Oleh:
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah “PANCASILA”. Kemudian shalawat beserta salam kita
sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman
hidup yakni Al-Qur’an dan Sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Pancasila di program studi
Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada Universitas
Tanjungpura. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Prof. Dr. Junaidi H. Matsum selaku dosen pembimbing mata kuliah Pancasila
dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama
penulisan makalah ini.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila sebagai sistem filsafat adalah merupakan sebagai kenyataan yang objektif,
yaitu bahwa kenyataan itu ada pada pancasila sendiri terlepas dari sesuatu yang lain
atau terlepas dari pengetahuan orang. Kenyataan objektif yang ada dan terletak pada
pancasila, sehingga pancasila sebagai suatu sistem filsafat bersifat khas dan berbeda
dalam sistem-sistem filsafat yang lain. Hal ini secara ilmiah disebut sebagai filsafat
secara objektif. Dan untuk mendapatkan makna yang lebih mendalam dan mendasar,
kita perlu mengkaji nilai-nilai pancasila dari kajian filsafat secara menyeluruh.
B. Rumusan Masalah
Agar penulisan makalah ini terstruktur dan mencapai tujuan yang diinginkan
maka hendaklah kita membuat beberapa rumusan masalah.
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi nilai tugas yang diberikan oleh Bapak Yuliantoro dalam Mata
Kuliah Pancasila.
5. Untuk mengetahui peranan Filsafat pancasila bagi bangsa dan Negara Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Filsafat
a. Secara etimologi
Harold H. Titus
Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam
yg biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau
pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yg dijunjung tinggi;
Hasbullah Bakry
Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam
mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan
pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai
pengetahuan itu.
Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia dengan akal dan qalbunya
secara sungguh-sungguh, yakni secara kritis sistematis, fundamentalis, universal,
integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki
(pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati).
Plato
Aristoteles
Cicero
Filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “ (the mother of all the arts). Ia
juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan ).
Imanuel Kant
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala
pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan, yakni : Apakah yang dapat
kita kerjakan? (jawabannya metafisika); Apakah yang seharusnya kita kerjakan
(jawabannya Etika ); Sampai dimanakah harapan kita? (jawabannya Agama ); Apakah
yang dinamakan manusia? (jawabannya Antropologi).
Notonegoro
Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang
mutlak, yang tetap tidak berubah, yang disebut hakikat.
Dalam arti ini, filsafat digunakan untuk menyebut berbagai petanyaan yang
muncul dalam pikiran manusia tentang bebagai kesulitan yang dihadapinya, serta
berusaha untuk menemukan solusi yang tepat. Misalnya ketika menanyakan: “siapakah
kita?”, ”mengapa kita ada di sini?”, “kemana kita akan berlalu”, “apakah kebaikan dan
kejahatan itu”, “bagaimanakah karakter alam, “apakah ia memiliki tujuan?”,
“bagaimanakah kedudukan manusia di alam ini?”, dan seterusnya.
Beginilah seorang ahli yang bernama Aristoteles memahami filsafat, ketika ia
menyebutnya sebagai sebuah nama dari ilmu dalam arti yang paling umum.
B. Sistem Filsafat
Suatu system filsafat sedikitnya mengajarkan tentang sumber dan hakikat realitas,
falsafat hidup, dan tata nilai (etika),termasuk teori terjadinya pengetahuan manusia dan
logika.
Kenyataan Pancasila yang demikian ini disebut kenyataan yang objektif, yaitu
bahwa kenyataan itu ada pada Pancasila sendiri terlepas dari sesuatu yang lain atau
terlepas dari pengetahuan orang. Sehingga Pancasila sebagai suatu sistem filsafat
bersifat khas dan berbeda dengan sistem-sistem filsafat yang lain misalnya: liberalisme,
materialisme, komunisme, dan aliran filsafat yang lain.
a. Dasar Ontologis.
