Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN TERAPI BERMAIN

Topik : Terapi bermain stimulasi motoric halus


Sub. Topik : Terapi bermain puzzle
Waktu : 25 Menit
Hari / Tanggal : Jum’at 1 November 2019
Tempat : Ruang BCH RSCM
Sasaran : An. S

A. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Setelah dilakukan terapi bermain selama 20 menit, anak dapat mengikuti
permainan simulasi motoric halus yang diberikan, dan anak diharapkan bisa
merasa tenang selama perawatan dan tidak takut lagi dengan dokter dan
perawat..
2. Tujuan Khusus :
Setelah diakukan terapi bermain selama 20 menit anak mampu :
a. Menyusun puzzle
b. Mewarnai
c. Mau melaksanakan anjuran dokter dan perawat
d. Anak menjadi kooperatif pada perawat dan tindakan keperawatan
e. Kebutuhan bermain anak dapat terpenuhi
f. Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal
g. Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan, dan fantasi anak terhadap
suatu permainan

B. Metoda Belajar
1. Metode
Bermain dengan anak dengan cara menebak gambar
2. Media
Lembar bergambar
C. Kegiatan
1. Pengorganisasian
a. Pemimpin
b. Moderator
c. Observer
d. Fasilitator

2. Setting tempat

Klien

Moderator Observer

Leader
Fasilitator

D. Kegiatan bermain
No Uraian Kegiatan Perawat Kegiatan Pasien
1. Pembukaan (5 menit) a. Salam pembukaan Memperhatikan
b. Perkenalan Memperhatikan
c. Mengkomunikasikan Menjawab salam
tujuan
2. Kegiatan bermain (15 a. Menyiapkan mainan Mengikuti
menit) b. Bermain menebak Menanggapi
gambar Mengikuti
c. Bermain mewarnai
d. Meminta anak menebak
gambar
e. Memberikan
Reinforcement positif
jika anak bisa mengikuti
permainan
3. Evaluasi (5 menit) a. Mengakhiri permainan Memperhatikan
b. Melakukan evaluasi Menanggapi

E. Evaluasi
Peserta terapi bermain tebak gambar mampu :
a) Anak bersedia dan mau terlibat langsung dalam permainan
b) Anak siap untuk melakukan kegiatan tebak gambar
c) Lingkungan bermain menunjang
d) Anak mampu menebak gambar
e) Anak mampu mengembangkan kreatifitasnya dalam menebak gambar
f) Anak dapat mengetahui cara dan aturan permainan
g) Anak tidak ragu dalam melaksanakan permainan
Uraian Materi Terapi Bermain
A. Pengertian Bermain
Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam
dirinya yang tidak disadari. Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan keinginan untuk memperoleh kesenangan. Bermain adalah kegiatan yang
dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil
akhir.
Bermain adalah ungkapan bahasa secara alami pada anak yang diekspresikan
melalui bio-psiko-sosio anak yang berhubungan dengan lingkungan. Kesimpulan:
Bermain merupakan bahasa dan keinginan dalam mengungkapkan konflik dari
anak yang tidak disadarinya serta dialami dengan kesenangan yang diekspresikan
melalui bio-psiko-sosio yang berhubungan dengan lingkungan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir.

B. Fungsi Bermain
Dunia anak tidak dapat dipisahkan dari kegiatan bermain. Diharapkan dengan
bermain, anak akan mendapatkan stimulus yang mencukupi agar dapat
berkembang secara optimal. Adapun fungsi bermain pada anak yaitu:
a. Perkembangan sensoris-motorik:
Aktivitas sensoris-motorik merupakan komponen terbesar yang digunakan
anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembanga fungsi otot.
b. Perkembangan intelektual:
Anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada
di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur,
dan membedakan objek. Semakin sering anak melakukan eksplorasi, akan
melatih kemampuan intelektualnya.
c. Perkembangan sosial:
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan dari hubungan
tersebut.
d. Perkembangan kreativitas:
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya ke dalam bentuk objek dan atau kegiatan yang dilakukannya.
e. Perkembangan kesadaran diri:
Melalui bermain, anak akan mengembangkan kemampuannya dalam
mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan
membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan
mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap
orang lain. Dalam hal ini, peran orang tua sangat penting untuk menanamkan
nilai moral dan etika, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk
memahami dampak positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang lain..
f. Bermain Sebagai Terapi
Pada saat anak dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan seperti: marah, takut, cemas, sedih
dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang
dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada di 22 lingkungan
rumah sakit.

C. Kategori Bermain
b. Bermain aktif
Yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri atau
kegembiraan timbul dari apa yang dilakukan oleh anak. Contoh: bermain
sepak bola.
c. Bermain Pasif / Hiburan
Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakukan aktivitas (hanya
melihat), kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain. Contoh: memberikan
support, menonton televisi.

D. Jenis Permainan
1. Jenis Permainan
a. Permainan bayi
Permainan sederhana oleh anggota keluarga dilakukan pada usia 0-1
tahun. Contoh: petak umpet, dakon, kejar-kejaran.
b. Permainan perorangan
Untuk menguji kecakapan, ada peraturan sedikit, dilakukan pada todler
dan prasekolah. Contoh: menendang bola.
c. Permainan tetangga
Permainan kelompok, pada prasekolah dan sekolah. Contoh: bermain
polisi dan penjahat.
d. Permainan tim
Permainan terorganisir, punya aturan tertentu, dilakukan pada usia
sekolah dan remaja. Contoh: sepakbola, kasti, lari.
e. Permainan dalam ruang
Permainan pada anak sakit atau lelah, dilakukan pada cuaca buruk atau
hujan. Contoh: main kartu, tebak-tebakan, teka-teki.

E. Klasifikasi Bermain
1. Menurut Isi
a. Social affective play
Anak belajar memberi respon dan berhubungan dengan orang lain
terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan dalam bentuk
permainan, misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa
senang, dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan
lingkungan.
b. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada disekitarnya,
dengan bermain dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air
atau pasir, mengenal rasa, bau.
c. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh keterampilan
tertentu dan anak melakukan secara berulang-ulang, misalnya
mengendarai sepeda roda tiga.

d. Dramatika play (Role play)

Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah


atau ibu.
2. Menurut Karakteristik Sosial
a. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa
orang lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita
todler.

b. Paralel play

Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-


masing mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang
lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya
dilakukan oleh anak todler dan pre school. Contoh : bermain balok.

c. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yang
sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian
tugas, anak bermain sesukanya, satu sama lain kadang saling
meminjamkan.
d. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya, permainan terorganisasi dan
terencana dan ada aturan tertentu. Saling diskusi dan memiliki tujuan
tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah dan adolescent.

F. Ciri-Ciri Bermain
a. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
b. Selalu ada timbal balik, sifat interaksi
c. Selalu dinamis, berkembang
d. Ada aturan tertentu
e. Menuntut ruangan tertentu

G. Faktor-Faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain


Menurut Supartini (2004), ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak dalam
bermain yaitu:
1. Tahap perkembangan anak, aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak yaitu
harus sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak, karena
pada dasarnya permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak.
2. Status kesehatan, untuk melakukan aktivias bermain diperlukan energy bukan
berarti anak tidak perlu bermain pada saat anak sedang sakit.
3. Jenis kelamin, dimana anak laki-laki lebih tertarik dengan mekanikal
sementara anak wanita mother role.
4. Lingkungan yang meliputi: lokasi, negara, kultur.
5. Alat permainan.
6. Intelegensia.
7. Status sosial ekonomi.

H. Tahap Perkembangan Bermain


1. Tahap Eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain.
2. Tahap Permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap perminan.
3. Tahap Bermain Sungguhan
Anak sudah ikut dalam perminan.
4. Tahap Melamun
5. Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

I. Karakteristik Bermain Sesuai Tahap Perkembangan


1. Bayi (1 bulan)
a. Visual: permainan dapat dilihat dengan jarak dekat (20-25 Cm),
gantungkan
b. benda yang terang dan menyolok.
c. Auditori: bicara dengan bayi, menyanyi, musik, radio, detik jam.
d. Taktil: memeluk, menggendong, memberi kehangatan.
e. Kinetik: mengayun, naik kereta dorong.
2. Bayi (2-3 bulan)
a. Visual : buat ruangan menjadi terang, gambar, cermin ditembok, bawa
bayi ke ruangan lain, letakkan bayi agar dapat memandang disekitar.
b. Auditori : bicara dengan bayi, beri mainan bunyi, ikut sertakan dalam
pertemuan keluarga.
c. Taktil : memandikan, mengganti popok, menyisir rambut dengan lembut,
gosok dengan lotion/bedak.
d. Kinetik : jalan dengan kereta, gerakan berenang, bermain air.
3. Bayi (4-6 bulan)
a. Visual : bermain cermin, anak nonton TV, beri mainan dengan warna
terang.
b. Auditori : anak bicara, ulangi suara yang dibuat, panggil nama, remas
kertas didekat telinga, pegang mainan berbunyi didekat telinga.
c. Taktil : beri mainan lembut/kasar, mandi cemplung/cebur.
d. Kinetik : bantu tengkurap, sokong waktu duduk.
4. Bayi (6-9 bulan)
a. Visual : mainan berwarna, bermain depan cermin,”ciluk ….ba”, beri
kertas untuk dirobek-robek.
b. Auditori : panggil nama “Mama …Papa, dapat menyebutkan bagian
tubuh, beri tahu yang anda lakukan, ajarkan tepuk tangan dan beri
perintah sederhana.
c. Taktil : meraba bahan bermacam-macam tekstur, ukuran, main air
mengalir, berenang.
d. Kinetik : letakkan mainan agak jauh lalu suruh anak untuk
mengambilnya.
1. Bayi (9-12 bulan)
a. Visual : perlihatkan gambar dalam buku, ajak pergi ke berbagai tempat,
bermain bola, tunjukkan bangunan agak jauh.
b. Auditori : tunjukkan bagian tubuh dan sebutkan, kenalkan dengan suara
binatang.
c. Taktil : beri makanan yang dapat dipegang, kenalkan dingin, panas dan
hangat.
d. Kinetik : beri mainan yang dapat ditarik dan didorong.
Mainan yang dianjurkan untuk bayi 6-12 bulan:
a. Blockies warna-warni jumlah, ukuran.
b. Buku dengan gambar menarik.
c. Balon, cangkir dan sendok.
d. Boneka bayi.
e. Mainan yang dapat didorong dan ditarik.
2. Todler (2-3 tahun)
a. Mulai berjalan, memanjat, berlari.
b. Dapat memainkan sesuatu dengan tangannya.
c. Senang melempar, mendorong, mengambil sesuatu.
d. Perhatiannya singkat.
e. Mulai mengerti memiliki “ Ini milikku ….”
f. Karakteristik bermain “Paralel Play”
g. Toddler selalu bertengkar saling memperebutkan mainan/sesuatu.
h. Senang musik/irama.
Mainan untuk toddler:
1. Mainan yang dapat ditarik dan didorong.
2. Alat masak.
3. Malam, lilin.
4. Boneka, blockies, telepon, gambar dalam buku, bola, dram yang dapat
dipukul, krayon, kertas.
3. Pra Sekolah (4-5 tahun)
a. Dapat melompat, berlari, bermain dan bersepeda.
b. Sangat energik dan imaginatif.
c. Mulai terbentuk perkembangan moral.
d. Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dengan kelompok.
e. Karakteristik bermain: assosiative play, dramatic play, skill play.
f. Laki-laki aktif bermain di luar, perempuan didalam rumah.
Mainan untuk pra sekolah:
a. Peralatan rumah tangga.
b. Sepeda roda tiga.
c. Papan tulis/kapur.
d. Lilin, boneka, kertas.
e. Drum, buku dengan kata sederhana, kapal terbang, mobil, truk.
4. Usia Sekolah (6-12 tahun)
a. Bermain dengan kelompok yang berjenis kelamin sama.
b. Dapat belajar dengan aturan kelompok.
c. Belajar independent, cooperative, bersaing, menerima orang lain.
d. Karakteristik “Cooperative Play”.
e. Laki-laki: Mechanical, perempuan : Mother Role.
Mainan untuk anak usia sekolah:
a. 6-8 tahun
Kartu, boneka, robot, buku, alat olah raga, alat untuk melukis, mencatat,
sepeda.
b. 8-12 tahun
Buku, mengumpulkan perangko, uang logam, pekerjaan tangan, kartu,
olah raga bersama, sepeda, sepatu roda.
5. Remaja ( 13-18 tahun)
a. Bermain dalam kelompok seperti sepak bola, basket, bulutangkis.
b. Senang mendengarkan musik, melihat TV, mendengarkan radio.
c. Membaca majalah, buku.
Daftar Pustaka
Pertiwi, Yatimah Ratna. 2009. Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Terapi Bermain
Warna Pada Anak Usia Prasekolah Di Paud Pelangi Purwokerto.
https://docplayer.info/47812255-Satuan-acara-penyuluhan-sap-terapi-bermain-
mengenal-warna-pada-anak-usia-prasekolah-di-paud-pelangi-purwokerto.html.
Diakses tanggal 11 September 2019
Supartini, Y. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai