Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila
Dosen Pengampu : Prof. Dr . Junaidi H. Matsum, M.Pd

Oleh:

Tri Indri Yani/F1061191032

JURUSAN S1 PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah “PANCASILA”. Kemudian shalawat beserta salam kita
sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman
hidup yakni Al-Qur’an dan Sunnah untuk keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Pancasila di program studi
Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada Universitas
Tanjungpura. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Prof. Dr. Junaidi H. Matsum selaku dosen pembimbing mata kuliah Pancasila
dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama
penulisan makalah ini.

Akhirnya kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam


penulisan makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pontianak, 24 Oktober 2019


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila adalah dasar dari falsafah Negara Indonesia, sebagaimana tercantum


dalam pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, setiap warga Negara Indonesia wajib
untuk mempelajari, menghayati, mendalami dan menerapkan nilai-nilai pancasila
dalam setiap bidang kehidupan.

Dalam kehidupan bangsa Indonesia, diakui bahwa nilai-nilai pancasila adalah


falsafah hidup atau pandangan yang berkembang dalam sosial-budaya Indonesia.
Nilai pancasila dianggap nilai dasar dan puncak atau sari dari budaya bangsa. Oleh
karena itu, nilai ini diyakini sebagai jiwa dan kepribadian bangsa. Dengan
mendasarnya nilai ini dalam menjiwai dan memberikan indentitas, maka pengakuan
atas kedudukan pancasila sebagai falsafah adalah wajar.

Pancasila sebagai ajaran falsafah, pancasila mencerminkan nilai-nilaidan


pandangan mendasar dan hakiki rakyat Indonesia dalam hubungannya dengan sumber
kesemestaan, yakni Tuhan Yang Maha Esa. Asas Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai
asas fundamental dalam kesemestaan, dijadikan pula asas fundamental kenegaraan.
Asas fundamental dalam kesemestaan itu mencerminkan identitas atau kepribadian
bangsa Indonesia yang religious.

Pancasila sebagai sistem filsafat adalah merupakan sebagai kenyataan yang objektif,
yaitu bahwa kenyataan itu ada pada pancasila sendiri terlepas dari sesuatu yang lain
atau terlepas dari pengetahuan orang. Kenyataan objektif yang ada dan terletak pada
pancasila, sehingga pancasila sebagai suatu sistem filsafat bersifat khas dan berbeda
dalam sistem-sistem filsafat yang lain. Hal ini secara ilmiah disebut sebagai filsafat
secara objektif. Dan untuk mendapatkan makna yang lebih mendalam dan mendasar,
kita perlu mengkaji nilai-nilai pancasila dari kajian filsafat secara menyeluruh.

B. Rumusan Masalah

Agar penulisan makalah ini terstruktur dan mencapai tujuan yang diinginkan
maka hendaklah kita membuat beberapa rumusan masalah.

Rumusan masalahnya adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan Filsafat dan Sistem Filsafat?

2. Bagaimanakah pengertian Pancasila secara Filsafat?

3. Apakah peranan Filsafat Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk memenuhi nilai tugas yang diberikan oleh Bapak Yuliantoro dalam Mata
Kuliah Pancasila.

2. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat.


3. Untuk menambah pemahaman penulis tentang Pancasila dari aspek Filsafat.

4. Untuk mengetahui pengertian Pancasila secara Filsafat.

5. Untuk mengetahui peranan Filsafat pancasila bagi bangsa dan Negara Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Filsafat

a. Secara etimologi

Kata falsafah/filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu: philosophia,


philo/philos/philein yang artinya cinta /pencinta/mencintai dan Sophia, yang berarti
kebijakan/ wisdom /kearifan/ hikamah / hakikat kebenaran. Jadi filsafat artinya cinta
akan kebijaksanaan atau hakikat kebenaran.

Beberapa istilah filsafat dalam berbagai bahasa, misalnya “falsafah” dalam


bahasa arab, “philosophie” bahasa belanda, “philosophy” dalam bahasa inggris dan
masih banyak lagi istilah dalam bahasa lain, yang pada hakekatnya semua istilah itu
mempunyai arti yang sama.
b. Arti filsafat menurut para ahli

Harold H. Titus

Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam
yg biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau
pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yg dijunjung tinggi;

Hasbullah Bakry

Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam
mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan
pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai
pengetahuan itu.

Prof. Dr.Mumahamd Yamin

Filsafat ialah pemusatan pikiran, sehingga manusia menemui kepribadiannya


seraya didalam kepribadiannya itu dialaminya kesungguhan.

Prof. Dr. Ismaun, M.Pd

Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia dengan akal dan qalbunya
secara sungguh-sungguh, yakni secara kritis sistematis, fundamentalis, universal,
integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki
(pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati).

