Anda di halaman 1dari 46

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman, akan
menyebabkan terjadinya perubahan pola hidup di dalam masyarakat, yang
meliputi perubahan pola makan dan aktifitas fisik. Akibat dari kemajuan
teknologi, saat ini banyak tercipta alat-alat yang dapat membuat manusia
untuk beraktifitas, tanpa perlu mengeluarkan banyak energi. Hal ini
menimbulkan terjadinya penurunan aktifitas fisik pada masyarakat.
Disamping itu, saat ini juga terjadi peningkatan konsumsi makanan padat
kalori, seperti makanan cepat saji, karena sering dianggap lebih praktis
dibanding makanan dengan komposisi gizi yang seimbang. Tingginya kadar
kolesterol dalam darah umumnya berasal dari makanan yang dikonsumsi.
Makanan kolesterol diperlukan oleh tubuh untuk proses-proses tertentu bagi
kelangsungan hidup, antara lain membentuk hormon, membentuk sel, dan
memperbaiki sel saraf. Namun apabila dikonsumsi dalam jumlah berlebih
dapat menyebabkan hiperkolesterolemia yaitu meningkatnya kadar
kolesterol dalam darah.(Price, 2006).
Angka kematian akibat penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
hiperkolesterolemia semakin meningkat.(Baras,2004) Kolesterol merupakan
salah satu unsur dari lipid yang berkaitan dengan insiden Aterosklerosis dan
Penyakit Jantung Koroner.(Murray,2008) Faktor resiko lain yang
dapatmenimbulkan penyakit ini yaitu kurang aktivitas, olahraga tidak
teratur, merokok dan obesitas. (Soeharto,2006).
Banyak upaya dilakukan untuk mencegah dan mengobati
hiperkolesterolemia misalnya dengan pengaturan diet dan penggunaan obat-
obatan yang menghambat biosintesis kolesterol.(Almatser, Tan HT, 2003)
Salah satu tahapan penting dalam biosintesis kolesterol ialah pada tahap
pembentukan mevalonat yang diregulasi oleh enzim HMG-CoA

1
2

reduktase.(Murray, 2008) Dengan semakin meningkatnya enzim tersebut,


sintesis mevalonat yang merupakan prekursor kolesterol juga semakin
meningkat. Karena begitu besarnya peran HMG-CoA reduktase dalam
biosintesis kolesterol, maka banyak obat-obatan misalnya dari golongan
statin, yang ditujukan titik kerjanya sebagai HMG-CoA reduktase inhibitor,
tetapi golongan statin dapat menimbulkan reaksi alergi pada beberapa
pasien. (Koolman, 2002)
Hiperkolesterolemia dapat juga diatasi dengan pengobatan tradisional
menggunakan aneka tumbuhan yang banyak hidup di Indonesia. Usaha-
usaha yang dilakukan oleh para peneliti pangan dan gizi adalah meneliti
beberapa tumbuhan yang dapat memberikan indikasi positif dalam
penyembuhan hiperkolesterolemia.
Sekarang ini telah diteliti bahwa salah satu bagian dari tumbuhan yang
dapat digunakan sebagai obat penurun kolesterol yaitu bawang putih. Di
masyarakat luas bawang putih telah dikenal mengandung beberapa
komponen yang bisa dimanfaatkan untuk dunia kesehatan.
Diantara beberapa komponen bioaktif yang terdapat pada bawang
putih, senyawa sulfida adalah senyawa yang banyak jumlahnya. Senyawa-
senyawa tersebut antara lain adalah diallyl sulfide atau dalam bentuk
teroksidasi disebut allysin. Allysin mempunyai fungsi fisiologis yang sangat
luas, termasuk diantaranya adalah antioksidan, antikanker, antimikroba,
antiinflamasi, penurun tekanan darah dan dapat menurunkan kadar
kolesterol darah.(Tan HT, 2003)
Bawang putih (Allium Sativum) adalah tanaman yang telah diteiti
bermanfaat bagi kesehatan misalnya sebagai penurun kadar kolesterol dan
sebagai imunomodulator.(Sawitri, 2005) Selama ini penggunaan bawang
putih sebagai penurun kadar kolesterol terdapat dalam bentuk serbuk hasil
ekstrasi bawang putih dan menggunakan standar berdasarkan kadar allicin
yang di kandungnya. Namun allicin telah diteliti akan secara spontan
berubah menjadi diallyl-disulfide (DADS). DADS merupakan komponen
utama dari bawang putih. DADS telah diteliti dapat menghambat
3

HMG-CoA reduktase dengan melakukan amplifikasi terhadap AMP-


dependen kinase dan inhibisi terhadap sterol 4a-metil oksidase. Dengan
dihambatnya HMG-CoA reduktase oleh DADS, maka akan terjadi
penurunan kadar mevalonat yang merupakan prekursor kolesterol, sehingga
kadar kolesterol total pada serum diharapkan dapat menurun.(Gebhardt,
Singh, 2006).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian
bawang putih (Allium sativum) dalam menurunkan kadar kolesterol total
serum mencit yang diberi diet kolesterol tinggi.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuktikan potensi bawang
putih untuk menurunkan kadar kolesterol total, hingga dapat digunakan
sebagai landasan untuk pembuatan produk dari bawang putih untuk
mengontrol kadar kolesterol darah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah : "Bagaimana pengaruh pemberian
bawang putih (Allium sativum) terhadap kadar kolesterol darah mencit yang
diberi diet kolesterol tinggi dalam waktu 1 bulan?"

1.3 Tujuan Penelitian


1.1.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh penurunan kadar kolesterol darah pada
mencit dengan pemberian bawang putih (Allium sativum).
1.1.2 Tujuan Khusus
a. Menganalisis pengaruh pemberian minyak VCO (Virgin
Coconut Oil) dalam menaikkan kadar kolesterol darah mencit.
b. Menganalisis pengaruh pemberian bawang putih dengan dosis
6 mg untuk menurunkan kadar kolesterol darah mencit.
c. Menganalisis pengaruh pemberian bawang putih dengan dosis
12 mg untuk menurunkan kadar kolesterol darah mencit
4

d. Menganalisis pengaruh diet standar dalam menurunkan kadar


kolesterol darah pada mencit.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Membuktikan bahwa dengan pemberian bawang putih pada
penderita hiperkolesterolemia berpengaruh terhadap penurunan
kadar kolesterol.
2. Memberikan informasi yang bermanfaat untuk pembuatan
produk kesehatan dengan menggunakan bahan dasar bawang
putih untuk mengatasi kadar kolesterol tinggi dalam darah.
3. Memberikan informasi kepada masyarakat untuk
memanfaatkan bawang putih sebagai penambah khasanah
tanaman obat herbal, khususnya pada pasien
hiperkolesterolemia.
4. Memberikan landasan dan informasi yang bermakna untuk
penelitian selanjutnya.
5

1.5 Orisinalitas
Peneliti belum menemukan penelitian yang serupa dengan penelitian
ini, tetapi peneliti menemukan beberapa penelitian yang mirip dengan
penelitian ini.

Tabel 1 Orisinalitas penelitian


No Judul Penelitian Nama Metode Penelitian
Peneliti
1 Pengaruh Pemberian Ratih Penelitian ini bertujuan pengaruh
Ekstrak Bawang Merah Dwratna pemberian ekstrak bawang merah
(Allium ascalonicum) Hakim (Allium ascalonium) terhadap
Terhadap Kadar penurunan kadar kolesterol-
Kolesterol-LDL Serum LDLserum tikus wistar
Tikus Wistar Hasil: Pemberian diet kuning
Hiperlipidemia telur pada tikus wistar tidak
meningkatkan kadar kolesterol-
LDL serum tikus Wistar. Diet
ekstrak bawang merah (Allium
ascalonicumjdengan dosis
bertingkat yaitu 750mg/l ml
dan 1500 mg/2 ml tidak
menurunkan Kadar kolesterol-
LDL serum Tikus Wistar.
2 The Effect of Fresh Maha M Penelitian ini bertujuan untuk
Elmahdi B, Crushed Khalil, mengetahui pengaruh pemberian
Garlic Bulbs (Allium Afaf perasan bawang putih segar
Sativum) on Plasma Lipids Abulgasim terhadap kadar kolesterol total,
in HiperchoLesterolemic kolesterol-LDL, kolesterol-HDL,
Rats trigiserida plasma tikus Wistar
Albino hiperkoleterolemia.
6

