Anda di halaman 1dari 16

BAB II

GAMBARAN UMUM ORGANISASI DAN NILAI DASAR ASN

A. GAMBARAN UMUM ORGANISASI


1. KEADAAN GEOGRAFIS
UPT Puskesmas Rawat Inap Payahe merupakan salah satu dari dua puskesmas yang ada
diwilayah Kecamatan Oba Kota Tidore Kepulauan. UPT Puskesmas Rawat Inap Payahe
terletak di Kelurahan Payahe yang merupakan ibu kota Kecamatan Oba. Wilayah kerja UPT
Puskesmas Rawat Inap Payahe meliputi 3 (tiga) Desa dan 1 (satu) Kelurahan dengan batas-
batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Koli Kecamatan Oba Wilayah kerja UPT
Puskesmas Talagamori.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Halmahera Tengah
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Selamalofo kecamatan Oba Selatan wilayah
kerja UPT Puskesmas Lifofa.
- Sebelah Barat berbatasan dengan laut wilayah kabupaten Halmahera Selatan.

2. VISI DAN MISI PUSKESMAS

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh UPT Puskesmas Rawat Inap Payahe
dengan VISI “Terwujudnya Masyarakat Kecamatan Oba yang mandiri untuk hidup
Sehat”. Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin
dicapai melalui pembangunan kesehatan yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan
perilaku sehat.
Misi Pembangunan kesehatan UPT Puskesmas Rawat Inap Payahe adalah
a. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu, professional, dan terjangkau
b. Mendorong kemandirian masyarakat untuk berperan aktif dalam membudayakan perilaku
hidup bersih dan sehat
c. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal
Dengan Sehatnya Rakyat, baik Fisik/Jasmani maupun Mental/Rohani maka akan
tercipta Prilaku yang sehat dan dengan prilaku yang sehat diharapkan kedepannya akan
tercipta Lingkungan yang Sehat.
Motto
“Kesehatan Anda Tujuan Kami Kesembuhan Anda Kebahagiaan Kami”
3. PENDUDUK
Jumlah penduduk yang kecil bukanlah merupakan modal untuk mencapai keberhasilan tetapi
merupakan suatu beban / tantangan untuk mencapai keberhasilan pembangunan kesehatan.
Berdasarkan data Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga (PIS-PK) Jumlah
penduduk wilayah kerja UPT Puskesmas Rawat Inap Payahe adalah : 4976 jiwa. Wilayah
yang terbanyak jumlah penduduknya adalah Kelurahan Payahe yaitu 2834 jiwa atau 57 %
dari keseluruhan jumlah penduduk yang ada, sedangkan wilayah yang penduduknya kecil
adalah Desa Sigela Yef yaitu : 351 jiwa atau 17,9% dari keseluruhan jumlah penduduk.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut.
Grafik 1. Jumlah Penduduk perdesa

889 902
351 KOSA
PAYAHE
SIGELA
2834
KUSUSINOPA

Sumber Data : Data PIS-PK 2018

4. SARANA DAN PRASARANA PENDUKUNG


1. Sarana Kesehatan.
Sarana kesehatan yang ada diwilayah kerja UPT Puskesmas Rawat Inap Payahe terdiri
dari sarana kesehatan pemerintah dan sarana kesehatan yang bersumber daya
masyarakat. Sarana kesehatan tersebut dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 1. Jenis Sarana Kesehatan
JUMLAH
NO NAMA SARPRAS LOKAL/ KONDISI KEKURANGAN
SARANA
1 Puskesamas Induk 1 Baik
2 Pustu Kususinopa 1 Baik
3 Poskesdes Kususinopa 1 Baik
4 Poskesdes Sigela-Yef 1 Baik
5 Poskesdes Kosa 1 Baik
6 Pustu Trans Kosa 1 Baik
Sumber data : Tata Usaha UPT Puskesmas Rawat Inap Payahe tahun 2018
2. Prasarana Pendukung
Prasarana yang ada di UPT Puskesmas Rawat Inap Payahe berupa kendaraan roda 4
(empat) dan kendaraan roda 2 (dua), prasarana tersebut dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 2. Prasarana penunjang kegiatan.
JENIS
NO JUMLAH KONDISI KET
PRASARANA
1 Roda 4 1 Baik
2 Roda 2 7 6 Baik
1 Rusak Ringan
Sumber :Tata Usaha UPT PuskesmaS Rawat Inap Payahe tahun 2018