Pudjo Sumedi AS., Drs.,M.Ed. & Mustakim, S.Pd.,MM

Istilah dari filsafat berasal bahasa Yunani: ”philosophia”. Seiring


perkembangan zaman akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti:
”philosophic” dalam kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; “philosophy”
dalam bahasa Inggris; “philosophia” dalam bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa
Arab.

Plato

Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran


yang asli.

Aristoteles

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung


didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.

Cicero

Filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “ (the mother of all the arts). Ia
juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan ).

Johann Gotlich Fickte

Filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum,


yg jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan.
Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari
seluruh kenyataan.
Paul Nartorp

Filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan kesatuan


pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yg sama, yg memikul
sekaliannya .

Imanuel Kant

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala
pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan, yakni : Apakah yang dapat
kita kerjakan? (jawabannya metafisika); Apakah yang seharusnya kita kerjakan
(jawabannya Etika ); Sampai dimanakah harapan kita? (jawabannya Agama ); Apakah
yang dinamakan manusia? (jawabannya Antropologi).

Notonegoro

Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang
mutlak, yang tetap tidak berubah, yang disebut hakikat.

c. Filsafat dalam arti umum

Dalam arti ini, filsafat digunakan untuk menyebut berbagai petanyaan yang
muncul dalam pikiran manusia tentang bebagai kesulitan yang dihadapinya, serta
berusaha untuk menemukan solusi yang tepat. Misalnya ketika menanyakan: “siapakah
kita?”, ”mengapa kita ada di sini?”, “kemana kita akan berlalu”, “apakah kebaikan dan
kejahatan itu”, “bagaimanakah karakter alam, “apakah ia memiliki tujuan?”,
“bagaimanakah kedudukan manusia di alam ini?”, dan seterusnya.
Beginilah seorang ahli yang bernama Aristoteles memahami filsafat, ketika ia
menyebutnya sebagai sebuah nama dari ilmu dalam arti yang paling umum.

B. Sistem Filsafat

Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling


bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Secara keseluruhan merupakan
suatu kesatuan yang utuh.

Suatu system filsafat sedikitnya mengajarkan tentang sumber dan hakikat realitas,
falsafat hidup, dan tata nilai (etika),termasuk teori terjadinya pengetahuan manusia dan
logika.

C. Pancasila sebagai sistem filsafat

Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan


suatu kesatuan organik. Sila-sila dalam pancasila saling berkaitan, saling berhubungan
bahkan saling mengkualifikasi. Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu sistem,
dalam pengertian bahwa bagian-bagian (sila-silanya) saling berhubungan secara erat
sehingga membentuk suatu struktur yang menyeluruh. Pancasila sebagai suatu sistem
juga dapat dipahami dari pemikiran dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu
pemikiran tentang manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa,
dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dengan masyarakat bangsa dan
negara.

Kenyataan Pancasila yang demikian ini disebut kenyataan yang objektif, yaitu
bahwa kenyataan itu ada pada Pancasila sendiri terlepas dari sesuatu yang lain atau
terlepas dari pengetahuan orang. Sehingga Pancasila sebagai suatu sistem filsafat
bersifat khas dan berbeda dengan sistem-sistem filsafat yang lain misalnya: liberalisme,
materialisme, komunisme, dan aliran filsafat yang lain.

a. Dasar Ontologis.

Dasar Ontologis Pancasila pada hakekatnya adalah manusia yang memiliki


hakekat mutlak. Subyek pendukung pokok-pokok Pancasila adalah manusia, hal ini
dijelaskan sebagai berikut :

“Bahwa yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan
beradab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
permusyawaratan/perwakilan, serta yang berkeadilan social adamah manusia
(Notonegoro, 1975:23). Demikian juga jikalau kita pahami dari segi filsafat Negara,
adapun pendukung pokok Negara adalah rakyat, dan unsure rakyat adalah manusia itu
sendiri, sehingga tepatlah jikalau dalam filsafat Pancasila bahwa hakekat dasar
ontopologis sila-sila pancasila adalah manusia.

Manusia sebagai pendukung pokok sila-sila pancasila secara ontologism


memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani
dan rohani, sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk social,
serta kedudukan kodrat manusia sebagai pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk
pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan inilah maka secara hirarkis sila
pertama Ketuhanan Yang Maha Esa mendasari dan menjiwai keempat sila-sila
pancasila lainnya (notonegoro, 1975-53).
b. Dasar Epistemologis

Dasar epistimologis Pancasila sebagai suatu system filsafat pada hakekatnya


juga merupakan suatu system pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari pancasila
merupakan pedoman atau dasar bagi bangsa Indonesia dalam memandang realitas alam
semesta, manusia, masyarakat, bangsa dan Negara tentang makna hidup serta sebagai
dasar bagi manusia dalam menyelesaikan masalah yang terjadi dalam hidup dan
kehidupan. Pancasila dalam pengertian yang demikian ini telah menjadi suatu system
cita-cita atau keyakinan-keyakinan yang telah menyengkut praksis, karena dijadikan
landasan bagi cara hidup manusia atau suatu kelompok masyarakat dalam berbagai
bidang kehidupan masyarakat. Hal ini berarti filsafat telah menjelma menjadi ideology
(Abdul Gani, 1998). Sebagai suatu ideology maka panasila memiliki 3 unsur pokok
agar dapat menarik loyalitas dari para pendukungnya yaitu :

1. Logos, yaitu rasionalitas atau penalarannya

2. Pathos, yaitu penghayatannya

3. Ethos, yaitu kesusilaannya (Wibisono, 1996:3)

Sebagai suatu system filsafat atau ideology maka pancasila harus memiliki
unsur rasional terutama dalam kedudukannya sebagai suatu system pengetahuan.
c. Dasar Aksiologis

Sila-sila pancasila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki satu kesatuan dasar
aksiologisnya, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila pada hakekatnya
juga merupakan satu kesatuan. Nilai-nilai pancasila termasuk nilai kerohanian, tetapi
nilai-nilai kerohanian yang mengakui nilai material dan vital. Dengan demikian nilai-
nilai pancasila tergolong nilai kerohanian, yang juga mengandung nilai-nilai lain secara
lengkap dan harmonis, yaitu nilai material, nilai vital, nilai kebenaran, nilai keindahan,
atau estetis, nilai kebaikan atau nilai moral ataupun nilai kesucian yang secara
keseluruhan bersifat sistematik hierarkhis, dimana sila pertama sebagai basisnya
sampai sila kelima sebagai tujuannya (Darmo diharjo).

Pancasila sebagai sistem filsafat yaitu suatu konsep tentang dasar negara yang
terdiri dari lima sila sebagai unsur yang mempunyai fungsi masing-masing dan satu
tujuan yang sama untuk mengatur dan menyelenggarakan kehidupan bernegara di
Indonesia. Sebagaimana telah dirumuskan oleh Presiden Soekarno, Pancasila pada
hakikatnya telah hidup sejak dahulu dalam moral, adat istiadat, dan kebiasaan
masyarakat Indonesia. “Dengan adanya kemerdekaan Indonesia, Pancasila bukanlah
lahir, atau baru dijelmakan, tetapi sebenarnya Pancasila itu bangkit kembali”.

Pancasila menjadi daya dinamis yang meresapi seluruh tindakan kita, dan kita
harus merenungkan dan mencerna arti tiap-tiap sila dengan berpedoman pada uraian
tokoh nasional, agar kita tidak memiliki tafsiran yang bertentangan. Dengan pancasila
sebagai filsafat negara dan bangsa Indonesia, kita dapat mencapai tujuan bangsa dan
negara kita.
Pancasila sebagai sistem filsafat memberi arah agar kesejahteraan dan
kemakmuran bertolak dari keyakinan manusia yang percaya kepada kebesaran Tuhan,
kesejahteraan yang berlandaskan paham kemanusiaan, kesejahteraan yang memihak
pada kesatuan dan persatuan serta kebersamaan sebagai suatu kesatuan bangsa yang
utuh dan bulat.

D. Fungsi Pancasila sebagai Filsafat

Fungsi pancasila sebagai sistem filsafat dalam kehidupan bangsa dan negara
Indonesia seperti berikut :

a. Memberikan jawaban yang mendasar tentang hakikat kehidupan bernegara.

b. Memberikan dan mencari kebenaran yang substansif tentang hakikat negara, ide
negara, dan tujuan negara.

c. Sebagai pedoman yang mendasar bagi warga negara Indonesia dalam bertindak dan
bertingkah laku dalam kehidupan sosial masyarakat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Filsafat ialah alam berpikir atau alam pikiran. Berfilsafat berarti berpikir secara
mendalam dan berpikir sampai ke akar-akarnya dengan sungguh-sungguh tentang
hakikat sesuatu.

Pancasila sebagai sistem filsafat yaitu suatu konsep tentang dasar negara yang terdiri
dari lima sila sebagai unsur yang mempunyai fungsi masing-masing dan satu tujuan
yang sama untuk mengatur dan menyelenggarakan kehidupan bernegara di Indonesia.

Susunan Kesatuan sila-sila Pancasila yang bersifat organis, yaitu Unsur-unsur


hakikat manusia.

Pancasila sebagai suatu system filsafat berperan sebagai pedoman masyarakat dalam
bertingkah laku.

Anda mungkin juga menyukai