Hasil: Pada kelompok perlakuan


I dan II yang diberi perasan
bawang putih segar dengan
konsentrasi 4% dan 8% terjadi
penurunan kolesterol total,
kolesterol-LDL, trigliserida dan
peningkatan kolesterol-HDL jika
dibandingkan dengan kelompok
tikus Wistar
albinohiperkolesterolemia.
3 Studi Efek Ekstrak Fadlina Penelitian ini bertujuan melihat
Bulbus Bawang Chany potensi ekstrak bulbus bawang
Tutih(Allium Saputri putih dan rimpang kunyit
sativum Linn) Dan terhadap kadar lipoprotein serum
Rimpang Kunyit(Curcuna tikus Wistar hiperkoleste
domestica Val) Terhadap rolemia-
Profil Lipoprotein dan diabetes
Glukosa Model Hewan Hasil: Pada pemberian Ekstrak
Hiperkolesterolemia bawang putih dosis 200
Diabetes mg/kg\berat badan, ekstrak
kunyitdosis 200mg/kg berat
badan dan kombinasi kedua
bahan uji masing-masing
200mg/kgBB didapatkan
penurunan kadar kolesterol total,
glukosa, trigliserida dan LDL
secar signifikan, sedangkan
kadar HDL tidak terpengaruh.
4 Efek Minyak AtsiriDari Arief Indra Penelitian ini bertujuan untuk
Allium sativum Dan Piper menguji efektivitas minyak atsiri
7

retrofractum Vahl Prasetya dari Allium sativum dan


Terhadap Kadar Piperretrofractum Vahl terhadap
Kolesterol kadar kolesterol total pada serum
Total (Studi Experi- tikus wistar yang diberi diet
Mental pada Serum kolesterol tinggi.
Tikus Wistar yang Diberi Hasil: Pada pemberian minyak
Diet Kuning Telur atsiri dari Allium sativum dan
Intermitten) Piper retrofractum Vahl dengan
dosis 0,05ml selama tiga minggu
pada tikus wistar jantan yang
telah diinduksi hiperlipidemia,
dapatditarik kesimpulan bahwa
minyak atsiri dari Allium sativum
Piper retrofractum Vahl
tidak berpengaruh terhadap
kadar kolesterol total serum.
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kolesterol
2.1.1. Pengertian kolesterol
Kolesterol merupakan salah satu komponen lemak yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh kita terutama untuk membentuk membran dalam
tubuh. 80 % kolesterol dihasilkan dari dalam tubuh (organ hati) dan 20 %
sisanya dari luar tubuh (zat makanan). Pengertiannya sendiri adalah sterol
eukariotik yang pada hewan tingkat tinggi merupakan precursor asam-
asam empedu dan hormone steroid serta unsure penting membrane sel
dengan mengatur fluiditas dan permeabilitasnya. Sedangkan HDL (high-
density-lipoprotein) adalah kolesterol serum yang dibawa oleh high-
density UpoproteinAebih kurang 20 hingga 30 persen dari total serum
kolesterol dan LDL (low-density-lipoprotein) adalah kolesterol serum
yang dibawa oleh low-density lipoprotein,\Qb\h kurang 60 hingga 70
persen dari total serum kolesterol.(Dorlan, 2010).
Sebagian besar kolesterol disintesis oleh hati dan jaringan lainnya,
tetapi sebagian akan diabsorbsi dari makanan dan setiap jenis kolesterol
diangkut di dalam plasma oleh lipoprotein tertentu. Kolesterol dapat
tertimbun dan menumpuk secara abnormal seperti di dalam batu empedu
dan atheroma.(Dawn B, Allan D, Colteen S, 2011).
2.1.2. Struktur kolesterol
Kolesterol mengandung 27 atom karbon. Zat ini memiliki 8 karbon
di rantai sisi alifatiknya yang bercabang dan inti steroidnya memiliki
sebuah ikatan rangkap antara karbon 5 dan 6 serta sebuah gugus hidroksil
di posisi 3. Gugus hidroksil ini dapat mengalami esterifikasi ke asam
lemak, hingga menghasilkan ester kolesterol. Esterifikasi kolesterol
menyebabkan molekul menjadi lebih hidrofobik sehingga lebih mudah
dikemas dalam partikel lipoprotein atau dalam butir lemak dalam sitosol
sel.(Dawn B, Allan D, ColleenS, 2011)

8
9

Gambar 1. Metabolisme dan Struktur Kolesterol


(Sumber. Dorlan,2010)
2.1.3. Sumber kolesterol
Kolesterol dapat dibentuk oleh sebagian besar sel di dalam tubuh dan
diperoleh dari makanan hewani. Tempat utama pembentukan kolesterol
adalah usus dan hati.Kolesterol diproduksi di dalam hati sekitar lgr/hari
kemudian akan beredar didalam darah. Biosintesis kolesterol yang paling
giat berlangsung adalah didalam jaringan hati, kemudian kulit, kelenjar
anak ginjal, dan kelenjar kelamin sedangkan dalam jaringan lemak, otot,
urat nadi, dan otak dewasa, kegiatan sintesis berada pada tingkat yang
rendah. Selain diproduksi sendiri dari tubuh, tubuh juga mendapatkan
kolesterol dari makanan yang kita konsumsi sehari-hari, terutama dari
kuning telur, kerang-kerangan seperti udang, kepiting, jeroan (usus, babat,
hati, limpa, otak, ginjal, dan jantung) serta makanan yang berasal dari susu
(mentega, keju).20
10

Karena kolesterol tidak disintesis oleh tumbuhan, sayuran dan buah


berperan penting dalam diet rendah kolesterol. Walaupun sebagian besar
jaringan hewan dapat mensintesis kolesterol yang diperlukan lebih besar
dari kolesterol yang diperoleh dari makanan.(Dawn B, Allan D, Colleen S,
2011)

2.1.4. Eks resi Kolesterol


Setelah memasuki hati, kolesterol akan diekskresikan ke dalam
vesica felleasebagai kolesterol dan asam empedu dan setiap hari tubuh
akan mengeliminasi kolesterol kurang lebih sekitar 1 gram. Separuhnya
akan diekskresikan ke dalam feses setelah dikonversi menjadi asam
empedu oleh hati, dan sisanya akan diekskresikan sebagai kolesterol.
Asam empedu yang disintesis dari kolesterol oleh hati setelah
diekskresikan akan mengalami siklus enterohepatik, yaitu direabsorbsi
oleh sel usus, sedangkan asam empedu yang tidak mengalami siklus
enterohepatik akan diekskresi bersama feses.(Murray, 2008)

2.1.5. Sintesis Kolesterol


Kolesterol di dalam tubuh manusia sebagian besar berasal dari
sintesis kolesterol dalam tubuh (700 mg/hari) dan sisanya berasal dari
makanan. Sintesis kolesterol terjadi pada semua jaringan yang
mengandung sel berinti karena yang bertanggung jawab terhadap sintesis
kolesterol ini adalah sitosol dan retikulum endoplasma sel. Hepar dan
intestinal menghasilkan 10% dari total sintesis dan intestinal menghasilkan
10% lainnya. Pada dasarnya kolesterol adalah produk metabolisme hewani
sehingga kolesterol hanya terdapat pada makanan yang berasal dari hewan
seperti kuning telur, daging, hati dan otak.
Kolesterol disintesis dari asetil-KoA. Pada awalnya 2 molekul asetil-
KoA berkondensasi membentuk asetoasetil-KoA dengan bantuan enzim-
sitosol tiolase, asetoasetil-KoA juga dibentuk dari reaksi alternatif lain
yang berlangsung di hati, yaitu dari senyawa asetoasetat yang diproduksi
oleh mitokondria pada lintasan ketogenesis. Senyawa asetoasetat ini
11

kemudian berdifusi ke sitosol dan diaktifkan menjadi asetoasetil-KoA oleh


enzim asetoasetil-KoA sintetase. Asetoasetil-KoA yang telah terbentuk,
akan berkondensasi dengan asetil-KoA lainnya untuk membentuk HMG-
KoA dan proses ini dikatalisa oleh enzim HMG-KoA sintase. Tahap
selanjutnya, HMG-KoA dikonversi menjadi mevalonat oleh NADPH
dengan dikatalisa enzim HMG-KoA reduktase. (Murray, 2008).
Mevalonat kemudian mengalami fosforilasi oleh ATP menjadi
beberapa intermediate yang terfosforilasi aktif, kemudian dengan
dekarboksiiasi akan terbentuk isopentenil difosfat yang merupakan unit
isoprenoid aktif.3 Kondensasi tiga molekul isopentenil difosfat akan
membentuk fernesil difosfat, proses ini terjadi melalui proses sebagai
berikut:
 Isomerisasi senyawa isopentenil difosfat untuk membentuk dimetilalil
difosfat.
 Dimetilalil difosfat mengalami kondensasi dengan molekul isopentenil
difosfat membentuk geranil difosfat.
 Geranil difosfat mengalami kondensasi lebih lanjut dengan isopentenil
difosfat membentuk fernesil difosfat.

