Anda di halaman 1dari 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/281345154

PENGARUH KONSENTRASI KARAGENAN TERHADAP SIFAT FISIK DAN


MEKANIK EDIBLE FILM (THE EFFECT OF CARRAGEENAN CONCENTRATIONS
ON MECHANICAL AND PHYSICAL PROPERTIES OF EDIBLE FILMS)

Article · December 2011

CITATIONS READS

7 2,587

1 author:

Dody Handito
University of Mataram
7 PUBLICATIONS   9 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Dody Handito on 05 June 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


151

PENGARUH KONSENTRASI KARAGENAN TERHADAP SIFAT FISIK


DAN MEKANIK EDIBLE FILM
THE EFFECT OF CARRAGEENAN CONCENTRATIONS ON MECHANICAL
AND PHYSICAL PROPERTIES OF EDIBLE FILMS
Dody Handito
Fakultas Pertanian, Universitas Mataram

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi karagenan yang menghasilkan edible film dengan
sifat fisik dan mekanik terbaik. Pada pembuatan edible film terdapat tiga perlakuan konsentrasi
karagenan (0,4%; 0,6%; 0,8%). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap.
Data dianalisis dengan analisis keragaman dan diuji lanjut dengan uji jarak ganda Duncan. Parameter
yang dianalisis, yaitu kekuatan renggang putus, perpanjangan, ketebalan dan laju transmisi uap air. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa edible film yang dibuat dari karagenan dengan konsentrasi 0,8%
mempunyai sifat fisik dan mekanik terbaik, yaitu kekuatan renggang putus tertinggi (892,69 kPa);
perpanjangan terkecil (1,19%); dan ketebalan tertinggi (0,07 mm).

ABSTRACT
The objective of this research was to determine carrageenan concentrations which produce the best
mechanical and physical properties of edible films. There were three carrageenan concentrations
treatments (0.4%; 0.6%; 0.8%) in edible films production. Completely Randomized Design was used in
this research. Data were analyzed with Analysis of Variance and continued with Duncan’s Multiple
Range Test. Tensile strength, elongation, thickness and water vapor transmission rate were analyzed.
The results indicated that edible films made up of 0,8% carrageenan had the best mechanical and
physical properties, i.e. highest of tensile strength (892.69 kPa); lowest of elongation (1.19%); and
highest of thickness (0.07 mm).
__________________________
Kata kunci: Edible film, karagenan, kekuatan renggang putus, perpanjangan, ketebalan.
Key words: Edible film, carrageenan, tensile strength, elongation, thickness.

PENDAHULUAN Karagenan juga dapat digunakan sebagai


pelapis bahan pangan atau bahan pembentuk
Sebagian besar wilayah Indonesia berupa
edible film (Meyer et al., 1959). Menurut
perairan yang menyimpan potensi hasil kelautan
Krochta dan Mulder-Johnston (1997), edible film
yang cukup besar. Salah satu potensi tersebut
didefinisikan sebagai lapisan tipis dari bahan
adalah rumput laut yang memiliki nilai ekonomi
yang dapat dimakan (edible), yang dibentuk
tinggi, khususnya rumput laut merah jenis
pada pangan sebagai pelapis atau diletakkan
Eucheuma cottonii yang dapat menghasilkan
(pra-pembentukan) pada atau di antara
karagenan.
komponen-komponen pangan dan bertujuan
Kebutuhan dunia akan karagenan sekitar
untuk menghambat migrasi uap air, oksigen,
15.000-20.000 ton/tahun dan diperkirakan
karbondioksida, aroma, dan lipida; membawa
meningkat setiap tahun (Basmal, 2000). Hal ini
bahan tambahan pangan (misalnya antioksidan,
karena karagenan telah banyak dimanfaatkan
antimikrobia, flavor); dan/atau memperbaiki
dalam industri farmasi, kosmetika, non pangan
integritas mekanis atau penanganan karakteristik
(seperti tekstil, cat) dan pangan (makanan dan
pangan.
minuman) sebagai pengental, pengemulsi,
Bahan pembentuk edible film dan coating
pensuspensi, pembentuk gel, dan stabilisator. Di
dibagi menjadi tiga kategori, yaitu hidrokoloid
dalam industri pangan, karagenan digunakan
seperti protein, turunan selulosa, alginat,
antara lain sebagai stabilisator pada es krim
karagenan, pektin, pati, polisakarida lain; lipida
(Igoe, 1982), stabilisator pada minuman sari
seperti lilin (wax), asilgliserol, asam lemak
buah nanas (Handito, 1999), pembentuk gel pada
(asam palmitat, asam stearat); dan kombinasinya
jeli dan puding serta pelapis produk daging
(komposit). Komposit mengandung komponen
(Glicksman, 1983).

Agroteksos Vol.21 No.2-3, Desember 2011


152

lipida dan hidrokoloid (Donhowe dan Fennema, luas, harganya relatif murah dan tidak toksik
1994). (Nisperos-Carriedo, 1994). Oleh karena itu, telah
Pemanfaatan karagenan sebagai bahan dilakukan penelitian pembuatan edible film
pembentuk edible film belum dikembangkan di karagenan dari rumput laut Eucheuma cottonii
Indonesia, meskipun penelitian mengenai edible yang berasal dari perairan pulau Lombok.
film telah dilakukan sejak pertengahan abad ke- Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan
20 karena film potensial diaplikasikan sebagai konsentrasi karagenan yang menghasilkan edible
penghambat gas dan uap air yang efektif dalam film dengan sifat fisik dan mekanik terbaik,
pangan. Edible film dan coating dapat berfungsi meliputi kekuatan renggang putus (tensile
sebagai pembawa bahan tambahan pangan strength), perpanjangan (elongation), ketebalan
(antioksidan, antimikrobia, dan flavor), dapat (thickness), dan laju transmisi uap air (water
berperan sebagai penghambat selektif untuk vapor transmission rate).
mencegah transpor uap air, gas-gas, dan zat
terlarut ke bagian dalam sistem pangan yang
heterogen, dan dapat dikonsumsi bersama bahan METODE PENELITIAN
pangan yang dikemas atau dilapisinya (Choi dan Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium
Han, 2002). Kimia dan Biokimia Pertanian dan di
Bahan pangan, seperti buah-buahan, dalam laboratorium Rekayasa, Fakultas Teknologi
keadaan segar mempunyai daya tahan terbatas Pertanian, Universitas Gadjah Mada,
karena sifatnya yang mudah rusak (perishable) Yogyakarta. Bahan penelitian yang digunakan
dan dapat menurun mutunya jika mengalami yaitu rumput laut merah jenis Eucheuma cottonii
kerusakan fisik, mekanis, kimia maupun yang diperoleh dari petani rumput laut di Desa
mikrobiologi. Salah satu cara untuk Gerupuk, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok
mempertahankan mutu dan memperpanjang Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
umur simpan buah-buahan adalah dengan
penggunaan kemasan. Kemasan yang banyak Tahap Ekstraksi Karagenan
digunakan biasanya terbuat dari bahan plastik
atau disebut pengemas sintetis. Pengemas Pada tahap ini dilakukan pembuatan
sintetis mempunyai kelebihan yaitu ringan, kuat, karagenan dari rumput laut merah jenis
dan ekonomis. Akan tetapi, kelemahannya Eucheuma cottonii dengan cara ekstraksi panas
adalah transfer senyawa-senyawa hasil samping dalam suasana basa dan pengendapan karagenan
dari degradasi polimer dan residu pelarut dari dengan isopropil alkohol (IPA). Proses
polimerisasi ke bahan pangan yang dikemas pengolahan tersebut secara teknis diuraikan
dapat terjadi sehingga dapat menimbulkan resiko sebagai berikut: rumput laut basah ditimbang
toksikologi dan penyimpangan aroma (off flavor) beratnya, dicuci dan dibersihkan dari rumput laut
(Manheim dan Passy, 1990). Selain itu, jenis lain serta kotoran yang menempel (seperti
pengemas sintetis tidak dapat didegradasi secara pasir, tali rafia, plastik). Selanjutnya dikeringkan
alami (non-biodegradable) sehingga dapat dengan sinar matahari sampai kering (selama 1-2
menimbulkan limbah dan tidak ramah hari) dan ditimbang beratnya. Rumput laut
lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan kering diblender menjadi tepung rumput laut,
alternatif bahan pengemas yang tidak kemudian direbus (diekstraksi) dalam air
merugikan, seperti edible film yang aman untuk sebanyak 40-50 kali berat rumput laut keringnya
dikonsumsi dan biodegradable sehingga dapat selama 1 jam pada suhu 80-90°C dan pH larutan
mengurangi limbah dan biaya pembuangannya diatur (pH 8) dengan menambahkan larutan
serta ramah lingkungan. Keuntungan lain dari NaOH 0,1 N. Hasil ekstraksi disaring dengan
penggunaan edible film dibandingkan pengemas kain saring yang bersih dan cairan filtratnya
sintetis, yaitu dapat dimakan bersama dengan ditampung dalam wadah. Cairan filtrat itu
produk yang dikemasnya, dapat didaur ulang, ditambah larutan NaCl 10% sebanyak 5% dari
dapat memperbaiki sifat-sifat organoleptik volume filtrat, dipanaskan sampai suhu 60°C,
makanan yang dikemas, dapat berfungsi sebagai kemudian dituang ke wadah berisi cairan IPA
suplemen gizi dan agensia antimikrobia serta sebanyak 2 kali volume filtrat untuk diendapkan
antioksidan, dapat digunakan sebagai pengemas dengan cara diaduk selama 10-15 menit
individu atau diterapkan pada sistem sehingga terbentuk endapan karagenan. Endapan
pengemasan berlapis-lapis (Gennadios dan karagenan itu ditiriskan dan direndam dalam
Weller, 1990; Giese, 1993). IPA sampai diperoleh serat karagenan yang lebih
Edible film dapat dibuat dari senyawa kaku. Serat karagenan dibentuk tipis-tipis,
polisakarida yang larut di dalam air seperti diletakkan dalam wadah tahan panas,
karagenan, karena karagenan tersedia secara dikeringkan dalam cabinet drier selama 12 jam

D. Handito: Pengaruh konsentrasi karagenan ...


153

pada suhu 50-60°C. Selanjutnya diblender dan dalam menghambat uap air (Darawati dan
diayak menjadi tepung berukuran 80 mesh, Pranoto, 2010).
kemudian tepung karagenan dikemas dalam
botol dan diberi label. Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan
Tahap Pembuatan Edible Film
dalam penelitian adalah Rancangan Acak
Pada tahap ini dilakukan pembuatan edible Lengkap (RAL) dengan dua kali ulangan
film sebagai berikut: larutan karagenan dibuat (duplo). Data hasil pengamatan dianalisis secara
dengan tingkat konsentrasi 0,4%; 0,6%; 0,8% statistik dengan analisis keragaman pada tingkat
(b/v) dengan cara, yaitu masing-masing 0,4 g; signifikansi 5%. Hasil perlakuan yang berbeda
0,6 g dan 0,8 g tepung karagenan dimasukkan ke nyata diuji lanjut dengan uji jarak ganda Duncan
dalam gelas ukur 100 mL dan ditambah aquades (Duncan’s Multiple Range Test) (Gomez dan
sampai volume 100 mL, kemudian diaduk Gomez, 1995).
dengan pengaduk magnet dan dipanaskan
dengan plat pemanas (hot plate) sampai suhu
60°C. Setelah itu ditambahkan gliserol sebanyak HASIL DAN PEMBAHASAN
0,5% (v/v) sebagai plasticizer sambil terus Hasil analisis sifat fisik dan mekanik edible
diaduk dan dipanaskan sampai suhu 80°C yang film karagenan yang meliputi kekuatan renggang
dipertahankan selama 5 menit. Selanjutnya putus (tensile strength), perpanjangan
larutan karagenan dituang ke dalam cetakan atau (elongation), ketebalan (thickness), dan laju
plat plastik dan dilakukan proses pengeringan transmisi uap air (water vapor transmission rate)
dengan oven (pada suhu 50°C selama 12 jam) disajikan pada Tabel 1.
sehingga diperoleh lapisan film. Lapisan film
karagenan tersebut didinginkan sampai Kekuatan Renggang Putus (Tensile Strength)
mencapai suhu ruang. Setelah dingin, edible film
karagenan dipisahkan dari plat plastik dan Hasil uji kekuatan renggang putus edible
kemudian dimasukkan ke dalam wadah plastik film yang dibuat dari karagenan dengan
berisi silika gel. Selanjutnya dilakukan analisis konsentrasi yang berbeda menunjukkan bahwa
sifat-sifat fisik dan mekaniknya (meliputi semakin tinggi konsentrasi karagenan, maka
kekuatan renggang putus, perpanjangan, kekuatan renggang putus edible film karagenan
ketebalan, dan laju transmisi uap air). Proses juga semakin tinggi (Tabel 1). Akan tetapi hasil
pembuatan edible film tersebut dapat dilihat pada uji statistik menunjukkan bahwa kekuatan
Gambar 1. renggang putus edible film karagenan 0,4% tidak
berbeda nyata dengan edible film karagenan
Analisis Sifat Fisik dan Mekanik Edible Film 0,6%. Hal ini disebabkan karena secara statistik
konsentrasi karagenan 0,4% - 0,6% tidak
Analisis sifat fisik dan mekanik edible film memberikan pengaruh yang nyata terhadap
meliputi kekuatan renggang putus (tensile kekuatan renggang putus edible film.
strength) dan perpanjangan (elongation) yang Sedangkan kekuatan renggang putus edible
diukur dengan alat Universal Testing Instrument film karagenan 0,8% berbeda nyata dengan
(Zwick Z0.5, Taiwan) (Park et al., 1994), edible film karagenan 0,4% dan 0,6%. Perbedaan
ketebalan (thickness) diukur dengan mikrometer yang nyata dari kekuatan renggang putus edible
digimatic seri 193 (Mitutoyo, Japan) (Kim et al., film pada konsentrasi karagenan yang berbeda
2002), dan laju transmisi uap air (water vapor tersebut disebabkan oleh adanya peningkatan
transmission rate) ditentukan menggunakan cup konsentrasi karagenan yang nyata akan dapat
method sesuai dengan prosedur ASTM (1987) meningkatkan interaksi molekul karagenan
yang dimodifikasi pada suhu 27°C (Krochta et dengan gliserol dalam matriks film yang
al., 1994). Tensile strength merupakan nilai hasil menyebabkan matriks film yang terbentuk
pengujian kekuatan (daya tahan) maksimum film menjadi semakin kokoh dan kompak, sehingga
setelah diberikan gaya tarik agar merenggang untuk memutuskan film tersebut diperlukan gaya
sampai putus (Krochta dan Mulder-Johnston, yang lebih besar. Hal ini sesuai dengan hasil
1997). Elongation merupakan nilai hasil penelitian Waryat (2004) yang menunjukkan
pengujian kemampuan film untuk melakukan bahwa peningkatan konsentrasi karagenan 0,6%
perpanjangan (elastisitas) (Krochta dan Mulder- - 1,2% akan meningkatkan kekuatan renggang
Johnston, 1997). Nilai laju transmisi uap air putus edible film.
dapat digunakan untuk mengetahui permeabilitas Edible film dengan kekuatan renggang putus
film terhadap uap air atau kemampuan film tertinggi hasil penelitian ini adalah pada
konsentrasi karagenan 0,8% yang bisa
Agroteksos Vol.21 No.2-3, Desember 2011
154

dikategorikan sebagai sifat mekanik terbaik, edible film karagenan semakin menurun (Tabel
karena menurut pendapat Tanaka et al. (2001) 1). Akan tetapi hasil uji statistik menunjukkan
kekuatan renggang putus yang tinggi pada bahwa perpanjangan edible film karagenan 0,4%
umumnya sangat penting bagi edible film agar tidak berbeda nyata dengan edible film
tahan terhadap penekanan normal selama karagenan 0,6%. Demikian pula perpanjangan
perlakuan, pemindahan atau transportasi, dan edible film karagenan 0,6% tidak berbeda nyata
penanganan bahan pangan. dengan edible film karagenan 0,8%.
Perpanjangan edible film yang tidak berbeda
Perpanjangan (Elongation) nyata antar konsentrasi karagenan tersebut
disebabkan karena secara statistik konsentrasi
Hasil uji perpanjangan edible film yang
karagenan tersebut belum memberikan pengaruh
dibuat dari karagenan dengan konsentrasi yang
yang nyata terhadap perpanjangan edible film.
berbeda menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi karagenan, maka perpanjangan

Tepung Karagenan 0,4%; 0,6%; 0,8% (b/v)

Pelarutan dalam aquades

Pemanasan sampai suhu 60°C


dengan hot plate

Penambahan gliserol 0,5% (v/v)

Pemanasan 80ºC, 5 menit dengan


hot plate

Pencetakan pada plat plastik

Pengeringan oven 50°C, 12 jam

Pendinginan pada suhu ruang

Pelepasan dari plat plastik

Edible Film

Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Edible Film dengan Variasi Konsentrasi Karagenan.

D. Handito: Pengaruh konsentrasi karagenan ...


155

Tabel 1. Hasil Uji Kekuatan Renggang Putus, Perpanjangan, Ketebalan, dan Laju Transmisi Uap Air
Edible Film.
Konsentrasi karagenan (%)
Sifat fisik dan mekanik edible film
0,4 0,6 0,8
a a
Kekuatan Renggang Putus (kPa) 361,279 410,666 892,686 b

Perpanjangan (%) 3,97 a 2,25 ab 1,19 b

Ketebalan (mm) 0,036 a 0,043 a 0,069 b

Laju Transmisi Uap Air (g/m2.jam) 20,535 a 23,592 ab 24,788 b

Keterangan: Angka yang diikuti superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda
nyata (P ≤ 0,05).

Sebaliknya perpanjangan edible film nyata antar konsentrasi karagenan tersebut


karagenan 0,8% berbeda nyata dengan edible disebabkan karena secara statistik konsentrasi
film karagenan 0,4%. Perbedaan yang nyata dari karagenan 0,4% - 0,6% tidak memberikan
perpanjangan edible film ini disebabkan karena pengaruh yang nyata terhadap ketebalan edible
semakin tinggi konsentrasi karagenan yang film.
digunakan, maka molekul karagenan akan Sedangkan ketebalan edible film karagenan
membentuk matriks film yang semakin kuat 0,8% berbeda nyata dengan edible film
sehingga film semakin bersifat tidak elastis atau karagenan 0,4% dan 0,6%. Perbedaan yang
mudah putus (getas), dan akibatnya persentase nyata dari ketebalan edible film ini disebabkan
perpanjangan semakin menurun. Nilai karena semakin tinggi konsentrasi tepung
perpanjangan edible film karagenan yang karagenan yang digunakan, maka akan
semakin menurun tersebut diikuti pula dengan meningkatkan total bahan padatan terlarut yang
kekuatan renggang putus yang semakin ada dalam larutan pembentuk film, sehingga
meningkat (Tabel 1). Hal ini sesuai dengan setelah proses pengeringan akan menghasilkan
penelitian Rhim et al. (1999) pada film protein film yang lebih tebal. Hal tersebut sesuai dengan
yang menunjukkan bahwa meningkatnya pernyataan McHugh et al. (1996) bahwa
kekuatan renggang putus film akan diikuti oleh ketebalan film terutama dipengaruhi oleh
penurunan persentase perpanjangan. Edible film konsentrasi padatan terlarut pada larutan
dengan nilai perpanjangan terkecil hasil pembentuk film dan ukuran plat pencetak.
penelitian ini adalah pada konsentrasi karagenan Ketebalan edible film dapat berpengaruh
0,8% yang bisa dikategorikan sebagai sifat pada nilai renggang putus, perpanjangan, dan
mekanik terbaik, karena menurut pendapat laju transmisi uap air (Perez-Gago et al., 2002
Darawati dan Pranoto (2010) bahwa semakin dalam Darawati dan Pranoto, 2010). Edible film
kuat film yang terbentuk, maka semakin sulit dengan nilai ketebalan tertinggi hasil penelitian
bagi film untuk memanjang sehingga akan ini adalah pada konsentrasi karagenan 0,8%
memperkecil nilai persentase perpanjangan. yang bisa dikategorikan sebagai sifat fisik
terbaik, karena menurut pendapat Darawati dan
Ketebalan (Thickness) Pranoto (2010) bahwa semakin tebal film, maka
akan dapat meningkatkan nilai renggang putus,
Hasil uji ketebalan edible film yang dibuat
menurunkan nilai perpanjangan, dan membuat
dari karagenan dengan konsentrasi yang berbeda
laju transmisi uap air menjadi rendah.
menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi
karagenan, maka ketebalan edible film
Laju Transmisi Uap Air (Water Vapor
karagenan semakin meningkat (Tabel 1). Akan
Transmission Rate)
tetapi hasil uji statistik menunjukkan bahwa
ketebalan edible film karagenan 0,4% tidak Hasil uji laju transmisi uap air edible film
berbeda nyata dengan edible film karagenan karagenan dengan konsentrasi yang berbeda
0,6%. Ketebalan edible film yang tidak berbeda menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi
Agroteksos Vol.21 No.2-3, Desember 2011
156

karagenan, maka laju transmisi uap air edible bersifat hidrofobik agar diperoleh edible film
film semakin meningkat (Tabel 1). Akan tetapi karagenan dengan laju transmisi uap air yang
hasil uji statistik menunjukkan bahwa laju lebih rendah.
transmisi uap air edible film karagenan 0,4%
tidak berbeda nyata dengan laju transmisi uap air
edible film karagenan 0,6% dan laju transmisi DAFTAR PUSTAKA
uap air edible film karagenan 0,6% tidak berbeda Basmal, J., 2000. Prospek industri rumput laut
nyata dengan laju transmisi uap air edible film (Eucheuma sp) penghasil semi refine
karagenan 0,8%. Laju transmisi uap air edible carrageenan dan refine carrageenan.
film yang tidak berbeda nyata antar konsentrasi Makalah Temu Bisnis Industri Pengolahan
karagenan tersebut disebabkan karena secara Rumput Laut, 29 Agustus 2000, Hotel
statistik konsentrasi karagenan tersebut belum Santika, Jakarta.
memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju
transmisi uap air edible film. Choi, W.S., and J.H. Han, 2002. Film-forming
Sebaliknya laju transmisi uap air edible film mechanism and heat denaturation effects on
karagenan 0,8% berbeda nyata dengan laju the physical and chemical properties of pea-
transmisi uap air edible film karagenan 0,4%. protein-isolate edible films. Journal of Food
Perbedaan yang nyata dari laju transmisi uap air Science, 67 (4): 1399-1406.
ini disebabkan karena semakin banyak jumlah Darawati, M., dan Y. Pranoto, 2010. Penyalutan
karagenan yang bersifat hidrofilik dalam matriks kacang rendah lemak menggunakan selulosa
film, maka akan memperluas daerah permukaan eter dengan pencelupan untuk mengurangi
film yang dapat digunakan untuk transfer uap air penyerapan minyak selama penggorengan
sehingga laju transmisi uap airnya menjadi dan meningkatkan stabilitas oksidatif selama
tinggi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan penyimpanan. Jurnal Teknologi dan Industri
Krochta (1992) bahwa bahan dasar edible film Pangan, 21 (2): 108-116.
yang bersifat hidrofilik (seperti karagenan)
mempunyai ketahanan yang sangat rendah Donhowe, I.G., and O. Fennema, 1994. Edible
terhadap uap air. Meskipun edible film dengan films and coatings: characteristics,
konsentrasi karagenan 0,8% mempunyai nilai formation, definitions, and testing methods.
laju transmisi uap air tertinggi, akan tetapi p.1-21. In: J.M. Krochta, E.A. Baldwin, and
menurut pendapat Donhowe dan Fennema M.O. Nisperos-Carriedo (Eds). Edible
(1994) bahan dasar edible film yang bersifat Coatings and Films to Improve Food
hidrofilik memiliki sifat penghalang yang baik Quality. Lancaster, U.S.A.: Technomic
terhadap oksigen, karbondioksida dan lipida. Publishing Co., Inc.
Oleh karena itu, penentuan konsentrasi Gennadios, A., and C.L. Weller, 1990. Edible
karagenan yang menghasilkan edible film films and coating from wheat and corn
dengan sifat fisik dan mekanik terbaik proteins. Food Technology, 44 (10): 63-69.
didasarkan pada nilai kekuatan renggang putus
yang tertinggi, nilai perpanjangan yang terkecil, Giese, J., 1993. Packaging, storage, and delivery
dan nilai ketebalan yang tertinggi, sehingga hasil of ingredients. Food Technology, 47 (8): 54-
penelitian yang sesuai kriteria tersebut adalah 63.
perlakuan konsentrasi karagenan 0,8%. Glicksman, M., 1983. Food Hydrocolloid. Vol.
II. New York: CRC Press.
KESIMPULAN Gomez, K.A., and A. Gomez, 1995. Prosedur
Kesimpulan Statistik Untuk Penelitian Pertanian.
Berdasarkan hasil penelitian dan Cetakan Pertama, Edisi Kedua. Terjemahan:
pembahasan dapat disimpulkan bahwa edible Endang Sjamsuddin dan J.S. Baharsjah.
film yang dibuat dari karagenan dengan Jakarta: UI Press.
konsentrasi 0,8% menunjukkan sifat fisik dan Handito, D., 1999. Pengaruh blanching dan
mekanik terbaik, yaitu kekuatan renggang putus penambahan karagenan terhadap stabilitas
tertinggi (892,69 kPa); perpanjangan terkecil suspensi sari buah nanas. Skripsi, Fakultas
(1,19%); dan ketebalan tertinggi (0,07 mm). Teknologi Pertanian Univ. Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Saran
Perlu diteliti lebih lanjut penggunaan
karagenan dengan penambahan lipida yang

D. Handito: Pengaruh konsentrasi karagenan ...


157

Igoe, R.S., 1982. Hydrocolloids interaction Nisperos-Carriedo, M.O., 1994. Edible coatings
usefull in food system. Food Technology, and films based on polysaccharides. p.305-
36:72. 329. In: J.M. Krochta, E.A. Baldwin, and
M.O. Nisperos-Carriedo (Eds.), Edible
Kim, K.W., C.J. Ko and H.J. Park, 2002.
Coatings and Films to Improve Food
Mechanical properties, water vapor
Quality. Lancaster, U.S.A.: Technomic
permeabilites and solubilities of highly
Publishing Co., Inc.
carboxymethylated starch-based edible
films. Journal of Food Science, 67 (1): 218- Park, J.W., R.F. Testin, H.J. Park, P.J. Vergano
222. and C.L. Weller, 1994. Fatty acid
concentration effect on tensile strength,
Krochta, J.M., 1992. Control of mass transfer in
elongation, and water vapor permeability of
foods with edible coatings and film. In: R.P.
laminated edible films. Journal of Food
Singh and M.A. Wirakartakusumah (Eds).
Science, 59 (4): 916-919.
Advances in Food Engineering. Boca Raton:
CRC Press. Peranginangin, R., dan Yunizal, 2000. Teknologi
ekstraksi pikokoloid dari rumput laut.
Krochta, J.M., E.A. Baldwin and M.O. Nisperos-
hlm.135-154. Dalam: R. Rachmat, Sulistijo
Carriedo, 1994. Edible Coatings and Films
dan A. Rasyid (Eds). Prosiding Pra Kipnas
to Improve Food Quality. Lancaster, U.S.A.:
VII Forum Komunikasi I Ikatan Fikologi
Technomic Publishing Co., Inc.
Indonesia, 8 September, Forum Organisasi
Krochta, J.M., and C. De Mulder-Johnston, Profesi Ilmiah, Puspiptek, Serpong, Jakarta.
1997. Edible and biodegradable polymer
Rhim, J.W., Y. Wu, C.L. Weller and M.
films: challenges and opportunities. Food
Schnepf, 1999. Physical characteristics of a
Technology, 51 (2): 61-74.
composite films of soy protein isolate and
Manheim, C.H., and N. Passy, 1990. Interaction propyleneglikol alginate. Journal of Food
between packaging materials and food. Science, 64: 149-152.
Packaging Technology and Sciences, 3: 127-
Tanaka, M., S. Ishizaki, T. Suzuki and R. Takai,
132.
2001. Water vapor permeability of edible
Meyer, R.C., A.R. Winter and H.H. Weiser, films prepared from fish water soluble
1959. Edible protective coatings for proteins as affected by lipid type. Journal of
extending the shelf life of poultry. Food Tokyo University of Fisheries, 87: 31-37.
Technology, 13: 146-148.
Waryat, 2004. Ekstraksi dan karakterisasi
McHugh, T.H., C.C. Huxsoll and J.M. Krochta, karagenan Eucheuma cottonii dari
1996. Permeability properties of fruit puree kepulauan seribu sebagai bahan pembuat
edible films. Journal of Food Science, 61 edible film. Tesis, Program Pascasarjana
(1): 88-91. Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta.

Agroteksos Vol.21 No.2-3, Desember 2011

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai