Anda di halaman 1dari 3

Kewajiban Menuntut Ilmu

Kewajiban Menuntut Ilmu


Dalam sebuah haditsnya Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang ingin hidup bahagia di dunia
maka hendaklah dia memiliki ilmu, dan barangsiapa yang ingin hidup bahagia di akhirat mestilah
memiliki ilmu, dan barangsiapa yang ingin hidup bahagia pada keduanya maka mesti juga dengan
ilmu”. Hadits ini mengisyaratkan kepada kita, betapa pentingnya penguasaan ilmu oleh manusia
demi kebahagiaan mereka sendiri baik dunia maupun akhirat. Sebagai contoh, seorang buruh yang
hanya bekerja mangandalkan ototnya, bekerja selama sehari penuh di bawah terik matahari
dengan beban pekerjaan yang sangat berat menerima upah Rp. 40.000. Sementara seorang
Profesor memberikan ceramah dalam waktu 30 menit dan berada dalam ruangan ber-AC dengan
suguhan menu yang istimewa, lalu dijemput dan di antar ke bandara dengan mobil mewah,
diberikan uang saku jutaan rupiah. Perbedaan penghargaan itu terjadi karena keduanya berbeda
dalam penguasaan ilmu. Wajarlah kalau Allah swt berfirman dalam surat al-Mujadilah [58]: 11
‫ا َاللعذيِجن َجءاجمتنوُا َعملنتكلم َجوُاللعذيِجن َتأوُتتوُا َاللععللجم َجدجرججاَ ت‬
‫ت‬ ‫جيِلرجفعع َ ل ت‬
Artinya:”…Allah pasti mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-
orang yang diberikan ilmu pengetahuan…”
Oleh karena itu, Islam sangat mendorong umatnya untuk menjadi penguasa ilmu pengetahuan.
Hal itu tersirat dalam banyak ayat Allah swt maupun hadits Rasulullah saw. Seperti yang terdapat
dalam hadits berikut, “Tuntutlah ilmu dari ayunan sampai ke liang lahat”. Dalam riwayat lain
disebutkan “Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan.
Begitu juga hadits lain memerintahkan, “tuntutlah imlu itu walupun sampai ke negeri Cina”.
Menuntut dan memiliki ilmu menjadi penting bagi kehidupan manusia, karena orang yang berilmu
akan mendapatkan beberapa keuntungan, di antaranya:
1. Terhindar dari penipuan dan kesesatan
Hal itu disebutkan Allah swt dalam surat an-Nisa’ [4]: 113
َ ‫ضللوُجن َإعلل َأجلنفتجستهلم‬ ‫ضللوُجك َجوُجماَ َتيِ ع‬‫ت َجطاَعئجفةة َعملنتهلم َأجلن َتيِ ع‬ ‫ضتل َ ل ع‬
‫ا َجعجلليِجك َجوُجرلحجمتتته َجلجهلم ل‬ ‫جوُجللوُجل َجف ل‬
‫ب َجوُاللعحلكجمجة َجوُجعللجمجك َجماَ َجللم َجتتكلن َجتلعجلتم َجوُجكاَجن‬ ‫ك َعملن َجشليتء َجوُأجلنجزجل َ ل ت‬
‫ا َجعجلليِجك َاللعكجتاَ ج‬ ‫ضلروُجن ج‬
‫جوُجماَ َجيِ ت‬
َ‫ا َجعلجليِجك َجععظيِمما‬ ‫ضتل َ ل ع‬ ‫جف ل‬
Artinya: “Sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, tentulah segolongan
dari mereka berkeinginan keras untuk menyesatkanmu. Tetapi mereka tidak menyesatkan
melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak dapat membahayakanmu sedikitpun kepadamu. Dan
(juga karena) Allah telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu, dan telah mengajarkan
kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu.”
Biasanya orang yang mudah ditipu oleh manusia lain, adalah yang tidak berilmu. Seorang yang
memiliki ilmu jangankan manusia biasa, jin dan iblispun tidak berani mengganggunya. Seperti
kisah orang alim; pembesar Sulaiman as. yang memiliki ketinggian derajat, bahkan dari rajanya
bangsa jin ‘Ifrit. Seperti yang disebutkan dalam surat an-Naml [27]: 40.
2. Terhindar dari pelecehan orang lain
Hal itu seperti terlihat dalam ungkapan Allah swt kepada nabi Nuh as dalam surat Hud [11]: 46
َ ‫ك َعبعه َععللةم َإعنني‬ ‫صاَلعتح َجفجل َجتلسأ جللعن َجماَ َلجليِ ج‬
‫س َلج ج‬ ‫س َعملن َأجلهلع ج‬
‫ك َإعلنته َجعجمةل َجغليِتر َ ج‬ ‫جقاَجل َجيِاَتنوُتح َإعلنته َلجليِ ج‬
‫ظجك َأجلن َجتتكوُجن َعمجن َاللججاَعهعليِجن‬ ‫أجعع ت‬
Artinya: “Allah berfirman: "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang
dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatannya) perbuatan yang tidak baik. Sebab itu
janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat) nya.
Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang
tidak berpengetahuan (orang bodoh).”
Ayat tersebut, walaupun tidak ditujukan Allah swt untuk merendahkan dan melecehkan nabi Nuh
as. namun jika manusia dengan sesamanya mengungkapan ungkapan seperti itu, biasanya
bermakna merendahkan lawan bicara.
3. Terhindar dari kematian hati

Allah swt menyebutkan bahwa salah satu yang menyebabkan hati manusia mati, adalah ketiadaan
ilmu. Sebab, dalam surat an-Nahl [16]: 70, Allah swt memberikan hati kepada manusia agar hati
itu digunakan untuk memperoleh ilmu dan mesti selalu diasah dan diasuh dengan ilmu
pengetahuan. Jika tidak pernah diberikan haknya berupa ilmu, maka dia akan mati. seperti yang
disebutkan Alah swt dalam surat al-An’am [6]: 122

‫س َجكجملن َجمجثلتته َعفي َاللظلتجماَ ع‬


َ ‫ت‬ ‫أججوُجملن َجكاَجن َجمليِمتاَ َجفأ جلحجيِليِجناَته َجوُجججعللجناَ َجلته َتنوُمرا َجيِلمعشي َعبعه َعفي َاللناَ ع‬
‫س َعبجخاَعرتج َعملنجهاَ َجكجذلعجك َتزنيِجن َلعللجكاَعفعريِجن َجماَ َجكاَتنوُا َجيِلعجمتلوُجن‬
‫لجليِ ج‬
Artinya: “Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan
kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah
masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-
kali tidak dapat keluar daripadanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang
baik apa yang telah mereka kerjakan.”

4. Terhindar dari sikap ceroboh


Biasanya orang yang berilmu akan sangat hati-hati dalam berbuat, berkata, bersikap atau
memutuskan sesuatu. Namun, orang yang tidak berilmu biasanya cendrung bersikap ceroboh dan
gegabah, baik dalam ucapan, tindakan, maupun sikap. Sehingga kecerobohan ini, seringkali
membuat dia menghadapi bahaya dan kesulitan. Hal itu disebutkan Allah dalam surat Thaha [20]:
114
‫ضى إ إل كي ي ك‬ ‫قركءان من قكب ك‬
‫ك‬ ‫ق ك‬‫ن يي ي‬
‫لأ ي‬‫ل إبال ي ي ي إ إ ي ي إ‬ ‫حقق وككل ت كعي ك‬
‫ج ي‬ ‫ك ال ي ك‬ ‫ه ال ي ك‬
‫مل إ ي‬ ‫فكت ككعاكلى الل ل ي‬
‫ما‬‫عل ي م‬
‫ب زإد يإني إ‬ ‫ه وكقي ي‬
‫ل كر ب‬ ‫حي ي ي‬
‫وك ي‬
Artinya: “Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa
membaca Al Qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya
Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.”
5. Dapat melihat persolaan dengan baik dan memutuskan dengan tepat
Hal ini disebutkan Allah dalam surat ar-Ra’d [13]: 19
‫ك‬ ‫ما أ ين يزإ ك‬ ‫أ كفكمن يعل ك ك‬
‫ما ي كت كذ كك لير‬
‫مى إ إن ل ك‬
‫ن هيوك أع ي ك‬
‫م ي‬ ‫ك ال ي ك‬
‫حق ق ك ك ك‬ ‫ن كرب ب ك‬
‫م ي‬ ‫ل إ إل كي ي ك‬
‫ك إ‬ ‫م أن ل ك‬
‫ك ي كي ي‬
‫ك‬ ‫ي‬
‫أويلو ايلل يكبا إ‬
‫ب‬
Artinya: “Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang
dapat mengambil pelajaran.”