Fernesil difosfat kemudian menjadi skualen melalui sebuah reaksi


dan dikatalisa oleh enzim skualen sintetase. Dengan dikatalisa oleh enzim
skualen epoksidase, skualen akan menjadi skualen 2,3-epoksida untuk
kemudian dikonversi menjadi lanosterol yang dikatalisa oleh enzim
oksidoskualen lanosterol siklase. Pada tahap terakhir, terjadi pembentukan
kolesterol dari lanosterol yang berlangsung di dalam membran retikulum
endoplasma.(Murray, 2008)
Sintesis kolesterol dikendalikan oleh pengaturan enzim HMG-KoA
Reduktase (HMG=3- hidroksi-3-metil-glutaril)
12

Gambar 2. Biosintesis Kolesterol


(Sumber.Dawn B, Allan D, Colleen S. 2011)
2.1.6. Pengangkutan kolesterol
Kolesterol adalah turunan lemak yang beredar dalam tubuh, yang
memang diperlukan tubuh, tetapi dalam jumlah sedikit. Karena tidak larut
dalam air, agar bisa diangkut kolesterol harus bergabung dengan molekul
lemak dan protein sehingga gabungan ini dinamakan lipoprotein, yang
kepadatannya berbeda-beda sesuai komposisi dan kekompakan
kandungannya yang terdiri dari kolesterol, trigliserida dan protein
sehingga dikenal adanya kolesterol berkepadatan rendah (LDL / low
density lipoprotein), dan kolesterol berkepadatan tinggi (HDL / high
density lipoprotein).
LDL dikenal sebagai kolesterol jahat, karena setelah beredar dalam
tubuh mengangkut 60-80 % kolesterol yang diperlukan tubuh, LDL akan
diserap sel-sel tubuh sebagai bahan pembuat hormon dan sel-sel tubuh.
Karena tidak semua LDL digunakan, maka sisanya terbuang dan tetap
13

mengalir dalam darah, yang karena sifat kepadatan/densitinya rendah,


kemudian menumpuk dan menempel didinding pembuluh darah, dan
menjadikan pembuluh darah tersebut menyempit, sehingga mengurangi
volume darah yang mengalir membawa nutrisi maupun oksigen keseluruh
jaringan tubuh. (Gebhardt, 2007)
Ester kolesterol di transpor oleh beberapa jenis partikel lipoprotein,
yang semuanya mmpunyai struktur tertentu. Kolesterol yang ditranspor
terdapat dalam inti nonpolar. Kelarutan partikel ini dalam air dibuat oleh
selapis permukaan lipid amfipatik (kolesterol) dengan posisi gugus
polarnya terletak di luar. Sejumlah protein, yang dinamakan
apolipoprotein, terikat pada permukaan atau terintegrasi dalam partikel.
Terdapat empat kelas utama partikel lipoprotein yaitu :
 Kilomikron mentranspor lipid (asam lemak bebas, kolesterol dan B-
monogliserida) dari makanan yang di absorpsi dari usus ke hati dan
jaringan perifer. Selama kilomikron beredar, ester kolesterol
dipindahkan ke intinya dari HDL.
 VLDL (very low density lipoprotein) membawa ester koesterol hati ke
jaringan perifer. VLDL di sekresi oleh hati. Fungsinya membawa ester
kolesterol melalui lipoprotein lipase dan sebagian besar sisanya
diubah menjadi LDL.
 LDL (low density lipoprotein) merupakan partikel lipoprotein utama
pembawa kolesterol dalam sirkulasi, mengirimkan kolesterol dari hati
ke sel-sel perifer.
 HDL (high density lipoprotein) membentuk sekelompok partikel
heterogen yang berperan pada proses yang dinamakan transpor
sentripetal kolesterol. Pada proses ini, HDL mentranspor kolesterol
yang berlebihan menjauhi jaringan perifer. (Wu Y, 2003)
HDL yang terdiri dari protein dan sedikit lemak, dikenal sebagai
kolesterol baik, karena fungsinya dapat menghancurkan kelebihan LDL
yang beredar, memperbaiki kerusakan yang ditimbulkannya, termasuk
merontokkan LDL
14

yang menempel didinding pembuluh darah.


2.1.7. Kadar Kolesterol Normal Dalam Tubuh
Tabel 2. Nilai normal kadar kolesterol di laboratorium
(Sudoyo dkk, 2006)
Klasifikasi kolesterol total, kolesterol-LDL, kolesteroI-HDL, dan
trigliserida menurut NCEP ATP III 2001 mg/dl

Kolesterol Total
<200 Optimal
200-239 Diinginkan
>239 Tinggi
Kolesterol-LPL
<100 Optimal
100-129 Mendekati optimal
130-159 Diinginkan
160-189 Tinggi
<189 Sangat Tinggi
KolesterolrHDL
<40 Rendah
>60 Tinggi
Trigliserida
<150 Optimal
150-199 Diinginkan
200-499 Tinggi
>500 Sangat tinggi
15

2.1.8. Faktor penyebab meningkatnya kolesterol darah


1. Faktor genetik
Tubuh terlalu banyak memproduksi kolesterol. Seperti kita ketahui
80 % dari kolesterol di dalam darah diproduksi oleh tubuh sendiri. Ada
sebagian orang yang memproduksi kolesterol lebih banyak dibandingkan
yang lain. Ini disebabkan karena faktor keturunan. Pada orang ini
meskipun hanya sedikit saja mengkonsumsi makanan yang mengandung
kolesterol atau lemak jenuh, tetapi tubuh tetap saja memproduksi
kolesterol lebih banyak.
2. Faktor makanan
Dari beberapa faktor makanan, asupan lemak merupakan hal yang
sangat penting untuk diperhatikan. Lemak merupakan bahan makanan
yang sangat penting, bila kita tidak makan lemak yang cukup maka tenaga
kita akan berkurang, tetapi bila kita makan lemak yang berlebihan dapat
mengakibatkan kerusakan pembuluh darah. Seperti diketahui lemak dalam
makanan dapat berasal dari daging-dagingan, tetapi di Indonesia sumber
asupan jenis lemak dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
• Lemak jenuh berasal dari daging, minyak kelapa.
• Lemak tidak jenuh terdiri dari : asam lemak omega 3, asam lemak
omega 6 dan asam lemak omega 9.
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa :
• Lemak yang berasal dari ikan disebut omega 3 dapat mencegah
terjadinya kematian mendadak yang disebabkan oleh penyakit
jantung koroner. Asam lemak omega 3 dapat menurunkan kadar
LDL kolesterol dan meningkatkan kadar HDL kolesterol serta
menurunkan risiko terjadinya bekuan dalam pembuluh darah.
• Asam lemak omega 6 yang berasal dari sayuran diduga juga dapat
mencegah penyakit jantung koroner.
• Asam lemak, omega 9 dikenal sebagai minyak zaitun, Juga
ditemukan dalam minyak goreng kelapa sawit yang telah
mengalami proses khusus.
16

• Pada sebagian besar kasus, kolesterol berasal dari makanan yang


dimakan yaitu makanan yang mengandung lemak jenuh seperti
daging hewan dan minyak kelapa.
• Lemak tidak jenuh yang terdapat pada minyak goreng apabila
digunakan untuk menggoreng dengan pemanasan yang tinggi akan
dapat merubah struktur kimianya sehingga dapat berakibat
negatif.(Soeharto, 2006)
Faktor -Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Kolesterol Plasma.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi konsentrasi plasma
adalah : Konsumsi kolesterol yang berfungsi sebagai kontrol umpan balik
instrinsik, diet tinggi lemak yang jenuh, diet lemak tidak jenuh akan
menekan konsentrasi kolesterol plasma, kekurangan insulin atau hormon
steroid akan meningkatkankonsentrasi kolesterol darah sedangkan
kelebihan hormon steroid akan menurunkan konsentrasi kolesterol
plasma.(Guyton, Hall, 2007)
2.2. Hiperkolesterolemia
2.2.1. Pengertian hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana jumlah kolesterol
dalam tubuh melebihi kadar kolesterol yang seharusnya terdapat dalam
tubuh.Kadar kolesterol normal adalah kira-kira 1,7 g/liter darah. Jika kadar
kolesterol melebihi kadar tersebut kemungkinan akan mengakibatkan
timbulnya berbagai penyakit.
Hiperkolesterolemia terjadi akibat adanya akumulasi kolesterol dan
lipid pada dinding pembuluh darah. Kolesterol merupakan molekul yang
berperan sangat penting dalam sintesis membran sel, prekusor sintesis
hormon steroid, hormon korteks adrenal, sintesis asam-asam empedu dan
vitamin D. Kolesterol terdiri atas high density cholesterol (HDL), low
density cholesterol (LDL) dan trigliserida. HDL berperan dalam membawa
kolesterol dari aliran darah ke hati. LDL berperan dalam membawa
kolesterol kembali ke aliran darah. Kolesterol yang terdapat dalam tubuh
dapatberasal dari makanan (eksogen) atau disintesis oleh tubuh (endogen).
17

Hiperkolesterolemia disebabkan kadar kolesterol melebihi 239 mg/mL


dalam darah. Untuk menanggulangi hiperkolesterolemia dapat digunakan
agen inhibitor HMG-KoA (3-hidroksi-3-metilglutaril Koenzim A),
misalnya golongan statin. (Kumar, 2007).
2.2.2. Bahaya hiperkolesterolemia
Sebenarnya tubuh manusia sudah bisa menghasilkan kolesterol
sendiri, namun karena kita sering mengkonsumsi makan-makanan yang
mengandung lemak sehingga menyebabkan seseorang kadar lemak dalam
tubuhnya sangat berlebih.Salah satu penyakit yang disebabkan oleh kadar
kolesterol yang tinggi adalah aterosklerosis atau pengerasan dari urat-urat
nadi. penyakit ini disebabkan oleh kadar kolesterol yang berlebihan dalam
darah.
Jika kadar kolesterol dalam darah melebihi nilai kadar normal, yaitu
diatas 1,7 g/liter darah maka dapat menyebabkan pengerasan pembuluh
nadi (aterosklerosis), bahkan bisa menyebabkan kematian. Hal itu bisa
terjadi karena kolesterol yang berlebih akan membentuk bekuan dan plak
yang akan menyumbat arteri dan akhirnya memutuskan aliran darah ke
jantung. Penyakit yang disebabkan kolesterol adalah aterosklerosis
(penyempitan pembuluh darah), penyakit jantung koroner, stroke, tekanan
darah tinggi.

Gambar 3. Penimbunan kolesterol dalam pembuluh darah


18

Gambar 4. Pembuluh darah yang robek oleh kolesterol yang mengeras


(Sumber. Page, Davis 1998)
2.3. Bawang Putih {Allium sativum L)
Bawang putih yang dikenal dengan nama ilmiah Allium sativum
yang merupakan tanaman umbi yang biasa digunakan sebagai salah satu
bahan rempah utama dalam berbagai masakan. Akan tetapi bawang putih
tidak hanya dikenal sebagai tanaman rempah bumbu masak, bawang putih
juga mempunyai khasiat luar biasa untuk dijadikan obat herbal.
Yang digunakan sebagai bibit bukan seluruh umbinya, namun
hanya siungnya saja. Menjelang ditanam, sekitar 1-2 hari, umbi dijemur
beberapa jam, lalu dipecah-pecah menjadi siung, usahakan agar kulit siung
tidak ikut terkelupas, kemudian dipilah-pilah berdasar atas keseragaman
ukuran siung. Bagian ujung kulit siung umumnya mengering dan menutupi
lubang tempat lewatnya tunas pertama, maka untuk mempercepat dan
mempermudah keluarnya tunas pertama perlu daerah tersebut disayat
sekitar 1/8 - 1/5 bagian.
Pemeliharaan selanjutnya sama dengan yang dilakukan pada
bawang putih, meliputi pengairan, penyiangan, penggemburan tanah,
pemupukan, pencegahan dan pemberantasan hama-penyakit. Juga kadang-
kadang (apabila dianggap perlu) perlu dilakukan penjarangan
tanaman;(Schj!eider, 1985)
Di masyarakat luas bawang putih telah dikenal mengandung
beberapa komponen yang bisa dimanfaatkan untuk dunia kesehatan.
Bawang putih mengandung fitokimia yang memiliki efektivitas yang
19

sangat baik untuk menurunkan kadar kolesterol darah. Penelitian tentang


khasiat bawang putih.(Dawn B, Allan D, Colleen M, 2011)
2.3.1. Klasifikasi ilmiah
Klasifikasi ilmiah atau toksonomi dari bawang putih adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisioon : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Asparagales
Family : Alliaceae
Subfamily : Allioideae
Genus : Allium
Spesies : A.Sativum
2.3.2. Kandungan dan Manfaat Bawang Putih
Untuk kepentingan pengobatan, tanaman Allium sativum L. telah
banyak dibudidayakan di berbagai negara. Senyawa karakteristik yang
terkandung di dalamnya adalah turunan sicstein yang berkaitan erat dengan
senyawa g-glutamil dipeptida.(Eckner,dkk, 1993)
Bawang putih mengandung 0,2% minyak atsiri yang berwarna
kuning kecoklatan, dengan komposisi utama adalah turunan asam amino
yang mengandung sulfur (aliin, 0,2-1%, dihitung terhadap bobot segar).
Pada proses destilasi atau pengirisan umbi, aliin berubah menjadi alisin.
Kandungan yang lain adalah alil sulfida dan alil propil disulfida,
sejumlah kecil polisulfida, alil divinil sulfida, alil vinil sulfoksida, trans-
Ajoen-2-vinil-[4H]-l,3-ditiin, metil-aliltrisulfida, cis-Ajoen, 3-vinii-[4H]-
1,2-ditiin, Dialiltrisulfida, adenosin.(Atal dkk, 1982) Kadar Alliin sangat
tergantung dari penyiapan simplisia (pada cara penyiapan simplisia yang
kurang baik, maka 1/4 bagian aliin akan mengalami perubahan). Bobot
jenis minyak atsiri bawang putih berkisar antara 1,046-1,057. alisin adalah
senyawa yang memberikan bau khas bawang putih. Bawang putih juga
20

mengandung saponin, tuberholosida, dansenyawa fosforus


(0,41%).(Wagner, 1884)

NH2,

CH2 = CH –CH2-S -CH2-CH-COOH CH2=CH-CH2- S -S –CH2 –CH=CH2

O O
Alli in Alli sin

Gambar 5. Rumus kimia kandungan bawang putih

Senyawa lain yang terkandung di dalam bawang putih adalah


alistatin I, alistatin II, garlisin, alil-2-propen-l-tisulfinat dan alkil-
tisulfinat.(Watt,1962) Aliin atau S-Alil-L-sistein sulfoksida C6H11N02S,
selain terkandung dalam bawang putih juga terkandung dalam bawang
merah (Allium cepa L.) dan jenis-jenis Allium lainnya. Senyawa ini berupa
hemihidrat yang tidak berwarna C6H11N02S. V2W.O bentuk jarum
tumpul yang diperoleh dari hasil rekristalisasi mengguna-kan pelarut
aseton. Jarak leburnya 164-1660C (dengan mengeluarkan gas), praktis
larut dalam air. Tidak larut dalam etanol mutlak, kloroform, aseton, eter
dan benzena. Aliin memiliki dua pusat asimetrik, hingga secara teoritis
memiliki empat isomer, dua diantaranya diturunkan dari L-Sistein dan D-
Sistein alami. Keempat isomer tersebut seluruhnya telah dapat disintesis,
dan salah satu yang identik dengan aliin alami adalah (-)-S-alil-L-sistein
sulfoksida. Senyawa ini memiliki potensi sebagai antibakteri.(Wagner,
1984)
Pemberian perlakuan enzim alinase atau juga disebut aliinase (yaitu
enzim yang sangat spesifik terhadap aliin), akan segera memecah aliin
menjadi alisin, asam piruvat dan amonia. Sebenarnya alisin bebas inilah
yang berdaya sebagai anti bakteri.
Alisin C6H10OS2 memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Alisin ini
juga terkandung dalam bawang merah. Berbentuk cairan dengan bau yang
21

khas bawang putih. Bersifat mengiritasi kulit, bila direbus atau disuling
akan mengalami dekomposisi. Indeks biasnya 1,561 (20oC), bobot jenis
1,113 (20oC). Kelarutan dalam air 2,5% w/w (lOoC). pH sekitar 6,5.
Dapat campur dengan alkohol, eter, dan benzena. Alisin merupakan
senyawa yang tidak stabil, adanya pengaruh panas air, oksigen udara dan
lingkungan basa, Alisin akan berubah menjadi senyawa polisulfida,
dialildisulfida (yang menimbulkan bau tidak enak). Alisin stabil dalam
lingkungan asam. (Wagner,1984)

Gambar 6. Rumus kimia senyawa bawang putih

Kedua struktur paling bawah sebagai senyawa asam amino baru.


Sebelah kiri (-)-N-(l'--D-frictpurampsil)-S-alil-L-sistein sulfok-sida
merupakan glikosida asam amino, sementara struktur-1,2, dan 3 di sebelah
kanan adalah asam amino.(Wagner, 1984)
Kandungan kimia dari L. yang memiliki aktivitas biologi dan
bermanfaat dalam pengobatan adalah senyawa organosulfur. Kandungan
senyawa organosulfur ini antara lain:
1. Senyawa S-ak(en)-il-L-Sistein sulfoksida (ACSOs), contohnya alii y-
glutamilsistein, senyawa yang paling banyak terdapat dalam bawang
putih. Aliin bertanggung jawab pada bau dan citarasa bawang putih,
asam amino yang mengandung sulfur, dan digunakan sebagai prekusor
22

allicin. Alliin dan senyawa sulfoksida yang lain, kecuali sikloalliin,


segera berubah menjadi senyawa thiosulfinat, seperti allicin, dengan
bantuan enzim alliinase ketika bawang putih segar dicincang, dipotong,
maupun dikunyah secara langsung.

2. Senyawa sulfur yang volatil seperti allicin. AUicin merupakan senyawa


yang kurang stabil, adanya pengaruh air panas, oksigen udara, dan
lingkungan basa, mudah sekali terdekomposisi menjadi senyawa sulfur
yang lain seperti dialil sulfida.

3. Senyawa sulfur yang larut dalam lemak seperti diallyl sulfide (DAS) dan
diallyl disulfide (DADS).

4. Senyawa sulfur larut air yang non volatil seperti S- allil sistein (SAC),
yang terbentuk dari reaksi enzimatik y-glutamilsisteine ketika bawang
putih diekstraksi dengan air. SAC banyak terdapat dalam berbagai
macam sediaan bawang putih, merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas biologis, sehingga adanya SAC dalam sediaan bawang putih
sering dijadikan standar bahwa sediaan bawang putih tersebut layak
dikonsumsi atau tidak.

Umbi bawang putih mengandung ikatan asam amino yang disebut


alliin. Bila alliin mendapat pengaruh dari enzim allinase, alliin dapat
berubah menjadi allicin. Allicin terdiri dari beberapa jenis sulfidas, dan
yang paling banyak adalah allylsulfida. Bila allicin bertemu dengan vit
BI maka akan membentuk ikatan allithiamine.
Prekursor bau bereaksi dibawah control enzim allinase yang akan
bekerja ketika jaringan segar dirusak, bersama-sama dengan itu
dibebaskan asam sulfur, ammonia, dan piruvat. Enzim tersebut terdapat
dalam vakuola, dan prekursor bau terdapat dalam sitoplasma. Aroma
bawang putih disebabkan oleh sekelompok senyawa yang mengandung
belerang. Senyawa yang dominan adalah allin (S-alil sisteinsulfoksida),
23

yang sebenarnya tidak berbau sebelum terurai menjadi allicin (dialil


sulfida) setelah jaringan rusak. (Singh, 2006)
Sosok bawang putih yang tampak sederhana ternyata
mengandung bermacam-macam zat kimia yang menimbulkan khasiat
berguna bagi manusia. Umbi dan daun bawang putih yang dapat dimakan
(edible portion) terdiri dari air, kalori, protein, lemak, karbohidrat, serat
dan juga mengandung kalsium, fosfor, zat besi. Zat kimia dan komposisi
dari umbi dan daun bawang putih dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 3. Kandungan bawang putih
Uraian Komposisi (per 100 g)
Air (ml) 60,9%
Karbohidrat 27,4%
Protein 7%
Lemak 0,30%
Serat Kasar 0,7%
Kalori 122,00 kal
Fospor 79-109 mg
Kalsium 28mg
Kalsium 26,00 mg
24

BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. KerangkaTeori
Makanan tinggi
kolesterol Angka kematian akobat
Hiperkolesterolemia Penyakit hiperkolesterolemia
Kurang aktifitas, semaikin meningkat
olahraga tidak
teratur

Pemanfaatan obat-
obatan herbal

Rimpang kunyit Bawang Putih Bawang Putih Cabai jawa (Piper


(Curcuma (Allium retrofractum vol)
demostica Val) (Allium setivum) ascalonicum)

Zat Allicin yang


berubah menjadi
DADS (diallyl-
disulfide)

Menghambat HMG-CoA reduktase dengan


amplifikasi terhadap AMP-dependen kinase
inhibisi terhadap sterol 4a-metil oksidase

Menurunkan Kadar
Kolesterol

Skema 1. Kerangka Teori

24
25

3.2. Kerangka Konsep


Vaeriable independen Variable dependen

Kadar kolesterol dalam


Bawang putih (Allium darah mencit yang
Setivium) diberi diet kolesterol
tinggi

Skema 2. Kerangka konsep

3.3. Hipotesis
Pemberian bawang putih (Allium sativum) dapat menurunkan kadar
kolesterol mencit yang diberi diet kolesterol tinggi.
26

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Ruang Lingkup Penelitian (keilmuan)


Penelitian ini termasuk dalam lingkup Farmakologi.

4.2 Waktu dan Tempat penelitian


Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 2 bulan, dilakukan
mulai dari bulan Mei hingga Juli 2013. Penelitian akan dilakukan setelah
mendapat ethical clearance dari Komite Etik Fakultas Kedokteran
Universitas Swadaya Gunung Jati. Tempat penelitian dilakukan pada
Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya
Gunung Jati.

4.3 Jenis dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian ekperimental dengan rancangan Pre
and Post Test Control Group Design yang menggunakan hewan
percobaan sebagai objek penelitian. Penelitian ini menggunakan 3
kelompok, yaitu satu kelompok kontrol dan dua kelompok eksperimental.
Penelitian dilakukan hanya pada pre dan post test, dengan
membandingkan hasil observasi kelompok kontrol dengan kelompok
eksperimental. Rancangan percobaan :

18 KT K OK
P1 OP1
OR OKT P2 OP2

Skema 3. Rancangan percobaan

26
27

Keterangan :
KT = Pemberian Diet Kolesterol Tinggi, K = Kelompok Kontrol (diberi
diet standar + kolesterol rendah), Pl = Perlakuan Pertama (diet standar +
kolesterol rendah + bawang putih dosis 6 mg), P2 = Perlakuan Kedua (diet
standar + kolesterol rendah + bawang putih dosis 12 mg),OR = Kadar
kolesterol normal setelah randomisasi, OKT = Kadar kolesterol setelah
randomisasi dari pemberian diet kolesterol tinggi, OK = Kadar kolesterol
pada K, OP1 = Kadar kolesterol pada Pl, OP2 = Kadar kolesterol pada P2.

4.4 Populasi dan Sampel


4.4.1. Populasi Penelitian
Sampel penelitian ini adalah sebagian dari populasi terjangkau
hewan percobaan mencit.

4.4.2 Sampel penelitian


Sampel penelitian ini adalah 18 ekor mencit (WHO, 1993) galur
Swiss yang diperoleh dari penjual khusus hewan penelitian yang dibagi
secara randomisasi sederhana menjadi 3 kelompok, yaitu 1 kelompok
kontrol dan 2 kelompok perlakuan eksperimental sehingga dalam setiap
kelompok terdiri dari 6 ekor mencit karena penentuan besar sampel
menurut rumus WHO yang menyebutkan bahwa jumlah sampel dalam
penelitian eksperimental menggunakan hewan coba adalah 5 ekor hewan
per kelompok perlakuan. Semuanya dikandangkan secara terpisah di
Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya
Gunung Jati Cirebon. Semua sampel penelitian dipelihara pada suhu
ruangan ± 27°C dengan siklus 12 jam terang dan 12 jam gelap.
4.4.2.1 Kriteria inklusi
1. Mencit berusia 6-9 minggu.
2. Berat badan mencit 20-35 g.
3. Kondisi sehat yaitu mencit aktif dan tidak cacat.
28

4. Tingkah laku dan aktivitas mencit normal


4.4.2.2 Kriteria eksklusi
1. Bobot mencit menurun hingga berat badannya kurang dari 20
2. Mencit mati atau drop out dalam masa penelitian.
3. Mencit mengalami diare selama penelitian berlangsung.
4. Mencit cacat selama penelitian berlangsung.
Bila ada mencit yang drop-out, diganti dengan mencit lain sesuai
kriteria inklusi, sehingga jumlah mencit sesuai dengan yang diinginkan.
4.4.3 Cara Sampling
Pengambilan sampel dilakukan secara randomisasi sederhana
untuk menghindari bias karena variasi umur dan berat badan. Randomisasi
dapat langsung diaplikasikan karena sampel diambil dari mencit jantan
yang telah memenuhi criteria inklusi sehingga dianggap cukup homogen.
4.4.4 Besar sampel
Penentuan besar sampel menurut rumus WHO, yang menyebutkan
bahwa jumlah sampel dalam penelitian eksperimental menggunakan
hewan coba adaiah minimal 5 ekor hewan per kelompok perlakuan.
Penelitian ini menggunakan 18 ekor mencit yang dibagi menjadi 3
kelompok dengan randomisasi sederhana, yaitu 1 kelompok kontrol dan 2
kelompok perlakuan eksperimental sehingga dalam setiap kelompok
terdiri dari 6 ekor mencit.

