Anda di halaman 1dari 9

TUGAS RESUME JURNAL ABNORMAL

KECEMASAN PADA WANITA YANG MENGHADAPI MENOPAUSE


Dosen Pengampu: Dinar Sari Eka Dewi S.Psi., M.Si

Tugas ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah


Psikologi Abnormal dan Psikopatologi

Disusun Oleh:

Nama : Triyanti
NIM : 1407010116
Kelas : 3B Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2015
HASIL RANGKUMAN

A. Kecemasan Pada Wanita Yang Menghadapi Menopause


Menopause dikenal sebagai masa berkahirnya menstruasi atau haid, dan sering
dianggap menjadi momok dalam kehidupan wanita. Sebagian besar wanita usia 40-an
dan puncaknya tercapai pada usia 50 tahun (Kronenberg, 1990; Freeman dan Sherif;
2007; Utian, 2005; Williams, dkk 2007). Akibat perubahan dari haid menjadi tidak
haid lagi, otomatis terjadi perubahan organ reproduksi wanita. Perubahan fungsi
indung telur akan mempengaruhi hormone dalam yang kemudian memberikan
pengaruh pada organ tubuh wanita pada umumnya. Tidak herean apabila kemudian
muncul berbagai keluhan fisik, baik yang berhubungan dengan organ reproduksinya
maupun organ tubuh pada umumnya. Perubahan ini mempengaruhi keadaan psikis
seorang wanita, keluhan fisik maupun psikis ini tentu saja akan mengganggu kesehatan
wanita yang bersangkutan termasuk perkembangan psikisnya. Bahkan wanita yang
mengeluh bahwa dengan datangnya menapouse mereka akan menjadi pencemas.
Kecemasan yang muncul pada wanita menopause sering dihubungkan dengan
adanya kekhawatiran dalam menghadapi suatu situasi yang sebelumnya tidak pernah
dikhawatirkan.Mereka cemas dengan berakhirnya era reproduksi yang berarti
berhentinya nafsu seksual dan fisik. Menyadari dirinya akan menjadi tua, yang berarti
kecantikannya akan memudar. Hal ini akan menghilangkan kebanggannya sebagai
wanita, dikhawatirkannya akan mempengaruhi hubungannya dengan suami maupun
lingkungan sosialnya. Selain itu usia ini sering dikaitkan dengan timbulnya penyakit
kanker atau penyakit lain yang serong muncul pada saat wanita memasuki usia tua.
B. Hasil dan Pembahasan
1. Gejala Kognitif
Saat melihat dirinya dalam cermin yang semakin tua, keriput dan tidak cantik
lagi subjek menjadi takut sendiri. Subjek merasa tidak konsentrasi bila sedang
mengerjakan sesuatu, jika tiba-tiba melihat di televise ada yang membahas mengenai
menopause maka subjek akan lebih sulit lagi untuk konsentrasi, kesulitan dalam
membuat keputusan. Mengalami gangguan tidur selalu keringatan dan gelisah apabila
tidur, sehingga tidurnya kurang nyenyak. Merasa panic dan serba salah melihat dirnya
sudah tua, hal yang membuat subjek cemas adalah bila subjek pergi sendiri tanpa
ditemani siapa pun maka subjek akan merasa tidak nyaman, sukar berkonsentrasi
ketika sedang bekerja. Mengalami gangguan tidur setiap malam, subjek akan merasa
grogi, slah tingkah dan tidak bisa bicara bila menghadapi situasi yang sulit apabila bila
subjek berada di tempat baru dan berada di sekitar orang-orang baru. Selain itu subjek
juga terpaku pada bahaya yang tidak jelas seperti takut akan menghadapi menopause
sehingga subjek tidak siap untuk menghadapi menopause sebab subjek takut tidak
cantik lagi, keriputan dan tua serta ia takut terlihat tidak menarik lagi bagi suaminya.
Sesuai yang dikatakan oleh Sue dkk dalam Haber dan Runyon (1984) gejala kognitif
dimanifestasikan ke dalam pikiran individu, dimana gejala yang tampak dalam
individu seperti gelisah, sulit tidur dan terlalu terpaku pada bahaya yang tidak jelas.
2. Gejala Motorik
Tubuh subjek terkadang bergetar bila berada ditempat ramai dan lingkungan
baru, serta bila sedang cemas dan takut. Subjek sering menggigit kuku dan bibirnya
tanpa disadarinya apalagi bila subjek sedang cemas dan grogi, mudah letih bila banyak
melakukan aktivitas, walaupun aktivitas tersebut tidak begitu berat bagi subjek.
Menurut Seu dkk dalam Haber dan Runyon (1984) gejala motorik dimanifestasikan
kedalam perilaku motorik seperti gerakan tidak beraturan dan tidak berarah yang
bermula pada gerakan yang dimulai dengan genetaran secara halus kemudian
meningkat intensitasnya.
3. Gejala Somatik
Keringat subjek lebih banyak dari biasanya apalagi bila subjek banyak
melakukan melakukan aktifitas dan tidur. Jantungnya berdetak lebih kencang jika
subjek sedang cemas, takut dan grogi. Demikian pun dengan tangan dan kakinya akan
basah bila subjek grogi dan cemas. Muka mudah kering, tangan dan kakinya sering
kesemutan sering merasa pusing dan mual. Merasa panas dingin da sering buang air
kecil sampai tidak bosa menahan. Muka terlihat sangat pucat seperti tanpa darah bila
sedang cemas. Denyut nadi lebih cepat dari biasanya kalau ada orang lain yang
membicarakan masalah menopause. Subjek pada saat ini mengalami gejala somatik
seperti keringat berlebih (Tataryn, dkk, 1979; Freeman dan Sherif, 2007), muka kering
(Utian, 2005; Rossow, dkk 2007), mual (Visvnathan, 2005), pusing dan kesemutan
(Visvnathan, 2005; Rossow, dkk 2007; Wiliams, dkk, 2007).
4. Gejala Afektif
Sering merasa gelisah apa- lagi akhir-akhir ini subjek akan meng- hadapi
menopause. Subjek merasa takut dan di hatinya membayangkan bagaimana nanti jika
sudah tidak dapat haid lagi. Saat ini subjek merasa gelisah akan menghadapi
menopause, membayangkan bagaimana bila sudah tidak dapat haid lagi, pasti akan
merasa aneh. Subjek juga merasa mudah tersinggung, tidak sabaran dan bimbang akan
menghadapi meno- pause.
Sesuai dengan yang dikatakan Sue dkk dalam Haber dan Runyon (1984) gejala
afektif dimanifestasikan pada perasaan emosi individu seperti adanya bahaya yang
mengancam dirinya sehingga individu merasa tidak nyaman dan sangat khawatir serta
gelisah yang berlebihan. Disini dapat dilihat bahwa subjek merasa tidak nyaman,
khawatir dan gemetaran yang berlebihan akan menghadapi menopause. Walaupun
subjek telah mem- persiapkan diri dengan banyak membaca buku, majalah,
koran,melihat televisi dan banyak bertanya pada orang yang sudah menopause tetap
saja subjek merasa takut karena adanya pikiran-pikiran bahwa ia tidak cantik lagi,
keriput, tua dan tidak bugar lagi. Selain itu subjek pun merasa takut suaminya akan
mencari wanita lain bila ia terlihat tidak cantik dan bugar lagi.
Kecemasan tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Chaplin (1997)
yang mengatakan kecemasan dalam beberapa arti, yang pertama pe- rasaan campuran
seperti ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa men- datang tanpa sebab yang
jelas. Kedua, rasa takut dan kekhawatiran yang ringan. Ketiga, kekhawatiran dan
ketakutan yang kuat. Dan yang keempat adalah dorongan sekunder seperti reaksi
menghindar. Pada saat ini subjek masuk dalam pengertian tersebut dimana subjek
merasa takut, khawatir, dan ingin menghindar dari masa menopause tersebut.
C. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kecemasan
Menurut suami subjek, keluarganya termasuk harmonis karena setiap masalah
selalu dibicarakan dengan baik, namun suami subjek tidak memberikan dukungan apa
pun pada subjek karena menurutnya subjek tidak pernah cerita mengenai menopause.
Saat ini subjek merasa kehilangan anggota keluarganya, karena anak per- tamanya
yang laki-laki sudah menikah sekitar satu tahun lebih. Subjek pernah mengalami
trauma sewaktu kecelakaan yang sampai sekarang tidak dapat subjek lupakan. Sejak
saat itu subjek jadi takut bila berangkat ke tempat yang jauh. Menurut subjek
menopause adalah jika seseorang sudah tidak dapat haid lagi dan subjek pun belum
mengalami hal tersebut. Pendapat subjek tentang keriput adalah sudah tidak cantik lagi
dan kalau keriput menurut subjek badan sudah tidak segar dan bugar lagi. subjek
merasa takut suaminya kecewa dengan keadaan subjek sekarang, namun subjek tidak
berani bertanya pada suaminya karena merasa takut. Sekarang hubungan intim subjek
dengan suaminya sudah mulai jarang dan ada perubahan. Sekarang ini subjek merasa
capek dan sakit bila berhubungan dengan suaminya. Subjek juga merasa tidak tahu
bagaimana pendapat suaminya mengenai hal tersebut karena subjek merasa takut untuk
bertanya dan juga takut suaminya kecewa karena ia sudah tidak seperti dulu lagi.
Perubahan yang subjek alami ketika akan menopause adalah lebih emosional, gelisah
dan mudah capek serta dalam berhubungan intim pun subjek merasa ada perubahan
jadi cepat capek. Subjek merasa tidak punya masalah dengan fisiknya.
Sesuai dengan pendapat Beck dkk dalam Freman dan Di Tomasso (1994) keya-
kinan semu mengenai suatu ancaman atau bahaya yang dianggap dipicu oleh situasi
tertentu yang mirip dengan situasi tersebut ketika keyakinan didapat dan dipelajari.
namun akhir-akhir ini subjek merasa lebih gemuk, keriput, tua dan sudah tidak cantik
lagi.
Freman dan Di Tomassco (1994) menyatakan bahwa masalah fisik dapat
menyebabkan simptom seperti kelelahan atau depresi yang dapat memengaruhi
ambang toleransi individu dalam menangani penyebab tekanan sehari-hari. Di sini
dapat dilihat bahwa subjek merasa lebih gemuk, mudah lelah dan tua dan hal inilah
yang membuat subjek takut menghadapi menopause.
Atkinson dkk (1991) mendefinisi- kan kecemasan sebagai emosi yang tidak
menyenangkan yang ditandai dengan rasa khawatir, keprihatinan dan rasa takut yang
kadang-kadang dalam, dan dalam tingkat yang berbeda. Frued dalam Atkinson dkk
(1991) mengatakan kecemasan sebagai suatu keadaan tegang. Sedangkan menurut
Kronenberg (1990) kecemasan adalah keadaan yang tidak menyenangkan dan
menegangkan akan bencana yang tidak diharapkan.
Menurut Hawari (2001) pada individu yang cemas, gejalanya didominasi oleh
keluhan psikis (ketakutan dan kekhawatiran), tetapi dapat pula disertai keluhan somatis
(fisik). Adapun gejala pada individu yang mengalami kecemasan adalah cemas,
khawatir, bimbang, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri dan mudah
tersinggung; merasa tegang, tidak tenang, gelisah, gerakan sering serba salah dan
mudah terkejut; takut sendirian, takut keramaian dan banyak orang; gangguan pola
tidur, mimpi-mimpi yang mene- gangkan; gangguan konsentrasi dan daya ingat;
keluhan somatik seperti rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran ber- dengung
(tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, sakit kepala dan lain
sebagainya.
Menurut Hawari (2001), faktor yang memengaruhi kecemasan dibagi menjadi
dua (2) yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal dari kecemasan berangkat
dari pandangan psikoanalisis yang ber- pendapat bahwa sumber dari kecemasan itu
bersifat internal dan tidak disadari. Menurut Freud dalam Atkinson (1993), kecemasan
merupakan akibat dari konflik yang tidak disadari antara implus dengan kendala yang
ditetapkan oleh ego dan superego. Menurut Atkinson (1993) kecemasan lebih
ditimbulkan oleh faktor eksternal dari pada faktor internal. Seorang yang mengalami
kecemasan merasa bahwa dirinya tidak dapat mengendalikan situasi kehidupan yang
bermacam-macam sehingga perasaan cemas hampir selalu hadir.
Penyebab kecemasan menurut Ramaniah (2003) adalah keluarga, ling- kungan
sosial, bertambah atau berku- rangnya anggota keluarga, dan perubahan kebiasaan.
Terdapat faktor potensial yang dapat membuat individu secara potensial mengalami
kecenderungan untuk cemas secara umum, yaitu pewaris genetik, trau- ma mental,
pikiran, dan kurang efektifnya mekanisme penyesuaian diri. Di samping faktor
predisposisi, terdapat pula faktor terendap yang dapat menimbulkan kece- masan pada
individu (Freeman dan Tomasso, 1994). Faktor tersebut adalah masalah fisik,
penyebab eksternal, dan kepekaan emosional
Takesihaeng (2000) mengungkapkan ge- jala fisik yang mungkin dialami saat
mencapai masa menopause adalah berupa rasa panas yang tiba-tiba menyerang bagian
atas tubuh, keluar keringat yang berlebihan pada malam hari, sulit tidur, iritasi pada
kulit, gejala pada mulut dan gigi, kekeringan vagina, kesulitan menahan buang air
kecil, dan peningkatan berat badan.
Selain pada keadaan fisik timbul beberapa keluhan psikologis yang kerap kali
muncul pada wanita menopause. Keluhan psikologis itu menurut Cobb (1993), adalah
adanya penurunan daya ingat terhadap hal-hal yang sebelumnya mudah untuk diingat,
rasa cemas tanpa ada sebab yang jelas, mudah marah, serangan rasa panik (bentuk
kecemasan yang lebih khusus, melibatkan bukan hanya sekedar perasaan tapi juga
fisik), dan depresi.
HASIL PENILAIAN TERHADAP JURNAL

1. Kelebihan dari Jurnal


Abstrak dari jurnal ini jelas sehingga dengan membaca bagian abstrak kita
dapat mengetahui tentang apa saja isi dari jurnal tersebut. Prosedur penelitian juga
telah disusun dengan baik dan sistematis, sehingga pembaca mudah memahami isi
jurnal tersebut. Judul yang dipilih sangat menarik karena melihat di era sekarang
banyak wanita yang takut, mengalami kecemasan terhadap penuaan, seperti kondisi
fisik yang tidak menarik lagi, kurangnya daya tarik bagi suami, takut tidak dapat
membahayakan suami, atau takut suami akan berpaling ke wanita lain karena mereka
sudah tidak muda dan menarik lagi. Seperti yang kita lihat sekarang banyak wanita
yang rela menahan sakit dan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk
mendapatkan kecantikan yang sifatnya tahan lama. Kecantikan atau pun keindahan
fisik mungkin bisa dirawat dengan berbagai macam perawatan, akan tetapi itu tidak
berlaku dengan masa menstruasi wanita, dimana semua wanita pada akhirnya akan
mengalami masa berhentinya menstruasi. Teori yang digunakann dalam jurnal ini
mampu memperkuat hasil penelitian.
2. Kekurangan dari Jurnal
Dalam penulisan jurnal ini hanya menggunakan satu pendapat dari tokoh ahli
saja, sehingga kita dapat membandingkan antara pendapat satu dengan yang lainnya,
sehingga dengan kata lain hasil penelitian kurang memuaskan karena melihat dari
salah satu pendapat saja. Keberagaman pendapat hanya di pakai dalam bagian faktor-
faktor penyebab kecemasan tidak pada gejala kecemasan. Dalam pembahasan hasil
penelitian bahasa yang digunakan banyak yang diulang-ulang sehingga dalam
memahami hasil penelitian perlu benar-benar paham. Selain itu dalam penelitian ini
hanya menggunakan satu subjek saja, dan dalam meminta pendapat mengenai
perubahan yang dialami oleh subjek hanya kepada subjek itu sendiri dan suami subjek,
tidak meminta pendapat dari anak, atau kelurga yang dekat dengan subjek.
3. Penilaian Untuk Subjek Penelitian
Menopause merupakan salah satu yang sudah pasti akan dialami oleh seorang
wanita, sebaiknya hal ini sudah disadari oleh semua wanita, bahwa menopause bukan
salah satu fenomena yang menakutkan ataupun memalukan. Kecemasan wajar muncul
bagi mereka, tetapi akan lebih baik jika kecemasan itu dapat kita kendalikan seperti
dengan melakukan aktivitas ringan yang menenangkan pikiran kita dengan tujuan
mengalihkan atau bahkan menghilangkan pikiran-pikiran negatif terkait menopause.
Membiasakan berfikir positif dalam menyikapi segala sesuatu menerima semua itu
dengan ikhlas, menopause bukan berarti berakhir segalanya. Banyak hal yang bisa
dilakukan meskipun sudah mengalami menopause. Ketakutan akan tidak dapat
memberikan pelayanan pada suami, menarik lagi bagi suami wajar terjadi tetapi untuk
memberikan bentuk kasih sayang kepada suami dapat dilakukan dengan cara yang lain
tidak hanya dengan sesuatu yang berkaitan dengan hubungan seksual.
Sebagai seorang suami seharusnya lebih memperhatikan apa-apa yang dialami
oleh istri, dengan demikian suami dapat mengantisipasi adanya kecemasan berlebih
yang dialami oleh istri sebelum kecemasan itu berlanjut lebih jauh. Perlu adanya
dorongan moral dari suami agar istri siap menghadapi masa menopause, agar istri
merasa bahwa dirinya tetap diterima dengan baik oleh suami dan juga keluarga. Selain
dorongan dari suami, support dari anggota keluarga lain seperti anak juga sangat
dibutuhkan oleh seorang wanita yang akan mengalami menopause atau telah
mengalami menopause.

Refferensi:
http://ejournal.gunadarma.ac.id/files/journals/7/articles/260/public/260-773-1-PB.pdf

Anda mungkin juga menyukai