Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN TEORITIS
5
Encefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh
bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Mansjoer, 2000 : 14).
6
laring. Ini merupakan epiglottis yang mengawal glottis selama
menelan, mencegah makanan masuk kedalam laring dan trakea.
(Gambar 1)
Dikutip dari : Ashwill, Weiler, Jean. Droske, Colvert, Susan. Hal.
7
(2) Bronchus
Merupakan pipa udara berbentuk silinder, dindingnya terdiri
atas jaringan fibrosa diperkuat oleh tulang rawan berbentuk cincin
terbuka kearah esophagus serta menangdung otot polos, tepatnya
berada didepan esophagus, pada mukosa bronchus dan bronchiolus
terdapat pula silia yang dapat menangkap partikel berukuran 2 – 10
terdiri atas cabang kiri dan kanan, bronchus kanan lebih pendek
dan lebar, sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan
membentuk sudut 20 – 30 derajat pada bronchus kiri membentuk
sudut 45 – 55 derajat. Pada anak diameter bronchus dan
bronchiolus akan meningkat sesuai dengan usia.
(3) Bronchiolus
Berdiameter kuarng dari 1 mm, mempunyai jaringanepitel
khusus termasuk pseudes traficet kolumnar silia dan sel goblet,
bronchiolus terminal merupakan saluran dengan epitel kuboid dan
tidak bersilia, bronchiolus terminal merupakan ujung dari saluarn
udara
(4) Alveoli
Mempunyai satu lapis sel, tebal garis tengahnya lebih kecil
dari sel darah merah, merupakan suatu gelembung udara yang
dikelilingi oleh jaringan kapiler paru, dimana terjadi difusi O 2 dan
CO2 antara alveoli dengan darah dalam kapiler, dilapisi oleh
surfaktan, berupa zat lipoprotein yang dapat mengurangi tegangan
permukaan dan mengurangi resistensi terhadap resistensi
pengembangan paru pada waktu inspirasi dan mencegah
kolaposnya alveoli pada waktu ekspirasi. Pada 8 tahun pertama
kehidupan, jumlah alveolus akan meningkat 10 x lebih banyak
dibandingkan saat lahir, peningkatan volume paru selanjutnya
disebabkan oleh penambahan ukuran alveolus yang sudah ada.
8
Gambar 2
Dikutip dari : Ashwill, Weiler, Jean. Droske, Colvert, Susan. Hal.
(5) Pleura
Setiap peru-paru ditutupi oleh kantung ganda, salah satu
menutupi permukaan paru-paru (pleura viseralis) dan yang lain
melapisi permukaan dalam dinding thoraks dan bagian dari
diafragma (pleura parietalis). Kedua permukaan sangat licin dan
dibasahi dengan cairan serosa.
2) Fisiologi Pernapasan
Udara mengalir melalui hidung akan diproses oleh tiga fungsi
hidung yaitu : (1) udara dihangatkan oleh permukaan konka dan septum
yang luas, (2) udara dilembabkan sampai hampir lembab sempurna
sebelum meninggalkan hidung, (3) udara disaring. Kesemua fungsi ini
disebut fungsi pelembab udara dari saluran nafas atas.
Bulu-bulu pada pintu masuk lubang hidung penting untuk
menyaring partikel-partikel dalam jumlah besar. Fungsi ini disebut
saebagai fungsi penyaringan hidung. Hal yang penting disini adalah
pengeluaran partikel melalui presipitasi turbulen.
Laring berfungsi sebagai alat respirasi dan fonasi tetapi pada saat
yang sama laring juga mengambil bagian dalam deglutisi, selama waktu
makan laring akan menutup dalam usaha mencegah makanan memasuki
traktus respiratorius bagian bawah. Laring juga tertutup selama regurgitasi
makanan sehingga mencegah terjadinya aspirasi makanan.
9
Pada dasarnya proses fisiologi pernafasan mencakup tiga proses
yaitu :
a) Ventilasi
Ventilasi adalah suatu proses keluar masuk udara yang terjadi
karena adanya selisih tekanan antara atmosfir dan alveolus oleh kerja
mekanik otot-otot pernafasan. Selama inspirasi, volume toraks
bertambah besar karena diafragma bertambah turun dan iga terangkat
akibat kontraksi beberapa otot muskulus sternokleidomastoideus
mengangkat sternum ke atas dan muskulus steratus muskulus scaenus,
dan muskulus interkostalis eksternus berperanan mengangkat iga.
Torak membesar dalamtiga arah : antero posterior, lateral dan vertical
peningkatan volume ini menyebabkan penurunan tekanan intrapleura
dari sekitar -4 mmHg (relative terhadap tekanan atmosfir) menjadi
sekitar -8 mmHg bila paru-paru mengembang pada waktu inspirasi.
Pada saat yang sama tekanan intrapulmunal atau tekanan saluran udara
menurun sampai sekitar -2 mmHg (relative terhadap tekanan atmosfir)
dari 0 mmHg pada waktu mulai inspirasi. Selisih tekanan antara
saluran udara dan atmosfir menyebabkan udara mengalir ke dalam
paru-paru sampai tekanan saluran udara pada akhir inspirasi sama lagi
dengan tekanan atmosfir. Selama pernafasan tenang, ekspirasi
merupakan gerakan pasif akibat elastisitas dinding dada dan paru-paru
pada waktu muskulus interkostalis eksternus relaksasi, dinsing dada
turun dan lengkung diafragma naik ke atas kedalam rongga toraks,
menyebabkan volume toraks berkurang. Muskulus interkostalis
internus dapat menekan iga ke bawah dan kedalam dengan kuat pada
waktu ekspirasi kuat dan aktif batuk, muntah, atau defekasi. Selain itu
otot-otot abdomen dapat berkontraksi sehingga tekanan intraabdominal
membesar dan menekan diafragma ke atas. Pengurangan volume toraks
ini meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal.
Tekanan intrapulmonal sekarang meningkat dan mencapai sekitar 1-2
mmHg diatas tekanan atmosfer. Selisih tekanan antara saluran udara
dan atmosfer menjadi terbalik, sehingga udara mengalir keluar dari
paru-paru sampai tekanan saluran udara dan tekanan atmosfer menjadi
10
sama kembali pada akhir ekspirasi. Perhatikan bahwa tekanan atmosfer
selama siklus pernafasan.
Tabel 2 : Fungsi Pernafasan Pada Anak
Usia Ruang Mati Tidal Volume Kapasitas Vital
Neonatus 7 ml 18 ml 90 ml
5 tahun 50 ml 200 ml 1200-1399 ml
10 tahun 75 ml 300 ml 1900-2000 ml
15 tahun 125 ml 500 ml 3300-3500 ml
Sumber : Saccharin, M Rossa. Prinsip Keperawatan Pediatrik,1968. Jakarta : EGC
b) Difusi
Tahap kedua dari proses pernafasan mencakup proses difusi gas-
gas melintasi membran alveolus-kapiler yang tipis (tebalnya kurang
dari 0,5 m). Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih
tekanan parsial antara daerah darah dan fase gas. Tekanan parsial
oksigen dalam atmosfer pada permukaan laut besarnya sekitar 149
mmHg (21% dari 760 mmHg). Pada waktu oksigen diinspirasi dan
sampai di alveolus maka tekanan parsial ini akan mengalami
penurunan sampai sekitar 103 mmHg. Penurunan tekanan parsial ini
terjadi berdasarkan fakta bahwa udara inspirasi tercampur dengan
udara dalam ruang sepi anatomic saluran udara dan dengan uap air.
Ruang sepi anatomic ini dalam keadaan normal mempunyai volume
sekitar 1 ml udara per poud berat badan (150 ml/150 lb pria). Hanya
udara besih yang mencapai alveolus yang merupakan ventilasi efektif.
Tekanan parsial oksigen dalam darah vena campuran (PVO 2) di kapiler
paru sebesar 40 mmHg. Karena tekanan parsial oksigen dalam kapiler
lebih rendah tekanan dalam alveolus (PAO2 = 103 mmHg ) maka
oksigen dapat dengan mudah berdifusi kedalam aliran darah.
Perbedaan tekanan CO2 antara darah dan alveolus yang jauh lebih
rendah (6 mmHg) menyebabkan karbondioksida berdifusi kedalam
alveolus. Karbondioksida ini dikeluarka ke atmosfer, dimana
konsentrasinya pada hakekatnya nol. Kendatipun selisih CO2 antara
darah dan alveolus amat kecil kecil namun tetap memadai, karean
dapat berdifusi melintasi membran alveolus kapiler kira-kira 20 kali
lebih cepat dibandingkan oksigen karena daya larutnya yang lebih
besar.
11
Gambar 3
12
b. Sistem Susunan Saraf Pusat
Sistem saraf pusat terdiri dari :
1) Otak
Struktur utama otak adalah :
a) Cerebrum (otak besar)
Cerebrum terbagi atas dua belahan yang disebut hemispherium
cerebri dan dipisahkan oleh fisura longitudinal cerebri. Belahan kiri
cerebrum berkaitan dengan sisi kanan tubuh, dan sebaliknya.
Hemispherium cerebri dapat dibagi atas lobus berdasarkan tulang di
atasnya yaitu lobus frontalis, parietalis, oksipitalis, dan temporalis
dimana setiap lobus mempunyai fungsi yang spesifik.
Gambar 4
Serebrum otak memperlihatkan lobus dan daerah dimana telah
diidentifikasi fungsi spesifik
14
penampang melintang medulla spinalis memperlihatkan bagian impuls
motorik dari otak menuju saraf tepi.
Fungsi utama medulla spinalis :
(1) Pusat gerakan otot tubuh terbesar
(2) Pusat refleks spinalis
(3) Menghantarkan rangsangan koordinasi dari otot/sendi menuju
serebelum
(4) Penghubung antar segmen medulla spinalis
(5) Penghantar komunikasi otak dengan semua bagian tubuh
Gambar 2
Meningen otak dan medulla spinalis, inti dan ventrikel otak
3. Etiologi
a. Etiologi
Bronchopneumoni
Dari hampir 80% sampai 85% pneumonia pada anak adalah disebabkan
oleh virus. Biasanya anak-anak terserang pada usia 2 -3 tahun. Insiden
penyakit ini akan berkuarang setelah anak berusia 3 tahun. Kondisi lingkungan
dan cuaca juga merupakan salah satu faktor predisposisi pencetus penyakit ini.
Bentuk anatomis system pernafasan bagian atas seperti labiopalatoskizis dan
15
labiopatatognatoskiziz juga merupakan faktor pendukung terjadinya penyakit
ini akibat aspirasi dari makanan dan benda asing yang masuk kedalam mulut.
Tabel 3
Penyebab Bronchopneumonia
Usia Bakteri Virus Lain-lain
Neonatus Grup Streptococcus, CMV, herpes Mycoplasma hominis,
bakteri bentuk batang virus Ureaplasma
Urealyticum
4 – 16 minggu S. aureus, H. influenzae, CMV, RSV Clamydia trachomatis,
S. pneumoniae Ureaplasm
Urealythicum
< 5 tahun S. pneumoniae, S. aureus RSV,
adenovirus,
influenza
virus A, B
> 5 tahun S. pneumoniae Inflenza virus Mycoplasma
A, B pneumonia
th
Sumber : Behrman, Kliegman. R (2000). Nelson Textbook of Pediatric 16 edition. Philadelphia :
W. B. Saunders
b. Etiologi Encefalitis
1) Vaksinasi
2) Komplikasi dari penyakit
seperti campak, campak Jerman, rubella pada bayi baru lahir cacar air dan
cacar lainnya
3) Virus herpes simpleks
4) Virus herpes zoster
5) Parotitis
6) Non viral. Mikroplasma ;
toxoplasmosis; TB; sifilis
7) Poliomielitis
8) Coxsackie
9) Virus ECHO
16
4. Patofisiologi
a. Patofisiologi Bronchopneumonia
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh adanya infeksi saluran
pernafasan bagian atas selama beberapa hari (biasanya 5 – 7 hari). Suhu tubuh
dapat naik sangat mendadak sampai 39 – 400C kadang disertai kejang. Anak
sangat gelisah, dispneu, pernafasan cepat dan dangkal disertai dengan adanya
pernafasan cuping hidung dan mulut. Kadang-kadang disertai dengan muntah
dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi
setelah beberapa hari kemudian menjadi produktif. Sekret seringkali mucus
menjadi purulent, kekuningan, hijau dan berbau.
Nyeri dada pleuritik sering terjadi akibat pengentalan cairan paru,
kelemahan dan malaise terjadi akibat defisiensi nutrient. Perubahan kesadaran
sering pada kondisi yang lebih parah.
Pneumonia tipe bronchopneumonia merupakan hasil dari adanya proses
infeksi dan terdapatnya konsolidasi dari seluruh lobus paru-paru yang
dinyatakan dengan adanya penyebaran daerah infeksi yang berbercak dengan
diameter sekitar 3 – 4 cm yang mengelilingi juga melibatkan bronchi.
Proses pneumonic dimulai ketika mikroorganisme pathogen berhasil
menembus mucus jalan nafas dan merusak alveolar. Kemudian akibat dari
invasi kuman ini terjadi peradangan didaerah paru-paru, bronchus dan alveoli.
Sel darah putih bermigrasi ke dalam alveoli sebagai respon peradangan dan
menyebabkan penebalan dinding alveoli (sebagai hasil peningkatan mucus
dari proses peradangan) melindungi organisme dari fagositosis leukosit dan
memfasilitasi pergerakan organisme ke alveoli lain, infeksi menyebar. Jika
invasi kuman masuk ke aliran darah, maka akan menyebabkan bakterinemia.
Inflamasi dan edema akan mengeraskan bronchus dan alveoli yang
menyebabkan menurunnya komplain paru dan kemunduran kapasitas vital
paru, maka akibatnya menurunkan produksi surfactant yang selanjutnya akan
menyebabkan atelektasis.
b. Patofisiologi Encefalitis
Virus (penyebab) umumnya bereplikasi sendiri di tempat terjadinya
infeksi awal (misalnya sistem nasofaring atau saluran cerna) kemudian
menyebar ke sistem saraf pusat dengan berbagai cara, antara lain: hematogen
17
atau limpatik, percontuinitatum melalui jaringan yang terinfeksi di sekitar
otak, retrogard melalui sistem saraf perifer, naiknya mikroorganisme dar
daerah tepi ke pusat, langsung masuk cairan serebrospinal, tersering kuman
masuk malalui tindakan invasif seperti fungsi sisterna atau fungsi lumbal.
Sawar darah otak tidak memberikan pelindungan sempurna terhadap invasi
virus sehingga terjadi reaksi inflamasi dari parenkim otak, seperti halnya
proses peradangan yang terjadi di jaringan, maka efek patologi radang di otak
adalah hiperemia meningen, edema jaringan otak dan eksudasi, menyebabkan
degenerasi dan fagositosis dari sel sel saraf.
18
Anak dengan salah satu tanda diatas akan disertai tanda tarikan dinding
dada ke dalam atau tanda-tanda bahaya. Beberapa anak dengan tarikan dinding
dada ke dalam kadang-kadang diikuti adanya wheezing dan apabila
wheezingnya baru dirasakan pada saat itu maka biasanya menderita
pneumonia berat.
Namun anak dengan tarikan dinding dada ke dalam dan wheezing berulang
(sering mengalami wheezing), biasanya tidak menderita pneumonia berat.
b. Pneumonia
Anak dengan napas cepat (50 x / menit atau lebih pada anak umur 2 bulan
- < 12 bulan dan 40 x / menit atau lebih pada umur 12 bulan – 5 tahun) dan
tidak ada tarikan dinding dada ke dalam diklasifikasikan sebagai pneumonia.
c. Bukan Pneumonia (Batuk Pilek)
Sebagian besar penderita batuk pilek tidak disertai tanda-tanda bahaya atau
tanda-tanda pneumonia (tarikan dinding dada ke dalam atau napas cepat).
Anak ini hanya menderita batuk atau pilek dan diklasifikasikan sebagai
“Bukan Pneumonia”
6. Komplikasi
a. Komplikasi
Bronchopneumonia
1) Abses paru
2) Efussi pleura
3) Empiema
4) Gagal nafas
5) Perikarditis
6) Pleuritis
7) Emphysema
8) Otitis media akut
9) Atelektasis
10) Meningitis / Encefalitis
7. Manajemen Medis
a. Manajemen Medis Bronchopneumonia
19
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Tetapi
karena hal itu perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya
abat yang diberikan adalah :
1) Penicillin 50.000 U/ kg BB/ hari, ditambah dengan
Kloramfenikol 50 – 70 mg/ kg BB/ hari atau diberikan antibiotic yang
mempunyai spectrum luas seperti Ampicillin. Pengobatan ini diteruskan
sampai bebas demam 4 – 5 hari.
2) Pemberian oksigen dan cairan intavena biasanya diperlukan
campuran Glucosa 5% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3 : 1 ditambah
larutan KCl 10 mEq/ 500 ml/ botol infus.
3) Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis
metabolic akibat kurang makan dan hypoxia, maka dapat diberikan koreksi
sesuai dengan hasil analisis gas darah arteri.
b. Manajemen Medis Encefalitis
1) Penatalaksanaan umum tidak spesifik, tujuannya adalah
mempertahankan fungsi organ dengan mengusahakan jalan nafas tetap
terbuka, pemberian makanan enteral atau parenteral, menjaga
keseimbangan cairan dan elektrolit, koreksi gangguan asam basa darah.
2) Atasi kejang
3) Bila terdapat tanda peningkatan tekanan intrakranial dapat diberikan
manitol 0,5 – 2 gram/Kg BB IV dalam periode 8-12 jam.
4) Pada pasien dengan gangguan menelan, akumulasi sekret pada
tenggorok, paralisis pita suara dan otot nafas dilakukan postural drainase
dan aspirasi mekanik yang periodik.
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Diagnostik Bronchopneumonia
1) Sinar X
Mengidentifikasi distribusi struktural (missal. Lobar, brokhial) dapat
juga menyatakan abses luas/ infiltrate, empiema (staphylococcus), infiltrasi
menyebar atau terlokalisir (bakterial) atau penyebaran/ perluasan infiltrate
nodul.
2) Pemeriksaan gram/ kultur sputum dan darah
20
Dapat diambil dengan biopsy jarang, aspirasi transtrkheal,
bronkhoskopi fiberotopik atau biopsy paru untuk mengatasi penyebab.
3) Pemeriksaan serologi : membedakan diagnosis organisme
khusus
4) LED : meningkat
5) Pemeriksaan fungsi paru
Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar) ; tekanan
jalan nafas mungkin meningkat dan komplain paru menurun. Mungkin
terjadi perembesan (hipoksemia).
6) Elektrolit
Natrium dan klorida mungkin rendah.
7) Aspirasi perkutan/ biopsi jaringan paru terbuka
Dapat menyatakan intranuclear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik
(CMV) ; karakteristik sel raksasa (rubella).
b. Pemeriksaan Diagnostik Encefalitis
1) Lumbal pungsi
2) MRI
3) EEG
4) Brain biopsi atau tes antibodi serum
21
akan menggunakan jaringan disekitarnya yang sehat dalam pemenuhan
perbaikan jaringan yang rusak. Apabila dalam tubuh sudah kehilangan
bahan makanan siap pakai, maka tubuh akan menggunakan cadangan
makanan yang tersimpan dalam hati, hingga terjadilah katabolisme
glikogen, lemak dan protein tubuh sehingga tubuh akan kehilangan
cadangan makanan akibatnya terjadi penurunan berat badan, atrofi otot dan
kelemahan.
3) Cairan dan elektrolit
Peningkatan suhu tubuh sampai 400C terjadi akibat peradangan yang
menyebabkan peningkatan pengeluaran cairan tubuh akibat penguapan.
4) Aktivitas
Kekurangan suplai O2 didalam tubuh menyebabkan metabolisme sel
terganggu akibatnya pembentukkan ATP menurun. Terjadi kelemahan dan
kelelahan.
5) Istirahat
Peningkatan produksi mucus di saluran nafas menyebabkan
kompensasi tubuh untuk mengeluarkan dahak dengan adanya rangsang
batuk, jika mucus terus-menerus diproduksi maka terjadilah tachipnea dan
penurunan suplai O2. terjadi peningkatan PCO2 dan H+ dalam arteri yang
merangsang pusat nafas di medulla oblongata, rangsang neuron pernafasan
pada lateral dan ventral medulla spinalis. Di kedua mediator ini batuk
terus-menerus dan tachipnea merangsang RAS di formation retikularis
sebagai pusat tidur jaga yang mengakibatkan tubuh waspada (terjaga).
6) Rasa nyaman : nyeri
Pengentalan cairan pleura akibat eksudasi dan produksi mucus
menyebabkan terjadinya iritasi pada pleura. Bila terjadi pergerakan, cairan
pleura bergesekan sehingga timbul nyeri.
b. Encefalitis
Secara umum gejala berupa trias encefalitis yaitu demam, kejang dan
penurunan kesadaran. Dapat juga terjadi sindrom encefalitis yaitu terjadi nyeri
kepala dan mengantuk yang dapat berlanjut ke koma, dapat juga dijumpai
delirium, paralisis otot dan gangguan autonom, pemulihan bisa terjadi, bisa
juga timbul gejala sisa permanen seperti hemiplegi, gangguan tingkah laku dan
cacat mental. Mengingat sebagian besar penderita encefalitis adalah anak-
22
anak, tentu hal ini sangat mengganggu tumbuh kembang anak tersebut di
kemudian hari, bila tidak ditangani secara baik dan tuntas.
2. Ciri-Ciri Keluarga
a) Terdiri atas anggota keluarga yang memiliki ikatan
keluarga, keturunan, adopsi
b) Anggota keluarga tinggal dalam satu rumah
c) Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi
dalam peran sosial
d) Mempunyai kebiasaan atau kebudayaan yang
berasal dari masyarakat, tetapi mempunyai keunikan tersendiri.
3. Tipe Keluarga
Tipe keluarga terdiri atas keluarga inti, keluarga besar, keluarga berantai,
keluarga janda/ duda (single family), keluarga komposis dan keluarga kabitas.
Dalam tahap ini keluarga yang akan dibahas adalah keluarga inti dimana
keluarga inti ini terdiri atas ayah, ibu dan anak-anak tanpa ditambah dengan
adanya anggota keluarga lain seperti nenek, kakek, keponakan, paman, bibi dan
sebagainya.
4. Tahap Keluarga
Tahap kehidupan menurut Duvall ada 8 tahap yakni tahap satu merupakan
awal pernikahan atau penggabungan keluarga, tahap kedua keluarga dengan bayi,
tahap ketiga yaitu keluarga dengan anak prasekolah, tahap empat yaitu keluarga
dengan anak usia sekolah, tahap kelima yaitu keluarga denga remaja, tahap
23
keenam keluarga dengan pusat pelepasan, tahap tujuh yaitu keluarga usia
pertengahan dan tahp delapan yaitu keluarga lansia.
Pada bagian keluarga yang dibahas yaitu keluarga dengan todler dimana
tahap ini merupakan tahap penting karena pada masa ini merupakan pertumbuhan
dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya.
Pada masa ini perkembangan kemampuan bahasa, kreativitas, sosial dan
emosional berjalan sangat cepat.
5. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi keluarga yaitu :
a. Fungsi biologis
1) Untuk meneruskan keturunan
2) Memelihara dan membesarkan anak
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi psikologis
1) Memberikan kasih saying dan rasa aman
2) Memberikan perhatian diantara keluarga
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
4) Memberikan identitas keluarga
c. Fungsi sosialisasi
1) Membina sosialisasi pada anak
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
d. Fungsi ekonomi
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
e. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetuan,
keterampilan dan membentuk perilaku sesuai dengan bakat dan minat yang
dimilikinya
24
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya
2. Perkembangan
Perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi
sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. (Elizabeth Hurlock,
1992:2)
Pada toddler perkembangan yang terjadi adalah sebagai berikut :
a. Perkembangan motorik
Pada usia 18 bulan anak sudah mulai dapat lari dengan kaku, duduk pada
kursi kecil, berjalan naik tangga dengan satu tangan dipegang, menjelajah
laci dan keranjang sampah.
b. Perkembangan adaptif
25
Perkembangan adaptif pada usia ini adalah anak harus mampu membuat
menara dari 4 kubus, meniru mencoret-coret, meniru coretan vertical,
melempar bola kecil dari botol.
c. Perkembangan bahasa
Anak mampu mengucapkan rata-rata 10 kata, memberi nama gambar,
mengidentifikasi satu atau lebih bagian tubuh.
d. Perkembangan sosial
Anak mamapu makan sendiri, mencari pertolongn bila ada kesukaran,
dapat mengeluh bila basah atau kotor, mencium orangtua dengan mengerut.
26
Nama ayah dan ibu, umur, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa,
agama, alamat, hubungan dengan anak ( kandung atau adopsi ).
c). Sumber Informasi
(1) Klien
Klien adalah sunber utama data (primer) dan perawat dapat
menggali informasi yang sebenarnya mengenai masalah kesehatan
klien. Banyak klien yang senang memberikan informasi kepada
perawat, jika klien mengetahui bahwa binformasi yang
disampaikan akan membantu memecahkan masalahnya. Untuk
kelancaran dalam mendapatkan data yang benar, perawat harus
mampu mengidentifikasi masalah ataupun kesulitan – kesulitan
klien. Jika perawat mendapatkan data atau informasi yang berbeda
dari keadaan fisik atau perilaku klien, maka perawat harus
mengkonfirmasikan data tersebut kepada sumber yang lain, jika
diperlukan.
(2) Orang terdekat
Informasi dapat diperoleh dari orang tua, suami atau istri,
anak atau teman klien, jika klien mengalami gangguan keterbatasan
dalam berkomunikasi ataupun kesadaran yang menurun. Hal ini
dapat terjadi pada klien anak – anak, diman informasi diperoleh
dari ibu atau yang menjaga anak selama di RS.
(3) Catatan klien
Catatan klien ditulis oleh anggota tin kesehatan dapat
dipergunakan sebagai sumber informasi didalam riwayat
keperawatan. Untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu,
sebelum mengadakan interaksi kepada klien, perawat hendaknya
membaca catatan klien terlebih dahulu. Hal ini akan membantu
perawat dalam memfokuskan pengkajian keperawatan dan
memperluas informasi yang diperoleh dari klien.
(4) Riwayat Penyakit
Pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan merupakan
riwayat penyakit yang diperoleh dari terapis. Informasi yang
diperolah adalah hal – hal yang difokuskan pada identifikasi
patologi dan untuk menentukan rencana tindakan medis.
27
(5) Konsultasi
Kadang-kadang terapis memerlukan konsultasi dengan
anggota tim kesehatan spesialis, khususnya dalam menentukan
diagnosa medis atau dalam merencanakan dan melakukan tindakan
medis. Informasi tersebut dapat diambil guna membantu
menegakan diagnosa medis.
