Ilmu Filsafat
Ilmu Filsafat
JUMAINI : (190103037)
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah yang maha esa ,karena telah
melimpahkan rahmatnya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah “Filsafat”
yang berjudul “Dasar-Dasar pengetahuan berupa penalaran dan logika” ini bisa selesai pada
waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...i
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang………………………………………………………………..ii
Rumusan Masalah…………………………………………………………….ii
Tujuan Penulisan………………………………………………………………ii
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Penalaran………………………………………………………….iii
Pengertian Logika……………………………………………………………..iii
Sumber Pengetahuan………………………………………………………….iii
Kriteria Kebenaran……………………………………………………………iii
BAB III
Kesimpulan…………………………………………………………………….i
Daftar Pustaka………………………………………………………………..iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oleh sebab itu, manusia dikatakan sebagai makhluk yang mengembangkan ilmunya atau
pengetahuannya secara bersungguh-sungguh. Begitupun binatang mereka juga memiliki
pengetahuan sama seperti manusia.Namun, pengetahuan manusia itu lebih luas sedangkan
pengetahuan hewan itu terbatas sekedar untuk melangsungkan kehidupannya , sedangkan
manusia mengembangkan ilmunya untuk mengembangkan kehidupannya dan menemukan hal-
hal baru .Hal ini menunjukkan, bahwa manusia dalam hidupnya tidak sekedar mengatasi
kebutuhan hidupnya ,namun memiliki tujuan tertentu yang lebih tinggi dari pada itu.
Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang di peroleh manusia melalui pengamatan bisa
juga dari hasil belajar , dan pada saat seseorang melakukan pengamatan tentang suatu hal dan
dia memperoleh pengetahuan dari hasil pengamatannya , maka bisa kita katakan bahwa orang
tersebut memperoleh pengetahuan.
B.Rumusan masalah
Berdasarkan hasil dari uraian di atas,dapat kita rumuskan masalah yang akan di
kemukakan dalam makalah ini adalah:
1.Jelaskan apakah yang di maksud dengan penalaran?
C.Tujuan penulisan
PEMBAHASAN
A.Penalaran
1.pengertian penalaran
Penalaran juga merupakan kemampuan berfikir cepat, tepat, dan mantap. Selain itu, penalaran
merupakan proses berfikir dan menarik kesimpulan berupa pengetahuan . Seperti halnya
manusia ,yang dimana manusia itu merupakan satu-satunya makhluk yang mengembangkan
pengetahuan secara bersungguh-sungguh.Namun,bukan hannya manusia yang mempunyai
pengetahuan tetapi binatang juga memiliki pengetahuan.
Perbedaan pengetahuan manusia dengan hewan adalah dimana hewan hanya di ajarkan
hal-hal yang menyangkut kelangsungan hidupnya(Survival). Contohnya, apabila ada bencana
mereka akan cepat bersembunyi atau mencari tempat yang aman. Sedangkan manusi, dengan
cara mengembangkan pengetahuannya dia akan berusaha menghindari dan mencari penyebab
terjadinya bencana sampai bagaimana mengatasinya.
Manusia dalam kehidupannya dia akan selalu berusaha memenuhi kebutuhan kelangsungan
hidupnya, contohnya manusia akan selalu memikirkan hal-hal yang baru, mengembangkan
budaya dan memberikan makna dalam kehidupan.
