Bab Ii Kajian Pustaka
Bab Ii Kajian Pustaka
KAJIAN PUSTAKA
Kushta, Melats, Mal de San Lazaro. Kata Kushta berasal dari bahasa India dan
dikenal sejak 140 tahun sebelum Masehi. Kata Lepra disebut dalam kitab Injil,
penyakit kulit lainya. Deskripsi mengenai penyakit dahulu ini sangat kabur,
apalagi jika dibandingkan dengan MH yang kita kenal sekarang ini (Tiarasari,
2014).
Penyakit MH adalah salah satu penyakit menular yang sifatnya kronik, dapat
(Worobec, 2012). Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi
nasional. MH sampai saat ini masih menjadi ketakutan masyarakat, keluarga dan
dan adanya kepercayan yang keliru terhadap MH dan cacat yang ditimbulkannya
(Tiarasari, 2014).
5
6
di dunia setelah India dan Brasil. Di Indonesia, tercatat sejumlah 16.856 kasus
baru pada tahun 2013 (WHO, 2014). Jumlah kasus baru MH di Provinsi Bali pada
tahun 2013 sebanyak 84 kasus, dengan 9 kasus PB dan 75 kasus MB. Angka
penemuan kasus baru (NCDR) tahun 2013 sebesar 2,07 per 100.000 penduduk
timbul akibat beberapa faktor resiko seperti tipe penyakit MH, lamanya penyakit
aktif dan jumlah batang saraf yang terkena. Kecacatan yang terjadi pada penderita
bersifat intraselular obligat. Target organ yang diserang MH terutama dan pertama
adalah saraf perifer, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas,
kemudian ke bagian organ lain kecuali susunan saraf pusat (Tiarasari, 2014).
dengan kedua ujungnya bulat, tidak bergerak dan tidak berspora. Bakteri ini
bersifat tahan asam, berbentuk batang dengan ukuran 1 – 8 µ, lebar 0,2 – 0,5 µ,
biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel terutama
7
jaringan yang bersuhu dingin, dan tidak dapat dikultur dalam media buatan
(Tiarasari, 2014).
sebuah ligan terhadap Toll-like receptor 2/1 heterodimer. Respon awal ini
dianggap penting dalam interaksi host dan parasit itu sendiri. Pada membran sel
laminin-2 pada basal lamina dari sel Schwann memediasi masuknya bakteri
memainkan peranan penting dalam ekspresi penyakit MH. Bagian dari kromosom
10p13, termasuk di dalamnya PARK2 dan PACRG loci yang menjadi faktor
resiko pasien terkena penyakit Parkinson, juga menjadi faktor resiko yang valid
dengan cara penularan langsung. Cara penularan yang pasti belum diketahui,
tetapi sebagian besar para ahli berpendapat bahwa MH dapat ditularkan melalui
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meminimalkan timbulnya cacat dan
pemberian edukasi kepada pasien tentang berbagai hal yang dapat menimbulkan
Gejala klinis penyakit MH dapat terlihat sebagai akibat dari respon host dan
pada host. (Rea, et al., 2008). Manifestasi klinis yang dialami sangat beragam
(terutama pada kulit, saraf, dan membrane mukosa) seperti bercak kemerahan atau
pucat pada kulit, kehilangan sensoris pada area bercak kulit, kelemahan atau
kelumpuhan pada ekstremitas, benjolan pada wajah atau telinga, dan luka-luka
dan yang paling sederhana. Sebelum diagnosis klinis ditegakkan, harus dilakukan
diperlukan satu cardinal sign. Tanpa menemukan suatu cardinal sign, kita hanya
Ditemukan makula, plakat, papul, atau nodul dengan hilangnya rasa raba,
rasa sakit, dan suhu yang jelas. Kelainan lain pada kulit yang spesifik
rambut.
MH. Pada daerah endemik MH, penemuan adanya penebalan saraf perifer
saraf perifer yang superficial dan dapat ditunjukan dengan apusan sayatan
kulit atau kerokan mukosa hidung. Secara klinis telah dibuktikan bahwa
basil ini biasanya tumbuh pada daerah temperatur kurang dari 37˚C.
Gambar 2.1 Lesi Multipel pada pasien MH Tipe BL (Rea, et al., 2008)
meliputi MH tipe I, TT, dan sebagian besar BT dengan BTA negatif menurut
kriteria Ridley dan Jopling. Sementara MH tipe MB termasuk MH tipe LL, BL,
BB, dan sebagian BT menurut kriteria Ridley dan Jopling dengan BTA positif.
Tanda Utama PB MB
Jumlah 2-5
fungsi
a. Penderita PB
1) Penderita PB lesi 1
Ofloxacin 400 mg, dan Minocycline 100 mg. Dosis anak 5 – 14 tahun
adalah Rifampicin 300 mg, Ofloxacin 200 mg, dan Minocycline 50 mg.
dengan 2 – 5 lesi.
12
b. Penderita MB
dewasa adalah Rifampicin 600 mg, Clofazimine 300 mg, Dapsone 100 mg
18 bulan (12 blister). Sedangkan pada anak dibawah 10 tahun, dosis MDT
2.2.1.1 Clofazimine
Clofazimine adalah sebuah phenazine dye yang dapat digunakan sebagai terapi
alternatif Dapsone pada pasien MH tipe MB. Nama kimiawi dari Clofazimine
Gambar 2.3 Struktur Kimia Clofazimine (Food and Drug Administration, 2010)
bakteri. Target yang diduga terlibat adalah rantai respirasi dan transpor ion pada
bulan karena obat ini lambat dilepaskan dari penyimpanannya (Katzung, 2009).
intoleransi Sulfone. Dosis anjuran adalah 100 mg/hari secara oral. Efek samping
yang sering dijumpai adalah diskolorasi kulit dari merah – hitam sampai hitam
(Katzung, 2009).
2.2.1.2 Ofloxacin
lactam. Karena itu, Fluoroquinolone bersifat aktif terhadap bakteri yang resisten
2011).
2.2.1.3 Minocycline
luas untuk bakteri Gram positif dan negatif, bakteri anaerob, rickettsiae,
dan Tigecycline, yang semuanya tergolong lemah dalam efflux pump. Efflux pump
sebagian transport aktif yang memerlukan energi. Sel target menyimpan obat
penambahan asam amino pada peptida yang sedang dibentuk (Katzung, 2009).
Terapi alternatif harus diberikan pada kasus MH tipe MB khusus, yaitu pada
pasien yang tidak dapat diberikan terapi Rifampicin dikarenakan alergi, penyakit
Ofloxacin (400 mg/hari), dan Minocycline (100 mg/hari). Kombinasi terapi ini
Clarithromycin yang diberikan dengan dosis 500 mg/hari dapat digunakan sebagai
pengganti Ofloxacin atau Minocycline pada 6 bulan awal terapi COM (Louisiana
penyakit MH dengan efek yang menyerupai terapi MDT standar WHO (Dapsone,
Pada beberapa pasien MB yang menolak atau tidak dapat diberikan obat
Ofloxacin 400 mg/hari atau Minocycline 100 mg/hari untuk 12 atau 24 bulan