Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum KI-3141

Dinamika Kimia
Percobaan K1
VISKOSITAS CAIRAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

Nama : Josephine Claudia Tan


NIM : 10517021
Kelompok :2
Tanggal Percobaan :
Tanggal Pengumpulan:
Asisten :

LABORATORIUM KIMIA FISIK


PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
Percobaan K1
VISKOSITAS CAIRAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

I. Tujuan Percobaan
1. Menentukan viskositas cairan dengan metode Ostwald pada berbagai suhu.
2. Menentukan nilai E dan A masing – masing zat.
3. Menentukan tetapan Van der Waals masing – masing zat.

II. Teori Dasar


Viskositas fluida merupakan tahanan yang dilakukan suatu fluida terhadap lapisan lain.
Viskositas dipengaruhi oleh ikatan antarmolekul suatu zat. Contohnya ikatan hidrogen,
interaksi dipol – dipol, dll. Karena itu viskositas zat akan berbeda-beda. Viskositas cairan
dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu maka energi kinetik zat meningkat sehingga
cairan maka viskositas cairan meturun.
Metode Oswald merupakan salah satu metode variasi dari metode Poiseuille. Pada
metode ini, didapat data waktu alir suatu zat menggunakan viskometer, kemudian
viskositas suatu cairan dapat ditentukan dengan perbandingan hasil pengukuran waktu (𝑡𝑡)
dan rapat massa cairan (𝜌𝜌) terhadap waktu dan rapat massa cairan pembanding lain yang
telah diketahui viskositasnya pada suhu pengukuran. Perbandingan viskositas kedua cairan
dinyatakan sebagai berikut.
𝜌𝜌. 𝑡𝑡
𝜂𝜂 = . 𝜂𝜂
𝜌𝜌0 . 𝑡𝑡0 0
Berdasarkan hukum distribusi Maxwell – Boltzmann, jumlah molekul yang memiliki
𝑒𝑒𝑒𝑒
energi cukup untuk mengalir berkorelasi dengan faktor sehingga viskositas sebanding
𝑅𝑅𝑅𝑅
𝑒𝑒𝑒𝑒
dengan . Pengaruh suhu terhadap viskositas dapat dinyatakan dengan persamaan berikut.
𝑅𝑅𝑅𝑅
𝐸𝐸
ln 𝜂𝜂 = + ln 𝐴𝐴
𝑅𝑅𝑅𝑅
A adalah suatu tetapan fungsi massa molekul relatif dan volume molar cairan. E adalah
energi ambang per mol yang diperlukan untuk proses awal aliran. Tetapan Van der Waals
merupakan tetapan yang bergantung pada jenis zat dan volume jenis. Untuk cairan yang
terasosiasi, digunakan persamaan empirik Batschinski yang dinyatakan sebagai berikut.
𝑐𝑐 𝜂𝜂
𝜂𝜂 = 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑣𝑣 = 𝑏𝑏 + = 𝑏𝑏 + 𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑣𝑣 − 𝑏𝑏 𝑐𝑐
III. Metodologi
a. Alat dan Bahan
Pada percobaan ini diperlukan viskometer Ostwald dan piknometer masing-
masing 2 buah. Bahan yang dipakai antara lain kurang lebih 250 mL air, aseton,
metanol, toluena, dan kloroform.
b. Cara Kerja
Viskometer Ostwald yang digunakan selalu dibilas dahulu menggunakan cairan
yang akan diukur, kemudian secara vertikal dengan statif dan klem. Suhu ruang dicatat.
Fluida yang akan diukur antara lain air, aseton, metanol, toluena, dan
kloroform. Pertama pengukuran dilakukan pada suhu ruang. cairan yang akan
D
diukur dimasukkan ke dalam reservoir C, kemudian dihisap menggunakan
filler untuk membawa cairan ke reservoir D hingga permukaannya cairan
melewati garis A. Kemudian cairan dibiarkan mengalir secara bebas. Waktu
yang diperlukan cairan untuk mengalir dari A ke B dicatat. Pengukuran
dilakukan secara triplo.
Untuk suhu 30℃, 35℃, dan 40℃, viskometer yang telah berisi cairan
diletakkan dalam waterbath pada posisi vertikal dengan bantuan statif dan
klem. Viskometer beserta isi dibiarkan selama 5 menit untuk mencapai suhu
waterbath. Pengukuran dilakukan seperti sebelumnya. Rapat massa cairan ditentukan pada
suhu yang bersangkutan dengan menggunakan piknometer. Dalam percobaan ini, cairan
pembanding yang digunakan adalah air.

