Republik Indonesia
Bahan Paparan
Kepala Pusat Registrasi dan Sertifikasi Halal
Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal
2
Latar Belakang Penyelenggaraan JPH
Pengaturan
mengenai kehalalan Bahwa produk
suatu produk belum
menjamin kepastian yang beredar
hukum dan perlu belum semua
diatur dalam suatu
peraturan terjamin
perundang -
undangan; kehalalannya
3
Sumber: UU No. 33 Th. 2014 tentang JPH pada poin a, b, c dan d menimbang
Landasan Hukum
4
Urgensi Kebutuhan Terhadap Jaminan Produk Halal
5
02
UNDANG-UNDANG
NOMOR 33 TAHUN
2014 TENTANG JPH
6
PEMBENTUKAN BADAN PENYELENGGARA
JAMINAN PRODUK HALAL (BPJPH) TUGAS DAN FUNGSI BPJPH
a. Pasal 5 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang
Jaminan Produk Halal Registrasi
1. Pemerintah bertanggung jawab dalam menyelenggarakan dan
JPH Sertifikasi
2. Penyelenggaraan JPH dilaksanakan oleh Menteri Halal
3. Untuk menyelenggarakan JPH, dibentuk BPJPH yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri Badan Penyelenggara
4. Dalam Hal Diperlukan, BPJPH dapat membentuk Jaminan Produk Halal
perwakilan di daerah yang selanjutnya
disingkat BPJPH adalah
5. Ketentuan mengenai tugas, fungsi, dan susunan organisasi
badan yang dibentuk
BPJPH diatur dalam Peraturan Presiden. dengan Undang-Undang
b. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang untuk menyelenggarakan
Kementerian Agama Jaminan Produk Halal
Mengatur hal-hal terkait ketentuan, fungsi, dan struktur (JPH), berkedudukan di
organisasi BPJPH, Pembinaan bawah dan bertanggung
c. Peraturan Menteri Agama Nomor 42 Tahun 2016 tentang & jawab kepada Menteri Kerja sama &
Pengawasan Standardisasi
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama
Mengatur ketentuan mengenai organisasi dan tata kerja JPH
BPJPH
7
STRUKTUR BPJPH
KEPALA BPJPH
SEKRETARIS
8
03
PERATURAN PELAKSANA
UNDANG-UNDANG
NOMOR 33 TAHUN 2014
TENTANG JPH
9
Peraturan Pelaksana Undang-Undang JPH
10
Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015
tentang Kementerian Agama
11
Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 42 Tahun 2016
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama
• Ketentuan mengenai
Organisasi dan Tata
Kerja BPJPH
Peraturan
Menteri • Telah diatur dalam
Menteri Agama Nomor 42
Agama Tahun 2016 tentang
Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian
Agama
12
Urgensi PP Nomor 31 Tahun 2019 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No 33 Tahun 2014 tentang JPH
Pasal 65 UU No.33 Tahun 2014 Kementerian Agama menyiapkan 14 Pembentukan Perwakilan 1. Layanan Sertifikasi Halal
RPMA, diantaranya: 2. Layanan Registrasi Sertifikat Halal Luar
berbunyi: Peraturan 1. PMA Nomor 39 Tahun 2018
BPJPH di daerah (dalam proses
Pelaksanaan UU ini harus validasi beban kerja masing- Negeri.
tentang Pengelolaan Keuangan
3. Pendirian dan Layanan Lembaga
ditetapkan paling lama 2 tahun BPJPH masing Provinsi di Biro Ortala Pemeriksa Halal
2. Keputusan Menteri Keuangan
terhitung sejak UU ini Nomor 3/KMK.05/2019 tentang
Setjen dan Kemenpan-RB) 4. Sertifikasi Auditor Halal
diundangkan Penetapan BPJPH pada 5. Kerja sama dengan
Kementerian Agama sebagai Kementerian/Lembaga, MUI, dan kerja
Instansi Pemerintah yang sama internasional
Menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan BLU
6. Kerja sama dengan MUI meliputi:
3. RPMA tentang Tata Cara Sertifikasi Auditor Halal, Penetapan
Penyelenggaraan JPH Kehalalan Produk, Akreditasi LPH
4. RKMA Jenis Produk Wajib (Sesuai Pasal 10 Ayat (1) UU 33/ 2014
Bersertifikat Halal
13
UU No 33/2014 tentang Jaminan Produk Halal (JPH)
a. makanan;
b. minuman;
c. obat;
d. kosmetik;
BARANG e. produk kimiawi;
f. produk biologi;
g. produk rekayasa genetik; dan
h. barang gunaan yang dipakai,
digunakan, atau dimanfaatkan.
