I. PENDAHULUAN
Aliran sungai merupakan agent yang sangat penting dari erosi karena sangat
berperan dalam membentuk bantang alam dari hampir semua permukaan daratan
dan merupakan proses geologi yang sangat signifikan. Pola pengaliran adalah
rangkaian bentuk aliran-aliran sungai pada daerah lemah tempat erosi mengambil
bagian secara aktif serta daerah rendah tempat air permukaan mengalir dan
berkumpul (A.D. Howard, 1967).
Multibasinal
Subdendritik
Pinnate
Distributary
Subparalel
Directional trellis
Fault trellis
Joint trellis
Angulate:
Centripetal:
II. INTERPRETASI
IV. 1. Daerah Aliran Sungai (DAS)
a. Daerah Aliran Sungai 1
1. Pola Paralel
Pola pengaliran parallel sering dijumpai pada daerah yang
lerengnya curam atau terjal, dan berkembang pada batuan yang
bertekstur halus dan homogen. Akibat morfologi lereng yang
terjal maka bentuk aliran sungainya akan cenderung berbentuk
lurus mengikuti arah lereng dengan cabang sungai yang sedikit.
Hal ini dapat dilihat pada peta bagian barat. Hulu sungai berada
pada ketinggian 500m dan menurun ke ketinggian 350m dengan
bentuk kontur yang relatif semakin renggang .
b. Daerah Aliran Sungai 2
1. Pola Paralel
Pola pengaliran paralel umunya sering dijumpai pada daerah yang
lerengnya curam atau terjal. Pola jenis ini dapat dilihat pada
bagian tengah peta yang dibagi menjadi dua bagian namun masih
dalam satu DAS. Pada pola paralel bagian tengah terdapat aliran
sungai yang mengalir dari ketinggian 550m menuju ke ketinggian
350m dengan bentuk kontur yang rapat pada ketinggian 550m-
450m dan kemudian bentuk kontur menjadi sangat renggang. Hal
ini menunjukkan bahwa daerah tersebut terdapat lereng yang
curam. Pada pola paralel bagian tengah – timur laut terdapat
aliran sungai yang mengalir dari ketinggian 550m menuju
nketinggian 350m. Pada pola ini terlihat beberapa cabang sungai,
namun sebenarnya pola pada aliran tersebut menunjukkan pola
yang berkesan paralel, cabang sungai yang ada mungkin
terbentuk akibat dari proses endogen maupun eksogen pada
daerah tersebut.
c. Daerah Aliran Sungai 3
1. Pola Paralel
Pola pengaliran paralel ini terdapat pada petqa bagian tenggara.
Pada peta tersebut dapat dilihat aliran sungai mengalir dari
ketinggian ±400m menuju ketinggian 350m dengan bentuk
kontur yang relatif renggang. Pada aliran ini terlihat bahwa aliran
tersebut tidak memiliki cabang sungai.
IV. 2. Morfometri
a. Kelas Lereng (0° - 2°)
Kelas lereng ini menandakan bahwa daerah tersebut datar atau
hampir datar dan tidak terdapat erosi yang besar. Kelas lereng ini
dapat ditandai dengan rentang kontur yang sangat renggang,
sehingga nilai kelerengannya menjadi semakin kecil. Morfologi
daerah ini merupakan dataran
b. Kelas Lereng (2° - 4°)
Kelas lereng ini menandakan bahwa daerah tersebut memiliki
kemiringan yang landai. Kelas lereng ini dapat diinterpretasikan
sebagai akibat proses eksogen seperti erosi pada litologi dengan
resistensi yang cukup lemah.
c. Kelas Lereng (4° - 8°)
Lereng dengan kemiringan kelas ini menunjukkan bahwa daerah
tersebut memiliki kemiringan yang landau sampai curam. Pada
lereng ini terjadi erosi yang kuat dan umumnya terjadi pada litologi
yang agak resisten. Proses eksogen lebih mendominasi dari proses
endogen
d. Kelas Lereng (8° - 16°)
Lereng yang memiliki nilai kelerengan 8 o – 16o dapat
diinterpretasikan sebagai morfologi yang terbentuk akibat proses
erosi yang kuat. Kelas lereng ini menunjukkan nilai resistensi dari
litologi penyusunnya. Umumnya pada kelas ini diakibatkan oleh
proses endogen seperti adanya sesar atau perlipatan. Selain itu proses
erosi secara vertikal juga dapat menjadi akibat lereng ini terbentuk.
e. Kelas Lereng (16° - 35°)
Lereng yang memiliki nilai kelerengan 16o – 35o dapat
diinterpretasikan sebagai morfologi yang terbentuk akibat proses
erosi yang kuat. Kelas lereng ini umumnya terbentuk akibat dari
adanya proses endogen, seperti lipatan, patahan, dan pengangkatan.
Daerah dengan kemiringan kelas lereng ini sangat rawan terjadi erosi
dan longsor
III. KESIMPULAN
1. Aliran air sungai akan cenderung mengalir pada daerah yang memiliki
litologi dengan resistensi lemah. Sehingga dapat dikatakan bahwa daerah
yang dilewati oleh aliran air merupakan lapisan litologi yang mudah tererosi
2. Pola pengaliran dari suatu daerah aliran sungai bergantung pada litologi dan
morfologi di daerah taliran. Selain litologi dapat juga dipengaruhi oleh
proses eksogen maupun proses endogen yang terjadi
3. Berdasarkan hasil morfometri didapat bahwa peta topografi yang diamati
memiliki kelerengan mulai dari landai hingga curam. Pada daerah yang
curam, terdapat aliran sungai yang bercabang akibat pegaruh kemiringan
pada proses pembentukkan aliran sungai.
IV. LAMPIRAN
IV. 1. Peta Pola Pengaliran
IV. 2. Peta Morfometri
IV. 3. Tabel Interval Strike
IV. 4. Diagram Roset di A4
IV. 5. Diagram Roset di Kalkir
IV. 6. Perhitungan Klasifikasi Van Zuidam