“Bahwa yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan
beradab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
permusyawaratan/perwakilan, serta yang berkeadilan social adamah manusia
(Notonegoro, 1975:23). Demikian juga jikalau kita pahami dari segi filsafat Negara,
adapun pendukung pokok Negara adalah rakyat, dan unsure rakyat adalah manusia itu
sendiri, sehingga tepatlah jikalau dalam filsafat Pancasila bahwa hakekat dasar
ontopologis sila-sila pancasila adalah manusia.
Sebagai suatu system filsafat atau ideology maka pancasila harus memiliki
unsur rasional terutama dalam kedudukannya sebagai suatu system pengetahuan.
c. Dasar Aksiologis
Sila-sila pancasila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki satu kesatuan dasar
aksiologisnya, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila pada hakekatnya
juga merupakan satu kesatuan. Nilai-nilai pancasila termasuk nilai kerohanian, tetapi
nilai-nilai kerohanian yang mengakui nilai material dan vital. Dengan demikian nilai-
nilai pancasila tergolong nilai kerohanian, yang juga mengandung nilai-nilai lain secara
lengkap dan harmonis, yaitu nilai material, nilai vital, nilai kebenaran, nilai keindahan,
atau estetis, nilai kebaikan atau nilai moral ataupun nilai kesucian yang secara
keseluruhan bersifat sistematik hierarkhis, dimana sila pertama sebagai basisnya
sampai sila kelima sebagai tujuannya (Darmo diharjo).
Pancasila sebagai sistem filsafat yaitu suatu konsep tentang dasar negara yang
terdiri dari lima sila sebagai unsur yang mempunyai fungsi masing-masing dan satu
tujuan yang sama untuk mengatur dan menyelenggarakan kehidupan bernegara di
Indonesia. Sebagaimana telah dirumuskan oleh Presiden Soekarno, Pancasila pada
hakikatnya telah hidup sejak dahulu dalam moral, adat istiadat, dan kebiasaan
masyarakat Indonesia. “Dengan adanya kemerdekaan Indonesia, Pancasila bukanlah
lahir, atau baru dijelmakan, tetapi sebenarnya Pancasila itu bangkit kembali”.
Pancasila menjadi daya dinamis yang meresapi seluruh tindakan kita, dan kita
harus merenungkan dan mencerna arti tiap-tiap sila dengan berpedoman pada uraian
tokoh nasional, agar kita tidak memiliki tafsiran yang bertentangan. Dengan pancasila
sebagai filsafat negara dan bangsa Indonesia, kita dapat mencapai tujuan bangsa dan
negara kita.
Pancasila sebagai sistem filsafat memberi arah agar kesejahteraan dan
kemakmuran bertolak dari keyakinan manusia yang percaya kepada kebesaran Tuhan,
kesejahteraan yang berlandaskan paham kemanusiaan, kesejahteraan yang memihak
pada kesatuan dan persatuan serta kebersamaan sebagai suatu kesatuan bangsa yang
utuh dan bulat.
Fungsi pancasila sebagai sistem filsafat dalam kehidupan bangsa dan negara
Indonesia seperti berikut :
b. Memberikan dan mencari kebenaran yang substansif tentang hakikat negara, ide
negara, dan tujuan negara.
c. Sebagai pedoman yang mendasar bagi warga negara Indonesia dalam bertindak dan
bertingkah laku dalam kehidupan sosial masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat ialah alam berpikir atau alam pikiran. Berfilsafat berarti berpikir secara
mendalam dan berpikir sampai ke akar-akarnya dengan sungguh-sungguh tentang
hakikat sesuatu.
Pancasila sebagai sistem filsafat yaitu suatu konsep tentang dasar negara yang terdiri
dari lima sila sebagai unsur yang mempunyai fungsi masing-masing dan satu tujuan
yang sama untuk mengatur dan menyelenggarakan kehidupan bernegara di Indonesia.
Pancasila sebagai suatu system filsafat berperan sebagai pedoman masyarakat dalam
bertingkah laku.