Anda di halaman 1dari 8

eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

PERBEDAAN TERAPI BERMAIN PUZZLE DAN BERCERITA


TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH
(3-5 TAHUN) SELAMA HOSPITALISASI DI RUANG
ANAK RS TK. III. R. W. MONGISIDI MANADO

Inggrith Kaluas
Amatus Yudi Ismanto
Rina Margaretha Kundre

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi Manado
Email : kaluasinggrith@yahoo.com

ABSTRAK: Perasaan cemas merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami oleh anak
prasekolah. Pada umumnya reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan karena perpisahan,
kehilangan, perlukaan tubuh dan rasa nyeri. Sering kali hospitalisasi dipersepsikan oleh anak
sebagai hukuman, ada perasaan malu dan takut sehingga menimbulkan reaksi agresif, marah,
berontak, tidak mau bekerja sama dengan perawat. Untuk mengurangi kecemasan anak dapat
diberikan terapi bermain. Tujuan untuk mengetahui perbedaan terapi bermain puzzle dan
bercerita terhadap kecemasan anak usia prasekolah (3-5 tahun) selama hospitalisasi. Metode
Penelitian menggunakan quasi experimental design dengan rancangan perbandingan
kelompok statis. Teknik pengambilan sampel yaitu dengan purposive sampling. Hasil
penelitian analisa data menggunakan uji statistik paired sample t-Test dengan tingkat
kemaknaan 95% (α = 0,05) didapatkan nilai p value = 0,000 < α = 0,05 (Ho ditolak).
Kesimpulan yaitu ada perbedaan terapi bermain puzzle dan bercerita terhadap kecemasan
anak usia prasekolah (3-5 tahun) selama hospitalisasi di ruang anak RS.TK.III R.W.Mongisidi
Manado. Saran pemberian terapi bermain puzzle dan bercerita dapat diterapkan sebagai salah
satu intervensi keperawatan untuk menurunkan kecemasan anak usia prasekolah (3 – 5 tahun)
selama hospitalisasi.

Kata kunci : Terapi Bermain, Puzzle, Bercerita, Kecemasan, Anak Prasekolah, Hospitalisasi

1
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

PENDAHULUAN pengalaman yang sangat traumatik dan


penuh dengan stres (Supartini, 2012).
Anak merupakan bagian dari keluarga
Kecemasan merupakan kekuatan yang
dan masyarakat. Anak yang sakit dapat
besar dalam menggerakkan tingkah laku.
menimbulkan suatu stres bagi anak itu
Baik tingkah laku normal maupun tingkah
sendiri maupun keluarga (Setiawan et al,
laku yang menyimpang, atau yang
2014). Di Amerika Serikat, diperkirakan
terganggu, kedua-duanya merupakan
lebih dari 5 juta anak menjalani
pernyataan, penampilan, penjelmaan dari
hospitalisasi karena prosedur pembedahan
pertahanan terhadap kecemasan itu
dan lebih dari 50% dari jumlah tersebut,
(Gunarsa dkk, 2012). Bagi anak, sakit dan
anak mengalami kecemasan dan stres.
dirawat di rumah sakit merupakan krisis
Diperkirakan juga lebih dari 1,6 juta anak
utama yang tampak pada anak. Anak akan
dan anak usia antara 2-6 tahun menjalani
mengalami stres akibat perubahan terhadap
hospitalisasi disebakan karena injury dan
status kesehatannya maupun
berbagai penyebab lainnya (Disease
lingkungannya dalam kebiasaan sehari-hari
Control, National Hospital Discharge
dan anak juga mempunyai sejumlah
Survey (NHDS), 2004 dalam Apriliawati,
keterbatasan dalam mekanisme koping
2011).
untuk mengatasi masalah maupun
Angka kesakitan anak di Indonesia
kejadian-kejadian yang bersifat menekan.
berdasarkan Survei Kesehatan Nasional
Anak usia prasekolah disebutkan oleh
(Susenas) tahun 2010 yang dikutip oleh
Perry dan Potter (2005) bahwa usia
Apriany (2013), di daerah perkotaan
prasekolah merupakan masa kanak-kanak
menurut kelompok usia 0-4 tahun sebesar
awal, yaitu berada pada usia 3-6 tahun,
25,8%, usia 5-12 tahun sebanyak 14,91%,
namun dalam Hockenberry dan Wilson
usia 13-15 tahun sekitar 9,1%, usia 16-21
(2007) disebutkan usia prasekolah adalah
tahun sebesar 8,13%. Angka kesakitan
anak yang beerusia 3 – 5 tahun.
anak usia 0-21 tahun apabila dihitung dari
Terapi bermain diharapkan mampu
keseluruhan jumlah penduduk adalah
menghilangkan batasan, hambatan dalam
14,44%. Anak yang dirawat di rumah sakit
diri, stres, frustasi serta mempunyai
akan berpengaruh pada kondisi fisik dan
masalah emosi dengan tujuan mengubah
psikologinya, hal ini disebut dengan
tingkah laku anak yang tidak sesuai
hospitalisasi.
menjadi tingkah laku yang diharapkan dan
Hospitalisasi pada anak merupakan
anak yang sering diajak bermain akan lebih
suatu proses karena suatu alasan yang
kooperatif dan mudah diajak kerjasama
direncanakan atau darurat mengharuskan
selama masa perawatan (Mulyaman 2006
anak untuk tinggal di rumah sakit,
dalam Yusuf dkk, 2013). Bermain juga
menjalani terapi dan perawatan sampai
menjadi media terapi yang baik bagi anak-
anak dapat dipulangkan kembali kerumah.
anak untuk dapat mengembangkan potensi
Selama proses tersebut, anak dapat
kreativitas dari anak-anak itu sendiri.
mengalami berbagai kejadian berupa
Untuk mengurangi kecemasan pada anak
yang menjalani hospitalisasi dapat
2
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