2.Ciri-ciri penalaran
a) Adanya suatu pola fikir yang secara luas dapat di sebut logika.Dalam hal ini ,maka
dapat dikatakan bahwa tiap bentuk penalaran memiliki logikanya tersendiri.Atau dapat
juga disimpulkan bahwa kegiatan penalaran merupakan suatu proses berfikir logis
,dimana berpikir logis disini harus diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut suatu
pola tertentu.
b) Bersifat analitik dari proses berpikirnya.penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir
yang menyandarkan diri kepada suattu analisisdan krangka berpikir yang
dipergunakan untk analisis tersebut adalah logika penalaran yang
bersangkutan.Artinya penalaran ilmiah merupakan suatu kegiatan analisis yang
mempergunakan logika ilmiah, dan demikian juga penalaran lainnya yang
mempergunakan logikanya tersendiri pula. Sifat analitik ini merupakan konsekuensi
dari adanya suatu pola berpikir tertentu. Tanpa adanya pola berpikir tersebut maka
tidak ada kegiatan analisis. Sebab, analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan
berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.
3. prinsip-prinsip penalaran
Prinsip dasar pernyataan hanya ada 3(Tiga) yang dikemukakan pertama kali adalah
aristoteles yaitu sebagai berikut:
a) Prinsip identitas
Prinsip identitas ini dalam istilah latin ialah “ principium indentitas”. Prinsip
ini berbunyi”sesuatu hal adalah sama dengan halnya sendiri “.Dengan kata
lain,”sesuattu yang disebut p maka sama dengan p yang dinyatakan itu sendiri
ukan yang lain”.
b) Prinsip konrtadiksi (principium contratdictionis)
Prinsip ini berbunyi”sesuatu tidak dapa tsekaligus merupakan hal itu dan
bukan hal-hal itu pada waktu yang bersamaan”,atau”sesuatu pernyataan itu ti dak
mungkin mempunyai nilai benar dan tidak benar pada saa t yang sama”.Dengan
kata lain,”sesuatu tidaklah mungkin secara bersamaan merupakan p dan non p”.
B.Logika
1.pengertian logika
Nama logika pertama kali muncul pada filusuf Cicero (abad ke-1 SM), tetapi dalam arti
seni berdebat .Alexander Aphrodisias (Sekitar permulaan abad ke-3 sesudah masehi) adalah
orang pertama kali yang mempergunakan kata ‘logika’ dalam arti ilmu yang memepelajari
tentang menyelidiki lurus atau tidaknya pemikiran kita.
Selain itu ,kata ‘logika’ juga berasal dari bahasa yunani yaitu ‘logike’ yang berhubungan dengan
kata benda logos , sesuatu yang menunjukkan kepada kita adanya hubungan yang erat dengan
pikiran dan kata yang merupakan pernyataan dalam bahasa . Jadi, secara etimologi logika
adalah ilmu yang mempelajari pikiran melalui bahasa. Logika juga bisa dikatakan sebagai
penarikan kesimpulan dari apa yang dianggap benar dari suatu proses penalaran .Dan secara
luas, logika juga bisa dikatakan sebagai ilmu pengkajian untuk berpikir secara sahih.
a.logika induktif adalah erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus –kasus
individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum penalaran secara induktif ini dimulai
dengan mengemukakan n pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khusus
dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan umun. katakanlah
umpamanya kita mempunyai fakta bahwa kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata,
demikian juga dengan singa , kucing, dan berbagai binatang lainnya dari kenyataan-kenyataan
ini , kita dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum yakni, semua binatang mempunyai
mata, kesimpulan yang bersifat umum ini penting. Artinya, sebab mempunyai dua keuntungan
.Keuntungan pertama adalah bahwa pernyataan yang bersifat umum ini bersifat ekonomis,
kehidupan yang beraneka ragam dengan berbagai corak dan segi dapat direduksikan menjadi
beberapa pernyataan.Pengetahuan yang dikumpulkan manusia bukanlah merupakan koleksi
dari berbagai fakta melainkan esensi dari fakta-fakta persecute.DO mikian juga dalam
pernyataan mengenai fakta yang dipaparkan ,pengetahuan tidak bermaksud membuat reproduksi
dari obyek tertentu,melainkan menkankan kepada struktur dasar yang menyangga ujud fakta
tersebut.Pernyataan yang bagaimanapun lengkap dan cermatnya tidak bisa mwmproduksikan
betapa manisnya secangkir kopi atau sepahitnya sebutir pil kina.Pengetahuan cukup puas
dengan pernyataan elementer yang bersifat kategoris bahwa kopi itu manis dan pil kina itu pahit.
