Ancaman terhadap Pancasila dari tahun ke tahun bukannya semakin
berkurang melainkan semakin bertambah dan semakin parah. Salah satu contoh riil dari ancaman terhadap Pancasila ialah radikalisme. Apa itu Pancasila ? Pancasila adalah suatu ideologi dan dasar negara Indonesia yang menjadi landasan dari semua keputusan bangsa serta mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia. Pancasila dapat terbilang sebagai dasar negara yang mengatur pemerintahan negara dalam mengatur negara Indonesia dan mengedepankan semua yang berkaitan dengan seluruh wilayah Indonesia. Kata “Pancasila” berasal dari bahasa Sansekerta India (dalam kasta Brahmana), yakni “Panca” yang berarti lima serta “Sila” yang berarti prinsip atau dasar. Sehingga secara harfiah, Pancasila dapat diartikan sebagai lima dasar ataupun lima prinsip. Apa itu radikalisme ? radikalisme ialah suatu ideologi (suatu ide ataupun gagasan) dan paham yang ingin melakukan perubahan terhadap sistem sosial dan politik dengan menggunakan cara-cara yang cukup ekstrim atau bahkan hingga sampai menggunakan kekerasan. Istilah “Radikal” dikenal pertama kali oleh Charles James Fox pada tahun 1979. Menurut Kartodirjo pada tahun 1973, radikal ialah suatu usaha bersama untuk mengubah status-quo (Collins Dictionary of Sociology, 1991). Sedangkan gerakan sosial radikal adalah gerakan yang menolak secara menyeluruh suatu norma ataupun nilai sosial yang sedang berlaku dan ditandai oleh kebencian moral yang kuat untuk menentang dan bermusuhan dengan kaum yang punya hak-hak istimewa serta yang berkuasa. Menurut Anthony Giddens pada tahun 1994, radikalisme ialah suatu paham atau geralan yang mengambil sesuatu hingga ke akarnya (taking things by the roots). Dalam paham Anthony Giddens, menjadi radikal berarti memiliki wawasan tertentu untuk melepaskan diri dari pengaruh masa lalu. Radikalisme yang terjadi pada saat ini di Indonesia ialah keinginan beberapa warga negara untuk mengubah bentuk negara Indonesia yang awalnya berbentuk republik, atau yang biasa terdengar “Negara Kesatuan Republik Indonesia” menjadi negara khilafah. Apa itu negara khilafah ? khilafah dapat diartikan sebagai sebuah sistem pemerintahan yang tidak terbatas pada satu negara melainkan menyeluruh hingga ke negara-negara lainnya yang memiliki satu kepemimpinan dengan hukum yang berdasarkan atas syariat islam. Khilafah ini adalah upaya radikalisme yang sudah ada sejak jaman pra- kemerdekaan. Gerakan perjuangan pengubahan negara Indonesia menjadi negara khilafah tak kunjung memudar semenjak kekhilafahan di Turki pada tahun 1924 yang pada saat itu dipimpin oleh Ottoman.
Siapakah atau adakah contoh dari suatu gerakan yang melakukan
radikalisme ? ada, dan gerakan tersebut ialah HTI. Apa itu HTI ? HTI memiliki kepanjangan yakni Hizbut Tahrir Indonesia, HTI sudah memperjuangkan paham khilafah di Indonesia sejak dari 20 tahun yang lalu. Hizbut Tahrir adalah gerakan yang sudah ada sejak tahun 1953 dan didirikan oleh Taqiuddin Al-Nabhani, seorang akademisi yang ada di Mesir dan berasal dari Palestina. Hizbut Tahrir memiliki cita-cita untuk mendirikan negara dengan kepemimpinan Islam yang membentang dari ujung barat di Maroko, Afrika Utara hingga ujung timur Filipina Selatan. Contoh lain dari gerakan yang melakukan radikalisme dapat kita lihat dengan adanya kelompok ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) yang melakukan teror terhadap beberapa negara di dunia dengan membawa atau menyebutkan simbol-simbol agama Islam dalam setiap aksi teror mereka. Tindakan ISIS dan dukungan dari sebagian kecil umat Islam terhadap ISIS pada saat ini semakin membuat sebagian masyarakat dunia menganggap ISIS merupakan gambaran dari ajaran Islam. Namun, tentu saja hal itu tidak benar adanya karena sebagian besar umat Islam justru membenci tindakan keji yang dilakukan oleh ISIS. Hal yang dilakukan ISIS itu bukan dilakukan kepada selain umat Islam namun juga dilakukan kepada sesama umat Islam yang tidak sepemikiran dengan mereka. Salah satu upaya untuk mengurangi ancaman terhadap Pancasila dapat dilakukan dengan menjaga serta menguatkan nilai-nilai Pancasila di masyarakat, terutama pada generasi muda. Hal ini dapat dilakukan dengan tiga hal yaitu melalui pendekatan budaya, internalisasi di semua level pendidikan, dan penegakan hukum terhadap hal-hal yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila.