Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kulit memiliki mekanisme proteksi terhadap efek negatif sinar matahari seperti
pembentukan melanin dan penebalan sel tanduk. Namun paparan sinar UV yang berlebih
membuat sistem perlindungan kulit tidak mencukupi untuk melindungi kulit dari sinar
matahari sehingga dapat merusak jaringan kulit, Selain itu, pengaruh lingkungan seperti
polusi, debu, dan paparan zat kimia juga dapat merusak jaringan kulit. Oleh sebab itu,
memerlukan perlindungan baik secara fisik maupun kimia. Salah satu perlindungan kulit
yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan tabir surya.
Sediaan tabir surya adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk memantulkan
atau menyerap secara emisi gelombang ultraviolet, sehingga dapat mencegah terjadinya
gangguan kulit karena cahaya mahatari (Ditjen POM, 1985). Tabir surya dapat
dibedakan menjadi dua yaitu tabir surya kimiawi dan tabir surya fisik. Tabir surya fisik
memiliki mekanisme perlindungan pemblok fisik (Physical blocker) dengan cara
menghalangi sinar ultra violet (UV) menembus masuk lapisan kulit dengan cara
memantulkan dan menghamburkan sinar UV yang sampai pada kulit. Tabir surya kimia
memiliki mekanisme kerja dengan cara mengabsorbsi sinar UV dan mengubahnya
menjadi energi panas.(Zulkarnain, Ernawati, Sukardani 2012)
Kemampuan tabir surya dapat melindungi kulit dari sinar matahari disebut dengan
SPF (Sun Protection Factor)(Hassan el al.,2013). Nilai SPF menunjukkan berapa lama
sunblock mampu melindungi kulit dari sinar matahari. Menurut European
Commission(EC) Recommendation dalam Osterwalder & Herzog (2009) tabir surya
diklasifikasikan berdasarkan tingkat nilai SPF yaitu nilai SPF 6-10 dapat memberikan
perlindungan yang rendah, nilai SPF 15-25 memberikan perlindungan sedang, nilai SPF
30-50 memberikan perlindungan tinggi. Kisaran SPF dimulai dari 2 sampai lebih dari 50
tabir surya dianjurkan dengan paling sedikit SPF 15.
Buah mahkota dewa merupakan salah satu bahan alam yang dapat digunakan
sebagai tabir surya. Buah mahkota dewa mengadung senyawa turunan benzofenon.
Benzofenon memiliki efek perlindungan terhadap bahaya sinar matahari. Senyawa
benzofenon yang terdapat dalam buah mahkota dewa adalah senyawa mahkosida (4,4-
dihidroksida-6 metoksibenzofenon-2-O-β-D-glikopiranosida) dan mangiferin
(6,4dihidroksi-4-metoksibenzofenon-2-o-β-d-glukopiranosida) (Rinayanti, 2014).
Menurut penelitian Yanti et al.,(2018) buah mahkota dewa memiliki aktivitas tabir surya
dengan nilai SPF pada konsentrasi 500 ppm dengan berturut-turut 30,38 pada ekstrak
methanol, 12,44 pada fraksi heksan, 31,76 pada fraksi etil asetat sedangkan SPF pada
isolate adalah 17,2 pada mahkosida A, 15,83 pada mangiferin dan 16,11 pada
6,4dihidroksi-4-metoksibenzofenon-2-o-β-d-glukopiranosida.
Titanium dioksida merupakan tabir surya yang aman, efektif, dan memiliki
spectrum luas. Titanium dioksida bekerja secara fisik dengan cara memantulkan sinar UV
(Anggraini, 2013). Kristal dari titanium oksida dapat menyerap radiasi UVA pada
panjang gelombang 315-400 nm sehingga memberikan efek lebih baik daripada senyawa
organik yang hanya dapat menyerap radiasi UV (Smijs et al, 2011). Menurut (Barel et al.,
2009) kosentrasi titanium dioksida yang dapat digunakan sebagai tabir surya yaitu
berkisar 2-25%. Titanium dioksida juga dapat digunakan sebagai perlindungan UV yaitu
menghindari UV-B dan UV-C (Hernandez et al, 2016)
Pada penelitian ini, akan dibuat sediaan tabir surya dalam bentuk sediaan gel.
Menurut Farmakope Edisi IV gel adalah sediaan semipadat

Anda mungkin juga menyukai