IV. Data Pengamatan

Tabel 4.1. Massa piknometer dan laju alir fluida

Air1
T (oC) Wo (g)
Wz (g) t1 (s) t2 (s) t3 (s) trata" (s)
26,00 32,02 66,33 2,03 1,90 1,84 1,92
35,00 31,95 66,07 1,58 1,76 1,56 1,63
40,00 31,96 65,79 1,52 1,63 1,45 1,53
Toluena
T (oC) Wo (g)
Wz (g) t1 (s) t2 (s) t3 (s) trata" (s)
26,00 32,02 60,77 1,70 1,82 1,71 1,74
35,00 31,95 60,43 1,44 1,45 1,37 1,42
40,00 31,96 60,45 1,50 1,44 1,57 1,50
Kloroform
T (oC) Wo (g)
Wz (g) t1 (s) t2 (s) t3 (s) trata" (s)
26,00 32,02 82,67 1,57 1,57 1,60 1,58
35,00 31,95 82,05 1,38 1,44 1,38 1,40
40,00 31,96 81,71 1,50 1,45 1,38 1,44
Air2
T (oC) Wo (g)
Wz (g) t1 (s) t2 (s) t3 (s) trata" (s)
26,00 20,44 46,32 6,60 6,62 6,66 6,63
30,00 20,40 46,09 6,38 6,32 6,35 6,35
35,00 20,34 46,13 6,14 6,01 6,03 6,06
40,00 20,32 46,00 5,98 5,81 5,74 5,84
Metanol
T (oC) Wo (g)
Wz (g) t1 (s) t2 (s) t3 (s) trata" (s)
26,00 20,44 40,89 5,96 5,90 5,93 5,93
30,00 20,40 40,57 5,92 5,88 5,94 5,91
35,00 20,34 40,47 5,77 5,58 5,60 5,65
40,00 20,32 40,43 5,57 5,45 5,58 5,53
Aseton
T (oC) Wo (g)
Wz (g) t1 (s) t2 (s) t3 (s) trata" (s)
26,00 20,44 40,86 4,69 4,73 4,61 4,68
30,00 20,40 40,56 4,50 4,56 4,57 4,54
35,00 20,34 40,51 4,18 4,25 4,27 4,23
40,00 20,32 40,40 4,12 4,08 4,19 4,13

Keterangan :
𝑤𝑤0 : massa pikno kosong
𝑤𝑤𝑧𝑧 : massa pikno + zat

V. Pengolahan Data

1. Penentuan Volume Piknometer


Pada suhu ruang (26℃), hasil perhitungan volume piknometer pada air dapat
dinyatakan sebagai berikut.
𝑤𝑤𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝+𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 1 − 𝑤𝑤𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 1
𝑉𝑉𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 1 =
𝜌𝜌𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
(66,33 − 32,02) 𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔
𝑉𝑉𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 1 =
0,9967 𝑔𝑔/𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑉𝑉𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 1 = 34,43 𝑚𝑚𝑚𝑚

Dengan cara yang sama, hasil perhitungan volume piknometer pada berbagai suhu
dinyatakan dalam tabel berikut.
Tabel 5.1. Volume piknometer pada berbagai suhu

ρ Air2
T (oC)
(g/mL) Wo (g) Wz (g) Vpikno (mL)
26,00 0,9967 32,02 66,33 34,43
35,00 0,9940 31,95 66,07 34,32
40,00 0,9933 31,96 65,79 34,06