3. Tenaga.
Jumlah tenaga yang banyak dengan berbagai disiplin ilmu merupakan modal utama
dalam pencapaian program yang ada. Jumlah dan jenis tenaga kesehatan di UPT
Puskesmas Rawat Inap Payahe dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 3. Jumlah Tenaga yang ada.
Jumlah
NO Profesi HONOR /
PNS PTT
SUKARELA
1. Kepala Puskesmas 1
2 Kasubag TU 1
3 Administrasi/ Ketatausahaan 1
4 Dokter Umum 2
5 Dokter Gigi Tidak Ada
6 Epidemiologi 1 1
7 Promkes 1
8 Perawat 5 5
9 Perawat Gigi Tidak Ada
10 Bidan 5 2 5
11 Farmasi 1 1
12 Nutrisionis 1 1
13 Sanitarian 1 1
14 Analis Kesehatan 1 2
15 Cleaning service 1
16 Juru Masak 1
17 Sopir 1
Sumber :Tata Usaha UPT Puskesmas Rawat Inap Payahe tahun 2018
5. STRUKTUR ORGANISASI
Dalam menyelenggarakan sebagian tugas Operasional Teknis Dinas, UPT Puskesmas
Rawat Inap Payahe dipimpin oleh seorang Kepala Puskesmas dan Kepala Subag Tata
Usaha, yang didukung oleh Kelompok Jabatan Fungsional, dimana setiap personal
mempunyai tupoksi yang diatur berdasarkan peraturan Daerah no 7 tahun 2009. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut :
Menurut Permenkes No. 75 Tahun 2014
6. URAIAN TUGAS DOKTER UMUM PADA PUSKESMAS RAWAT INAP PAYAHE

TUGAS POKOK

1. Melaksanakan pelayanan medis rawat jalan dan rawat inap


2. Melaksanakan pelayanan kegawatdaruratan medis
3. Melaksanakan pelayanan gizi dan KIA
4. Menganalisis data dan hasil pemeriksaan pada pasien sesuai dengan pedoman kerja untuk
menyusun catatan medis pasien
5. Menyusun draff visum et repertum

TUGAS INTEGRASI
1. Penanggung jawab UKP
2. Penanggung jawab Rawat Inap dan Ruang Pemeriksaan Umum

TANGGUNG JAWAB

a. Penanggung jawab UKP


1. Berkoordinasi dengan koordinator program dalam perencanaan program UKP
2. Membuat jadwal kegiatan UKP
3. Mengevaluasi pelaksaan program UKP
4. Melakukan pelaporan kepada kepala Puskesmas terkait kegiatan UKP
b. Penanggung jawab Rawat Inap dan Ruang Pemeriksaan Umum
1. Melaksanakan pelayanan kesehatan perorangan
2. Menentukan pemeriksaan dan tindakan penunjang
3. Melaksanakan rujukan bagi keadaan yang tidak dapat ditangani puskesmas dan
memerlukan penanganan spesialistik
4. Melaksanakan pemeriksaan kesehatan untuk surat keterangan
5. Menginventarisir alat medis dan non medis di rawat inap dan ruang pemeriksaan
umum
6. Mengkoordinir perencanaan, pencatatan, dan pelaporan

WEWENANG

1. Melaksanakan fungsi-fungsi menajemen


2. Melakukan pemeriksaan, pengobatan pada penderita dan penerima rujukan serta
konsultasi
3. Mengkoordinasi kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat.
B. NILAI-NILAI DASAR PROFESI PNS
Aparatur Sipil Negara (ASN) dituntut untuk memiliki nilai-nilai dasar sebagai
seperangkat prinsip yang menjadi landasan dalam menjalankan profesi dan tugasnya sebagai
ASN. Adapun nilai-nilai dasar yang dimaksud adalah Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika
Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi (ANEKA).
Berdasarkan dari kelima nilai dasar ANEKA yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika
publik komitmen mutu dan Anti korupsi yang harus di tanamkan kepada setiap ASN maka
perlu di ketahui indikator-indikator dari kelima kata tersebut, yaitu:

1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kata yang sudah tidak asing lagi kita dengar, namun seringkali
kita susah untuk membedakannya dengan responsibilitas. Namun dua konsep tersebut
memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab,
sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai. Lebih
lanjut akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk
memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya.
Adapun indikator dari nilai akuntabilitas adalah:
a. Kepemimpinan
Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana pimpinan
memainkan peranan yang penting dalam menciptakan hal tersebut.
b. Transparansi
Transparansi dapat diartikan sebagai keterbukaan atas semua tindakan dan
kebijakan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok / institusi.
c. Integritas
Integritas mempunyai makna konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan
dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
d. Tanggungjawab
Tanggungjawab merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggungjawab juga dapat
berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.
e. Keadilan
Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik
menyangkut benda maupun orang.
f. Kepercayaan
Rasa keadilan membawa pada sebuah kepercayaan. Kepercayaan ini akan
melahirkan akuntabilitas.
g. Keseimbangan
Pencapaian akuntabilitas dalam lingkungan kerja, diperlukan adanya
keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan kapasitas. Selain
itu, adanya harapan dalam mewujudkan kinerja yang baik juga harus disertai dengan
keseimbangan kapasitas sumber daya dan keahlian (skill) yang dimiliki.
h. Kejelasan
Fokus utama untuk kejelasan adalah mengetahui kewenangan, peran dan
tanggungjawab, misi organisasi, kinerja yang diharapkan organisasi, dan sistem
pelaporan kinerja baik individu maupun organisasi.
i. Konsistensi
Konsistensi adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan sesuatu sampai
pada tercapainya tujuan akhir .(Kusumasari,Bevaola, dkk: 2015)

2. Nasionalisme
Nasionalisme merupakan sikap politik masyarakat yang mempunyai cita-cita dan
tujuan yang sama sehingga suatu bangsa merasakan kecintaan dan kesetiaan pada bangsa
tersebut. Nasionalisme Indonesia yaitu nasionalisme yang berlandaskan pada Pancasila,
yang memuliakan kemanusiaan universal dengan menjunjung tinggi persaudaraan,
perdamaian, dan keadilan antar umat manusia. Nilai-nilai nasionalisme Indonesia sesuai
dengan nilai-nilai sila-sila dalam Pancasila, antara lain sebagai berikut.
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa Nilai yang terkandung dalam sila pertama antara
lain jujur dan mempunyai integritas, menghormati hak orang lain, menghormati
aturan dan hukum masyarakat, beretika, tidak korupsi, sabar, berjiwa besar,
berprasangka baik, menghormati kepercayaan dan agama orang lain, serta tidak
memaksakan agama dan kepercayaan terhadap orang lain.
b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Nilai yang terkandung dalam sila kedua
meliputi sikap toleran, berlaku adil, menghormati hak asasi orang lain, tidak dzalim,
berlaku sopan santun, serta saling tolong-menolong.
c. Sila Persatuan Indonesia Nilain yang terkandung dalam sila ketiga meliputi sikap
siap sedia membela negara, kehormatan bangsa, kesatuan dan persatuan Indonesia,
menjaga kerukunan dan kedamaian, memajukan persatuan Indonesia atas dasar
bhineka tunggal ika, serta memjukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
d. Sila Kerakyakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan Nilai yang terkandung dalam sila keempat meliputi
tidak mau menang sendiri, tidak ngotot, tidak menghalalkan segala cara, tidak
berbuat merugikan orang/kelompok lain, mau mendengar pendapat orang lain,
sportif, siap menang tapi juga siap kalah, serta selalu mematuhi aturan yang berlaku.
e. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Nilai yang terkandung dalam
sila kelima antara lain tidak mementingkan diri sendiri, kelompok, atau golongan,
memperhatikan nasib orang lain, gotong royong, tidak serakah, tepat waktu, mau
bekerja keras, saling membantu, serta senang menabung dan berinvestasi. Seorang
PNS harus memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi dalam menjalankan tugasnya.
Seorang PNS harus selalu berorientasi pada kepentingan publik dengan selalu
memberikan pelayanan prima serta berintegritas tinggi dalam menjalankan setiap
tugasnya sebagai pembuat dan pelaksana kebijakan publik serta sebagai pemberi
pelayanan publik.

