Anda di halaman 1dari 7

OPTIMALISASI LIMBAH AMPAS KELAPA DENGAN BANTUAN BAKTERI

BACILLUS SEBAGAI MEDIA TANAM JAMUR TIRAM

Iing Dwi Lestari1, Indah Juwita Sari1. Gabriela Yosevine Esthefani2, Ipah Fitra Syafira2, Bintang Jeanette
Puspita Soplanit2, Nurul Indah Shafira2.
1
Dosen Pendidikan Biologi,
2
2224160016, 2224160053, 2224160058, 2224160079.

Abstrak

Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jamur yang umum di budidayakan untuk
dikonsumsi. Budidaya jamur tiram pada umumnya menggunakan serbuk gergaji atau kayu sebagai media
tanam. Terkadang ketersediaan serbuk gergaji menjadi kendala bagi para pembudidaya jamur tiram
(Pleurotus ostreatus). Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penggunaan ampas kelapa
untuk digunakan sebagai media tanam alternatif jamur tiram dengan bantuan bakteri Bacillus. Metode yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan. Parameter penelitian ini
berupa waktu full grown dan berat basah miselium. Hasil penelitian diuji atau dianalisis dengan uji sidik
ragam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa miselium jamur tidak tumbuh dengan baik pada media yang
dibuat. Banyak faktor yang mempengaruhi hal ini, salah satunya adalah ketidakrapatan media yang dibuat
dalam cawan petri.

Kata Kunci: Jamur tiram (Pleurotus ostreatus), media tanam, ampas kelapa.