2. Penentuan 𝝆𝝆 Zat pada Berbagai Suhu

Pada metanol yang diukur di suhu ruang (26℃), hasil perhitungan massa jenis metano
dinyatakan sebagai berikut.
𝑤𝑤𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝+𝑧𝑧𝑧𝑧𝑧𝑧 − 𝑤𝑤𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
𝜌𝜌𝑧𝑧𝑧𝑧𝑧𝑧 =
𝑉𝑉𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
(60,77 − 32,02) 𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔
𝜌𝜌𝑧𝑧𝑧𝑧𝑧𝑧 =
34,43 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝜌𝜌𝑧𝑧𝑧𝑧𝑧𝑧 = 0,8351 𝑔𝑔/𝑚𝑚𝑚𝑚

Dengan cara yang sama, hasil perhitungan massa jenis zat pada berbagai suhu dapat
dinyatakan dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 5.2. Massa jenis zat

T Vpikno1 Wo Mpikno+toluena
Mtoluena (g) ρ (g/mL)
(oC) (mL) (g) (g)

26 34,43 32,02 60,77 28,7500 0,8351


35 34,32 31,95 60,43 28,4800 0,8297
40 34,06 31,96 60,45 28,4900 0,8365

T Vpikno1 Wo Mpikno+kloroform
Mkloroform (g) ρ (g/mL)
( C)
o
(mL) (g) (g)

26 34,43 32,02 82,67 50,6500 1,4713


35 34,32 31,95 82,05 50,1000 1,4596
40 34,06 31,96 81,71 49,7500 1,4608

Zat T (0 C) ρlarutan (gram/mL)


26,5 0,7864
30 0,7813
Aseton
35 0,7774
40 0,7759
26,5 0,7875
30 0,7817
Metanol
35 0,7759
40 0,7770

3. Penentuan Viskositas Zat pada Berbagai Suhu

Pada metanol dengan suhu ruang (26℃), hasil perhitungan viskositas metanol dapat
dinyatakan sebagai berikut.
̅
𝜌𝜌𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 𝑥𝑥 𝑡𝑡𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙
𝜂𝜂𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 = 𝑥𝑥 𝜂𝜂𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
̅
𝜌𝜌𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑥𝑥 𝑡𝑡𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
0,8351 g/mL 𝑥𝑥 1,74 𝑠𝑠
𝜂𝜂𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 = 𝑥𝑥 0,8640 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐. 𝑠𝑠 = 0,6561 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐. 𝑠𝑠
0,9967 g/mL 𝑥𝑥 1,92 s
Dengan cara yang sama, hasil perhitungan viskositas zat pada berbagai suhu
dinyatakan pada tabel sebagai berikut.

Tabel 5.3. Viskositas zat pada berbagai suhu

Air1 Toluena Kloroform


T (oC) ρ trata" η ρ trata" η ρ trata" η
(g/mL) (s) (cPa,s) (g/mL) (s) (cPa,s) (g/mL) (s) (cPa,s)
26 0,9967 1,92 0,8640 0,8351 1,74 0,6561 1,4713 1,58 1,0496
35 0,9940 1,63 0,7200 0,8297 1,42 0,5236 1,4596 1,40 0,9080
40 0,9933 1,53 0,6530 0,8365 1,50 0,5391 1,4608 1,44 0,9038
0 ρlarutan ηlarutan
Zat T ( C)
gr/ml mPa.s
26,5 0,7864 0,48085
30 0,7813 0,44969
Aseton
35 0,7774 0,39337
40 0,7759 0,36073
26,5 0,7875 0,61061
30 0,7817 0,58558
Metanol
35 0,7759 0,52396
40 0,7770 0,48403

4. Penentuan Nilai E dan A


Tabel 2.4. Data ln(η) terhadap 1/T

Zat T (oC) T (K) 1/T (K-1) η (cPa,s) ln(η)

26 299 3,34E-03 0,8640 -0,1462


Air 35 308 3,25E-03 0,7200 -0,3285
40 313 3,19E-03 0,6530 -0,4262
26 299 3,34E-03 0,6561 -0,4214
Toluena 35 308 3,25E-03 0,5236 -0,6471
40 313 3,19E-03 0,5391 -0,6178
26 299 3,34E-03 1,0496 0,0484
Kloroform 35 308 3,25E-03 0,9080 -0,0965
40 313 3,19E-03 0,9038 -0,1011

Toluena
0.00

-0.10

-0.20

-0.30
ln(η)

y = 1441.6x - 5.2648
-0.40 R² = 0.7963
-0.50

-0.60

-0.70
3.15E-03 3.20E-03 3.25E-03 3.30E-03 3.35E-03 3.40E-03
1/T (K-1)

Gambar 5.1. Kurva ln(n) toluena terhadap 1/T


Dari kurva diatas diperoleh persamaan garis : y = mx + c = 1441,6x – 5,2648 sehingga
dapat diperoleh nilai E dan A sebagai berikut :

𝐸𝐸 1
𝑙𝑙𝑙𝑙 𝜂𝜂 = × + ln 𝐴𝐴
𝑅𝑅 𝑇𝑇
E=m.R
E = 1441,6 . 8,314 J/mol.K
E = 11.985 J/mol

A = eC
A = e-5,2648
A = 5,1704 x 10-3

Kloroform
0.10

0.05

0.00
y = 1062.3x - 3.515
-0.05 R² = 0.9005

-0.10

-0.15
3.15E-03 3.20E-03 3.25E-03 3.30E-03 3.35E-03 3.40E-03

Gambar 5.2. Kurva ln(𝜂𝜂) kloroform terhadap 1/T

Dengan perhitungan sama, didapat nilai E dan A sebagai berikut.


E = 8.831 J/mol
A = 2,9748 x 10-2
Aseton
0
0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335
-0.2

-0.4
y = 2054.6x - 7.59

ln(n)
-0.6
R² = 0.9934
-0.8

-1

-1.2
1/T (K-1)

Gambar 5.3. Kurva ln(𝜂𝜂)Aseton terhadap 1/T

Dengan perhitungan sama, didapat nilai E dan A sebagai berikut.


E = 17.081 J/mol
A = 5,0548 x 10-4

Metanol

0
0.00315
-0.1 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335
-0.2
-0.3
y = 1673.6x - 6.0731
ln(n)

-0.4
R² = 0.9902
-0.5
-0.6
-0.7
-0.8 1/T (K-1)

Gambar 5.4. Kurva ln(𝜂𝜂) metanol terhadap 1/T

Dengan perhitungan sama, didapat nilai E dan A sebagai berikut.


E = 13.914 J/mol
A = 2,3040 x 10-3
5. Penentuan Tetapan Van der Waals

Tabel 3. Data 1/ρ dan ln(η) larutan pada berbagai suhu

ρ 1/ρ η 1/η
Zat T (oC)
(g/mL) (mL/g) (cPa.s) (cPa.s)

299 0.9967 1.0034 0.8640 1.1574


Air 308 0.9940 1.0060 0.7200 1.3889
313 0.9933 1.0067 0.6530 1.5314
299 0.8351 1.1974 0.6561 1.5241
Toluena 308 0.8297 1.2052 0.5236 1.9100
313 0.8365 1.1954 0.5391 1.8548
299 1.4713 0.6797 1.0496 0.9527
Kloroform 308 1.4596 0.6851 0.9080 1.1013
313 1.4608 0.6846 0.9038 1.1064

Toluena
1.21
1.20
1/ρ (mL/g)

1.20
y = 0.0111x + 1.1798
1.20 R² = 0.1984
1.20
1.20
1.19
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50
1/η (cPa.s)

Gambar 5.5. Kurva penentuan tetapan Van der Waals pada toluena

Dari kurva diatas diperoleh persamaan garis : y = 0,0111x + 1,1798 sehingga diperoleh
nilai tetapan Van der Waals sebagai berikut.
1 1
= 𝑘𝑘 ∙ + 𝑏𝑏
𝜌𝜌 𝜂𝜂
Dengan b adalah tetapan Van der Waals, maka :
b = 1,1798
Kloroform

0.69
0.69
y = 0.0341x + 0.6472
0.68 R² = 0.9849

1/ρ (mL/g)
0.68
0.68
0.68
0.68
0.68
0.90 0.95 1.00 1.05 1.10 1.15
1/η (cPa.s)

Gambar 5.6. Kurva penentuan tetapan Van der Waals pada kloroform

Dengan perhitungan yang sama, didapat tetapan Van der Waals = 0,6472

Aseton
1.2950
y = 0.0235x + 1.2251
1.2900
R² = 0.9117
1/ρaseton

1.2850

1.2800

1.2750

1.2700
0.0000 0.5000 1.0000 1.5000 2.0000 2.5000 3.0000
1/η aseton

Gambar 5.7. Kurva penentuan tetapan Van der Waals pada aseton

Dengan perhitungan yang sama, didapat tetapan Van der Waals = 1,2251

Metanol

1.2950
1.2900
1/metanol

1.2850
1.2800 y = 0.0387x + 1.2104
R² = 0.752
1.2750
1.2700
1.2650
0.0000 0.5000 1.0000 1.5000 2.0000 2.5000
1/η metanol

Gambar 5.8. Kurva penentuan tetapan Van der Waals pada metanol
Dengan perhitungan yang sama, didapat tetapan Van der Waals = 1,2104

7. Penentuan Galat Viskositas


%galat ƞmetanol(35 𝐶𝐶 )
| ƞmetanol literatur − ƞ metanol percobaan |
= x 100%
ƞ literatur
|0,5290− 0,585577|𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚.𝑠𝑠
= x 100%
0,5290 mPa.s

= 10,69 %

%galat ƞmetanol(40 C )
|ƞmetanol literatur − ƞ metanol percobaan|
= x 100%
ƞ literatur
|0,4700− 0,484028|𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚.𝑠𝑠
= x 100%
0,4700 mPa.s

= 2,98 %

%galat ƞ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎(30 C )
|0,3097− 0,393366|𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚.𝑠𝑠
= x 100%
0,3097 mPa.s

= 27,02 %
VIII. Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh viskositas zat dengan metode
Oswald pada berbagai suhu seperti tertera pada tabel 5.3. Nilai E (energi ambang) yang
diperoleh pada toluena, kloroform, metanol, dan aseton secara berturut – turut adalah
11.985 J/mol, 8.831 J/mol, 17.081 J/mol, dan 13.914 J/mol. Dari percobaan yang telah
dilakukan, nilai viskositas cairan menurun seiring dengan meningkatnya temperatur.

IX. Daftar Pustaka

Atkins, P.W. and Julio De Paula (2006), Physical Chemistry, 8th ed., p. 665 - 667.
Bird, Tony (1993), Kimia Fisik untuk Universitas, PT. Gramedia, Jakarta.
Castellan, G.W. (1983), Physical Chemistry, 3nd ed., p. 759 – 761.
Marsh, K.N., Ed. (1987), Recommended Reference Materials for the Realization of
Physicochemical Properties, Blackwell Scientific Publications, Oxford.
Shukla (2004), Principles of Soil Physics, Marcel Dekker, Inc., New York, p. 627 - 628.
While, Frank, M. (1988), Mekanika Fluida, edisi ke - 2, jilid 1, Erlangga, Jakarta.
X. Lampiran

Data Pengamatan

Data Viskositas Air pada Berbagai Suhu


(Sumber : Shukla (2004), Principles of Soil Physics, Marcel Dekker, Inc., New York, p. 627 - 628.)

Anda mungkin juga menyukai