Pernyataan seperti ini sudah cukup bagi manusia untuk bersifat fungsional dalam kehidupan
praktis dan berpikir teoritis.Dan keuntungan kedua adalah dimungkinkan proses penalaran
selanjutnya baik penalaran secara induktif maupun deduktif .Secara induktif maka dari
berbagai pernyataan yang bersifat umum dapat disimpulkan pernyataan yang bersifat lebih
umum lagi.Umpamanya melanjutkan contoh kita terdahulu,dari kenyataan bahwa binatang
mempunyai mata dan semua manusia mempunyai mata,dapat ditarik kesimpulan bahwa semua
makhluk mempunyai mata.Penalran seperti ini memungkinkan disusunnya pengetahuan secara
sistematis yang mengarah kepada pernyataan –pernyataan yang makin lama makin bersifat
fundamental
b.logika deduktif adalah sesuatu yang membantu kita dalam menarik kesimpulan dari hal yang
bersifat umum meju hal yang bersifat khusus atau (individual).Dan penarikan kesimpulan secara
deduktif ini biasanya menggunakan pola berpikir yang biasa dinamakn silogismus.Silogismus
disusun dari dua buah penyataan dan sebuah kesimpulan dan pernyataan yang mendukung
kalimat silogismus ini disebut premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor
dan premis minor.Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif
berdasarkan kedua premis tersebut.Dari contoh kita sebelumnya kita dapat membuat silogismus
sebagai berikut:
Kesimpulan yang diambil bahwa si polan mempunyai mata adalah sah menurut penalaran
deduktif,sebab kesimpulan ini dittarik secara logis dari dua premis yang
mendukungnya.Perantyaan apakah kesimpulan tersebut benar maka hal ini harus dikembalikan
kepda kebenaran premis yang mendahuluinya.Sekiranya kedua premis yang mendukungnya
adalah benar maka dapat dipasitkan bahwa kesimpulan yang diartiknya juga adalah
benar.Mungkin saja kesimpulan itu salah ,meskipun kedua premisnya benar ,sekiranya adalah
cara penarikan kesimpulannya yang tidak sah.Dengan demikian maka ketepatan penarikan
kesimpulan tergantung dari tiga hal yakni kebenaran premis mayor,kebenaran premis
minor,dan keabsahan penarikan kesimpulan .Sekiranya salah satu dari keitga unsure tersebu t
persyaratannya tidak dipenuhi maka kesipulan yang ditariknya akan salah.Matematika adalah
pengetahuannyang disusun secara deduktif.Argumentasi matematika adalah sama seperti A dan
A sama seperti B dan bila B sama dengan C maka A sama dengan C ,pada hakikatnya bukan
pengetahuan baru dalam arti yang sebenarnya ,melainkan sekedar konsekuensi dari dua
pengetahuan yang kita ketahui sebelumnya.Bahwa A sama dengan B dan B sama Dengan C,tak
pernah ada kejutan dalam logika ,simpul wittgenstein ,sebab pengetahuan yang diperoleh
adalah kebenaran tautologis.Namun,benarkah ulangan matematika tak pernah menimbulkan
surprise seperti pertanyaan Taufiq ismail dalam sajak ladang jagung:Bagaimana kalau bumi
bukan bulat,tapi segi empat?.
C.SUMBER PENGETAHUAN
1.pengertian
Semua orang mengakui memiiki pengeathuan.Namun dari mana pengetahuan itu diperoleh
atau lewat apa pengeahuan itu didapat.Dari sana timbul pertanyaan bagaimana kita memperoleh
pengetahuan atau darimana sumber pengetahuan itu didapat.Sebelum membahas sumber
pengetahauan,terlebih dahulu kita pelajari atau ketahui tentang hakikat pengetahuan.
Kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu! Baik logika induktitf maupun logika deduktif
,dalam proses penalarannya menggunakan premis-premis yang berupa pengeathuan yang
dianggapnya benar .kenyaaan ini membawa kita kesebuah pernyataan bagaimanakah cara kia
untuk mendapatkan pengetahuan yang benar itu?,pada dasarnya terdapat dua pokok bagi
manusia untuk mendapatkant pengettahuan yang benar ,yang pertama mendekatkan diri kepada
rasio dan kedua pengalaan.Kaum rasionalis mengembangkn paham apa yangkita kenal dengan
paham rasionalisme ,sedangkan mereka yang mendasarkan diri kepada pengalaman
mengembangkan paham yang disebut tdengan paham empirisme.
Masalah pertama yang timbul dari cara berfikir ini adalah mengenai kriteria untuk
mengetahui kebenaran dari suatu ide yang menurut seseorang adalah jelas dan dapat di percaya
.Ide yang satu bagi si A mungkin bersifat jelas dan dapat dipercaya ,namun hal itu belum tentu
bagi si B.Mungkin saja bagi si B menyusun system pengetahuan yang sama sekali lain dengan
system pengetahuan si A karena si B mempegunakan ide lain yang bagi si B merupakan prinsip
yang jelas dan dapat dipercaya. Jadi masalah utama yang dihadapi oleh kaum rasionalis adalah
evaluasi dari kebenaran premis-premis yang dipakainya dalam penalaran deduktif. Karena
premi-premis ini semuanya bersumber pada penalaran rasional yang bersifat abstrak dan
terbebas dari pengalaman , maka evaluasi semacam ini tidak dapat dilakukan. Oleh sebab itu,
maka lewat penalaran rasional akan didapatkan bermacam-macam pengetahuan mengenai satu
obyek tertentu tanpa adanya suatu consensus yang dapat diterima oleh semua pihak. Dalam hal
ini maka pemikiran rasional cenderung untuk bersifat solipsistic dan subyektif.
Berlainan dengan kaum rasionalis maka kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan
manusia itu bukan di dapatkan lewat penalaran yang bersifat abstrak namun lewat pengalaman
yang konkret. Gejala-gejala alamiah menurut anggapan kaum empiris adalah bersifat konkret
dan dapat dinyatakan lewat tangkapan pancaindera manusia. Gejala itu kalau kita telaah lebih
lanjut mempunyai beberapa karakteristik tertentu umpamanya saja terdapat pola yang teratur
mengenai suatu kejadian tertentu.Suatu benda padat kalau dipanaskan akan memanjang, langit
mendung diikuti dengan turunnya ujan .Demikian seterusnya dimana pengamatan kita akan
membuahkan pengetahuan mengenai berbagai gejala-gejala yang mengikuti pola-pola tertentu
.Disamping itu kita melihat adanya karakteristik lain yakni adanya kesamaan dan pengulangan
umpamanya saja jika bermacam-macam logam kalau kita panaskan akan memanjang . Hal ini
memungkinkan kita untuk melakukan suatu generalisasi dari berbagai kasus yang terjadi, dengan
mempergunakan metode induktif maka dapat disusun pengetahuan yang berlaku secar umum
lewat pengamatan terhadap gejal-gejala secara fisik yang bersifat individual..
Masalah utam yang timbul dalam penyusunan secara empiris ini adalah bahwa pengetahuan
yang dikumpulkan itu cenderung untuk menjadi suatu kumpulan fakta-fakta dan kumpuln
tersebut belum tentu bersifat konsisten dan mungkin saja terdapat hal-hal yang bersifat
kontradiktif . Suatu kumpulan mengenai fakta atau kaitan dari berbagai fakta belum menjamin
terwujudnya suatu system pengetahuan yang sistematis , kecuali kalau dia hanya seorang
kolektor barang-barang serba aneka. Lebih jauh Einstein mengingatkan bahwa tak terdapat
metode induktif yang memungkinkan berkembangnya konsep dasar suatu ilmu.