4.5 Variabel Penelitian


4.5.1 Variabel Bebas (Independent).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dosis pemberian bawang
putih (Allium sativum)
29

4.5.2 Variabel Tergantung (Dependent).


Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah penurunan kadar
kolesterol dalam darah mencit yang sebelumnya telah diberi perlakuan
diberi diet tinggi kolesterol agar kolesterolnya meningkat

4.6 Definisi Operasional Variabel


Penelitian ini memiliki definisi operasional sebagai berikut:
Tabel 3. Definisi operasional
No. Variabel Skala
1. Mencit dengan kolesterol tinggi didapatkan melalui pemberian Numerik
diet makanan mengandung kolesterol tinggi yaitu minyak VCO
(Virgin Coconut Oil) sebanyak 0,5 ml per hari selama 1 minggu
sehingga terjadi peningkatan kadar kolesterol total serum mencit,
diberikan lewat oral menggunakan sonde oral.

2. Bawang putih mumi/mentah yang diberikan kepada mencit Numerik


tanpa diekstrak atau dimasak, hanya diblender sampai halus,
dikonsumsi melalui oral mencit dengan memasukkannya
dibantu spluit, dengan dosis 6mg dan 12mg pada dua
perlakuan.

3. Kadar kolesterol mencit diperoleh dengan mengambil darah Numerik


mencit dari vena lateralis ekor dan diperiksa dengan
menggunakan alat pengukur kadar kolesterol yang biasa dipakai
pada pemeriksaan kolesterol manuasia, serta dinyatakan dengan
saruan mg/dl.

4.7 Cara pengumpulan data


4.7.1. Alat dan Bahan
a) Alat
1. Kandang mencit
2. Tempat pakan dan tempat minum mencit untuk tiap kandang
3. Timbangan digital
4. Pisau bedah/scalpel
5. Sonde oral
6. Gluco-test merk "GCU"
30

7. Cholesterol test-stripes
8. Kapas Eter
9. Beaker Glass
10. Blender
b) Bahan
1. Hewan coba berupa mencit galur Swiss, dari penjual khusus hewan
penelitian dan memenuhi kriteria inklusi. Mendapat pakan standar
dan minum secara ad libitium.
2. Bahan perlakuan berupa :
a) Minyak VCO (Virgin Coconut Oil) sebagai induksi pada
mencit untuk diet kolesterol tingginya, diharapkan agar bisa
menaikkan kadar kolesterol mencit.
b) Bawang putih murni/mentah yang diberikan kepada mencit
tanpa diekstrak atau dimasak, hanya diblender saja. Dan
dikonsumsi melalui oral.

4.7.2. Cara Pengambilan Data (Prosedur Perlakuan Sampel)


4.7.2.1 Persiapan Hewan Coba
Sebelum penelitian dimulai, terlebih dahulu dipersiapkan tempat
pemeliharaan hewan coba, yaitu kandang (bak plastik, sekam, tempat
makan, minum dan pakan mencit. Setelah itu dilakukan aklimatisasi di
laboratorium selama 1 minggu, mencit mengalami masa adaptasi.

4.7.2.2 Rumus Pengiraan Dosis


Pemberian bawang putih (Allium sativum)
Mengikuti penelitian sebelumnya (Nabilah, 2011) ekstrak bawang
putih yang diberikan pada tikus adalah dengan menggunakan dosis
200mg/kgBB. Bika diinginkan dosis absolute pada mencit dengan BB 20g
dari data dosis pada tikus 250mg/kgBB (untuk tikus dengan bobot 200g),
maka lebih dahulu dihitung dosis absolut pada tikus, yaitu (200 x 0.2) mg
= 40 mg. Dengan mengambil faktor konversi 0.14 dari table perbandingan
31

luas tubuh hewan percobaan (Laurence, 1981) dalam (Anonim, 2010)


diperoleh dosis untuk mencit (40 x 0.14) mg = 5,6mg -> 6 mg. Dengan
demikian dapat diramalkan efek farmakologis suatu obat yang timbul pada
mencit dengan dosis 6mg/ 20 gBB atau 300mg/kgBB adalah sama dengan
yang timbul pada tikus dengan dosis 200 mg/ kgBB, dari obat yang sama.
Bila setiap mencit diasumsi mempunyai berat rata-rata BB 30
gram. maka:
Dosis seekor mencit 300 mg x 30g BB = 10,5 mg
1000g BB

Dalam penelitian ini diambil dosis 6 mg/20 kgBB sebagai acuan


dosis terkecil untuk mencit dengan bobot kisaran 20-35 gram pada
penelitian ini. Sedangkan untuk perlakuan yang lainnya diambil dosis 2
kali lipatnya yaitu 12mg/ 20 kgBB untuk mengetahui pengaruh
pemberiannya dengan dosis yang lebih tinggi yaitu 2 kali lipatnya.

Pemberian diet kolesterol tinggi


Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa VCO memiliki kadar
kolesterol paling tinggi dibandingkan dengan minyak zaitun dan minyak
kelapa. Penggunaan VCO sebagai salah satu bahan pada penelitian ini
karena merupakan sumber asam lemak jenuh rantai sedang (AL JS) asam
laurat. (Khalid S, 2009)
Penelitian yang dilakukan oleh Kholsa( 1992) juga menunjukkan
bahwa diet yang mendapatkan pengurangan lemak total dengan
menurunkan kandungan asam lemak jenuh (AL J) asam laurat (Cl2: 0) dan
asam misrat (C 14: 0) srta kolesterol dapat meningkatkan kadar lemak
plasma daripada diet yang dikurangi ALJ asam palmitat (C 16: 0) dan
kolesterol.
Hewan uji yang digunakan adalah tikus jantan jenis Rattus
novergicus Strain Wistar , dengan berat badan 100-150gr . Dosis yang
diberikan untuk menaikkan kadar kolesterolnya adalah 2,5 ml/hari untuk
rerata 100gr BB.
32

Maka, jika membandingkan dengan dosis yang tertera diatas untuk


mencit dengan berat badan 20 gram.jika dibulatkan menggunakan dosis
0,5 ml /20gBB.

4.7.2.3 Prosedur Perlakuan Sampel


a) Penelitian menggunakan 18 ekor mencit dan seluruh mencit
mengalami masa adaptasi yang dikandangkan secara terpisah, diberi
pakan standar dan minuman secara ad libitium selama 1 minggu.

b) Dilakukan randomisasi sederhana, dan diambil 6 ekor mencit yang


akan diperiksa kadar kolesterol normalnya.

c) 18 ekor mencit sebagai kelompok perlakuan diberi diet standar + diet


kolesterol tinggi yaitu minyak VCO sebanyak 0.5 ml selama 1 minggu
sehingga diharapkan dapat meningkatan kadar kolesterol total serum
mencit.

d) Dilakukan randomisasi untuk dilakukan dan diambil 6 ekor mencit


yang akan diperiksa kadar kolesterolnya yang meningkat setelah
diberi diet kolesterol tinggi (minyak VCO 0,5ml/ hari)

e) Terakhir, 18 ekor mencit dibagi menjadi 3 kelompok dimana 1


kelompok terdiri dari 6 ekor mencit, yaitu :

• Kelompok kontrol : 6 ekor mencit diberi diet standar + diet kolesterol


rendah (1/3 dari perlakuan awal)

• Perlakuan 1 : 6 ekor mencit diberi diet standar + diet kolesterol rendah


(1/3 dari perlakuan awal) + bawang putih 6mg

• Perlakuan 2 : 6 ekor mencit diberi diet standar + diet kolesterol rendah


(1/3 dari perlakuan awal) + bawang putih 12mg
33

h) Dilakukan pengambilan darah dan pemeriksaan kadar kolesterol pada


18 ekor mencit setiap minggunya untuk mengetahui perubahan kadar
kolesterol.

4.8 Alur Penelitian

18 ekor mencit

Adaptasi 1 minggu

Periksa kadar kolesterol mencit (normal)

18 ekor mencit diberi diet standar + diet


kolesterol tinggi selama 1 minggu

Periksa kadar kolesterol mencit setelah diberi diet kolesteroil tinggi

6 ekor mencit diberi diet 6 ekor mencit diberi diet 6 ekor mencit diberi diet
Standar + diet kolesterol Standar + diet kolesterol Standar + diet kolesterol
rendah rendah + 6mg bawang Rendah + 12mg bawang
putih putih

Diberi perlakuan selama 4 minggu

Periksa kadar kolesterol mencit masing-masing


kelompok setelah diberi perlakuan

Skema 4. Alur penelitian


34

4.9 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS 20.00 for


windows. Penentuan uji yang digunakan, melalui langkah berikut:
a) Menentukan variable yang dihubungkan : Variabel yang
dihubungkan adalah kadar kolesterol mencit sebelum dan sesudah
pemberian ekstrak bawang putih (Allium sativum) pada 3
kelompok perlakuan.
b) Menentukan jenis hipotesis : Komparatif.
c) Menentukan masalah skala variable : Numerik.
d) Menentukan pasangan/tidak berpasangan : Berpasangan.
Langkah pertama adalah data diuji normalitasnya dengan
menggunakan uji Saphiro-Wilk dengan tingkat kepercayaan 95%.
Distribusi data dianggap normal jika p>0,05.
Bila didapatkan distribusi data normal dilakukan uji hipotesis
dengan uji T berpasangan dengan uji Paired-Samples T Test. Tes ini
dipilih karena dapat digunakan untuk membandingkan data sebelum dan
sesudah diberi perlakuan. Kemudian dapat dilihat hasilnya apakah terdapat
perbedaan yang bermakna atau tidak.
Cara pengolahan data
Tahap-tahap pengolahan data adalah sebagai berikut:
a) Tahap editing, yaitu dengan memasukkan data kedalam file
komputer.
b) Tahap cleaning data, untuk meneliti kembali kesalahan-kesalahan
yang mungkin terjadi.
c) Tahap tabulasi data, yaitu dengan menyajikan data dalam tabel
yang telah disediakan.
35

BAB V

HASIL PENELITIAN

Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah mencit jantan galur

Swiss yang diperoleh dari penjual khusus hewan penelitian. Mencit yang

digunakan dalam kriteria sehat yaitu sehat dan tidak cacat secara fisik, usianya

sekitar 6-9 minggu, berat badannya sekitar 20-35gram, aktif, lincah, banyak

gerak, makan dan minum banyak, bulu putih agak halus, jantan,testis terlihat jelas

dan tingkah laku serta aktivitas mencit normal. Jumlah sampel yang digunakan

adalah 18 mencit jantan galur Swiss dan telah memenuhi syarat besar sampel

menurut rumus WHO yang menyebutkan bahwa jumlah sampel dalam penelitian

eksperimental menggunakan hewan coba adalah 5 ekor hewan per kelompok

perlakuan. Dalam penelitian ini cara penentuan sampel dengan membagi menjadi

3 kelompok secara randomisasi sehingga masing-masing kelompok terdiri dari 6

ekor mencit jantan galur Swiss. Selama penelitian tidak ada mencit yang mati

ataupun drop out.

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas

Swadaya Gunung Jati, Cirebon. Pemilihan lokasi ini adalah kerana fasilitas untuk

proses dalam memberikan perlakuan pada mencit telah tersedia. Selain itu, di

laboratorium ini juga terdapat assistan laboratorium yang kompeten dalam

membantu mahasiswa sebagai peneliti.

Dari data hasil rerata yang didapat antara sebelum dan sesudah pelakuan

untuk setiap kelompok yaitu kelompok mencit kontrol yang tidak diberi perlakuan
36

(K), kelompok mencit yang diberi perlakuan dengan diberi bawang putih 6mg

(P1) dan kelompok mencit yang diberi perlakuan dengan diberi bawang putih 12

mg (P2). Perubahan kadar kolesterol pada ketiga kelompok tersebut dapat dilihat

pada gambar diagram dibawah ini :

Gambar 7 : Perubahan Kadar Kolesterol Mencit Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Keterangan : 1. Kelompok Kontrol, 2. Kelompok Perlakuan 1, 3. Kelompok

Perlakuan 2

Pada gambar di atas, dapat dilihat secara deskriptif terdapat kenaikan pada

kelompok kontrol (K) tidak diberi perlakuan dan hanya diberi diet standar saja.

Sedangkan terjadi penurunan pada kelompok mencit P1 dan kelompok mencit P2

setelah diberi masing- masing perlakuan selama 4 minggu.


37

Dari grafik diatas, diperoleh rerata Kelompok K menunjukkan adanyanya

kenaikan kadar kolesterol mencit sebanyak 4,00mg/dl, kelompok P1 menunjukkan

adanya penurunan kadar kolesterol mencit sebanyak 3,00 mg/dl dan rerata P2

menunjukkan penurunan kolesterol mencit sebanyak 3,83 mg/dl.

Pada tabel dibawah ini diperoleh pada kelompok P1 rerata kadar kolesterol

setelah diberi perlakuan lebih rendah (146±24.84) dibandingkan rerata kadar

kolesterol sebelum diberi perlakuan (149±24.306). Begitupun pada kelompok P2

didapatkan rerata kadar kolesterol setelah diberi perlakuan lebih rendah

(145±9.570) dibandingkan rerata kadar kolesterol sebelum diberi perlakuan. Hal

itu berarti terjadi penurunan kolesterol pada kelompok P1 dan P2.

Bilangan Rerata Kadar Kolesterol (mg/dl)

Kelompok Sampel (n) Sebelum Sesudah Presentase

(mean±SD) (mean±SD)

K 6 148.67±18.737 152.50±18.042

P1 6 149±24.306 146±24.84

P2 6 148.16±10.703 145±9.570

Tabel 4 : Hasil Perhitungan Rerata Kadar Kolesterol Pada Tiap Kelompok Mencit

Berdasarkan uji Saphiro-Wilk (sampel <30) didapati keenam kelompok

berdistribusi normal karena nilai sigma (p> 0,05) sehingga digunakan rerata

(mean) sebagai ukuran pemusatan dan standar deviasi untuk ukuran penyebaran.
38

Data dilanjutkan dengan deskripsi data rerata kadar kolesterol sebelum dan

sesudah intervensi pada masing- masing kelompok dapat dilihat pada Tabel 1 dan

2, Lampiran 3.

Karena distribusi data normal, maka dilanjutkan dengan uji statistik

Compare Means dengan uji Paired-Samples T Test. Uji tes ini dipilih karena yang

dibandingkan adalah nilai sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Dari hasil uji

statistik Paired-Samples T Test didapatkan hasil yang signifikan dari ketiga

kelompok tersebut yaitu kelompok K, kelompok P1, dan kelompok P2 didapatkan

perbedaan bermakna secara statistik (p<0,05). Dapat dilihat pada Tabel 4, 5, 6 di

Lampiran 3 dan Tabel dibawah ini :

Kelompok Kadar Kolesterol Kadar Kolesterol P

Mencit Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan

K 148.67+ 1.46 152.50+ 1.48 .048*

P1 149.000+ 1.58 24.8435+ 1.60 .030*

P2 148.1667 +1.62 145.000+1.85 .026*

Rerata + Simpang Baku *Uji T-berpasangan

Tabel 5. Nilai Kadar Kolesterol Mencit Dalam Tiga Kelompok


39

BAB VI

PEMBAHASAN

Pemberian pakan minyak juga dapat meningkatkan kolesterol darah. Pada

penelitian sebelumnya diketahui bahwa VCO memiliki kadar kolesterol paling

tinggi dibandingkan dengan minyak zaitun dan minyak kelapa. Sebagaimana telah

dilakukan penelitian sebelumnya, penggunaan VCO sebagai salah satu bahan pada

penelitian ini karena merupakan sumber asam lemak jenuh rantai sedang (AL JS)

asam laurat.

Penelitian yang dilakukan Kholsa menyatakan adanya peningkatan

bermakna pemberian VCO selama 4 minggu. Hewan uji yang digunakan adalah

tikus jantan jenis Rattus novergicus Strain Wistar dengan berat badan 100-150gr .

Dosis yang diberikan untuk menaikkan kadar kolesterolnya adalah 2,5 ml/hari

untuk rerata 100gr BB. Sehingga pemberian minyak VCO selama 1 minggu

dengan dosis 0,5ml/20gBB belum mampu menaikkan kadar kolesterol mencit.

Sedangkan pada penelitian didapatkan hasil yang tidak bermakna pada

kadar kolesterol mencit setelah diberi diet kolesterol tinggi dengan VCO. Dapat

dilihat pada grafik gambar 7, terjadi sedikit penurunan pada rerata kadar

kolesterol pada mencit. Hal ini disebabkan karena waktu pemberian VCO yang

terlalu singkat yaitu 1 minggu, ternyata tidak terjadi peningkatan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakana pada

kelompok perlakuan yang diberi bawang putih 6mg dan 12mg pada minggu ke 4.

Antara kelompok OKT (Kadar kolesterol mencit yang diberi diet kolesterol
40

tinggi) dengan kelompok OK (Kadar kolesterol mencit yang hanya diberi diet

standar) tidak didapatkan perbedaan bermakna. Sedangkan, antara kelompok OKT

(Kadar kolesterol mencit yang diberi diet kolesterol tinggi) dengan kelompok OP1

(Kadar kolesterol mencit yang diberi bawang putih 6 mg) dan OP2 (Kadar

kolesterol mencit yang diberi bawang putih 12 mg) terdapat perubahan yang

bermakna.

