Anda di halaman 1dari 3

wan

Selasa, 09 Oktober 2012

Raden Ajeng Kartini

RADEN AJENG KARTINI

BAB I
PENDAHULUAN

Kartini adalah pejuang kaum wanita yang berjasa memperjuangkan


kaumnya. Ia berjuang membuat derajat wanita setara dengan kaum laki-
laki. Dia juga memberantas kebodohan dan memajukan kaumnya. Kartini
juga ingin memperoleh kebebasan. Ia sosok wanita yang berani. Dia juga
senang berteman. Kita perlu mengenal kartini lebih dalam karena jasa-
jasanya dan tekadnya yang kuat.
Raden Ajeng Kartini adalah pahlawan yang mengambil tempat
tersendiri di hati kita dengan segala cita-cita, tekad dan perbuatanya .Ide-
ide besarnya telah mampu menggerakkan dan mengilhami kaumnya dari
kebodohan yang tidak disadari pada masa lalu.
Dengan keberanian dan pengorbanan yang tulus dia mampu
mengubah kaumnya dari belenggu diskriminasi. Penderitaan perempuan
Jawa yang dunianya sebatas tembok rumah dan bersedia untuk dimadu
kini bisa bebas untuk berpartisipasi di segala bidang.

BAB II
ISI

Kartini lahir di Jepara Jawa Tengah pada tanggal 21 April 1879.


Kartini adalah putri dari Adipati Ario Sosrodiningrat, Bupati Jepara. Ia putri
dari istri pertama tapi bukan dari istri utama. Ibunya bernama M.A
Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang
guru agama di Telu-kawur,Jepara.
Adipati Ario Sosrodiningrat awalnya adalah seorang wedana di
Mayong. Peraturan waktu itu mengharuskan seorang Bupati beristrikan
bangsawan. Karena Ngasirah bukan bangsawan tinggi, maka beliau
menikah lagi dengan Raden Adjeng Werjan. Setelah pernikahan itu, ayah
kartini diangkat menjadi Bupati di Jepara, menggantikan kedudukan ayah
kandung R.A Werjan, yaitu ,R.A.A. Tjitrowikromo.
R.AKartini anak ke -5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari 11
bersaudara Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakak Kartini
Sosrokartono adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Kartini
diperbolehkan bersekolah di ELS (Eropase Legene School) hingga
usia 12 tahun. Di situlah Kartini belajar bahasa Belanda.
Pada seusia 12 tahun, Kartini harus mengalami masa pingitan.
Kartini dipingit karena kebiasaan adat istiadat di tempat tinggalnya. Apabila
seorang wanita sudah menamatkan belajar di tingkat sekolah dasar, gadis
tersebut harus mengalami masa pingitan hingga saatnya menikahnya tiba.
Merasakan hambatan demikian, Kartini remaja yang bergaul dengan
orang-orang terpelajar dan juga gemar membaca buku. Hatinya merasa
sedih melihat kaumnya yang kebanyakan terdiri dari anak keluarga biasa
tidak pernah bersekolah.
Sejak saat itu Kartini berkeinginan dan betekad memajukan
kaumnya. Untuk membenahi cita-citanya tersebut dia mendirikan sekolah
untuk anak gadis. Di sekolah itu diajarkan pelajaran menjahit, menyulam,
memasak dan sebagainya. Semua itu tidak dipungut biaya apapun.
Bahkan demi cita-cita mulianya tersebut, Kartini berencana mengikuti
sekolah guru di Belanda. Dia ingin menjadi seorang pendidik yang lebih
baik. Ia mendapat beasiswa dari pemerintah Belanda. Namun keinginan
mulianya tersebut kembali tidak tercapai karena larangan orang tuanya.
Kartini sangat senang berteman dengan orang-orang di dalam negeri
maupun di Eropa khususnya di negeri Belanda. Kepada sahabatnya dia
sering mencurahkan isi hatinya tentang keinginannya untuk memajukan
kaum wanita di negerinya. Ia ingin ada persamaan hak kaum wanita dan
kaum pria.
Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka ia menulis surat
kepada sahabatnya di Eropa, salah satu temanya adalah Rosa
Abendanon. Oleh kawan-kawannya di Belanda. surat-surat Kartini
dikumpulkan dan diterbitkan menjadi sebuah buku berjudul Door
Duistermis Tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang). Buku inilah yang
akhirnya menjadi pondasi ’bangunan’ kesetaraan gender di Indonesia.
Orang tua Kartini menikahkannya dengan K.R.M Adipati Ario Singgih
Djoyodiningrat, seorang Bupati di Rembang. Kartini menikah pada tanggal
12 November 1903. Suaminya memberi kebebasan dan mendukung
mendirikan sekolah wanita.
Kehidupan berkeluarganya tidak berlangsung lama. Kartini wafat di
Rembang pada tanggal 17 September 1904, empat hari setelah beliau
berjuang melahirkan putra pertamanya.

BAB III
ULASAN

Apa yang sudah dilakukan RA Kartini sangat berpengaruh bagi


bangsa kita. Kini kaum wanita sudah merasakan hasilnya. Kaum wanita
sudah bisa sekolah dengan bebas dan di mana saja baik di dalam maupun
di luar negeri. Gerakan emansipasi wanita telah berhasil. Kartini telah
berjasa besar dalam menghantarkan kaum wanita Indonesia menuju
mimbar kehormatam dan kebebasan.
Kartini adalah sosok wanita teladan yang patut kita contoh. Kita perlu
mencontoh keinginannya memberantas kebodohan dan mendirikan
sekolah gratis bagi kaum wanita. Kita juga harus mencontoh sikap Kartini
yang mempunyai banyak cita-cita mulia.Kartini juga menulis surat untuk
memperoleh pertolongan dari luar negeri demi cita-citanya.
Tanggal 21 April, kita memperingati kelahiran Raden Ajeng Kartini
seorang pejuang tokoh wanita. Dia seorang figur yang baik dan harus kita
teladani dalam kehidupan sehari- hari. Bangsa yang besar adalah bangsa
yang tidak melupakan jasa-jasa pahlawannya.

Anda mungkin juga menyukai