dilakukan diantaranya dengan relaksasi, Di Ruangan Anak RS Tk.III


terapi musik, aktivitas fisik, terapi seni dan R.W.Mongisidi Manado belum mempunyai
terapi bermain. fasilitas ruang bermain untuk anak-anak.
Riset yang lain yang dilakukan oleh Berdasarkan uraian di atas, untuk
Marasaoly (2009) tentang pengaruh terapi membuktikan dugaan tersebut, maka perlu
bermain puzzle terhadap dampak dilakukan pengukuran untuk menurunkan
hospitalisasi pada anak usia parsekolah kecemasan pada anak. Oleh sebab itu
mendapatkan hasil penelitian yaitu ada peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
pengaruh yang bermakna antara intervensi mengenai perbedaan terapi bermain puzzle
terapi bermain puzzle dengan dampak dan bercerita terhadap kecemasan pada
hospitalisasi. anak usia prasekolah (3-5 tahun) selama
Terapi bermain yang akan digunakan hospitalisasi di RS Tk.III R.W.Mongisidi
dalam penelitian ini adalah dengan terapi Manado.
bermain puzzle dan bercerita. Wong (2012)
menyatakan jenis permainan yang cocok METODE PENELITIAN
untuk anak usia prasekolah (3-5 tahun)
Desain penelitian yang digunakan
diantaranya bermain bahasa (bercerita) dan
adalah quasi experimental dengan
Alimul (2012) permainan yang dapat
rancangan perbandingan kelompok statis
mengembangkan kemampuan
(static group comparism) yang
menyamakan dan membedakan koordinasi
menggunakan dua kelompok sampel.
motorik kasar dan halus dalam mengontrol
Tempat penelitian di ruang anak RS. TK.
emosi (puzzle).
III. R. W. Mongisidi Manado pada bulan
Berdasarkan hasil studi pendahuluan
Januari 2015 sampai bulan Maret 2015.
yang dilakukan di ruangan anak RS Tk.III
Populasi penelitian ini adalah semua anak
R.W.Mongisidi Manado, selama 2 bulan
usia prasekolah (3-5 tahun) yang
terakhir dari bulan Oktober sampai dengan
mengalami hospitalisasi. Metode
November 2014 didapatkan data jumlah
pengambilan sampel dalam penelitian ini
pasien anak yang dirawat 184 pasien anak
adalah non probability sampling dengan
dan anak yang berusia 3-5 tahun sebanyak
cara purposive sampling yaitu pengambilan
57 pasien anak. Hasil observasi
sampel yang didasarkan pada pertimbangan
menemukan anak sering gelisah, rewel dan
peneliti sendiri. Setelah data terkumpul
selalu ingin ditemani oleh orang tua saat
selanjutnya akan dilakukan pengolahan
menjalani proses perawatan. Anak juga
data dengan tahapan sebagai berikut:
sering menangis dan mengatakan ingin
Cleaning, Coding, Skoring, Entering. Data
pulang. Penyebab kecemasan juga
dianalisis dengan proedur analisa univariat
beragam, mulai dari rasa cemas terhadap
dan analisa bivariat dengan menggunakan
petugas kesehatan dan tindakan medis,
uji statistik paired sample t-Test dengan
cemas karena nyeri yang dialami, rasa
tingkat kemaknaan 95% (α = 0,05).
cemas karena berada pada tempat dan
lingkungan baru, serta rasa cemas akibat
perpisahan dengan teman dan saudaranya.
3
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

