PEKERJAAN LAPANGAN 1
Kelompok 5:
“persyaratan profesional” berarti kebebasan penuh arti dari segala bias yang akan
mempengaruhi pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti. Bebas dari bias
dapat dicapai melalui idependensi dan objektivitas, baik dalam kenyataan maupun
dalam persepsi.
Standar-standar operasi adalah mutu kinerja yang dapat diterima yang merupakan
kerangka acuan yang dibandingkan dengan elemen-elemen operasi yang diukur
untuk menilai tingkat kesuksesan atau kegagalan. Apabila auditor internal tidak
dapat mengukur operasi secara objektif dan efektif sebaiknya mereka menjejak lebih
dalam ke masalah tersebut, karena kalau tidak mereka hanya akan menghasilkan
pengamatan yang subjektif bukan kesimpulan yang objektif
Kebutuhan pegawai
Kebutuhan sumber daya dari luar
Pengorganisasian staf audit
Wewenang dan tanggung jawab
Struktur pekerjaan lapangan
Waktu pelaksanaan pekerjaan lapangan
Metode pekerjaan lapangan
Metode pendokumentasian
Penyiapan laporan
Recana kontijensi
Sebenarnya masih terdapat bagian – bagian lain, namun yang ada di daftar tersebut
adalah yang paling penting. Bagian-bagian tersebut harus dikembangkan cukup rinci
di awal kerja dan haruslah cukup fleksibel untuk dimodifikasi begitu pekerjaan
berlangsung. Bagian-bagian ini secara rinci adalah :
Metode pekerjaan lapangan ada enam metode yang biasa digunakan dalam
pekerjaan lapangan yang akan dijelaskan kemudian dalam bab ini, yakni:
1. Observasi
2. Konfirmasi
3. Verifikasi
4. Investigasi
5. Analisis
6. Evaluasi
Metode pendokumentasian
Bagian ini melibatkan akumulasi bahan bukti dan penyimpanan kertas kerja,
membutuhkan antisipasi hasil-hasil metode pekerjaan lapangan dan juga
penggunaan akhir dari audit. Bahan Bukti harus dalam bentuk yang berlaku dalam
hukum serta mendukung rekomendasi yang dihasilkan dari temuan-temuan audit.
Penyiapan laporan
Struktur makro dari laporan harus direncanakan. Hal ini merupakan tahapan
penyajian temuan-temuan audit dan kerangka kasar dari bagian-bagian laporan.
Tidak semua temuan akan menjadi bagian dari temuan yang lengkap.
Rencana kontijensi
Rencana kontigensi harus memuat kondisi terbaik yang bisa dicapai, yang biasa dan
yang terburuk. Kontigensi dan kerangka perlu dipersiapkan dalam situasi-situasi
berikut, yaitu:
Kekurangan staf
Tidak ada bahan yang bisa diaudit
Indikasi bahwa kondisi proyek tidak material
Halangan yang material dari klien
Kerusakan komputer atau perangkat lunak
Campur tangan menagement puncak
Penarikan sumbr daya audit
Kemajuan pekerjaan yang mungkin akan melebihi anggaran.
Organisasi baik sektor publik maupun swasta melakukan proses produksi dengan
niat memperbaiki pelayanan kepada pelanggan, klien dan pengguna, juga dengan
niat berfungsi dengan lebih efisien dan ekonomis. Tim unit operasional yang terpisah
dari bentuk manajemen yang bertanggung jawab atas pekerjaan perbaikan dalam
produktivitas, kualitas audit, dana layanan pelanggan. Seringkali terdiri dari ahli-ahli
dalam berbagai bidang audit dan memiliki kepemimpinan dalam rotasi atau dasar-
dasar lainnya dimana membuat keputusan sendiri. Eksperimen awal dengan proses
tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbaikan dalam produktivits, kualitas audit,
dan layanan pelanggan yang melebihi penghematan dari perampingan struktur
audit.
Control Self-Assessment
Merupakan salah satu jenis audit partisipatif, yaitu inovasi yang sedang diterapkan
oleh organisasi besar untuk mendukung dalam beberapa kasus guna menggantikan
proses audit internal. Kontrol ini memperbaiki kekurangan dengan menggunakan
staf untuk mengevaluasi aspek ontrol internal berdasarkan apa yang mereka lihat,
alami dan praktikan. Control self-assessment merupakan salah satu jenis audit
partisipatif. Dimana audit partisipatif adalah sebuah proses yang menerapkan
berbagai tingka kemitraan dengan auditor dan klien.
Tujuan-tujuan Audit
Tujuan-tujuan audit terkait dengan tujuan-tujuan operasi, namun memiliki
maksud yang berbeda. Tujuan-tujuan audit dirancang untuk menentukan
apakah tujuan-tujuan operasi tertentu telah dicapai.
Prosedur-prosedur audit adalah sarana-sarana yang digunakan auditor untuk
memenuhi tujuan-tujuan auditnya.
Audit SMART
Metode ini merupakan gabungan penentuan risiko dan audit analitis. Terdapat
empat tahap yaitu:
Pengembangan Standar
Auditor Internal semakin lama semakin dalam masuk kedalam arus operasi.
Juga, mereka mulai mengevaluasi fungsi-fungsi manajemen yang belum memiliki
standar. Pada saat mereka melakukan ini, mereka merasa perlu menemukan
standar yang otoritatif, atau membuat standar bersama klien.
Evaluasi
Pengukuran melalui perbandingan dengan standar merupakan satu dari dua tahap
pekerjaan lapangan. Setelah pengukuran dilakukan, auditor internal kemudian harus
mengevaluasi temuan-temuan mereka untuk mencapai pertimbangan professional.
Aspek-aspek operasi
Pengukuran yang di lakukan auditor internal biasanya akan diarahkan ke tiga aspek
penting organisasi, yaitu kualitas, biaya dan jadwal. Contoh yang sederhana,
misalkan auditor sedang memeriksa control atas operasi pembelian.
Pengujian
Auditor mencapai tujuan audit melalui proses yang dikenal sebagai pengujian.
Pengujian berarti menempatkan aktivitas atau transaksi dalam percobaan dengan
memilih beberapa bukti dan menentukan kualitas atau karakteristik inheren mereka.
Mengamati
Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan dapat secara lisan maupun tulis. Pertanyaan lisan
sering digunakan, seorang auditor harus pandai menyusun pertanyaan yang
tidak bersifat memojokan atau mengintrogasi klien. Hal ini berakibat klien
tidak memberikan informasi yang kiranya dapat membahayakan posisi
mereka.
Menganalisis
Memverifikasi
Menginvestigasi
Mengevaluasi
Penilaian yang berhubungan, melibatkan estimasi nilai yang berarti menuju
suatu pertimbangan. Berarti menimbang apa yang telah dianlisis dan
menentukan kecukupan, efisiensi, dan efektifitasnya.