Anda di halaman 1dari 7

BAB 2

TEORI
A. Pengertian Hijrah
Kata hijrah berasal dari Bahasa Arab, yang berarti meninggalkan,
menjauhkan diri dan berpindah tempat. Dalam konteks sejarah hijrah, hijrah
adalah kegiatan perpindahan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw
bersama para sahabat beliau dari Mekah ke Madinah, dengan tujuan
mempertahankan dan menegakkan risalah Allah SWT, berupa akidah dan
syari’at Islam.
Dengan merujuk kepada hijrah yang dilakukan Rasulullah Saw tersebut
sebagian ulama ada yang mengartikan bahwa hijrah adalah keluar dari “darul
kufur” menuju “darul Islam”. Keluar dari kekufuran menuju keimanan.
Umat Islam wajib melakukan hijrah apabila diri dan keluarganya terancam
dalam mempertahankan akidah dan syari’ah Islam (Surana, 2015).
Perintah berhijrah terdapat dalam beberpa ayat Al-Qur’an, antara lain: Qs.
Al-Baqarah 2:218).
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan
berhijrah di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”

“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan
orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada
orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman.
Mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia.
(Qs. Al-An’fal, 8:74)

“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan
harta benda dan diri mereka adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah dan itulah
orang-orang yang mendapat kemenangan
(Qs. At-Taubah, 9:20)
Hijrah merupakan kata yang tidak asing dalam masyarakat Indonesia. Kata
tersebut berasal dari bahasa Arab yakni Hajara Yahjuru Hajran yang berarti
memutuskan hubungan. Lalu kata tersebut merupakan lawan atau antonim dari
al-Wasl yang berarti menyambung. Pada kamus tersebut dijelaskan mengenai
makna hijrah berarti al-Khuruj Min Ard Ila Ard yang berarti berpindah dari satu
tempat ke tempat lain. Kemudian menurut Rohi Baalbaki dalam kamus
dwibahasa al-Mawrid kata hijrah berarti to emigrate, to immigrate, to migrate,
Leave one’s native country atau melakukan migrasi, emigrasi juga imigrasi atau
meninggalkan negeri asalnya. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) terdapat dua pengertian mengenai hijrah yakni perpindahan
Nabi Muhammad Saw dari Mekah ke Madinah untuk menghindari tekanan
kaum Qurasiy dan berpindah atau menyingkir untuk sementara waktu dari satu
tempat ke tempat lain.

B. Sejarah Hijrah
Secara sosiologis historis, terdapat beberapa faktor yang
melatarbelakangi hijrah Nabi, yaitu antara lain didahului dengan adanya baiqat-
baiqat (janji-janji setia) yang diikuti oleh orang-orang dari Madinah (waktu itu
namanya Yatsrib, yang dalam naskah-naskah Yunani kuno dikenal sebagai
Yathroba). Tidak banyak yang diketahui oleh orang-orang luar mengenai
Arabia, karena Arabia memang merupakan daerah yang tidak begitu menarik
bagi bangsa-bangsa lain. Karena itu tidak ada usaha untuk menaklukkan daerah
tersebut. Orang Arab sendiri menyadari hal itu, karenanya disebut Jazirah.
Dalam bahasa Arab, Jazirah itu bukan semenanjung, tetapi pulau.
Orang Arab menyebut negerinya sebagai pulau karena dari tiga jurusan
dikelilingi oleh laut yaitu Laut Merah, Lautan Arabian dan Teluk Persi. Tetapi
yang di utara itu bukan lautan air melainkan lautan pasir yang sulit sekali
diterobos, terutama gurun pasir Syria atau dalam bahasa Arab (Wadiah al-
Syam). Daerah itu memang terkenal kejam sekali sehingga tidak mudah
diterobos oleh orang-orang dari luar. Karena itu jazirah Arab, dalam sejarahnya,
hanya mengirim orang keluar dan sedikit sekali orang yang masuk.
Dalam sejarah dibuktikan bahwa bangsa-bangsa Semitik kuno seperti
bangsa Asyria, bangsa Babilonia, bangsa Kanaan dan sebagainya, sebetulnya
berasal dari jazirah Arabiah. Mereka disebut Arab karena selalu berpindah-
pindah. Jadi Arab itu memang artinya berpindah-pindah, dari perkataan
“Ibrani”, ‟Ibrun”, ‟Abara” yang artinya juga menyeberang. Dalam bahasa Arab
memang sering terjadi perpindahan suku kata tetapi mempunyai makna yang
sama atau asalnya bermakna sama yang disebut ”tashrif kabir”. Misalnya, kata
‟Ilm (dari huruf ayn, lam dan mim), itu satu akar kata dengan amal (dari ‟ayn,
mim dan lam), sebab antara ilmu dan amal itu terkait. Demikian juga Arab
dengan Ibrani. Ibrani itulah yang lalu menjadi Hebrew, menjadi orang Yahudi.
Jadi orang-orang Bani Israil disebut Hebrew atau Ibrani karena mereka suka
mengembara.
Bahkan ada pendapat dari sebagian ahli sejarah bahwa kata Ibrahim
berasal dari Abram, yang artinya orang yang menyeberang, orang yang
mengembara. Memang Nabi Ibrahim itu mengembara dari Babilonia ke
Mesopotamia Utara, kemudian belok ke Selatan ke Kanaan. Pandangan seperti
ini penting diketahui untuk sampai pada pemahaman mengapa, misalnya, Nabi
Muhammad hijrah ke kota sebelah utara yaitu Yatsrib, lalu dengan strategi baru
beliau berhasil menghimpun kekuatan orang-orang Arab dan kemudian terjadi
apa yang dalam istilah para ahli sejarah disebut (Arab explosion) atau ledakan
orang Arab. Stoddard dalam bukunya yang berjudul Bangkitnya Bangsa-
bangsa Berwarna mengatakan bahwa Nabi Muhammad seolah-olah mengubah
padang pasir Timur Tengah menjadi mesin yang dia sulut dari Madinah dan
meledaklah ke seluruh penjuru Timur Tengah. Sebab tidak lama setelah
Rasulullah pindah ke Madinah, dalam tempo 10 tahun beliau menjadi tokoh
yang paling sukses dalam sejarah umat manusia. Michael Hart, seorang
wartawan Amerika yang menulis buku tentang 100 tokoh itu, kalau dilihat
efeknya, maka Muhammad-lah yang paling berpengaruh di dalam sejarah umat
manusia.
Efek itu ada terutama karena kepindahan Nabi Muhammad dari Makkah
ke Yatsrib. Kalau diingat bahwa Nabi di Makkah selama 13 tahun tanpa hasil
yang mengesankan, bisa dikatakan bahwa beliau belum sukses. Diantara ahli
tafsir ada yang mengatakan bahwa Nabi pernah sedih karena hasil yang kurang
sukses itu, sehingga turun surat al-Dhuha, maka Allah menegur sekaligus
menghibur Nabi. Secara historis kemenangan yang dijanjikan oleh Allah itu
terealisir setelah 10 tahun di Madinah. Karena itu, bukanlah akhirat lebih baik
dari pada dunia, tetapi dalam bahasa sekarang, ‘yang jangka panjang itu lebih
baik dari pada yang jangka pendek‘. Jadi ini suatu peringatan kepada Nabi
seolah-olah Allah mengingatkan, Hai Muhammad, mungkin bahwa kamu gagal
dalam jangka pendek, tetapi kalau kamu berjuang terus, maka dalam jangka
panjang kamu akan berhasil. Hal ini dapat diambil pelajaran yang penting,
dimana pada umumnya manusia itu tidak tahan berpikir panjang dan selalu
ingin cepat berhasil (instant success). Itulah salah satu hal yang bisa ditarik dari
pelajaran hijrah. Yang mengingatkan manusia jangan sampai terjebak pada hal-
hal yang bersifat jangka pendek dan melupakan yang bersifat jangka panjang.
Ada ungkapan ”you may loose the battle but you should win the war (kamu
boleh kalah dalam pertempuran, tetapi harus menang dalam peperangan). Sebab
perang itu merupakan jumlah dari pertempuran-pertempuran (Ibrohim, 2016).
Jika melihat peristiwa tersebut dipahami bahwa Hijrah tidak semata
mata murni urusan agama. Hal ini diketahui bahwa perintah hijrah Nabi Saw.
kepada para sahabat ke Habasyah tahun 615 M bertujuan untuk mencari suaka
politik bagi kaum Muslim. Ada pun yang berhijrah ke negeri tersebut adalah
tokoh-tokoh penting dalam bangsa Quraisy seperti Usman bin Affan, Ja’far bin
Abi Thalib, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan lain-lain. Negeri
tersebut dipilih oleh Nabi Saw karena beberapa sebab sebagai berikut :
a) Letak geografis yang jauh dari Mekah sehingga tidak ada control kuat dari
kaum Quraisy.
b) Pemimpin negeri tersebut terkenal akan keadilannya dalam memimpin.
Sehingga dari sebab di atas Nabi Saw. pun memilih tempat itu untuk para
sahabat yang akan berhijrah. Pada masalah ini pun Nabi Saw. pun telah
melihat peluang hijrah melalui pengamatan tempat hijrah yang terbaik bagi
para sahabat. Kemudian hijrah terjadi kembali tahun 622 M. Hijrah ini tidak
lagi ke Habasyah melainkan ke Madinah. Kota tersebut dipilih berdasarkan
pertimbangan Nabi Saw. sebagai berikut :
a) Madinah membuka pintu lebar untuk menyambut kedatangan Nabi
Saw.
b) Kekhawatiran penduduk Mekah jika banyak yang berhijrah ke
Madinah, sehingga berbagai cara dilakukan untuk menghalangi
hijrahnya kaum Muslimin. Jika hal ini terus menerus terjadi maka jalur
perniagaan penduduk Mekah ke Syam akan dikuasai oleh kaum
Muslimin.
c) Kondisi jalan antara Mekah dan Madinah banyak terdapat rintangan.
d) Kondisi geografis padang pasir yang sulit untuk dilalui kendaraan serta
sulitnya air yang didapat.
e) Kondisi masyarakat Arab yang ada di padang pasir dan arah jalan yang
belum bisa dipastikan