Setelah dilakukan uji One Way Anova, pemberian bawang putih dapat

menurunkan kadar kolesterol secara signifikan. Hal ini disebabkan karena diantara

beberapa komponen bioaktif yang terdapat pada bawang putih, senyawa sulfida

adalah senyawa yang banyak jumlahnya. Senyawa-senyawa tersebut antara lain

adalah diallil-sulfida atau dalam bentuk teroksidasi disebut dengan allicin, yang

mempunyai fungsi yang sangat luas, termasuk menurut Nur Asda dkk mengatakan

bahwa kandungan allicin yang terdapat pada bawang putih dapat menurunkan

kolesterol darah dengan cara mengontrol kerja enzimHMG CoA reduktase,

sehingga sintesa kolesterol di dalam liver seimbang. Terlihat selama penelitian

berlangsung, setelah diberi perlakuan (bawang putih) mencit terlihat lebih lemas

dan kurang aktif.

Penelitian ini menunjukkan hasil signifikan yang sesuai dengan hipotesis awal

yaitu bawang putih dapat menurunkan kadar kolesterol darah mencit. Lain

dengan kelompok kontrol yang tidak diberi bawang putih, tapi hanya diberi diet

standar saja ditambah dengan diet kolesterol yang dosisnya lebih rendah, tidak

terjadi penurunan kadar kolesterol. Padahal di awal, peneliti mengharapkan bisa

terjadi penurunan kolesterol dengan sendirinya tanpa diberi bawang putih. Hal
41

ini disebabkan juga karena tetap diberikannya diet kolesterol rendah (VCO) pada

mencit walaupun dosisnya dikurangi.

Disamping penelitian ini menunjukkan hasil yang signifikan, jika dilihat dari

adanya dosis yang bertingkat yaitu 6mg dan 12mg, dapat disimpulkan bahwa

tidak ada perbedaan yang berarti dari efek yang ditimbulkan terhadap kadar

kolesterol. Pemberian bawang putih dengan dosis 12 mg tidak menunjukkan efek

yang berbeda jauh dengan pemberian bawang putih dengan dosis 6mg,

begitupun sebaliknya.

Pada penelitian yang dilakukan penelitian lain ekstrak bawang putih yang

dilakukan adalah pembuatan ekstrak sederhana yang memungkinkan zat- zat aktif

yang diperlukan dalam metabolisme kolesterol tidak bekerja semaksimum

mungkin.
42

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, dapat ditarik

kesimpulan bahwa :

1. Terjadi pengaruh yang bermakna terhadap penurunan kadar kolesterol

darah mencit yang diberi diet bawang putih (Allium sativum).

2. Terdapat perbedaan efek yang bermakna antara pemberian bawang putih

dengan dosis 6mg dan 12 mg.

7.2 Saran

Saran peneliti untuk penelitian selanjutnya adalah:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memperhatikan durasi

waktu pemberian ekstrak bawang putih (Allium sativum) yang lebih lama

untuk mendapatkan efek yang lebih besar dalam menurunkan kadar

kolesterol

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan dosis

bertingkat yang perbandingan dosisnya lebih diperhatikan, sehingga

mendapatkan perbedaan efek yang lebih besar dari dosis-dosis yang

diberikan.

3. Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan senyawa murni bawang

putih yang diketahui dapat menurunkan kadar kolesterol agar tidak


43

terpengaruh dengan senyawa- senyawa lain sehingga mendapatkan efek

yang lebih besar pula.


44

DAFTAR PUSTAKA

Price. Sylvia A., Lorraina, MW. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis


Proses-proses Penyakit edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta
Baraas F. 2004. Mencegah serangan jantung dengan menekan kolesterol.
Yayasan Kardia Iqratama: Jakarta
Murray. RK.. Granner, DK., Mayes, PA., Rodwell, VW., Bani, AP,
Sikurnbang, T., editors. Biokimia Harper 25lhed. EGC: Jakarta
Kumar. V., Cotran, RS, dkk. 2007. Buku ajar patologi, vol. 2. 7ih ed.
Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Soeharto 1. 2006. Penyakit jantung koroner dan serangan jantung:
Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Almatsier S. 2002. Prinsip dasar ilmu gizi. Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta
Tan HT,. Rahardja K. 2002. Obat-obat penting : khasiat, penggunaan, dan
efek-efek sampingnya 5th ed. Elex Media Komputindo: Jakarta
Koolman J., Rohm, KH., Sadikin M., editor. 2003. Atlas berwarna dan
teks biokimia.Hipokrate: Jakarta
Sawitri E. (2005) Pengaruh ekstrak bawang putih (Allium sativum)
terhadap daya tahan meneit balb/c yang diinlcksi listeria
monocytogenesis. Media Medika Indonesiana
Gebhardt R. Inhibition of cholesterol biosynthesis by garlic compounds
[cited 2012 Oktober 11]. Available from
:URL:http://www.garlic.mistral.co.uk/inhibit.htm
Wu Y, James M, Bimbaum MJ. Role of AMP-activated protein kinase in
cyclic-AMP-dependent lipolysis in 3T3-L1 adipocytes. The Journal
of Biological Chemistry [serial online] 2003 Aug [citiccd 2012 Okt
10]. Available from : URL:http://www.jbc.org
45

Singh DK, Porter TD. Inhibition of sterol 4a-methyl oxidase is the


principal mechanism by which garlic decreases cholesterol
synthesis. The Journal of Nutrition [serial online] 2006 Mar [cited
2012 Okt 11]; 136(3); 7595. Available from :
URL:http://\vww.jn.nutrition.org/cgi/content/ful 1/136/3/7595
Schneider, G, Pharmazeutische Biologie 2. Aufl. BI-Wissenschaftsverlag
Mannheim, 1985
Plantamor. Informasi Spesies Allium sativum [cited 2012 Oktober 11].
Available from http://www.plantamor.com/index.php?plant=60
F.ckncr MM.. CA.I. Erdclmcicr O. Sticher, and H.D. Renter, " A Nover
Aniino Acid Glycoside and Three Amino Acids from Allium
sativum L."., J. Nat. prod.. Vol. 56.. No. 6, 1993 Atal CK., &amp;
BM. Kapur, Cultivation and Utilization of Medicinal Plants.,
Regiolan Research Laboratory., Council of Scientific &amp;
Industrial Research., Jammu-Tawi., India. 1982.
Wagner. H.S. Bladt, EM. Zgainski. Plant Drugs Analysis,:A Thin Layer
Chromatography Atlas., Springer-Verlag.,Berlin, 1984.
Watt J.M., &amp; M.G. Breyer-BrandWijk, The Medicinal and Poisonous
Plants of Southern and Eastern Africa., 2nd Ed., E.S. Livingstone
Ltd. London. 1962.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibarata M, Setiati S, Editor.
2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Jilid III. Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI: Jakarta
Marks B Dawn, Marks D Allan, Smith M Colleen. 2011 Biokimia
Kedokteran Dasar, Sebuah Pendekatan Klinis. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta
A.C Ciuyton & J.E Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi II.
Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
World Health Organization. Research guidelines for evaluating the savety
46

and efficacy of herbal medicines. Manila : World Health Organization


Regional Office for The Western Pacific 1993
Dorland, W.A Newman. 2010. KAMI IS KEDOKTERAN DORIAN Edisi
31. Penerbit Ruku Kedokteran EG C: Jakarta
Witradharma T.W, Lipoeto I.N, Swiyanti A, Pengaruh Konsumsi Berbagai Jenis
Asam Lemak Terhadap Indikator Kejadian Aterogenesis Pada Tikus
Wistar Jantan Strain Wistar/2010
Nabilah Siti. Pengaruh Ekstrak Bawang Putih {Allium sativum) terhadap kadar
kolesterol mencit {Mus Musculus L.Strain DDW) Yang
Diinduksi Alloxan. Università Sumatra Utara. 2011
Hartoyo A, Muchtadi D, Astawan M, Dahrulsyah, Winarto Adi; J. Teknol.
dan IndustriPangan. Pengaruh Ekstrak Protein Kacang Komuk (Lablab
Purpureas (L.) Sweet) Pada Kadar Glukosa Dan Profil Lipida Serum
Tikus Diabetes. Vol. XXII No. 1. 2011
Kholsa, P. and K.C. Hayes, 1992. Comparison Between The Effect of Dietary
Saturated (¡6:0), monounsaturated (18:1) and Polyunsaturated (18:2)
Fatty Acid on Plasma Lipoprotein Metabolism in Cebus and Rhesus
Monkeys Fed Cholesterol Free Diet. American Journal of Clinical
Nutrition

Anda mungkin juga menyukai