(6) Hasil pemeriksaan diagnostik
Hasil-hasil pemeriksaan laboratorium dan tes diagnostik,
dapat digunakan perawat sebagai data objektif yang dapat
disesuaikan dengan masalah kesehatan klien. Hasil pemerikasaan
diagnostik dapat membantu terapis untuk menetapkan diagnosa
medis. Bagi perawat dapat membantu mengevaluasi keberhasilan
dari tindakan keperawatan.
(7) Catatan medis dan anggota tim kesehatan
lainnya
Anggota tim kesehatan lain adalah para personil yang
berhubungan dengan klien, dan memberikan tindakan,
mengevaluasi, dan mencatat hasil pada status klien. Catatan
kesehatan terdahulu dapat dipergunakan sebagai sumber informasi
yang dapat mendukung rencana tindakan perawatan.
(8) Perawat lain
Jika klien adalah rujukan dari pelayanan kesehatan lain, maka
perawat harus meminta informasi kepada perawat yang telah
merawat klien sebelumnya. Hal ini dimaksudkan untuk
kesinambungan dari tindakan keperawatan yang telah diberikan.
(9) Kepustakaan
Untuk memperoleh data dasar klien yang komprehensif,
perawat dapat membaca literatur yang berhubungan dengan
masalah klien. Memperoleh literatur sangat membantu perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan yang benar dan tepat.
(Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Konsep dan Praktik 2001 :
24)
2) Riwayat Kesehatan
a). Keluhan Utama
28
Keluhan yang sering dikeluhkan pada anak yang mengalami
bronchopneumonia adalah batuk, nyeri dada, kesulitan bernafas,
demam sedangkan pada anak yang mengalami encefalitis menurut
Cherry & Shields (1987) kehilangan kedaran sampai koma dan
meninggal, demam yang tinggi, konvulsi yang hebat, halusinasi,
pergerakan yang aneh, sakit kepala, irritable, distress gastrointestinal
dan kemungkinannya muncul gejala mild respiratory sympton,
tempoeratur yang terus meningkat dapat merngsang sistem saraf pusat
sehingga muncul kejang, rigid dan seizzure.
29
(2) Riwayat Kelahiran ( intranatal )
Kaji mengenai adanya riwayat respiratory distress,
mekonium aspirasi sindrom, penanganan persalinan teruteme
pembersihan jalan nafas semasa kelahiran, adakah aspiksia,
tingkatan aspiksia berat dan sedang, nilai APGAR sesaat lahir.
(3) Riwayat post kelahiran
Imaturitas sistem pernafasan, kegagalan beradaptasi dengan
perbedaan atmosfer udara saat bayi mulai bernafas, riwayat
influenza dan ISPA yang berulang – ulang serta riwayat adanya
hipotermi.
30
(membersihkan rumah, letak geografis rumah), tetangga,
komunitas, keluarga besar dan perkembangan keluarga.
3) Data Fisik
a). Keadaan Umum
Biasanya anak dengan bronchopneumnia akan datang dengan
adanya keluhan sesak nafas berat, dengan keadaan umum yang buruk.
Kaji mengenai tingkat kesadaran, kaji tanda – tanda vital dan ukur
berat badan dan tinggi badan. + Ensefalitis
31
c). Daerah leher
Pada awal penyakit umumnya tidak ada kelainan adanya kaku
kuduk apabila sudah mencapai stadium lanjut dan penurunan
kesadaran akibat bakterinemia dan meningitis, vena jugularis mungkin
meningkat jika terjadi gagal jantung, pembesaran getah bening sebagai
reaksi imunologi terhadap infeksi.
d). Daerah Dada
Amati kesimetrisan, adanya kelainan bentuk seperti pigeon,
barell, dan funnel chest (bentuk normal melingkar, diameter
anteroposterior sama dengan diameter transfersal), adanya nyeri dada
saat bernapas diperlihatkan dengan kondisi anak yang gelisah, sering
menangis, tampak meringis, pada umumnya frekuensi pernafasan
meningkat. Secara normal, frekuensi nafas pada anak yaitu:
Neonatus : 30 – 35 x/menit
Infant : 25 – 30 x/menit
Todlerr : 20 – 30 x/menit
Preschool : 20 – 23 x/menit
Schoolchild : 18 – 20 x/menit
Kaji adanya nyeri tekan, udema, resonansi meningkat atau
menurun, dulness pada lesi, suara nafas ronchi, weezing, friction rub,
suara nafas melemah.
e). Daerah Abdomen
Adakah distensi abdomen, kadang-kadang kekakuan abdomen
dan didapatkan hematomegali jika terjadi gagal jantung.
f). Panggul dan punggung
Perlu dikaji mengenai bentuk dan kesimetrisan untuk
menentukan apakah paru bisa mengembang secara optimal atau tidak.
g). Genetalia dan anus
Perlu dikaji bentuk dan adanya kelainan serta kebersihan, kaji
kebiasaan eliminasi, BAK mungkin sering anuria atau hipouria dan
BAB menajdi konstipasi.
h). Ektremitas
Kaji terhadap adanya kelemahan, akral akan teraba dingin atau
tampak sianosis pada ujung jari.
32
i). Integumen
Raba apakah terasa panas atau hangat akibat inflamasi dan
mungkin akan teraba dingin bila terjadi pada stadium akhir karena
kurangnya perfusi oksigen ke jaringan, turgor kulit akan menurun pada
dehidrasi.
B. Analisa Data
Merupakan proses berfikir secara ilmiah berdasarkan teori-teori yang
dihubungkan dengan data-data yang ditemukan saat pengkajian.