3. Etika Publik
Etika lebih dipahami sebagai refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang harus
dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar, sedangkan moral mengacu
pada kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa yang seharusnya dilakukan. Dalam
kaitannya dengan pelayanan publik, etika publik adalah refleksi tentang standar/norma
yang menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk
mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan
publik.
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang ASN,
yakni sebagai berikut:
a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Pancasila (keteguhan)
b. Setia dalam mempertahankan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945 (setia)
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak memihak (professional)
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian (keahlian)
e. Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif (adil, non diskriminatif)
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur;
g. Mempertanggung jawabkan tindakan dan kinerja publik;
h. Memiliki kemampuan menjalankan kebijakan pemerintah;
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya
guna, berhasil guna, dan santun;
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan
n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat
sistem karir (Kumorotomo, Wahyudi, dkk: 2015)
4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah kebulatan tekad, tanggung jawab yang terdiri dari
kegiatan perbaikan berkelanjutan yang melibatkan setiap orang dalam organisasi melalui
usaha yang terintegrasi secara total untuk meningkatkan kinerja pada setiap level
oranisasi. Kinerja aparatur dalam memberikan layanan publik yang bermutu harus
berlandaskan prinsip efektivitas, efisiensi, dan inovasi (LAN RI, 2016). Nilai-nilai dasar
(Pasal 4) dan kode etik (Pasal 5) layanan publik sebagaimana dituangkan dalam UU
Nomor 5 Tahun 2014 tenang ASN, secara keseluruhan mencerminkan perlunya
komitmen mutu dari setiap aparatur dalam memberikan layanannya dan kepada siapapun.
Target utama kinerja aparatur yang berbasis komitmen mutu adalah mewujudkan
kepuasan msyarakat yang menerima layanan (customer satisfaction). Uraian di atas
menunjukkan nilai-nilai dasar yang terkandung dalam komitmen mutu yaitu:
a. Efektivitas
Richard L. Daft dalam Tita Maria Kanita (dalam LAN RI, 2016) mendefinisikan
efektivitas organisasi berarti sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang
ditetapkan, atau berhasil mencapai apapun yang dikerjakan. Efektivitas organisasi
tidak hanya diukur dari performan untuk mencapai target mutu, kuantitas, ketepatan
waktu, dan alokasi sumber daya, melainkan juga diukur dari kepuasan dan
terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
b. Efisiensi
Efisiensi merupakan tingkat ketepatan realisasi penggunaan sumber daya dan
bagaimana pekerjaan dilakukan, sehingga tidak terjadi pemborosan, penyalahgunaan
alokasi, penyimpangan prosedur, dan mekanisme yang keluar alur. Efisiensi dapat
dihitung sebagai jumlah sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan barang
atau jasa. Karakteristik yang ideal dari tindakan efektif dan efisien yaitu:
penghematan, ketercapaian target, pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat dan
tepat, serta terciptanya kepuasan semua pihak. Sedangkan, konsekuensi jika suatu
pelaksanaan pekerjaan tidak efektif dan efisien adalah ketidakcapaian target kerja,
ketidakpuasan banyak pihak, menurunkan kredibilitas instansi, bahkan kerugian
finansial.
c. Inovasi
Pengertian inovasi menurut Richard L. Daft (dalam LAN RI, 2016) menyatakan
bahwa inovasi barang dan jasa adalah cara suatu organisasi beradaptasi terhadap
perubahan-perubahan di pasar, teknologi, dan persaingan. Inovasi dalam layanan
publik mestinya mencerminkan hasil pemikiran baru yang konstruktif, sehingga akan
memotivasi setiap individu untuk membangun karakter dan mindset baru sebagai
aparatur penyelenggara pemerintahan, diwujudkan dalam bentuk profesionalisme
layanan publik yang berbeda dari sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau
menggugurkan tugas rutin. Inovasi muncul karena dorongan kebutuhan organisasi
untuk beradaptasi dengan tuntutan perubahan. Dorongan untuk melakukan perubahan
dapat berasal dari dalam, ataupun dari pihak luar. Inovasi dalam pelayanan publik
merupakan sebuah keniscayaan. Khususnya dalam rangka meningkatkan kepuasan
publik atas layanan aparatur. Upaya peningkatan produktivitas PNS sebagai aparatur
penyelenggara pemerintah dapat dilakukan melalui banyak cara, misalnya
peningkatan kompetensi, motivasi, penegakan disiplin, dan pengawasan profesional
untuk mengawal kinerja PNS agar tetap berada di jalur yang tepat dan tidak
melakukan penyimpangan.
d. Mutu
Menurut definisi yang dirumuskan Goetsch dan Davis (dalam LAN RI, 2016), mutu
merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk, jasa, manusia, proses,
dan lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi harapan pengguna. Keberhasilan
institusi pemerintah memberikan layanan kepada masyarakat akan sangat bergantung
pada mutu sumberdaya manusia serta bagaimana potensi mereka diberdayakan oleh
pimpinannya (LAN RI, 2016). Pelayanan publik yang berorientasi mutu adalah
pelayanan yang diarahkan untuk meningkatkan kepuasan masyarakat sebagai
pelanggan, baik menyangkut layanan producer view maupun costumer view.
Zeithmalh, dkk (dalam LAN RI, 2016) menyatakan bahwa terdapat sepuluh ukuran
dalam menilai mutu pelayanan yaitu: 1) tangible (nyata/berwujud); 2) reliability
(kehandalan); 3) responsiveness (cepat tanggap); 4) competence (kompetensi); 5)
access (kemudahan); 6) courtesy (keramahan); 7) communication (komunikasi); 8)
credibility (kepercayaan); 9) security (keamanan); dan 10) understanding the
customer ( pemahaman pelanggan).
5. Anti Korupsi
Nilai seorang PNS yang anti korupsi berarti bahwa tindakan atau gerakan yang dilakukan
untuk memberantas segala tingkah laku atau tindakan yang melawan norma–norma dengan
tujuan memperoleh keuntungan pribadi, merugikan negara atau masyarakat baik secara
langsung maupun tidak langsung. Tindak pidana korupsi terdiri dari kerugian keuangan
negara, suap-menyuap, pemerasan, perbuatan curang, penggelapan dalam jabatan, benturan
kepentingan dalam pengadaan dan gratifikasi. Indikator yang ada pada nilai dasar anti
korupsi meliputi:
a. Jujur
Kejujuran merupakan landasan utama bagi penegakan integritas diri. Sikap jujur
terhadap diri sendiri maupun orang lain dapat membentengi diri dari perbuatan curang.
b. Peduli
Sikap peduli terhadap orang lain menjadikan seseorang memiliki rasa kasih sayang
antar sesama. Pribadi berjiwa sosial tinggi tidak akan tergoda untuk memperkaya diri
dengan cara yang salah.
c. Mandiri
Kemandirian membentuk karakter seseorang agar tidak mudah bergantung kepada
pihak lain, sehingga dapat terhindar dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab
demi mencapai keuntungan.
d. Disiplin
Seseorang yang mempunyai pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan tidak akan
terjerumus dalam kemalasan yang mendambakan kekayaan dengan cara yang mudah.
e. Tanggung Jawab
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan menyadari bahwa keberadaan
dirinya adalah untuk melakukan perbuatan baik demi kemaslahatan sesama manusia.
Dengan kesadaran seperti ini maka seseorang tidak akan tergelincir dalam perbuatan
tercela dan nista.
f. Kerja Keras
Pekerja keras akan selalu berupaya meningkatkan kualitas hasil kerjanya demi
terwujudnya kemanfaatan publik yang maksimal.
g. Sederhana
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari kebutuhannya dan
berupaya memenuhi kebutuhannya dengan semestinya tanpa berlebih-lebihan.
h. Berani
Karakter yang kuat akan membentuk pribadi yang berani untuk menyatakan kebenaran
dan menolak kebathilan.
i. Adil
Adil yaitu kemampuan untuk memperlakukan orang lain sesuai hak dan kewajibannya,
sehingga akan menyadari bahwa apa yang diterima sesuai dengan jerih payahnya.
Indikator yang ada pada nilai dasar anti korupsi meliputi:
a. Mandiri yang dapat membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang sehingga menjadi
tidak bergantung terlalu bnyak pada orang lain. Pribadi yang mandiri tidak akan menjalin
hubungan dengan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab demi mencapai keuntungan
sesaat;
b. Kerja keras merupakan hal yang penting dalam rangka tercapainya target dari suatu
pekerjaan. Jika target dapat tercapai, peluang untuk korupsi secara materiil maupun non
materiil (waktu) menjadi lebih kecil;
c. Berani untuk mengatakan atau melaporkan pada atasan atau pihak yang berwenang jika
mengetahui ada pegawai yang melakukan kesalahan;
d. Disiplin berkegiatan dalam aturan bekerja sesuai dengan undang-undung yang mengatur;
e. Peduli yang berarti ikut merasakan dan menolong apa yang dirasakan orang lain;
f. Jujur yaitu berkata dan bertindak sesuai dengan kebenaran (dharma);
g. Tanggung jawab yaitu berani dalam menanggung resiko atas apa yang kita kerjakan
dalam bentuk apapun;
h. Sederhana yang dapat diartikan menerima dengan tulus dan iklas terhadap apa yang telah
ada dan diberikan oleh Tuhan kepada kita;
i. Adil yaitu memandang kebenaran sebagai tindakan dalam perkataan maupun perbuatan
saat memutuskan peristiwa yang terjadi (Tim Penulis Pemberantasan Korupsi: 2015).

C. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI


Untuk mewujudkan birokrasi yang professional dalam menghadapi tantangan-tantangan
global, pemerintah melalui UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara telah
bertekad untuk mengelola aparatur sipil negara menjadi semakin professional. Undang-
undang ini merupakan dasar dalam manajemen aparatur sipil negara yang bertujuan untuk
membangun aparat sipil negara yang memiliki integritas, profesional dan netral serta bebas
dari intervensi politik, juga bebas dari praktek KKN, serta mampu menyelenggarakan
pelayanan publik yang berkualitas bagi masyarakat. (Fatimah, Elly dan Erna Irawati: 2017)
1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada
pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur
sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.
Adapun asas-asas manajemen ASN, antara lain:
a. Kepastian hukum;
b. Profesionalitas;
c. Proporsionalitas;
d. Keterpaduan;
e. Delegasi;
f. Netralitas;
g. Akuntabilitas;
h. Efektif dan efisien;
i. Keterbukaan;
j. Non diskriminatif;
k. Persatuan;
l. Kesetaraan;
m. Keadilan;
n. Kesejahteraan. (Fatimah, Elly dan Erna Irawati: 2017)

2. Pelayanan Publik
Pelayanan Publik menurut Lembaga Administrasi Negara adalah segala bentuk
pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi Pemerintah di pusat dan daerah dan
dilingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang atau jasa baik dalam pemenuhan
kebutuhan masyarakat.
Adapun prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan prima
adalah:
a. Partisipatif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan masyarakat
pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi hasilnya.
b. Transparan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai penyelenggara
pelayanan publik harus menyediakan akses bagi warga negara untuk mengetahui segala
hal yang terkait dengan pelayanan publik yang diselenggarakan tersebut.
c. Responsif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan
memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya terkait dengan bentuk dan jenis
pelayanan publik yang mereka butuhkan, mekanisme penyelenggaraan layanan, jam
pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan.
d. Tidak Diskriminatif
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak boleh dibedakan
antara satu warga negara dengan warga negara yang lain atas dasar perbedaan identitas
warga negara.
e. Mudah dan Murah
Penyelenggaraan pelayanan publik dimana masyarakat harus memenuhi berbagai
persyaratan dan membayar fee untuk memperoleh layanan yang mereka butuhkan harus
diterapkan prinsip mudah dan murah. Hal ini perlu ditekankan karena pelayanan publik
yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak dimaksudkan untuk mencari keuntungan
melainkan untuk memenuhi mandat konstitusi.
f. Efektif dan Efisien
Penyelenggaraan pelayan publik harus mampu mewujudkan tujuan-tujuan yang
hendak dicapainya dan cara mewujudkan tujuan tersebut dilakukan dengan prosedur
yang sederhana, tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang murah.
g. Aksesibel
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat dijangkau
oleh warga negara yang membutuhkan dalam arti fisik dan dapat dijangkau dalam arti
non-fisik yang terkait dengan biaya dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh
masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut.
h. Akuntabel
Semua bentuk penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat. Pertanggungjawaban di sini
tidak hanya secara formal kepada atasan akan tetapi yang lebih penting harus
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat luas melalui media publik.
i. Berkeadilan
Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dijadikan sebagai alat melindungi
kelompok rentan dan mampu menghadirkan rasa keadilan bagi kelompok lemah ketika
berhadapan dengan kelompok yang kuat ( Purwanto, Erwan Agus, dkk: 2017)
3. Whole Of Government
Whole of government (WoG) adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan
pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan
sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik.
Pendekatan WoG dapat dilihat dan dibedakan berdasarkan perbedaan kategori
hubungan antara kelembagaan yang terlibat sebagai berikut:
a. Koordinasi, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi menjadi:
 penyertaan, yaitu pengembangan strategi dengan mempertimbangkan dampak;
 dialog atau pertukaran informasi;
 joint planning, yaitu perencanaan bersama untuk kerjasama sementara.
b. Integrasi, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi menjadi:
 joint working, atau kolaborasi sementara;
 joint ventrure, yaitu perencanaan jangka panjang, kerjasama pada pekerjaan besar
yang menjadi urusan utama salah satu peserta kerjasama;
 satelit, yaitu entitas yang terpisah, dimiliki bersama, dibentuk sebagai mekanisme
integratif.
c. Kedekatan dan pelibatan, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi menjadi:
 aliansi strategis, yaitu perencanaan jangka panjang, kerjasama pada isu besar yang
menjadi urusan utama salah satu peserta kerjasama;
 union, berupa Unifikasi resmi, identitas masing-masing masih nampak; merger, yaitu
penggabungan ke dalam struktur baru (Suwarno, Yogi dan Tri Atmojo Sejati: 2017)

Anda mungkin juga menyukai