Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Ca Colon Di Ruangan 24B (RSUD Dr. Saiful Anwar Malang)
Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Ca Colon Di Ruangan 24B (RSUD Dr. Saiful Anwar Malang)
Oleh:
DADANG SUSILO
NIM. 1930014
(.............................................) (.............................................)
BAB I
PENDAHULUAN
.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Tumor adalah suatu benjolan atau struktur yang menempati area
tertentu pada tubuh, dan merupakan neoplasma yang dapat bersifat jinak
atau ganas (FKUI, 2008 :268).Neoplasma / Kanker adalah pertumbuhan
baru (atau tumor) massa yang tidak normal akibat proliferasi sel-sel yang
beradaptasi tanpa memiliki keuntungan dan tujuan. Neoplasma terbagi atas
jinak atau ganas. Neoplasma ganas disebut juga sebagai kanker (cancer).
(SylviaA Price, 2005).
Karsinoma rekti didefinisikan sebagai keganasan yang muncul pada
rektum, yang sebagian besar adalah tumor ganas. Jenis keganasan terbanyak
pada rektum adalah Adenokarsinoma. Karsinoma Recti merupakan salah
satu dari keganasan pada kolon dan rektum yang khusus menyerang bagian
Recti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel yang tidak
terkendali. Karsinoma rekti merupakan keganasan visera yang sering terjadi
yang biasanya berasal dari kelenjar sekretorik lapisan mukosa sebagian
besar kanker kolostomy berawal dari polip yang sudah ada sebelumnya.
Karsinoma Rektum merupakan tumor ganas yang berupa massa polipoid
besar, yang tumbuh ke dalam lumen dan dapat dengan cepat meluas ke
sekitar usus sebagai cincin anular (Price and Wilson, 1994, hal 419).
Kanker usus besar-dubur (colon rektal) adalah kanker yang
menyerang daerah usus besar sampai dengan dubur.perkembangan kanker
ini saat lambat, sehingga sering diabaikan oleh penderita. Pada stadium dini,
sering kali tidak ada keluhan dan tidak ada rasa sakit yang berat. Biasanya ,
penderita datang kedokter setelah timbul rasa sakit yang berlebihan sudah
pada stadium lanjut, sehingga sulit diobati. Kemungkinan terkena kanker
usus besar, dubur antara pria dan wanita adalah sama besar. Di indonesia,
orang yang sering terserang kanker ini adalah mereka yang berusia sekitar
30 tahun dan 60 tahun. Meskipun demikian, kanker usus besar dubur bisa
mulai menyerang orang pada usia muda sampai usia lanjut (Mangan,2003)
2.2 Etiologi
Penyebab nyata dari kanker kolon tidak diketahui dengan
pasti,tetapi faktor resiko telah teridentifikasi.
Faktor resiko untuk kanker kolon :
Riwayat kanker pribadi, orang yang sudah pernah terkena
kanker colorectal dapat terkena kanker colorectal untuk kedua
kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat kanker di indung
telur, uterus (endometrium) atau payudara mempunyai tingkat
risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker colorectal.
Riwayat kanker colorectal pada keluarga, jika mempunyai
riwayat kanker colorectal pada keluarga, maka kemungkinan
akan terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika
mempunyai saudara yang terkena kanker pada usia muda.
Riwayat penyakit usus inflamasi kronis.
Diet : kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat
(sayur-sayuran, buah-buahan), kebiasaan makan makanan
berlemak tinggi dan sumber protein hewani.
Faktor predisposisi yang penting adalah faktor gaya hidup, orang
yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak seperti lemak
jenuh dan asam lemak omega-6 (asam linol) dan sedikit buah-buahan dan
sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar terkena kanker colorect.
Etiologi lain :
Kontak dengan zat-zat kimia tertentu seperti logam berat, toksin, dan
ototoksin serta gelombang elektromagnetik.
Zat besi yang berlebihan diantaranya terdapat pada pigmen empedu,
daging sapi dan kambing serta tranfusi darah.
Minuman beralkohol, khususnya bir. Usus mengubah alkohol
menjadi asetilaldehida yang meningkatkan risiko menderita kanker
kolon.
Obesitas.
Bekerja sambil duduk seharian, seperti para eksekutif, pegawai
administrasi, atau pengemudi kendaraan umum
Polip di usus (Colorectal polyps), polip adalah pertumbuhan pada
dinding dalam kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang
berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan
kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn, orang dengan kondisi yang
menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa
atau penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang
lebih besar.
Usia di atas 50, kanker colorectal lebih biasa terjadi pada usia
manusia yang semakin tua. Lebih dari 90 persen orang yang
menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun ke atas.
2.3 Patofisiologi
Munculnya tumor biasanya dimulai sebagai polip jinak, yang
kemudian dapat menjadi ganas dan menyusup, serta merusak; jaringan
normal dan meluas ke dalam struktur sekitarnya. Tumor dapat berupa masa
polipoid, besar, tumbuh ke dalam lumen, dan dengan cepat meluas ke
sekitar usus sebagai striktura annular (mirip cincin). Lesi annular lebih
sering terjadi pada bagi rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar
lebih sering terjadi pada sekum dan kolon asendens.
Secara histologis,hampir semua kanker usus besar adalah
adenokarsinoma (terdiri atas epitel kelenjar) dan dapat mensekresi mukus
yang jumlahnya berbeda-beda.Tumor dapat menyebar melalui :
Secara Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke
dalam kandung kemih (vesika urinaria).
Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe
perikolon dan mesokolon.
Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon
mengalirkan darah balik ke sistem portal.
2.4 Manifestasi Klinis
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan
fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam
defekasi, darah pada feses, konstipasi, perubahan dalam penampilan feses,
tenesmus, anemia dan perdarahan rectal merupakan keluhan yang umum
terjadi.Bila kita berbicara tentang gejala tumor usus besar, gejala tersebut
terbagi tiga, yaitu gejala lokal, gejala umum, dan gejala penyebaran
(metastasis).
Gejala lokalnya adalah :
Perubahan kebiasaan buang air
Perubahan frekuensi buang air, berkurang (konstipasi) atau
bertambah (diare)
Sensasi seperti belum selesai buang air, (masih ingin tapi sudah
tidak bisa keluar) dan perubahan diameter serta ukuran kotoran
(feses). Keduanya adalah ciri khas dari kanker kolorektal
Perubahan wujud fisik kotoran/feses
Feses bercampur darah atau keluar darah dari lubang
pembuangan saat buang air besar
Feses bercampur lendir
Feses berwarna kehitaman, biasanya berhubungan dengan
terjadinya perdarahan di saluran pencernaan bagian atas
Timbul rasa nyeri disertai mual dan muntah saat buang air besar,
terjadi akibat sumbatan saluran pembuangan kotoran oleh massa
tumor
Adanya benjolan pada perut yang mungkin dirasakan oleh
penderita
Timbul gejala-gejala lainnya di sekitar lokasi tumor, karena
kanker dapat tumbuh mengenai organ dan jaringan sekitar tumor
tersebut, seperti kandung kemih (timbul darah pada air seni,
timbul gelembung udara, dll), vagina (keputihan yang berbau,
muncul lendir berlebihan, dll). Gejala-gejala ini terjadi
belakangan, menunjukkan semakin besar tumor dan semakin
luas penyebarannya
Gejala umumnya adalah :
Berat badan turun tanpa sebab yang jelas (ini adalah gejala yang
paling umum di semua jenis keganasan)
Hilangnya nafsu makan
Anemia, pasien tampak pucat
Sering merasa lelah
Kadang-kadang mengalami sensasi seperti melayang
Gejala penyebarannya adalah :
Penyebaran ke Hati, menimbulkan gejala penderita tampak
kuning
Nyeri pada perut, lebih sering pada bagian kanan atas, di sekitar
lokasi hati
Pembesaran hati, biasa tampak pada pemeriksaan fisik oleh
dokter
Timbul suatu gejala lain yang disebut paraneoplastik,
berhubungan dengan peningkatan kekentalan darah akibat
penyebaran kanker.