Dan kaum empiris menganggap bahwa dunia fisik adalah nyata karena merupakan gejala yang
tertangkap oleh pancindera . Hal ini membawa kita pada dua masalah . Pertama , sekiranya kita
mengetahui dua fakta yang nyata umpamanya rambut keriting dan inteligensi manusia,
bagaimana kita merasa pasti antara kedua kaitan fakta tersebut? apakah rambut keriting dan
inteligensi manusia memiliki kaitan satu sama lain dalam hubungan kausalitas sekiranya kita
mengatakan tidak bagaimana sekiranya penalaran induktif mebuktikan sebaliknya?.
Pertanyaan tersebut mengingatkan bahwa hubungan antara berbagai fakta tidaklah nyata
sebagaimana yang kita sangka,harus terdapat suatu kerangka pemikiran yang memberikan latar
belakang mengapa X mempunyai hubungan dengan Y. Sebab kalau tidak, maka pada
hakikatnya semua fakta dalam dunia fisik bisa saja dihubungkan dalam kaitan kualitas.
Masalah ya ng kedua adalah mengenai hakikat pengalaman yang merupakan cara dalam
menemukan pengetahun dan pancaindera sebagai alat yang menangkapnya,pertanyaannya
adalah apakah sebenarnya yang disebut pengalaman ? dan apakah hal ini merupakan stimulus
pancaindera?,apakah persepsi?atau sensasi?. Sekiranya kita mendasarkan diri kepada
pancaindera sebagai alat dalam menangkap gejala fisik yang nyata maka seberapa jauh kita
dapat mengandalkan pancaindera tersebut?.
Ternyata kaum empiris tidak bisa memberikan jawaban yang menyakinkan mengenai hakikat
pengalamn itu sendiri.Sedengkan mengenai hakikat kekurangan pancaindera mnusia ini bukan
merupakan sesuatu yang baru bagi kita,pancaindera manusia sangat terbatas kemampuannya
dan terlebih penting lagi pancaindera manusia bisa melakukan kesalahan.Contoh yang biasa kita
lihat sehari-hari adalah bagaiman tongkat lurua yang sebagian terendam di air akan kelihatan
menjadi bengkok.Haruslah kita mempercayai hal semacam ini sebagai dasar untuk menyusun
pengetahuan?.
Sedangkan wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh tuhan kepada manusia yang
disalurkan melalui para nabi-nabi yang diutusnya sepanjang zaman dan agama sebagai sumber
pengetahuan bukan saja mengenai kehidupan sekarang yang terjangkau pengalaman,namun juga
mencakup masalah-masalah yang bersifat transedental seperti latar belakang penciptaan
manusia dan hari kemudian di akhirat nanti.
D. KRITERIA KEBENARAN
Berpikir adalah suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Sesuatu
dikatakan benar sesuai dengan kriteria kebenaran. Menurut Depdikbud kebenaran
adalah keadaan yang cocok dengan keadaan sebenarnya. Jadi sesuatu dikatakan
memiliki nilai kebenaran jika sesuai dengan keadaan sebenarnya.
1. Kebenaran epistimologis
Adalah kebenaran yang berhubungan dengan pengetahuan manusia.
2. Kebenaran antologis
Adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat pada hakikat segala sesuatu yang
ada atau diadakan.
3. Kebenaran sematis
Adalah kebenaran yang berkaitan dengan pemakaian bahasa. Ini tergantung pada
kebebasan manusia sebagai makhluk hidup yang bebas melakukan sesuatu. Bahasa
merupakan ungkapan dari kebenaran.