C. Hukum Hijrah
Setelah membahas mengenai pengertian hijrah dan sejarah hijrah, maka
akan dibahas mengenai hukum hijrah yakni wajib, mandub, mubah, dan haram.
Selain itu juga dijelaskan mengenai posisi wanita yang berhijrah juga
hukumnya.
a) Hijrah Wajib
Pada masalah pertama yakni hijrah yang wajib. Hijrah ini
diwajibkan dari Dar al-Harb atau negeri yang dalam kondisi darurat ke
Dar al-Islam atau negeri yang menegakkan aturan Islam. Permasalahan ini
terdapat dalil Alquran sebagai berikut yang artinya
Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan
menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: "Dalam keadaan
bagaimana kamu ini?". Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang
tertindas di negeri (Mekah)". Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu
luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". Orang-orang itu tempatnya
neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk.
b) Hijrah mandub
Pada hijrah kedua dijelaskan mengenai hijrah ke negeri non Muslim
tetapi terdapat jaminan kebebasan beragama. Menurut Ibn Qudamah
sebagaimana dikutip oleh Jazuli bahwa dalam masalah hijrah yang
dilakukan manusia terdapat tiga tipe, salah satunya adalah hijrah ke negeri
non Muslim tetapi dapat menjalankan tuntunan agamanya tanpa ada
rintangan. Jika melihat hal tersebut bukanlah wajib tetapi mandub.
c) Hijrah mubah
Pada tipe ketiga yakni hijrah mubah yakni hijrah yang tidak
diwajibkan kepada orang yang tidak melakukannya. Maksudnya hijrah
tersebut tidak wajib bagi orang-orang yang tidak mampu karena sakit,
lanjut usia, wanita, dan anak-anak serta orang yang tidak mengetahui jalan.
d) Hijrah Haram
Pada tipe terakhir maksdunya adalah berhijrah dari negeri Islam
menuju negeri kafir. Hijrah ini dimaksudkan karena loyalitas dan
membantu menolong kaum kafir. Jika terjadi hijrah semacam ini
hukumnya haram.
DAFTAR PUSTAKA
Ibrohim, bustomi, (2016), Memaknai Momentum Hijrah, Jurnal Ilmiah Pendidikan
10, 65-74
Surana, dedih, 2015, Makna Hijrah dalam Kehidupan Seorang Muslim,
http://www.dakta.com/news/2947/makna-hijrah-dalam-kehidupan-seorang-muslim,
12 mei 2019, 18.08 WIB

Anda mungkin juga menyukai