PENDAHULUAN Semakin banyaknya masyarakat yang


Jamur tiram merupakan salah satu jamur membudidaya jamur tiram ini menyebabkan
yang kandungan nutrisinya tinggi diantara jamur serbuk kayu menjadi terbatas. Oleh karena itu
lainnya. Jamur ini memiliki kandungan protein perlu alternatif lain sebagai media tanam jamur
lebih tinggi daripada kacang-kacangan, tiram ini. salah satunya, yaitu menggunakan
mengandung vitamin B1 dan B2 lebih tinggi ampas kelapa. Ampas kelapa merupakan limbah
daripada jamur yang lain, serta memiliki asam organik dari industri pertanian yang diperoleh
folat lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran dari hasil samping pengolahan minyak kelapa.
dan daging (Saskiawan, 2015). Jamur tiram dapat Ampas kelapa diketahui memiliki protein 3,40 gr,
hidup di tanah maupun pada kayu yang telah lemak 34 gr, karbohidrat 14 gr, kalsium 21 mg,
lapuk dan biasanya secara alami banyak flour 2,0 mg, fosfor 21 mg, thiamin 0,1 mg, dan
ditemukan pada musim penghujan. Faktor asam Askorbat 2,0 mg dalam 100 gram ampas
lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan (Raghavendra, dikutip Asneti, et al, 2015).
jamur antara lain suhu, kelembaban ruangan, Pada ampas kelapa dengan kadar air 16%,
cahaya, dan sirkulasi udara (Asneti, et al, 2015). mengandung protein 23%, lemak 15%,
Media tanam jamur tiram putih (Pleurotus karbohidrat 40%, nitrogen 4,2%, kalori 368 kal,
ostreatus) yang mengandung lignin atau serat serta mineral seperti Besi 41,06 mg/100 g,
kasar, selulosa, karbohidrat, dan serat yang dapat Kalsium 21 mg/100g, dan Fospor 21 mg/100 g.
didegradasi oleh jamur menjadi karbohidrat yang Kandungan yang terdapat pada ampas kelapa
kemudian dapat digunakan untuk sintesis protein seperti karbohidrat, nitrogen, dan fospor dapat
(Suhaeni, et al, 2018). Pemanfaatan serbuk kayu merangsang pertumbuhan miselium pada jamur
sangat mendominasi untuk dijadikan bahan (Asneti, et al, 2015). Penggunaan ampas kelapa
utama pada media tumbuh jamur tiram putih, sebagai media tanam lebih ekonomis dan bisa
seperti serbuk kayu sengon, mahoni dan mahang. mengatasi masalah pencemaran lingkungan. Pada
Limbah serbuk kayu mengandung selulosa, penelitian ini, ampas kelapa digunakan sebagai
hemiselulosa dan lignin yang dibutuhkan dalam media tanam untuk melihat pengaruhnya pada
pertumbuhan dan hasil jamur tiram putih (Ikhsan pertumbuhan jamur tiram dengan bantuan bakteri
dan Ariani, 2017). Bacillus untuk membantu pertumbuhan jamur.
METODE PENELITIAN membantu mempercepat pertumbuhan jamur
Penelitian ini dilakukan di laboratorium tiram (Pleurotus ostreatus). Inokulasi dilakukan
Pendidikan Biologi Universitas Sultan Ageng di ruangan tertutup dengan suhu sekitar 280C.
Tirtayasa. Penelitian dilakukan pada bulan juni Bibit jamur tiram (Pleurotus ostreatus) dan
2019. Metode yang digunakan adalah Rancangan bakteri Bacillus merupakan koleksi dari
Acak Lengkap (RAL), yang terdiri dari 4 Laboratorium pendidikan Biologi Untirta.
perlakuan: Selanjutnya dilakukan inkubasi, cawan petri yang
a. Perlakuan I: media tanam berupa 5 gram sudah berisi bibit tetap berada pada ruangan
serbuk kayu, dedak 0.3 gram, kapur 0.2 gram tertutup untuk menghindari mikroba yang tidak
dan diberi bakteri Bacillus 2 ml. diinginkan masuk dengan suhu 220C-280C.
b. Perlakuan II: media tanam berupa 5 gram Inkubasi dilakukan selama 4 hari, sampai
ampas kelapa, 0.3 gram dedak, 0.2 gram miselium tumbuh merata pada media tanam atau
kapur dan diberi bakteri Bacillus 2 ml. disebut dengan full grown.
c. Perlakuan III: media tanam berupa Parameter yang diamati dalam penelitian ini
campuran 2.5 gram serbuk kayu, 2.5 gram adalah panjang miselium dan berat basah
ampas kelapa, 0.3 gram dedak, 0.2 gram miselium. Suhu dan pH substrat selama proses
kapur serta diberi bakteri Bacillus 2 ml. penelitian diamati sebagai parameter
d. Perlakuan IV: media tanam berupa 5 gram pendukung. Data yang diperoleh dianalisis
serbuk kayu, 0.3 gram dedak, dan 0.2 gram menggunakan analisis sidik ragam, kemudian
kapur tanpa menggunakan bakteri (kontrol) hasilnya dibandingkan. Dari hasil tersebut akan
Penanaman jamur tiram (Pleurotus diketahui jenis media tanam yang baik untuk
ostreatus) dilakukan pada 4 cawan petri yang jamur tiram (Pleurotus ostreatus).
berbeda. Alat yang diperlukan dalam penelitian HASIL
ini adalah cawan petri dan jarum inokulasi untuk Pada penelitian kali ini, kami mengamati
meletakkan bibit, dan autoklaf untuk proses pertumbuhan bibit jamur tiram selama 4 hari.
sterilisasi media tanam. Bahan yang digunakan Pada hari pertama, bibit jamur tiram belum
adalah bibit jamur tiram (Pleurotus ostreatus), mengalami pertumbuhan apapun, lalu kami
serbuk kayu, ampas kelapa, dedak, kapur, dan semprotkan sedikit air ke media tanam agar
bakteri Bacillus. sedikit lembab. Selanjutnya pada hari kedua pun
Prosedur atau tahapan yang harus dilewati masih sama, belum adanya pertumbuhan dari
pada penelitian ini adalah proses pembuatan bibit jamur tiram tersebut. Di hari ketiga, masih
media bibit jamur tiram (Pleurotus ostreatus), belum terlihatnya perkembangan apapun dari
proses penyiapan bakteri, dan tentunya proses bibit jamur tiram. Akhirnya, pada hari keempat,
pertumbuhan dari jamur tiram (Pleurotus karena masih belum ada pertumbuhan yang
ostreatus) itu sendiri. Pada proses penyiapan signifikan dari jamur tersebut, kami berhentikan