Menginterpetasikan data atau membandingkan dengan standar fisiologis
setelah dianalisa, maka akan didapat penyebab terjadinya masalah pada klien.
Data tersebut dapat diperoleh dari keadaan klien yang tidak sesuai
dengan standar kriteria yang sudah ada. Untuk itu perawat harus jeli dan
memahami tentang standar keperawatan sebagai bahan perbandingan, apakah
keadaan kesehatan klien sesuai atau tidak dengan standar yang ada.
33
4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
respiratory distress, anorexia, mual, meningkatnya konsumsi kalori
sekunder terhadap infeksi. ( Axton, Fugate, 1993 : 383 )
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke
jaringan. ( Marlene Mayers, 1995 : 204 )
6. Kecemasan anak dan orang tua berhubungan dengan hospitalisasi dan
respiratory distress. ( Axton, Fugate, 1993 : 383 )
7. Gangguan peningkatan suhu berhubungan dengan invasi kuman.
b. Encefalitis
1. Tidak efektifnya jalan nafas b.d. Akumulasi sekret
2. Risiko terjadinya iritasi lambung b.d. Adanya peradangan otak
3. Ganguan perfusi jaringan b.d. Adanya peradangan otak
4. Gangguan pemenuhan adl : personal hygiene b.d. Kelemahan
fisik
5. Gangguan mobilitas fisik b.d. Kelemahan fisik
6. Potensial terjadinya gangguan integritas kulit b.d. Tirah baring
lama
7. Ganggiuan rasa nyaman : nyeri kepala b.d. Peningkatan tekanan
intrakranial
8. Gangguan rasa aman : cemas keluarga b.d. adanya situasi yang
mengancam
(Marilynn E. Doengoes, 1993 : 351)
2. Perencanaan
a. Bronchopneumonia
DP I : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
perfusi ventilasi akibat penumpukan mukus di alveolus.
Tujuan : Terjadinya peretukaran gas yuang adekuat.
Kriteria evaluasi :
- Menunjukan penurunan dari tanda – tanda distress respirasi,
dyspnea.
- Respirasi rate dalam batas normal sesuai dengan usia 12
bulan, yaitu 20-30 X/menit.
- Suara nafas bersih.
34
0
- Suhu tubuh dalan batasan normal 36,5 C sampai dengan
37,2OC.
- Tidak adanya batuk, henti nafas, sianosis, retraksi dinding
dada, diaporesis.
- Saturasi O2 85% - 100%.
Intervensi Rasional
1. Auskultasi suara nafas setiap 2 1. Mengidentifikasi
– 4 jam, kaji kedalaman dan kemajuan-kemajuan atau
frekuensinya. penyimpangan dari hasil yang
2. Atur posisi semi fowler. diharapkan.
2. Posisi semi fowler
memungkinkan ekspansi paru lebih
penuh dengan cara menurunkan
3. Berikan oksigen lembab sesuai tekanan abdomen pada diagfragma.
kebutuhan. 3. Dapat menurunkan kerja
paru dengan menyediakan lebih
4. Berikan intake cairan yang banyak oksigen untuk dikirim
adekuat per oral atau parenteral. kedalam sel.
5. Bantu latih nafas dalam. 4. Cairan dapat
memobilisasi dan mengeluarkan
6. Lakukan penghisapan lendir. sekret.
5. Nafas dalam
memudahkan ekspansi paru.
6. Merangsang batuk atau
pembersihan jalan nafas secara
7. Bantu batuk efektif. mekanik pada klien yang tidak
mampu melakukan karena batuk
tidak efektif atau penurunan tingkat
kesadaran.
8. Lakukan fisioterapi dada 7. Batuk dalah mekanisme
setiap 4 jam dengan melibatkan pembersihan jalan nafas secara
keluarga. alami, membantu silia
9. Kolaborasi pemberian obat membersihkan jalan nafas.
ekspektoran. 8. Memudahkan pelepasan
35
dan pengeluaran sekret.
9. Ekspektoran membantu
mengencerkan sekresi sehingga
sekret dapat keluar pada saat batuk.
DP II: Gangguan rasa nyaman : sakit kepala dan nyeri dada ( Axton, Fugate,
1993 : 383 )
36
antitusif sesuai indikasi. menurunkan mukus yang berlebihan,
meningkatkan kenyamanan dan
istirahat umum.
Intervensi Rasional
1. Berikan diet yang seimbang 1. Lemak, protein dan karbohidrat
tinggi kalori, protein dan diperlukan untuk menyokong
karbohidrat. pertumbuhan.
2. Pemberian nutrisi yang sudah
2. Berikan infant makanan yang cerna sebelumnya akan lebih mudah
mudah cerna sebagian seperti dicerna dan diabsorbsi.
protagen atau pregestinil. 3. Enzim pancreas harus diberikan
3. Berikan enzim pancreas sesuai sesuai jadwal makan agar lebih
order, 30 menit sebelum jadwal efektif membantu proses pencernaan,
makan snack. Jangan campurkan enzim ini tidak bekerja oleh panas
enzim dengan makanan yang dan oleh asam lambung.
pedas, tapi campurkan dengan
makanan non lemak. 4. Mengetahui status nutrisi anak.
4. Timbang BB setiap hari. 5. Mengetahui membantu absorbsi
5. Kolaborasi untuk pemberian zat nutrien.
38
multivitamin dan suplemen zat besi
sesuai order.
Intervensi Rasional
1. Monitor frekuensi nadi dan 1. Mengidentifikasikan kemajuan
pernafasan sebelum dan sesudah yang diperoleh atau penyimpangan
aktifitas. serta sasaran yang dicapai.
2. Fasilitasi klien untuk 2. Meminimalkan energi yang
beraktifitas termasuk bermain. dipakai.
3. Pertahankan pemberian
oksigen selama aktifitas. 3. Aktifitas fisik meningkatkan
kebutuhan oksigen dan sistem tubuh
4. Tunda aktifitas jika frekuensi akan berusaha menyesuaikannya.
nadi, nafas meningkat secara cepat 4. Gejala tersebut merupakan tanda
dan tampak sesak serta kelelahan. adanya intoleransi aktifitas,
Tingkatkan aktifitas secara konsumsi oksigen meningkat jika
bertahap untuk meningkatkan aktifitas meningkat, daya tahan
toleransi. tubuh dapat lebih lama jika dalam
waktu istirahat diantara aktifitas.
39
1. dorong keluarga untuk 1. Ekspresi perasaan dapat
mengekspresikan kecemasannya membantu mengurangi beban
pikiran dan menurunkan
2. tunjukkan sikap empati dengan kecemasan.
endengarkan pertanyaan keluarga 2. perilaku menunjukkan perhatian
secara aktif terhadap masalah yang dihadapi,
keluarga merasakan masalahnya
tidak dihadapi sendiri dan adanya
dukungan sehingga memotivasi
eksploratif terhadap masalah yang
3. Berikan alternatif koping untuk lebih memungkinkan
menyelesaikan masalah 3. Alternatif koping memberikan
pilihan pada keluarga untuk
menggunakan salah satu untuk
4. jelaskan pentingnya perawatan memecahkannya.
dan pengobatan di RS pada klien 4. klien pneumonia dengan dispnea
pneumonia atau takipnea memerlukan oksign
dan perawatan di RS dan nformasi
yang diberikan secara langsung
pada keluarga akan membantu
menurunkan kecemasan
b. Encefalitis
DP I : Tidak efektifnya jalan nafas b.d. Akumulasi sekret
Tujuan : bersihan jalan napas adekuat
Kriteria evaluasi : jalan napas lancar dan bersih, pola napas efektif
Intervensi Rasional
1. Auskultasi suara pernapasan, 1. Mengetahui adanya bunyi napas
laporkan adanya bunyi tambahan patologis
2. Monitor frekuensi, pola 2. Mengetahui frekuensi napoas
pernapasan, observasi adanya dan adanya sianosis
sianosis 3. Melepaskan sekret dari jalan
3. Pertahankan kelnacaran jalan napas
napas : melakukan penghisapan
lendir, fisioterapi dada
4. Berikan O2 sesuai order dan 4. Memenuhi kebutuhan O2 dalam
monitor efektifitas pemberian O2 darah dan jaringan
tersebut
41
Kriteria evaluasi : tanda-tanda iritasi lambung tidak terjadi, klien tidak muntah,
makanan cair sesuai program adekuat
Intervensi Rasional
1. Kaji kesadaran klien 1. Mengetahui tingkat kesadaran
2. Berikan makanan cair melalui klien
NGT dengan teknik yang benar 2. Makanan masuk ke dalam tubuh
3. Jelaskan kepada keluarga dengan efektif
tentang perawatan dan cara 3. Keluarga mengetahui perawatan
pemberian makanan melalui NGT dan cara pemberian makanan melalui
4. Berikan makanan cair sesuai NGT
program diet. 4. Nutrisi klien terpenuhi sesuai
kebutuhan
42
menjaga kebersihan tubuh klien memenuhi kebersihan klien
43
DP VIII : gangguan rasa aman : cemas b.d adanya situasi yang mengancam
Tujuan : kecemasan keluarga berkurang
Kriteria evaluasi : Keluarga mengekspresikan kecemasan, keluarga tampak tenang
Intervensi Rasional
1. Kaji perasaan dan persepsi 1. Mengetahui perasaan dan
keluarga terhadap situasi yang persepsi keluarga
dihadapi
2. Fasilitasi keluarga untuk 2. Membina hubungan saling
mengekspresikan kecemasan percaya
dengan mendengarkan secara aktif
dan empati
3. Berikan dukungan pada
keluarga dan jelaskan kondisi 3. Keluarga mengetahui kondisi
klien sesuai realita serta jelaskan klien serta pengobatan yang
program pengobatan yang diberikan pada klien
diberikan
4. Ajarkan teknik relaksasi 4. Relaksasi otot-otot
sederhana (nafas dalam)
5. Berikan dukungan pada 5. Keluarga mempunyai harapan
keluarga untuk mengembangkan realistik terhadap keadaan anaknya
harapan realistik pada anak
3. Pelaksanaan
Merupakan penjabaran dari intervensi keperawatan. Pelaksanaannya
disesuaikan denga situasi dankondisi klien. Pada tahap ini perawat menggunakan
ilmu serta keterampilan yang dimilikinya. Dalam pelaksanaan ini dijabarkan juga
mengenai jenis tindakan yang dilakukan oleh perawat, waktu pelaksanaa, perawat
yang melaksanakan serta evaluasi hasil tindakan dan respon klin terhadap
tindakan yang telah dilakukan.
4. Evaluasi
44
Merupakan pengukuran keberhasilan proses keparawatan yang berorientasi
pada tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan, evaluasi adalah hasil/akhir dari
proses keperawatan, selanjutnya perkembangan proses keparawatan ditulis dalam
catatan perkembangan.
45