7969 15732 1 SM PDF
7969 15732 1 SM PDF
Inggrith Kaluas
Amatus Yudi Ismanto
Rina Margaretha Kundre
ABSTRAK: Perasaan cemas merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami oleh anak
prasekolah. Pada umumnya reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan karena perpisahan,
kehilangan, perlukaan tubuh dan rasa nyeri. Sering kali hospitalisasi dipersepsikan oleh anak
sebagai hukuman, ada perasaan malu dan takut sehingga menimbulkan reaksi agresif, marah,
berontak, tidak mau bekerja sama dengan perawat. Untuk mengurangi kecemasan anak dapat
diberikan terapi bermain. Tujuan untuk mengetahui perbedaan terapi bermain puzzle dan
bercerita terhadap kecemasan anak usia prasekolah (3-5 tahun) selama hospitalisasi. Metode
Penelitian menggunakan quasi experimental design dengan rancangan perbandingan
kelompok statis. Teknik pengambilan sampel yaitu dengan purposive sampling. Hasil
penelitian analisa data menggunakan uji statistik paired sample t-Test dengan tingkat
kemaknaan 95% (α = 0,05) didapatkan nilai p value = 0,000 < α = 0,05 (Ho ditolak).
Kesimpulan yaitu ada perbedaan terapi bermain puzzle dan bercerita terhadap kecemasan
anak usia prasekolah (3-5 tahun) selama hospitalisasi di ruang anak RS.TK.III R.W.Mongisidi
Manado. Saran pemberian terapi bermain puzzle dan bercerita dapat diterapkan sebagai salah
satu intervensi keperawatan untuk menurunkan kecemasan anak usia prasekolah (3 – 5 tahun)
selama hospitalisasi.
Kata kunci : Terapi Bermain, Puzzle, Bercerita, Kecemasan, Anak Prasekolah, Hospitalisasi
1
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015
4
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015
Kelompok
n Mean SD t
p rawat 2 hari pada kelompok terapi
Responden value
37,71 2,443
bermain puzzle sebanyak 10 orang
Terapi
Bercerita
17
2,595
14,253 0,000 (55,6%) dan kelompok terapi bercerita
31,12
sebanyak 8 orang (44,4%).
Berdasarkan pengalaman dirawat
Tabel 9. Hasil Analisis Perbedaan (Uji T sebelumnya ditemukan bahwa pada
Independen) Rata-rata Respon Kecemasan
kelompok terapi bermain puzzle
Anak Kelompok Terapi Bermain Puzzle
dan Terapi Bercerita di ruang anak RS. TK. sebagian besar anak mempunyai
III. R. W. Mongisidi Manado (n=34) pengalaman dirawat sebanyak 10 orang
Kelompok Responden n Mean SD t
p
value
(55,6%) dan kelompok terapi bercerita
Terapi
Puzzle
Sesudah 17 28,71 1,829
-
sebagian besar anak mepunyai
0,000
Terapi
Sesudah 17 31,12 2,595
4,389 pengalaman dirawat sebanyak 9 orang
Bercerita
(56,2%). Dari total responden dari
Sumber: Data Primer, 2015
kedua kelompok baik terapi bermain
puzzle dan terapi bercerita semua anak
B. Pembahasan telah memiliki pengalaman dirawat
Hasil penelitian menunjukkan sebelumnya.
bahwa jumlah usia responden Penelitian ini didapatkan skor
terbanyak pada kelompok terapi kecemasan anak sebelum dan sesudah
bermain puzzle yaitu pada umur 5 tahun pemberian terapi bermain puzzle dan
sebanyak 10 orang (66,7%) dan terapi bercerita. Pada kelompok terapi
responden terbanyak pada kelompok bermain puzzle didapatkan rata-rata
bercerita yaitu pada umur 3 tahun sebelum penerapan 34,71 dan
sebanyak 10 orang (71,4%). sesudahnya 28,71 dan pada kelompok
Berdasarkan jenis kelamin responden terapi bercerita didapatkan rata-rata
jumlah anak laki-laki pada kelompok sebelum penerapan 37,71 dan
terapi bermain puzzle yaitu sebanyak sesudahnya 31,12. Hasil analisis yang
10 orang (55,6%) dan jumlah anak menggunakan paired samples t-test (uji
perempuan sebanyak 7 orang (43,8%) t dependen) ini menunjukkan ada
sedangkan jumlah anak laki-laki pada penurunan skor kecemasan responden
kelompok terapi bercerita yaitu anak dalam kelompok terapi bermain
sebanyak 8 orang (44,4%) dan jumlah puzzle dan kelompok terapi bercerita
anak perempuan sebanyak 9 orang selama hospitalisasi.
(56,2%). Dari hasil penelitian Hasil penelitian menunjukkan
menunjukkan bahwa jumlah anak laki- bahwa respon kecemasan anak yang
laki lebih besar dari jumlah anak mengalami hospitalisasi di RS.Tk.III
perempuan. Berdasarkan lamanya hari R.W.Mongisidi Manado saat dilakukan
rawat responden terbanyak dari terapi bermain puzzle pada 17
kelompok terapi bermain puzzle dan responden sangat efektif dalam
kelompok terapi bercerita yaitu menurunkan kecemasan dimana nilai
responden yang mengalami lama hari mean sebelum dilakukan terapi bermain
5
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015
puzzle yaitu 34,71 dan sesudah terapi sebelum dan sesudah dilakukan terapi
bermain puzzle yaitu 28,71. Hasil baik terapi bermain puzzle dan terapi
penelitian ini menunjukkan ada bercerita terlihat perbedaannya. Saat
penurunan respon kecemasan anak usia sesudah dilakukan terapi bermain
prasekolah selama hospitalisasi. puzzle dan bercerita sebagian besar
kecemasan terbesar anak usia mengalami penurunan skor kecemasan
prasekolah adalah kecemasan akan dapat dilihat dengan nilai p= 0,000 (p
kerusakan tubuh. Semua prosedur atau value < 0,05), ini menunjukkan adanya
tindakan keperawatan baik yang perbedaan terapi bermain puzzle dan
menimbulkan nyeri maupun tidak, bercerita terhadap kecemasan anak usia
keduanya akan menyebabkan prasekolah selama hospitalisasi. Hal ini
kecemasan bagi anak usia prasekolah ditunjang dengan penelitian yang
selama hospitalisasi (Potter & Perry, dilakukan Listyorini (2006)
2005). Hal ini ditunjang dengan menunjukkan terdapat perbedaan yang
penelitian yang dilakukan oleh Barokah bermakna sebelum dan sesudah
(2012) menunjukkan adanya pengaruh dilakukan aktivitas bermain dalam
positif dan signifikan terapi bermain menurunkan kecemasan anak selama
puzzle terhadap perilaku kooperatif menjalani perawatan. Alimul (2012)
anak usia prasekolah selama menyatakan permainan yang cocok
hospitalisasi. untuk anak usia prasekolah adalah
Hasil penelitian ini menunjukkan permainan yang dapat mengembangkan
respon kecemasan anak yang diberikan kemampuan menyamakan dan
terapi bercerita pada 17 responden membedakan koordinasi motorik kasar
dimana didapati nilai mean sebelum dan halus dalam mengontrol emosi
dilakukan terapi bercerita yaitu 37,71 (puzzle) dan menurut Wong (2012)
dan sesudah terapi bercerita yaitu jenis permainan yang cocok untuk anak
31,12. Hal ini menunjukkan ada usia prasekolah diantaranya bermain
penurunan respon kecemasan pada bahasa (bercerita).
anak prasekolah selama hospitalisasi. Bermain adalah unsur yang penting
Kecemasan anak selama hospitalisasi untuk perkembangan anak baik fisik,
terjadi karena adanya stresor berupa emosi, mental intelektual, kreativitas
perpisahan dengan keluarga, dan sosial (Soetjiningsih, 2012).
kehilangan kontrol dan ketakutan akan Bermain juga merupakan aktivitas
perlukaan tubuh (Apriany, 2013). Hasil dimana anak dapat melakukan atau
penelitian ini sesuai dengan penelitian mempraktikkan keterampilan,
sebelumnya yang dilakukan Sari (2014) memberikan ekspresi terhadap
yang memberikan hasil terapi bercerita pemikiran, menjadi kreatif,
dapat menurunkan kecemasan anak mempersiapkan diri untuk berperan dan
usia prasekolah selama hospitalisasi. berperilaku dewasa (Alimul, 2012).
Hasil penelitian terhadap skor Bermain dapat dilakukan oleh anak
kecemasan anak usia prasekolah yang sehat maupun sakit, walaupun
6
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015
anak sedang mengalami sakit tetapi diberikan terapi puzzle nilai rata-rata
kebutuhan akan bermain tetap ada respon kecemasan 5,15. Terapi bermain
(Suryanti, 2011). Adapun tujuan anak dengan puzzle sangat bermakna dalam
bermain di rumah sakit yaitu, mengurangi kecemasan pada anak
mengurangi perasaan takut, cemas, karena membutuhkan kesabaran dan
sedih, tegang, dan nyeri (Supartini, ketekunan anak dalam merangkainya,
2012). Jadi bermain bagi anak adalah lambat laun akan membuat mental anak
sebagai terapi bagi anak. terbiasa untuk bersikap tenang, tekun
Terapi bermain merupakan suatu dan sabar dalam menghadapi dan
proses penyembuhan dengan metode menyelesaikan sesuatu.
bermain yang digunakan pada anak Hasil penelitian terapi bercerita
yang mempunyai masalah emosi, menunjukkan bahwa ada penurunan
khususnya pada anak usia 3 – 5 tahun, skor respon kecemasan anak usia
dengan tujuan mengubah tingkah laku prasekolah dapat dilihat dari nilai rata-
anak yang tidak sesuai menjadi tingkah rata sebelum dilakukan penerapan
laku yang diharapkan. Pelaksanaan terapi bercerita 37,71 dan sesudah
terapi bermain sudah sesuai dengan dilakukan penerapan terapi bercerita
prinsip terapi bermain bagi anak di 31,12. Hasil penelitian ini sesuai
rumah sakit yaitu permainan tidak dengan pendapat Supartini (2012) yang
boleh bertentangan dengan pengobatan menyatakan bermain memungkinkan
yang sedang dijalankan pada anak, anak terlepas dari ketegangan dan stres
permainan yang tidak membutuhkan yang dialami anak selama hospitalisasi.
energi, singkat dan sederhana, Hasil penelitian ini juga sesuai dengan
permainan harus mempertimbangkan penelitian sebelumnya yang dilakukan
keamanan anak (Karsi, 2013). oleh Edisaputra (2012) yang
Hasil penelitian terapi bermain memberikan hasil terapi bercerita dapat
puzzle ini membuktikan bahwa terapi menurunkan kecemasan anak usia
bermain puzzle memiliki pengaruh prasekolah.
yang signifikan untuk menurunkan Peneliti beranggapan bahwa
respon kecemasan anak prasekolah penerapan terapi bermain puzzle lebih
selama hospitalisasi dimana didapat baik dibandingkan dengan penerapan
nilai mean sesudah pemberian terapi terapi bercerita dalam menurunkan
bermain puzzle yaitu 28,71. Penelitian kecemasan anak usia prasekolah (3 – 5
ini sejalan dengan penelitian yang tahun) selama hospitalisasi. Permainan
dilakukan oleh Zen (2013) yang memiliki nilai terapeutik didasari
menunjukkan ada pengaruh terapi oleh pandangan bahwa bermain bagi
bermain puzzle terhadap kecemasan anak merupakan aktivitas yang sehat
anak usia prasekolah selama dan diperlukan untuk kelangsungan
hospitalisasi, dimana nilai rata-rata tumbuh kembang anak. Pada saat
respon kecemasan sebelum diberikan menjalani hospitalisasi aktivitas
terapi puzzle 8,25 dan sesudah bermain yang terapeutik
7
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015