Contohnya seorang anak kecil baru masuk sekolah, setelah tiga hari berselang, mogok
tidak mau belajar. Orang tuanya mencoba membujuk dia dengan segala macam daya,
dari iming-imingan gula-gula sampai ancaman sapu lidi, semuanya sia-sia. Setelah di
desak-desak akhirnya dia terus terang bahwa dia sudah hilang hasratnya untuk belajar,
sebab ternyata ibu Gurunya adalah seorang pembohong.” Coba ceritakan bagaimana
dia berbohong,” pinta orang tuanya sambil tersenyum.
“Tiga hari yang lalu dia berkata bahwa 3+4=7. Dua hari yang lalu dia berkata 5+2=7.
Kemarin dia berkata 6+1=7. Bukankah semua ini tidak benar?
Permasalahannya yang sederhana ini membawa kita kepada apa yang disebut teori
kebenaran. Apakah persyaratannya agar suatu jalan pikiran menghasilkan kesimpulan
yang benar?
Tidak semua manusia mempunyai persyaratan yang sama terhadap apa yang
dianggapnya benar, termasuk anak kecil kita tadi, yang dengan pikiran kekanak-
kanakannya mempunyai kriteria kebenaran tersendiri. Bagi kita tidak sukar untuk
menerima kebenaran bahwa 3+4=7, 5+2=7, dan 6+1=7. Sebab, secara deduktif dapat
dibuktikan bahwa ketiga pernyataan tersebut adalah benar. Mengapa hal ini kita sebut
benar? Sebab pernyataan dan kesimpulan yang ditariknya adalah konsisten dengan
pertanyaan dan kesimpulan terdahulu yang telah dianggap benar.
Teori kebenaran yang didasarkan kepada kriteria tersebut diatas disebut teori
koherensi. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori koherensi
suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten
dengan pernyataan-pernyataan yang sebelumnya dianggap benar.
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Penalaran merupakan bagaimana proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera
(pengamatan empirik)yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian
.Sehingga,kemampuan menalar menyebabkan manusia mampu mengembangkan
pengetahuan yang merupakan rahasia-rahasia kekuasaannya.
Logika berasal dari bahasa yunani kuno yaitu logos yang berarti hasi pertimbangan akal
pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa,dan logika merupakan
salah satu cabang dari filsafat.
Sumber pengetahuan mencakup penalaran karena penalaran itu merupakan salah satu
sumber dari pengetahuan kemudian dikembangkan menjadi suatu ilmu pengetahaun
dan sebagai alat penguji kebenaran sesuatu.
Kriteria kebenaran ,berpikir merupakan suatu kegiatan untuk mengetahui sesuatu
kebenaran ,karena sesuatu akan dikatakan benar apabila sudah diuji atau dianalisa, yang
dimana kebenaran tersebut merupakan keadaan yang cocok dengan keadaan sebenarnya
dan sesuatu akan dikatakan memiliki nilai kebenaran jika sesuai dengan keadaan
sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA
“Bagaimana kalau dulu bukan khuldi yang dimkan Adam, tetapi buah apukat... “Taufiq
Ismail dalam Sadjak Ladang Djagung ( Jakarta: Budaja Djaja, 1973)
Taufiq Ismail, “ Kisah Felis,Capra dan Bos “( Felis Catus adalah kucing: capra aegagrus
adalah kambing; Bos bobalus adalah kerbau) dalam Taufiq Ismail Membaca puisi ,
Taman Ismail Marzuki 30 dan 31 Januari 1980.
Taufik Ismail.
Dikutip dalam Stanley M. Honer dan Thomas C. Hunt, Invitation to Philosophy ( Belmont,
Cal.:Wads Worth, 1968).
Demikian juga kaum pragmatis percaya kepada agama sebab agama bersifat fungsional
dalam memberikan pegangan moral dan percaya kepada demokrasi sebab demokrasi
bersifat fungsional dalam menentukan consensus masyarakat.