak banyak mempunyai arti klinis, kecuali pada kehamilan serotinus.
Disfungsi plasenta adalah gangguan fungsi plasenta untuk dapat
melakukan pertukaran O2 dan CO2 dan menyalurkan sisa metabolisme
menuju sirkulasi ibu untuk dibuang melalui alat ekskresi.
Akibat gangguan fungsi plasenta, perkembangan dan pertumbuhan janin
dalam rahim mengalami kelainan seperti persalinan prematuritas, bayi
berat lahir rendah dan sampai kematian janin dalam rahim. Kejadian
disfungsi plasenta sering terjadi pada kehamilan dengan risiko tinggi. viatu
hamil dengan diabetes melitus, hipertensi, penyakit ginjal, penyakit
jantung dan kehamilan lewat waktu.
Untuk dapat menentukan kehidupan janin dalam rahim diperlukan
pemeriksaan khusus yang bersifat spesialistis. Dengan demikian bidan yan
menghadapi kehamilan dengan risiko tinggi sebaiknya berkonsultasi ke
puskesmas, dokter atau segera merujuk penderita ke rumah sakit.
31
menimbulkan bahaya asfiksia sampai kematian. Beberapa kelainan tali
pusat dapat dikemukakan sebagai berikut.
a) Kelainan insersi
Insersi tali pusat pusat pada umumnya parasentral atau setral. Dalam
keadaan insersi tali tertentu terjadi insersi tali pusat berupa plasenta
Battledon bila insersinya tepi marginal plasenta atau insersi
velamentosa bila insersi tali pusat jauh luar plasenta atau di daerah
membrane.
Bahaya insersi velamentosa bila terjadi vasa previa yaitu pembuluh
darahnya melintasi kanalis servikalis sehingga saat ketuban pecah
pembuluh darah yang berasal dari janin ikut serta pecah. Gejala klinis
vasa previa adalah ketuban pecah, diikuti perdarahan merah(baru dan
kaya oksigen), selanjutnya distres janin. Kematian janin pada
pecahnyaa vasa previa mencapai 60-70% terutama bila pembukaan
masih kecil karena kesempatan seksio sesaria terbatas dengan waktu.
Bila ditegakkan diagnosis previa saat melakukan pemeriksaan dalam,
penderita dirujuk ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan dengan
seksio sesaria primer. (Manuaba,2010)
b) Simpul tali pusat
Tali pusat mempunyai dua arteri umbilikalis dan sebuah vena
umbilikalis dan terlindung oleh jeli Wharton sehingga terhindar dari
tekanan yang dapat mengganggu sirkulasi dari dan ke janin. Pernah
ditemui kasus kematian dalam rahim akibat terjadi pelintiran pembuluh
darah umbilikalis karena di tempat tersebut jeli Whartonnya sangat
tipis, Pelintiran pembuluh darah tersebut menghentikan sama sekali
aliran darah ke janin sehingga terjadi kematian dalam rahim.
Gerakan janin yang begitu aktif yang dapat menimbulkan simpul
sering juga dijumpai. Sebagian simpul sejati ini tidak menimbulkan
asfiksia intrauterin dan kematian janin, karena masih dilindungi oleh
jeli Wharton. Bila simpul tersebut demikian eratnya sehingga menutup
sama sekali pem buluh darah umbilikalis dapat dipastikan terjadi
kematian janin dalam rahim.
Simpul palsu dimaksudkan bila pembuluh darahnya lebih panjang dan
jeli Wharton lebih tebal sehingga pembuluh darahnya melebar seolah-
32
olah simpul. Keadaan simpul palsu tidak membahayakan janin, kecuali
bila pembuluh darah pecah sehingga mengganggu sampai menghentikan
aliran darah dari dan ke janin. Keadaan simpul sejati atau simpul palsu
hanya dapat dibuktikan setelah bayi lahir.
c) Lilitan tali pusat
Gerakan janin dalam rahim yang aktif pada tali pusat yang panjang
kemungkinan besar dapat menyebabkan lilitan tali pusat. Lilitan tali
pusat pada leher sangat berbahaya, apalagi bila terjadi lilitan beberapa
kali. Dapat diperkirakan bahwa makin masuk kepala janin ke dasar
panggul, makin erat lilitan tali pusat dan makin ferganggu aliran darah
menuju dan dari janin.
Dalam pimpinan persalinan terutama kala kedua, observasi denyut
jantung janin sangat pernting segera setelah His dan refleks mengejan.
Kejadian dístres janin merupakán indikasi untuk menyelesaikan
persalinan sehingga bayi dapat diselamatkan. Bila lilitan tali pusat
sangat erat apalagi beberapa kali, maka lilitan dapat dilepaskan atau
dipotong terlebih dahulu saat pertolongan persalinan kepala. Dalam
situasi terdesak bida dapat melakukan pemotongan tali pusat pada
waktu pertolongan persalinan kepala bayi.
d) Kelainan Membran
Kelainan membran yang paling penting adalah amnionitis yang sering
dikaitkan dengan infeksi intrauterin, yang menyebabkan persalinan
prematuritas dan dapat mengakibatkan sepsis yang diikuti dengan
kematian maternal dan perinatal. Kelainan yang mungkin jarang
dijumpai adalah amniotic band. Kelainan membran ini dapat
mengadakan ikatan dengan ekstremitas sehingga menimbulkan cacat
sampai putus, pertumbuhan jarrn terganggu serta menimbulkan
deformitas. Penulis pernah menemui kass amniotic band(di Surabaya)
pada kepala sehingga menimbulkan ganggurn tumbuh-kembang tulang
kepala janin.
4. Penyakit trofoblas
33
BAB III
TINJAUAN KASUS
34
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Untuk menegakkan kehamilan resiko tinggi pada ibu dan janin adalah
dengan cara melakukan anamnesa yang intensif (baik),melakukan
pemeriksaan fisik,dan pemeriksaan penunjang seperti (pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan rontgen, pemeriksaan USG, pemeriksaan lain
yang dianggap perlu). Berdasarkan waktu, keadaan resiko tinggi ditetapkan
menjelang kehamilan, saat hamil muda, saat hamil pertengahan, saat inpartu,
dan setelah persalinan. (Manuaba,2010)
4.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis telah menyusunnya dengan
semaksimal mungkin, namun demikian penulis menyadari makalah ini masih
jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran selalu penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya
35
DAFTAR PUSTAKA
36