2.5 Pemeriksaan diagnostik
1. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik sigmoidoskopi maupun
kolonoskopi. Pemeriksaan kolonoskopi atau teropong usus ini
dianjurkan segera dilakukan bagi mereka yang sudah mencapai usia 50
tahun. Pemeriksaan kolonoskopi relatif aman, tidak berbahaya, namun
pemeriksaan ini tidak menyenangkan. Kolonoskopi dilakukan untuk
menemukan kanker kolorektal sekaligus mendapatkan jaringan untuk
diperiksa di laboratorium patologi. Pada pemeriksaan ini diperlukan alat
endoskopi fiberoptik yang digunakan untuk pemeriksaan kolonoskopi.
Alat tersebut dapat melihat sepanjang usus besar, memotretnya,
sekaligus biopsi tumor bila ditemukan. Dengan kolonoskopi dapat
dilihat kelainan berdasarkan gambaran makroskopik. Bila tidak ada
penonjolan atau ulkus, pengamatan kolonoskopi ditujukan pada
kelainan warna, bentuk permukaan, dan gambaran pembuluh darahnya.
2. Radiologis
Pemeriksan radiologis yang dapat dilakukan antara lain adalah foto
dada dan foto kolon (barium enema). Foto dada dilakukan untuk melihat
apakah ada metastasis kanker ke paru.
3. Ultrasonografi (USG).
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan
untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening
di abdomen dan hati.
4. Histopatologi.
Biopsy digunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis
karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan
diferensiansi sel.
5. Barium Enema
Pada pemeriksaan enema barium, bahan cair barium dimasukkan ke
usus besar melalui dubur dan siluet (bayangan)-nya dipotret dengan alat
rontgen. Pada pemeriksaan ini hanya dapat dilihat bahwa ada kelainan,
mungkin tumor, dan bila ada perlu diikuti dengan pemeriksaan
kolonoskopi. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi kanker dan polip
yang besarnya melebihi satu sentimeter. Kelemahannya, pada
pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan biopsi.
6. Laboratorium
Laboratorium Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan
pasien mengalami perdarahan (FKUI, 2001 : 210). Selain itu,
pemeriksaan darah samar (occult blood) secara berkala, untuk
menentukan apakah terdapat darah pada tinja atau tidak.
7. Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound
Dilakukan untuk tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi
respons pada pengobatan.
8. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum)
Dilakukan untuk diagnostik banding dan menggambarkan pengobatan
dan dapat dilakukan melalui sum-sum tulang, kulit, organ dan
sebagainya.
9. Jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit
Dapat menunjukkan anemia, perubahan pada sel darah merah dan sel
darah putih: trombosit meningkat atau berkurang.
10. Sinar X dada
Menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.
2.6 Penatalaksanaan medis
Farmakologi
Pembedahan (Operasi)
Operasi adalah penangan yang paling efektif dan cepat untuk tumor
yang diketahui lebih awal dan masih belum metastatis, tetapi tidak
menjamin semua sel kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter
bedah biasanya juga menghilangkan sebagian besar jaringan sehat
yang mengelilingi sekitar kanker. Pembedahan dapat bersifat kuratif
atau palliative. Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah
palliative. Apabila tumor telah menyebar dan mencakup struktur
vital sekitarnya, maka operasi tidak dapat dilakukan.
a. Pembedahan Reseksi.
Satu-satunya pengobatan definitif adalah pembedahan reseksi
dan biasanya diambil sebanyak mungkin dari kolon, batas
minimal adalah 5 cm di sebelah distal dan proksimal dari tempat
kanker.
b. Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang
dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke
dinding abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat sementara atau
permanen.Tujuan Pembuatan Kolostomi adalah untuk tindakan
dekompresi usus pada kasus sumbatan / obstruksi usus. Sebagai
anus setelah tindakan operasi yang membuang rektum karena
adanya tumor atau penyakit lain. Untuk membuang isi usus besar
sebelum dilakukan tindakan operasi berikutnya untuk
penyambungan kembali usus (sebagai stoma sementara).
Radioterapi
Setelah dilakukan tindakan pembedahan perlu dipertimbangkan
untuk melakukan radiasi dengan dosis adekuat. Memberikan radiasi
isoniasi pada neoplasma. Karena pengaruh radiasi yang mematikan
lebih besar pada sel-sel kanker yang sedang proliferasi, dan
berdiferensiasi buruk, dibandingkan terhadap sel -sel normal yang
berada di dekatnya, maka jaringan normal mungkin mengalami
cidera da1am derajat yang dapat ditoleransi dan dapat diperbaiki,
sedangkan sel-sel kanker dapat dimatikan, selanjutnya dilakukan
kemoterapi.
Kemoterapi
Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan
ini sering dikombinasi dengan leukovorin yang dapat meningkatkan
efektifitas terapi. Bahkan ada yang memberikan 3 macam kombinasi
yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil penelitian, setelah
dilakukan pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi.
Non Farmakologi
Penatalaksanaan Keperawatan
a. Dukungan adaptasi dan kemandirian.
b. Meningkatkan kenyamanan.
c. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
d. Mencegah komplikasi.
e. Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan.
Penatalaksanaan Diet
a. Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-
buahan. Serat dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar
sehingga berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak
berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama mengendap di
usus akan menjadi racun yang memicu sel kanker.
b. Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)
c. Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan
kolesterol tinggi terutama yang terdapat pada daging hewan.
d. Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik,
karena hal tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.
e. Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
f. Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.
Pencegahan
a. Kanker kolon dapat dicegah dengan cara sebagai berikut :
b. Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang air
besar dan menurunkan derajat keasaman, kosentrasi asam
lemak, asam empedu, dan besi dalam usus besar.
c. Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu.
d. Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin.
e. Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus
f. Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan
teratur untuk buang air besar.
g. Hidup rileks dan kurangi stress.
2.7 Pathway
Kolitis Kanker
Faktor ulseratif, payudara,rahim/ obesitas Konsumsi makanan
\\\ genetik penyakit ovarium/masa yg rendah serat
merokok kolon ,banyak lemak &
lalu
protein
KANKER KOLON
MK : Kerusakan
Intelorensi jaringan
aktivitas vaskular lokal
I. Pengkajian
Pada kasus di dapatkan data
a. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau
kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan
pekerjaan pasien (hubunganya dengan tempat kerja pasien missal:
terpapar asbes)
2. Gangguan eliminasi alvi (BAB) b.d penurunan asupan cairan dan serat,
kelemahan otot abdomen sekunder akibat mekanisme kanker colon.
DS:
a. Pasien mengatakan susah untuk BAB (obstipasi)
b. Pasien mengatakan kadang juga mengalami kembung (distensi
abdomen)
c. Pasien mengatakan nyeri tekan pada abdomen
DO:
a. KU lemah
b. Kesadaran compos mentis
c. TTV
TD : 110/60 mmHg,
N : 72 x/menit,
suhu : 37,40 C ,
RR : 20x/menit,
d. Pasien terlihat conjungtiva anemis,
e. Perut pasien terlihat agak membesar
3. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d trauma jaringan dan reflek spasme otot
sekunder akibat kanker colon.
DS:
a. Pasien mengatakan susah untuk BAB (obstipasi)
b. Pasien mengatakan kadang juga mengalami kembung (distensi
abdomen)
c. Pasien mengatakan nyeri saat BAB (tenesmus)
d. Pasien mengatakan nyeri tekan pada abdomen
DO :
a. KU lemah
b. Kesadaran compos mentis
c. TTV
TD : 110/60 mmHg,
N : 72 x/menit,
suhu : 37,40 C ,
RR : 20x/menit,
d. Pasien terlihat conjungtiva anemis,
e. Skala nyeri saat BAB 5
f. Perut pasien terlihat agak membesar
5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang
tidak adekuat
DS:
a. Pasien mengatakan sudah 1 bulan ini BB klien turun 20% (BB awal
70 kg)
b. Pasien mengatakan tidak nafsu makan dan
c. Keluarga pasien mengatakan, makanan pasien tidak habis, hanya
habis 2 sendok
DO:
a. KU lemah
b. Kesadaran compos mentis
c. TTV
TD : 110/60 mmHg,
N : 72 x/menit,
suhu : 37,40 C ,
RR : 20x/menit,
d. Pasien terlihat conjungtiva anemis,
e. IMT : BB/TB (m) 2
: 70/1,782
: 22 kg/m
IMT : 56/1,782
: 18kg/m
IX. Intervensi
1. Perdarahan b.d proses penyakit
Setelah dilakukan asuhan keperawatan masalah perdarahan dapat teratasi
dengan kriteria hasil :
Tujuan dan kriteria hasil :
klien tidak mengatakan keletihan
klien tidak mengatakan pusing
melena tidak ada
TTV dalam batas normal
Intervensi dan Rasional :
Mandiri :
1. Kaji tanda-tanda dan gejala perdarahan GI (mis:periksa semua skret
yang keluar, obs warna feses, muntahan dan cairan yang keluar dari
NGT).
Rasional: Traktus GI (esophagus dan rectum) paling sering sebagai
sumber perdarahan, Rektal dan vena esophagus paling rentan untuk
robek. Hasil obs warna feses/muntahan bila berubah
kemerahan/kehitaman ada indikasi adanya pertahanan.
2. Observasi adanya petekie, ekimosis dan perdarahan dari satu/lebih
sumber dan bagian lain
Rasional: Terjadinya perdarahan sekunder terhadap gangguan factor
pembekuan darah.
3. Monitor/Awasi tanda-tanda vital (nadi, TD, CVP bila ada).
Rasional: Peningkatan nadi dengan penurunan TD dan CVP dapat
menunjukkan kehilangan volume darah sirkulasi.
4. Perhatikan perubahan tingkat kesadaran (Catat perubahan
mental/tingkat kesadaran).
Rasional: adanya perubahan keasadaran menunjukkan penurunan
perfusi
jaringan serebral, sekunder terhadap hivolemia, hipoksimia.
5. Hindari pengukuran suhu rectal, hati-hati memasukkan selang GI.
Rasional: Rektal dan esofagus paling rentan terjadi perdarahan
karena mudahnya terjadi robek pada keduannya.
6. Dorong untuk menggunakan sikat gigi halus, hindari mengejan.
Rasional: Adanya gangguan factor pembekuan, trauma minimal
dapat menyebabkan perdarahan mukosa.
7. Gunakan jarum kecil untuk injeksi, tekan lebih lama pada bagian
bekas suntikan.
Rasional: Meminimalkan kerusakan jaringan, menurunkan resiko
perdarahan/hematom.
8. Hindarkan penggunaan produk yang menggunakan aspirin.
Rasional: Koagulasi memanjang, berpotensi untuk resiko
perdarahan.
Kolaborasi :
1. Awasi Hb/Ht dan factor pembekuan darah.
Rasional: Indikator prdarahan aktif, anemia atau terjadinya
komplikasi.
2. Berikan obat sesuai order (Vitamin K injeksi, Pelunak feses:
lactural).
Rasional: Vit K dapat meningkatkan sintesis protrombin dan
koagulasi bila hati berfungsi dan pelunak feses mencegah mengejan
dan resiko robekan vascular/perdarahan.
2. Gangguan eliminasi alvi (BAB) b.d penurunan asupan cairan dan serat,
kelemahan otot abdomen sekunder akibat mekanisme kanker colon.
Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan masalah gangguan eliminasi BAB
dapat teratasi dengan kriteria hasil :
pasien dapat BAB dengan lancar
TTV normal
Intervensi dan Rasional :
Mandiri :
1. Selidiki pelambatan awitan atau tak adanya keluaran. Auskultasi
bising usus.
Rasional: Ileus paralitik pasca operasi biasanya membaik dalam 48-
72 jam. Pelambatan dapat menandakan ileus atau obstruksi statis
menutup.
2. Tinjau ulang pola diet dan jumlah atau tipe masukan cairan.
Rasional: Masukan adekuat dari serat dan makanan kasar
memberikan bulk, dan cairan atau faktor penting dalam menentukan
konsistensi feses.
3. Libatkan pasien dalam perawatan secara bertahap.
Rasional :Rehabilitasi dapat dipermudah dengan mendorong pasien
mandiri.
4. Kaji warna dan konsistensifeses, frekuensi, keluarnyaflatus, bising
usus dannyeri terkan abdomen.
Rasional: penting untuk menilai keefektifan intervensi, dan
memudahkan rencana selanjutnya.
5. Pantau tanda gejalarupture usus dan/atauperitonitis
Rasional: keadaan ini dapat menjadi penyebab kelemahan otot
abdomen dan penurunan peristaltic usus
kolaborasi
1. Berikan unit TENS bila diindikasikan.
Rasional: Stimulasi listrik telah digunakan pada beberapa pasien
untuk merangsang peristaltik.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d trauma jaringan dan reflek spasme
ototsekunder akibat kanker colon.
Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan masalah nyeri dapat teratasi dengan
kriteria hasil :
Pasien tampak rileks,
dapat beristirahat/tidur dan melakukan pergerakkan yang berarti
sesuai toleransi.
Skala nyeri berkurang
5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang
tidak adekuat.
Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan masalah nutrisi dapat teratasi
dengan kriteria hasil :
TD dalam batas normal (120/80 mmhg)
berat badan pasien kembali ideal
IMT meningkat
Intervensi dan Rasional :
Mandiri :
1. Kaji status nutrisi pasien
Rasional:untuk mengetahui kebutuhan nutrisi untuk intervensi
2. Jelaskan pada pasien tentang pentingnya diit tinggi kalori dan
masukan cairan adekuat.
Rasional: pengetahuan yang cukup memungkinkan pasien kooperatif
dengan tindakan perawatan yang di berikan.
3. Auskultasi bising usus.
Rasional: Kembalinya fungsi usus menunjukkan kesiapan untuk
memulai makan lagi.
4. Mulai makan dengan makanan cairan perlahan.
Rasional:Menurunkan insiden kram abdomen, mual.
5. Anjurkan pasien untuk meningkatkan penggunaan yogurth dan
mentega.
Rasional: Membantu menurunkan pembentukan bau.
6. Kolaborasi perencanaan diet yang sesuai.
Rasional: Membantu mengkaji kebutuhan nutrisi pasien dalam
perubahan dan perencanaan dan fungsi usus.
7. Timbang BB dengan jam yang sama setiap hari
Rasional:mengaswasi kefektifan intervensi
Kolaborasi
1. Pemberian makanan parenteral bila diindikasikan
Rasional: tidak toleran pada pemasukan peroral, hiperalimentasi
digunakan untuk menambah kebutuhan komponen pada menambah
kebutuhan komponen pada penyembuhan dan mencegah status
katabolisme
3.1 Kesimpulan
Kanker kolon yaitu tumbunhya sel-sel ganas di permukaan dalam usus besar
(kolon) atau rektum. Lokasi yang sering timbulnya kanker kolon adalah di bagian
sekum, asendens, dan kolon sigmoid. Kanker kolon adalah suatu pertumbuhan
tumor yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan jaringan sehat disekitar kolon
(usus besar). Kanker kolon bukan merupakan penyakit yang sembarangan namun
bukan pula penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Kanker kolon adalah penyebab
kematian ketiga di Indonesia . Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan
karena penyakit ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih parah. Kanker
usus bila dideteksi dan ditangani dengan cepat maka peluang untuk sembuh total
pun akan semakin besar peluangnya. Pembedahan adalah satu-satunya cara untuk
mengubah kanker kolon. Asuhan keperawatan yang tepat akan menentukan
keberhasilan perawatan klien dengan colorectal cancer.
3.2 Saran
Mulai dari sekarangubahlah pola hidup menjadi pola hidupm sehat,dengan
mengatur pola makan mengkonsumsi pola makan makanan yang berserat,serta
jangan terlalu banyak makan makanan yang mengandung bahan zat kimia atau
pengawet karena dapat membahyakan tubuh kita (usus).
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC,
Jakarta.
Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan
Keperawatan untuk perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien, Edisi-
3, Alih bahasa; Kariasa,I.M.,
Arif Muttaqin. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika
McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi,
By Mosby-Year book.Inc,Newyork
NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification,
Philadelphia, USA
Sjamsuhidayat & wong,2005, Buku ajar ilmu bedah, EGC , Jakarta
Suyono,dkk, 2001, Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid II, edisi 3, Balai penercit
FKUI, Jakarta.
University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome
Classifications, Philadelphia, USA