Ini adalah salah satu keutamaan orang yang berilmu, di mana dia akan sangat arif menyikapi suatu
persoalan. Baik persoalan sendiri, maupun orang lain yang diserahkan penyelesaiannya
kepadanya. Tidak seperti orang yang buta, sebagaimana yang disebutkan Allah swt. Buta di sini
tentu saja bukan buta mata, tetapi buta hati karena tidak memiliki ilmu dan wawasan.
Sikap bijaksana ini tergambar dari sikap ratu Balqis seperti diceritakan Allah swt dalam surat an-
Naml [27]: 20-40. Ratu Balqis sebagai seorang ratu yang berilmu dan bijaksana, membuat dia
dihormati dan disegani seluruh rakyat Yaman. Dia juga membuat nabi Sulaiman as. manjadi
kagum atas sikapnya yang sangat bijaksana dan ketika menjawab semua pertanyaan Sulaiman.

6. Bisa membedakan yang baik dan yang buruk


Hal ini terganbar dari firman Allah swt dalam surat Muhammad [47]: 3
‫فروا اتبعوا ال يباط ك ك‬ ‫ذ كل ك ك‬
‫ن‬
‫م ي‬ ‫حق ل إ‬ ‫مينوا ات لب كيعوا ال ي ك‬‫ن كءا ك‬‫ذي ك‬‫ن ال ل إ‬‫ل وكأ ل‬ ‫ك إ‬ ‫لكي‬ ‫ن كك ك ي‬ ‫ن ال ل إ‬
‫ذي ك‬ ‫ك ب إأ ل‬‫إ‬
‫ك‬
‫م‬‫مكثال كهي ي‬
‫سأ ي‬ ‫ه إلللنا إ‬ ‫ب الل ل ي‬‫ضر إ ي‬‫ك يك ي‬ ‫م ك كذ كل إ ك‬
‫كرب بهإ ي‬
Artinya: “Yang demikian adalah karena sesungguhnya orang-orang kafir mengikuti yang batil dan
sesungguhnya orang-orang yang beriman mengikuti yang hak dari Tuhan mereka. Demikianlah
Allah membuat untuk manusia perbandingan-perbandingan bagi mereka.”
Agaknya bisa dipastikan bagi yang tidak berilmu susah membedakan antara yang baik dan buruk,
bahkan untuk dirinya sendiri. Tidak mungkin seseorang melakukan sesuatu kebaikan atau
menghindari keburukan kalau keduanya tidak berbeda baginya. Oleh karena itulah, dianggap wajar
kalau binatang selalu salah dan tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk, yang boleh dan
haram karena ia tidak mempunyai ilmu.

7. Terhindar dari gangguan jin, iblis dan makhluk halus lainnya


Hal ini seperti cerita seorang alim pada masa nabi Sulaiaman as. yang mengangkat istana Balqis
dalam waktu kedipan mata, mengungguli jin ‘Ifrit yang mampu mengangkatnya dalam waktu yang
lebih lama. Seperti dalam surat an-Namal [27]: 40. Hal ini mengisyaratkan bahwa orang yang
berilmu memiliki kedudukan lebih hebat dari bangsa Jin, dan karena itu tidak akan mungkin bisa
diganggu oleh makhluk semacam itu.

Anda mungkin juga menyukai