PRODUK
a. penyembelihan;
b. pengolahan;
c. penyimpanan;
JASA d. pengemasan;
e. pendistribusian;
f. penjualan; dan
g. penyajian.
15
PRODUK WAJIB BERSERTIFIKAT HALAL SESUAI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 31 TAHUN 2019 TENTANG
PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL
a. makanan;
BARANG e. produk kimiawi; • hanya bagi barang yang berasal dari dan/atau mengandung
unsur hewan.
f. produk biologi; • Barang gunaan yang dipakai terdiri atas:
a. sandang;
b. penutup kepala; dan
g. produk rekayasa genetik; dan c. aksesoris.
• Barang gunaan yang digunakan terdiri atas:
h. barang gunaan yang dipakai, a. perbekalan kesehatan rumah tangga;
b. peralatan rumah tangga;
digunakan, atau dimanfaatkan. c. perlengkapan peribadatan bagi umat Islam;
d. kemasan makanan dan minuman; dan
e. alat tulis dan perlengkapan kantor.
• Barang gunaan yang dimanfaatkan yakni alat kesehatan.
• Barang gunaan sebagaimana dimaksud di atas dapat
ditambahkan jenisnya oleh M enteri setelah berkoordinasi
dengan kementerian terkait, lembaga terkait, dan M UI.
16
PENAHAPAN
KEWAJIBAN BERSERTIFIKAT HALAL
17
PENAHAPAN PRODUK WAJIB BERSERTIFIKAT HALAL SESUAI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 31 TAHUN 2019
TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL
• ALAT KESEHATAN
Ketentuan lebih lanjut mengenai produk obat, produk biologi, dan alat kesehatan yang
bahan bakunya belum bersumber dari bahan halal dan/atau cara pembuatannya
belum halal dan ketentuan memenuhi cara pembuatan yang baik dan halal diatur
dengan Peraturan Presiden.
18
PENAHAPAN SERTIFIKASI HALAL SESUAI RPMA PENYELENGGARAAN JPH
Dimulai sejak 17 Okt
MAKANAN
2019 5 TAHUN (s.d. 17 Okt
DAN 2024)
MINUMAN
NON OBAT, NON PRODUK
BIOLOGI, NON ALKES & NON 7 TAHUN (s.d. 17 Okt 2026)
PKRT
19
TATA CARA KERJA SAMA DALAM PENYELENGGARAAN
JAMINAN PRODUK HALAL
SESUAI RPMA PENYELENGGARAAN JPH
Pemeriksaan dan/atau
BPJPH LPH pengujian produk dan tugas
lain yang terkait.
20
KETENTUAN PRODUK BELUM BERSERTIFIKAT HALAL
SESUAI RPMA PENYELENGGARAAN JPH
• Produk yang belum bersertifikat halal pada 17 Oktober 2019 tetap dapat masuk,
beredar, dan diperdagangkan di wilayah Indonesia sesuai dengan tahapan jenis produk
yang wajib bersertifikat halal.
• Produk tersebut meliputi:
a. Produk yang wajib memiliki izin edar, izin usaha perdagangan, dan/atau izin impor;
dan
b. Produk yang tidak wajib memiliki izin edar, izin usaha perdagangan, dan/atau izin
impor;
c. sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Selama masa pelaksanaan penahapan bagi jenis Produk yang wajib bersertifikat halal:
a. BPJPH melakukan pembinaan kepada Pelaku Usaha yang menghasilkan Produk
yang wajib bersertifikat halal; dan
b. BPJPH bekerjasama dengan pemangku kepentingan lain dan masyarakat
menciptakan kondisi yang mendorong peningkatan dan pengembangan iklim
berusaha di Indonesia.
21
21
KERJASAMA INTERNASIONAL DALAM BIDANG JPH
SESUAI RPMA PENYELENGGARAAN JPH
Dilaksanakan oleh BPJPH dalam koordinasi dan konsultasi dengan M enteri dan menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang urusan luar negeri.
1. pengembangan teknologi;
2. sumber daya manusia;
Pengembangan JPH 3. sarana dan prasarana JPH; dan
4. bidang lain sesuai perkembangan JPH.
Dilaksanakan sesuai dengan politik luar negeri, peraturan perundang-undangan nasional, dan hukum serta
kebiasaan internasional.
22
KETENTUAN LABEL HALAL SESUAI RPMA PENYELENGGARAAN JPH
23
KETENTUAN KETERANGAN TIDAK HALAL SESUAI RPMA PENYELENGGARAAN JPH
24
Tanda Khusus Produk Selain Obat yang Berasal dari dan/atau
Mengandung Babi
MENGANDUNG BABI
Dalam hal Pelaku Usaha juga memproduksi Produk yang belum diajukan
Sertifikat Halalnya serta tidak menggunakan Bahan yang berasal dari
dan/atau mengandung babi, Pelaku Usaha wajib:
a. menyampaikan dokumen:
1. nama dan jenis Produk;
2. daftar Produk dan Bahan yang digunakan; dan
3. proses pengolahan Produk.
b. melakukan pencucian atau penyamakan pada fasilitas Produksi yang
digunakan secara bersama sebelum digunakan untuk memproduksi
Produk yang disertifikasi halal.
26
TATA CARAPENETAPAN DAN SYARAT PENYELIA HALAL
PEMBERHENTIAN PENYELIA • Penyelia Halal harus memenuhi
HALAL
persyaratan: beragama Islam; dan
• memiliki wawasan luas dan memahami
syariat tentang kehalalan.
Memiliki wawasan luas dan memahami syariat
tentang kehalalan dibuktikan dengan sertifikat
Penyelia Halal. Untuk memperoleh sertifikat Penyelia
Halal, Penyelia Halal harus mengikuti:
Diklat Sertifikasi Penyelia Halal; dan
Uji kompetensi sertifikasi Penyelia Halal.
PENYAMPAIAN PENETAPAN
2 PENYELIAHALAL
Pimpinan Pelaku Usaha menyampaikan
penetapan Penyelia Halal kepada BPJPH
dengan melampirkan:
foto copy kartu tanda penduduk
Penyelia Halal;
daftar riwayat hidup Penyelia Halal;
salinan sertifikat Penyelia Halal yang
dilegalisir; dan salinan keputusan
penetapan Penyelia Halal.
31
TATA CARAPENGAJUAN
PERMOHONANDANPEMBARUANSERTIFIKAT HALAL
1 2
3 4
5 6
LPH
Melakukan pemeriksaan
dan/atau pengujian
terhadap produk dan
menyampaikan hasilnya
kepada BPJPH
34
Alur Proses Pendaftaran Sertifikasi Halal
Penolakan Permohonan sertifikat halal dilengkapi
Sertifikasi
Halal dokumen:
▪ Data Pelaku Usaha;
PELAKU USAHA
▪ Nama dan jenis Produk;
▪ Daftar Produk dan Bahan yang
PERMOHONAN
digunakan;
Tidak
sesuai
PENERBITAN SERTIFIKAT ▪ Proses pengolahan Produk
HALAL
▪ Sertifikat halal/hasil uji lab/flow
VERIFIKASI DOKUMEN
chart proses produksi dari bahan
Paling lama 7 hari
yang digunakan
sesuai
halal
Pelaku usaha yang mengajukan
Alur ProsesSertifikasi HalalBPJPH permohonan wajib:
Tidak halal
1. Perusahaanmengirim aplikasi KEPUTUSAN PENETAPAN HALAL
pendaftaran ke
BPJPH MENETAPKAN LPH
PRODUK ▪ memberikan informasi secara benar,
BPJPH jelas, dan jujur;
Paling lama 5 hari
2. BPJPHmenetapkan LPHuntuk ▪ memisahkan lokasi, tempat dan alat
melaksanakan LPH MELAKUKAN MUI MENGKAJI HASIL
pemeriksaan/pengujian PEMERIKSAAN DAN/ATAU
BPJPH MENERIMA DAN
VERIFIKASI BPJPH MELALUI
penyembelihan, pengolahan,
MEMVERIFIKASI HASIL
3. LPHmelakukan
PENGUJIAN YANG
DILAKSANAKAN OLEH AUDITOR
PEMERIKSAAN DAN/ATAU
SIDANG FATWA HALAL MUI
UNTUK MENETAPKAN
penyimpanan, pengemasan,
pemeriksaan/pengujian HALAL
PENGUJIAN LPH
KEHALALAN PRODUK pendistribusian, penjualan, dan
ke perusahaan
4. LPHmelaporkan BPJPH Paling lama 30 hari penyajian antara Produk Halal dan
Dokumen yang diserahkan LPH Berupa: tidak halal;
5. BPJPHkoordinasi dengan MUI
▪ Produk dan Bahan yang digunakan;
6. MUI mengeluarkan Fatwa Halal
• PPH;
▪ memiliki Penyelia Halal;
kepada BPJPH
• hasil analisis dan/atau spesifikasi; ▪ melaporkan perubahan komposisi
7. BPJPHmenerbitkan
• berita acara pemeriksaan; dan Bahan kepada BPJPH.
Sertifikat Halal bagi
perusahaan • rekomendasi
35
PENETAPAN KEHALALAN PRODUK PENERBITAN SERTIFIKAT HALAL
36
PEMBARUANSERTIFIKASI HALAL
40
PERMOHONAN PERMOHONAN
1 Permohonan diajukan secara tertulis
REGISTRASISHLN kepada BPJPH disertai dengan dokumen
pendukung.
VERIFIKASI DOKUMEN
• Dokumen Pendukung: 2 Verifikasi dokumen dilakukan dengan
data Pelaku Usaha; cara pemeriksaan keabsahan dokumen
• salinan Sertifikat Halal luar negeri oleh BPJPH.
Produk yang bersangkutan yang telah
disahkan oleh perwakilan Indonesia di PENERBITAN NOMOR
luar negeri; 3 REGISTRASI SHLN
• daftar barang yang akan diimpor ke
BPJPH menerbitkan nomor registrasi
Indonesia dilengkapi dengan nomor
SHLN.
kode sistem harmonisasi; dan
• surat pernyataan yang menyatakan
Biaya Registrasi SHLN dibebankan kepada Pemohon,
dokumen yang disampaikan benar dan dibayarkan melalui rekening BPJPH.
sah.
REGISTRASI SERTIFIKAT HALAL LUAR NEGERI
• Produk Halal luar negeri yang
diimpor ke Indonesia tidak
perlu diajukan permohonan
Noreg:224 Produk yang didaftarkan harus Memiliki
Sertifikat Halalnya sepanjang
Sertifikat halal luar negeri yang
Sertifikat Halal diterbitkan oleh diterbitkan oleh Lembaga halal luar
lembaga halal luar negeri yang negeri yang telah melakukan kerjasama
telah melakukan kerja sama saling pengakuan dan keberterimaan.
saling pengakuan dan saling Syarat Dokumen:
keberterimaan dengan 1. salinan Sertifikat Halal luar negeri
PELAKU USAHA
pemerintah Indonesia Produk bersangkutan yang telah
disahkan oleh perwakilan Indonesia
di luar negeri
• Sertifikat Halal sebagaimana 2. daftar barang yang akan diimpor ke
dimaksud wajib diregistrasi Indonesia dilengkapi dengan nomor
oleh BPJPH sebelum Produk PENDAFTARAN kode sistem harmonisasi
diedarkan di Indonesia. REGISTRASI 3. surat pernyataan yang menyatakan
TIDAK SERTIFIKAT HALAL dokumen yang disampaikan benar
LUAR NEGERI dan sah (RPP JPH)
• Pelaku Usaha yang tidak
melakukan registrasi dikenai
sanksi administratif berupa
penarikan barang dari
peredaran. VERIFIKASI
DOKUMEN MENERBITKAN
• Ketentuan mengenai tata cara NOMOR REGISTRASI
pengenaan sanksi administratif
diatur dalam Peraturan Menteri OK
42
Alur layanan Registrasi
Sertifikat Halal Luar Negeri (SHLN)
PELAKU USAHA
Produk Halal yang Sertifikat
Halalnya diterbitkan oleh LHLN
yang telah melakukan kerja sama
saling pengakuan Sertifikat Halal
dengan BPJPH wajib diregistrasi
oleh BPJPH sebelum Produk Registrasi SHLN diajukan permohonanannya oleh
diedarkan di Indonesia pelaku usaha kepada BPJPH dengan melampirkan :
PERMOHONAN REGISTRASI
Tidak ▪ salinan Sertifikat Halal luar negeri Produk
bersangkutan yang telah disahkan oleh perwakilan
sesuai
Indonesia di luar negeri
▪ daftar barang yang akan diimpor ke Indonesia
dilengkapi dengan nomor kode sistem harmonisasi
VERIFIKASI DOKUMEN ▪ surat pernyataan yang menyatakan dokumen yang
Kepala Badan menerbitkan disampaikan benar dan sah
nomor registrasi bagi
Sertifikat Halal luar negeri
sesuai
43
LABELHALAL
Kerja sama dengan lembaga halal luar negeri dan Peraturan Menteri ini mulai berlaku
lembaga akreditasi di negara lain. pada tanggal diundangkan.
Sertifikat Halal luar negeri yang diakui oleh MUI.
Sertifikat Halal yang telah ditetapkan oleh MUI.
Bentuk Label Halal yang ditetapkan oleh MUI.
LPH yang sudah ada sebelum Peraturan Menteri
berlaku.
Auditor halal yang sudah ada sebelum Peraturan
Menteri berlaku.
Penyelia Halal perusahaan yang sudah ada sebelum
Peraturan Menteri ini berlaku.
penetapan besaran atau tarif biaya terkait dengan
penyelenggaraan JPH.
Penyelenggaraan JPH secara elektronik.
Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal
Kementerian Agama Republik Indonesia