bakteri, kultur bakteri diremajakan pada media pengamatan kami sampai hari keempat saja.
NA miring, selama 1x24 jam. Kemudian bakteri Selama 4 hari tersebut, bibit jamur tiram
dipindahkan kedalam media NB, dan yang kami coba tumbuhkan, ternyata tidak
dihomogenkan menggunakan shaker selama mengalami pertumbuhan sama sekali. Banyak
1x24 jam. Tahapan selanjutnya adalah faktor yang menyebabkan kegagalan ini terjadi.
menginjeksi bakteri ke dalam cawan petri steril Mulai dari kurang sterilnya alat dan bahan yang
yang sudah berisikan media. kami gunakan, hingga ketidaksesuaian prosedur
Media diletakkan pada cawan petri, sesuai yang kami lakukan.
dengan jenis perlakuan yang akan dibuat, Dari beberapa faktor tersebut,
kemudian disuntikkan bakteri Bacillus untuk kemungkinan terbesar kegagalan terdapat pada
ketidaksesuaian prosedur yang dilakukan. Ketika produksi optimum protease Bacillus subtilis
proses inokulasi bibit jamur ke media tanam, sejalan dengan pola kurva pertumbuhan bakteri
masih kurang dalam keadaan steril karena secara umum dengan aktivitas protease tertinggi
kontaminasi hanya diantisipasi dengan dicapai pada jam ke-46, yaitu sebesar 2,163
penggunaan api pada bunsen, bukan di laminar. U/mL (Efendi et al,2017). Dalam jurnal yang
Pada dasarnya, jamur tiram memiliki suhu ditulis oleh Saskiawan (2015),penggunaan
optimum untuk pertumbuhannya, namun kami mikroorganisme selulolitik mempengaruhi waktu
kurang memerhatikan hal tersebut. Selain itu full grown dan berat hasil panenan jamur tiram.
juga, kemungkinan terdapat kesalahan pada saat Bakteri B. subtilis merupakan menghasilkan
perhitungan untuk takaran nutrisi pertumbuhan kompos dengan waktu full grown terbaik
jamur tiram. dibandingkan mikroorganisme selulotik lainnya.
Penambahan bakteri pada media Pada percobaan yang kami lakukan, baik
pertumbuhan jamur tiram bertujuan untuk pada media yang diinokulasikan bakteri maupun
mengomposkan media jamur tiram tersebut. yang tidak diinokulasikan bakteri jamur tiram
Beberapa mikroba diketahui dapat meningkatkan tidak tumbuh pada hari keempat. Hal tersebut
kandungan unsur hara dalam kompos diantaranya dapat disebakan karena kecepatan pertumbuhan
karbon dan nitrogen. Jamur tiram akan lebih jamur tiram yang lambat ataupun nutrisi dan
mudah menggunakan gula sederhana hasil kelembaban pada media tumbuh jamur tiram
dekomposisi mikroorganisme sebagai sumber tidak cukup untuk mendukung pertumbuhan
karbon dalam proses pertumbuhan jamur tiram. jamur tiram.
Beberapa mikroorganisme yang dapat digunakan
dalam pengomposan diantaranya Trichoderma DAFTAR PUSTAKA
harzianum, Aspergillus niger, Bacillus subtilis, Asneti, T, Nazip, K & Santri DJ 2015, ‘Ampas
dan Pseudomonas aeruginosa (Saskiawan, kelapa sebagai campuran media tanam
2015). untuk meningkatkan pertumbuhan jamur
Bakteri yang kami inokulasikan pada tiram (Pleurotus ostreatus) dan
media pertumbuhan jamur tiram adalah bakteri aplikasinya sebagai materi pada
Bacillus. Pada jurnal yang ditulis oleh Sumardi pembelajaran biologi sma’, Jurnal
dan rekan-rekannya (2012) Bakteri Bacillus sp. Pembelajaran Biologi, vol. 2, no. 6, pp.
menghasilkan enzim-enzim seperti protease dan 31-38.
amilase yang dapat membantu pencernaan, serta
Efendi,Y, Yusra & Vivi OE 2017, ‘optimasi
memproduksi asam-asam organik rantai pendek
potensi bakteri Bacillus subtilis sebagai
yang mempunyai sifat antimikroba. Sementara
sumber enzim protease’, Jurnal Akuatika
itu, dalam jurnal yang ditulis oleh Onibala (2013)
Indonesia, vol2, no.1, pp.87-94.
dikatakan bahwa Bacillus sp. merupakan bakteri
Ikhsani, M, & Ariani, E 2017. ‘Pengaruh molase
pathogen yang dapat menyebabkan penyakit pada
terhadap pertumbuhan dan hasil jamur
manusia dan juga kerusakan produk.
tiram putih (Pleurotus ostreatus) pada
Bakteri Bacillus yang dapat digunakan media serbuk kayu mahang dan sekam
dalam proses pengomposan adalah Bacillus padi’, JOM FAPERTA, vol 4, no. 2, pp.
subtilis. Bacillus subtilis merupakan bakteri 1-13.
Gram-positif berbentuk batang yang dapat
Onibala,H 2013. ‘Identifikasi Bacillus sp. Pada
membentuk endospora pelindung yang kuat.
beberapa tahapan pengolahan frozen
Bakteri Bacillus subtilis memiliki kemampuan
tasteless smoked tuna’, Jurnal Perikanan
proteolitik. Kemampuan proteolitik tersebut
dipengaruhi oleh jenis medium. Pola waktu
dan Kelautan Tropis, vol 9, no. 2, pp.76- dan kulit durian (Durio zibethinus)’,
79. Prosiding Seminar Nasional
Megabiodiversitas Indonesia 09 April
Saskiawan, I 2015. ‘Penambahan inokulan
2018 Gowa, UIN Alauddin Makassar,
mikroba selulolitik pada pengomposan
Palopo, pp. 26-30.
jerami padi untuk media tanam jamur
tiram putih (Pleurotus ostreatus)’, Jurnal Sumardi,dkk 2012, ‘Isolasi dan
Biologi Indonesia, vol. 11, no. 2, pp. 187- Karakterisasi Bacillus Sp. Penghasil
Antimikroba dari Saluran
193.
Pencernaan Ayam Kampung (Gallus
Suhaeni, Yunus, NM, Nurjannah, S & Sari A Domesticus)’, Prosiding SNSMAIP
III 2012 Lampung, UNILA,
2018, ‘Pertumbuhan dan produktivitas
Lampung, pp.206-311.
jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus)
pada media tanam sabut kelapa sawit
(Elaeis guinensis)
LAMPIRAN
No Foto Keterangan
1. Proses pembuatan media tumbuh

2. Proses penimbangan nutrisi untuk


pertumbuhan jamur tiram

3. 100% serbuk kayu + bakteri

4. 100% ampas kelapa + bakteri

5. 50% sebuk kayu + 50% ampas kelapa +


bakteri
6. 100% serbuk kayu tanpa bakteri (kontrol)

Anda mungkin juga menyukai