HASIL DAN PEMBAHASAN dan sesudah penerapan terapi bermain


di ruang anak RS. TK. III. R. W.
A. Hasil Penelitian Mongisidi Manado.
Analisis Univariat Variabel Me Me SD Min- n
an dia Max
Tabel 1. Distribusi frekuensi berdasarkan n
usia responden di ruang anak RS. TK. III. Sebelum 34, 35 2,779 32-
71 41
R. W. Mongisidi Manado. Puzzle 17
Terapi Puzzle Terapi Bercerita Total Sesudah 28, 29 1,829 26-
Usia N % n % n % 71 32
3 Tahun 4 28,6 10 71,4 14 100 Sebelum 37, 38 2,443 33-
4 Tahun 3 60,0 2 40,0 5 100 71 41
5 Tahun 10 66,7 5 33,3 15 100 Berc 17
Total 17 50,0 17 50,0 34 100 erita
Sumber: Data Primer, 2015 Sesudah 31, 32 2,595 27-
12 34
Sumber: Data Primer, 2015
Tabel 2. Distribusi frekuensi berdasarkan
jenis kelamin responden di ruang anak RS. Analisis Bivariat
TK. III. R. W. Mongisidi Manado. Tabel 6. Uji normalitas kelompok
Terapi Terapi
Jenis Kelamin Puzzle Bercerita
Total intervensi terapi bermain puzzle dan
N % N % n % terapi bercerita di ruang anak RS. TK.
Laki-Laki 10 55,6 8 44,4 18 100
Perempuan 7 43,8 9 56,2 16 100 III. R. W. Mongisidi Manado.
Total 17 50,0 17 50,0 34 100 Respon Kecemasan Anak Skewness/SE
Sumber: Data Primer, 2015 1,52
Sebelum
Terapi Puzzle
Tabel 3. Distribusi frekuensi berdasarkan 0,26
lamanya hari rawat responden di ruang Sesudah
-0,43
anak RS. TK. III. R. W. Mongisidi Sebelum
Terapi Bercerita
Manado. 0,82
Terapi Terapi Sesudah
Total
Puzzle Bercerita
Sumber: Data Primer, 2015
Hari Rawat N % n % n %
1 Hari 5 41,7 7 58,3 12 100
Tabel 7. Hasil Analisis Pengaruh (Uji T
2 Hari 10 55,6 8 44,4 18 100
Dependen) Terapi Bermain Puzzle di
3 Hari 2 50,0 2 50,0 4 100 ruang anak RS. TK. III R. W.
Total 17 50,0 17 50,0 34 100
Mongisidi Manado (n=34)
Sumber: Data Primer, 2015 p
Kelompok
n Mean SD t valu
Responden
Tabel. 4. Distribusi frekuensi berdasarkan e
34,71 2,779
Terapi 0,00
pengalaman dirawat sebelumnya responden Puzzle
17
1,829
10,100
0
28,71
di ruang anak RS. TK. III. R. W. Mongisidi
Manado.
Pengalaman Terapi Terapi
Total
Tabel 8. Hasil Analisis Pengaruh (Uji T
Dirawat Puzzle Bercerita
Sebelumnya Dependen) Terapi Bercerita di ruang
N % N % n %
Tidak 7 43,8 9 56,2 16 100 anak RS. TK. III. R. W. Mongisidi
Ya 10 55,6 8 44,4 18 100 Manado (n=34)
Total 17 50,0 17 50,0 34 100
Tabel 5. Distribusi frekuensi
berdasarkan respon kecemasan sebelum

4
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

Kelompok
n Mean SD t
p rawat 2 hari pada kelompok terapi
Responden value
37,71 2,443
bermain puzzle sebanyak 10 orang
Terapi
Bercerita
17
2,595
14,253 0,000 (55,6%) dan kelompok terapi bercerita
31,12
sebanyak 8 orang (44,4%).
Berdasarkan pengalaman dirawat
Tabel 9. Hasil Analisis Perbedaan (Uji T sebelumnya ditemukan bahwa pada
Independen) Rata-rata Respon Kecemasan
kelompok terapi bermain puzzle
Anak Kelompok Terapi Bermain Puzzle
dan Terapi Bercerita di ruang anak RS. TK. sebagian besar anak mempunyai
III. R. W. Mongisidi Manado (n=34) pengalaman dirawat sebanyak 10 orang
Kelompok Responden n Mean SD t
p
value
(55,6%) dan kelompok terapi bercerita
Terapi
Puzzle
Sesudah 17 28,71 1,829
-
sebagian besar anak mepunyai
0,000
Terapi
Sesudah 17 31,12 2,595
4,389 pengalaman dirawat sebanyak 9 orang
Bercerita
(56,2%). Dari total responden dari
Sumber: Data Primer, 2015
kedua kelompok baik terapi bermain
puzzle dan terapi bercerita semua anak
B. Pembahasan telah memiliki pengalaman dirawat
Hasil penelitian menunjukkan sebelumnya.
bahwa jumlah usia responden Penelitian ini didapatkan skor
terbanyak pada kelompok terapi kecemasan anak sebelum dan sesudah
bermain puzzle yaitu pada umur 5 tahun pemberian terapi bermain puzzle dan
sebanyak 10 orang (66,7%) dan terapi bercerita. Pada kelompok terapi
responden terbanyak pada kelompok bermain puzzle didapatkan rata-rata
bercerita yaitu pada umur 3 tahun sebelum penerapan 34,71 dan
sebanyak 10 orang (71,4%). sesudahnya 28,71 dan pada kelompok
Berdasarkan jenis kelamin responden terapi bercerita didapatkan rata-rata
jumlah anak laki-laki pada kelompok sebelum penerapan 37,71 dan
terapi bermain puzzle yaitu sebanyak sesudahnya 31,12. Hasil analisis yang
10 orang (55,6%) dan jumlah anak menggunakan paired samples t-test (uji
perempuan sebanyak 7 orang (43,8%) t dependen) ini menunjukkan ada
sedangkan jumlah anak laki-laki pada penurunan skor kecemasan responden
kelompok terapi bercerita yaitu anak dalam kelompok terapi bermain
sebanyak 8 orang (44,4%) dan jumlah puzzle dan kelompok terapi bercerita
anak perempuan sebanyak 9 orang selama hospitalisasi.
(56,2%). Dari hasil penelitian Hasil penelitian menunjukkan
menunjukkan bahwa jumlah anak laki- bahwa respon kecemasan anak yang
laki lebih besar dari jumlah anak mengalami hospitalisasi di RS.Tk.III
perempuan. Berdasarkan lamanya hari R.W.Mongisidi Manado saat dilakukan
rawat responden terbanyak dari terapi bermain puzzle pada 17
kelompok terapi bermain puzzle dan responden sangat efektif dalam
kelompok terapi bercerita yaitu menurunkan kecemasan dimana nilai
responden yang mengalami lama hari mean sebelum dilakukan terapi bermain
5
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

puzzle yaitu 34,71 dan sesudah terapi sebelum dan sesudah dilakukan terapi
bermain puzzle yaitu 28,71. Hasil baik terapi bermain puzzle dan terapi
penelitian ini menunjukkan ada bercerita terlihat perbedaannya. Saat
penurunan respon kecemasan anak usia sesudah dilakukan terapi bermain
prasekolah selama hospitalisasi. puzzle dan bercerita sebagian besar
kecemasan terbesar anak usia mengalami penurunan skor kecemasan
prasekolah adalah kecemasan akan dapat dilihat dengan nilai p= 0,000 (p
kerusakan tubuh. Semua prosedur atau value < 0,05), ini menunjukkan adanya
tindakan keperawatan baik yang perbedaan terapi bermain puzzle dan
menimbulkan nyeri maupun tidak, bercerita terhadap kecemasan anak usia
keduanya akan menyebabkan prasekolah selama hospitalisasi. Hal ini
kecemasan bagi anak usia prasekolah ditunjang dengan penelitian yang
selama hospitalisasi (Potter & Perry, dilakukan Listyorini (2006)
2005). Hal ini ditunjang dengan menunjukkan terdapat perbedaan yang
penelitian yang dilakukan oleh Barokah bermakna sebelum dan sesudah
(2012) menunjukkan adanya pengaruh dilakukan aktivitas bermain dalam
positif dan signifikan terapi bermain menurunkan kecemasan anak selama
puzzle terhadap perilaku kooperatif menjalani perawatan. Alimul (2012)
anak usia prasekolah selama menyatakan permainan yang cocok
hospitalisasi. untuk anak usia prasekolah adalah
Hasil penelitian ini menunjukkan permainan yang dapat mengembangkan
respon kecemasan anak yang diberikan kemampuan menyamakan dan
terapi bercerita pada 17 responden membedakan koordinasi motorik kasar
dimana didapati nilai mean sebelum dan halus dalam mengontrol emosi
dilakukan terapi bercerita yaitu 37,71 (puzzle) dan menurut Wong (2012)
dan sesudah terapi bercerita yaitu jenis permainan yang cocok untuk anak
31,12. Hal ini menunjukkan ada usia prasekolah diantaranya bermain
penurunan respon kecemasan pada bahasa (bercerita).
anak prasekolah selama hospitalisasi. Bermain adalah unsur yang penting
Kecemasan anak selama hospitalisasi untuk perkembangan anak baik fisik,
terjadi karena adanya stresor berupa emosi, mental intelektual, kreativitas
perpisahan dengan keluarga, dan sosial (Soetjiningsih, 2012).
kehilangan kontrol dan ketakutan akan Bermain juga merupakan aktivitas
perlukaan tubuh (Apriany, 2013). Hasil dimana anak dapat melakukan atau
penelitian ini sesuai dengan penelitian mempraktikkan keterampilan,
sebelumnya yang dilakukan Sari (2014) memberikan ekspresi terhadap
yang memberikan hasil terapi bercerita pemikiran, menjadi kreatif,
dapat menurunkan kecemasan anak mempersiapkan diri untuk berperan dan
usia prasekolah selama hospitalisasi. berperilaku dewasa (Alimul, 2012).
Hasil penelitian terhadap skor Bermain dapat dilakukan oleh anak
kecemasan anak usia prasekolah yang sehat maupun sakit, walaupun
6
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

anak sedang mengalami sakit tetapi diberikan terapi puzzle nilai rata-rata
kebutuhan akan bermain tetap ada respon kecemasan 5,15. Terapi bermain
(Suryanti, 2011). Adapun tujuan anak dengan puzzle sangat bermakna dalam
bermain di rumah sakit yaitu, mengurangi kecemasan pada anak
mengurangi perasaan takut, cemas, karena membutuhkan kesabaran dan
sedih, tegang, dan nyeri (Supartini, ketekunan anak dalam merangkainya,
2012). Jadi bermain bagi anak adalah lambat laun akan membuat mental anak
sebagai terapi bagi anak. terbiasa untuk bersikap tenang, tekun
Terapi bermain merupakan suatu dan sabar dalam menghadapi dan
proses penyembuhan dengan metode menyelesaikan sesuatu.
bermain yang digunakan pada anak Hasil penelitian terapi bercerita
yang mempunyai masalah emosi, menunjukkan bahwa ada penurunan
khususnya pada anak usia 3 – 5 tahun, skor respon kecemasan anak usia
dengan tujuan mengubah tingkah laku prasekolah dapat dilihat dari nilai rata-
anak yang tidak sesuai menjadi tingkah rata sebelum dilakukan penerapan
laku yang diharapkan. Pelaksanaan terapi bercerita 37,71 dan sesudah
terapi bermain sudah sesuai dengan dilakukan penerapan terapi bercerita
prinsip terapi bermain bagi anak di 31,12. Hasil penelitian ini sesuai
rumah sakit yaitu permainan tidak dengan pendapat Supartini (2012) yang
boleh bertentangan dengan pengobatan menyatakan bermain memungkinkan
yang sedang dijalankan pada anak, anak terlepas dari ketegangan dan stres
permainan yang tidak membutuhkan yang dialami anak selama hospitalisasi.
energi, singkat dan sederhana, Hasil penelitian ini juga sesuai dengan
permainan harus mempertimbangkan penelitian sebelumnya yang dilakukan
keamanan anak (Karsi, 2013). oleh Edisaputra (2012) yang
Hasil penelitian terapi bermain memberikan hasil terapi bercerita dapat
puzzle ini membuktikan bahwa terapi menurunkan kecemasan anak usia
bermain puzzle memiliki pengaruh prasekolah.
yang signifikan untuk menurunkan Peneliti beranggapan bahwa
respon kecemasan anak prasekolah penerapan terapi bermain puzzle lebih
selama hospitalisasi dimana didapat baik dibandingkan dengan penerapan
nilai mean sesudah pemberian terapi terapi bercerita dalam menurunkan
bermain puzzle yaitu 28,71. Penelitian kecemasan anak usia prasekolah (3 – 5
ini sejalan dengan penelitian yang tahun) selama hospitalisasi. Permainan
dilakukan oleh Zen (2013) yang memiliki nilai terapeutik didasari
menunjukkan ada pengaruh terapi oleh pandangan bahwa bermain bagi
bermain puzzle terhadap kecemasan anak merupakan aktivitas yang sehat
anak usia prasekolah selama dan diperlukan untuk kelangsungan
hospitalisasi, dimana nilai rata-rata tumbuh kembang anak. Pada saat
respon kecemasan sebelum diberikan menjalani hospitalisasi aktivitas
terapi puzzle 8,25 dan sesudah bermain yang terapeutik
7
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

memungkinkan anak untuk Apriliawati, A. (2011). Pengaruh


mengekspresikan perasaan termasuk biblioterapi terhadap tingkat
kecemasan, ketakutan dan perasaan kecemasan anak usia sekolah yang
menjalani hospitalisasi di Rumah
kehilangan kontrol. Dengan demikian
Sakit Islam Jakarta. Thesis. Depok:
kegiatan bermain harus menjadi bagian Universitas Indonesia.
integral dari pelayanan kesehatan anak Edisaputra. (2012). Effect Of Playing
di rumah sakit. Therapy Using Story Telling
Technique To Anxiety Caused By
SIMPULAN Hospitalization In Preschool
Children At Menur Ward Of
Skor mean kecemasan sebelum dilakukan DR.Soeradji Tirtonegoro Hospital
penerapan pada kelompok terapi bermain Klaten.
puzzle 34,71 dan kelompok terapi bercerita Hockenberry, J.M. & Wilson, D. (2007).
37,71. Skor mean kecemasan sesudah Wong’s nursing care of infant and
dilakukan penerapan pada kelompok terapi children. (8 th edition). Canada:
bermain puzzle 28,71 dan kelompok terapi Mosby Company.
Karsi. (2013). Perbedaan Tingkat
bercerita 31,12. Ada pengaruh terapi
Kecemasan Pada Anak Usia
bermain puzzle terhadap respon kecemasan Prasekolah Yang Mendapat Terapi
anak. Ada pengaruh terapi bercerita Bermain dan Tidak Mendapat Terapi
terhadap respon kecemasan anak. Ada Bermain Selama Hospitalisasi di
perbedaan terapi bermain puzzle dan RSUD Ambarawa Kabupaten
bercerita terhadap kecemasan anak usia Semarang. http://jurnal.umsb.ac.id.
Diakses pada tanggal 25 Maret 2015.
prasekolah selama hospitalisasi di RS. TK.
Pukul 23.00 WITA.
III. R. W. Mongisidi Manado. Setiawan dkk. (2014). Keperawatan anak
& tumbuh kembang (pengkajian dan
DAFTAR PUSTAKA
pengukuran). Yogyakarta: Nuha
Alimul, A.A. (2012). Pengantar ilmu Medika.
keperawatan anak I. Jakarta: Salemba Soetjiningsih. (2012). Tumbuh kembang
Medika. anak. Jakarta: EGC.
Apriany, D. (2013). Hubungan antara Supartini, Y. (2012). Konsep dasar
hospitalisasi anak dengan tingkat keperawaatan anak. Jakarta: EGC.
kecemasan orangtua. The soedirman Wong, D.L., Eaton, M.H., Wilson, M.L.,
journal of nursing. Vol 8 no 2 Juli Schwartz, P. (2009). Buku ajar
2013. keperawatan pediatrik. Vol 2.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai