Anda di halaman 1dari 13

MANAGEMENT OF DENTAL EXTRACTION IN

PATIENTS WITH HAEMOPHILIA A AND B

drg. Putu Ika Anggaraeni, Sp.Ort

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
ABSTRAK

Tujuan: Pasien dengan gangguan perdarahan yang disebabkan faktor


keturunan pada risiko tinggi perdarahan pasca operasi mulut dan menghadirkan
tantangan untuk ahli bedah mulut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
melaporkan pengalaman kami dalam ekstraksi gigi pada pasien yang menunjukan
Hemofilia A dan B antara 2007 dan 2012.
Pasien dan Metode: 58 ekstraksi gigi di 15 pasien selama 19 intervensi
dilakukan. Penggantian terapi dengan recombinant and plasma-derived factor
VIII and IX diterapkan secara sistematis dalam kombinasi dengan pengobatan
antifibrinolytic dan tindakan hemostatik lokal
Hasil: Dua pasien menunjukan perdarahan pasca operasi. Satu memiliki
perdarahan sekunder memerlukan injeksi tambahan faktor konsentrat. Pasien
lainnya menunjukan epistaksis yang dikelola secara konservatif dengan tampon
hidung.
Kesimpulan: hemostasis yang sangat baik dicapai setelah ekstraksi gigi pada
pasien dengan Hemofilia A dan B dengan mengikuti protokol menggunakan dosis
sebelum dan dosis pasca operasi pada faktor konsentrat dikombinasikan dengan
langkah-langkah hemostatik
BAB I
PENDAHULUAN

Hemofilia adalah kelainan perdarahan umum yang disebabkan faktor


keturunan. Lebih dari 400.000 orang terpapar di seluruh dunia. The X-linked
resesif kromosom merupakan kelainan perdarahan disebabkan oleh berbagai
mutasi gen pada faktor VIII (Hemofilia A) atau IX (Hemofilia B) gen faktor.
Akibatnya pria lebih memperlihatkan gejala penyakit, sementara wanita biasanya
adalah pengidap tanpa adanya gejala. Sepertiga dari semua kasus Hemofilia
adalah hasil dari mutasi gen yang terjadi secara spontan. Sedangkan dua pertiga
didapat dari riwayat keluarga yang mengidap penyakit tersebut. Hemofilia A
adalah bentuk paling umum dari gangguan ini. Sekitar 1: 5.000 laki-laki yang
terpapar. Dibandingkan Hemofilia B lebih sedikit pada kisaran , 1: 30.000 pria
yang terpapar. Hemofilia dapat dkelompokan sebagai berikut:Ringan ketika
aktivitas plasma pada kisaran 6 dan 40% dari normal; moderat jika berkisar antara
1-5% dan berat jika itu adalah <1%.
Pasien dengan Hemofilia beresiko tinggi mengalami pendarahan saat atau
setelah operasi saat tindakan bedah dilakukan. Oleh karena itu manajemen pasien
dengan riwayat keturunan gangguan perdarahan membutuhkan kerjasama yang
baik antara ahli bedah mulut dan pusat perawatan Hemofilia yang komprehensif.
Penggunaan faktor pembekuan sebagai terapi pengganti diperlukan untuk semua
intervensi bedah invasif. Dalam beberapa penelitian dijelaskan bahwa terdapat
protokol pengobatan yang sudah berhasil digunakan dalam pengobatan sistemik,
agen antifibrinolytic dan tindakan hemostatik lokal.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melaporkan pengalaman dalam
ekstraksi gigi dan untuk mengevaluasi efektivitas protokol sistematis melibatkan
pengobatan sistemik yang dikombinasikan dengan teknik hemostatik lokal untuk
mencegah perdarahan setelah ekstraksi gigi pada pasien dengan Hemofilia.
BAB II
METODE PENATALAKSANAAN

Penelitian ini berisi hasil 58 ekstraksi pada 15 orang pasien. Anastesi


general dilakukan jika diperlukan. Articain dengan tambahan adrenalin 1: 100,000
(Ultracain D-S forte, Sanofi Aventis, Paris Prance) digunakan sebagai anastesi
lokal. Recombinant factor dan plasma-derived factor VIII dan IX digunakan
sebagai perawatan sistemik. Faktor yang terseleksi dengan protokol terapi
pengganti disajikan dalam tabel 1. Rumus yang digunakan untuk menghitung
dosis:
Dosis (unit) = berat badan (kg) x resiko desire factor VIII (IU /dl atau % normal)
x 0,5 dan dosis (unit) = berat badan (kg) resiko desire factor IX (IU /dl atau %
normal).
Penggantian dengan dosis native plasma derived factor VIII diinisiasi pada
empat orang pasien dengan Hemofilia A berat dan dua orang pasien dengan
Hemofilia A ringan. Dosis recombinant factor VIII digunakan pada dua orang
pasien dengan Hemofilia A berat dan dua orang pasien dengan Hemofilia A
ringan. Seorang pasien dengan Hemofilia A ringan, dirawat dengan desmopressin
(DDAVP) yang meningkatkan fungsi dari faktor VIII tanpa injeksi konsentrat.
Dua minggu awal sebelum percobaan dilakukan dengan menggunakan Minirin
untuk menilai tingkat respon dari pasien.
Dosis native plasma derived factor IX digunakan pada tiga orang pasien
dengan Hemofilia B berat dan seorang pasien dengan Hemofilia B sedang.
Semua kasus injeksi sudah terdaftar setengah jam sebelum operasi.
Tingkat faktor pembekuan darah diharapkan meningkat dari 50-100 IU /dL
menjadi normal sebelum operasi. Tingkat faktor pasca operasi betujuan
mempertahankan nilai tetap berada diatas 30% (tabel 1). Dosis lanjutan dari faktor
pembekuan darah diaplikasikan pada hari selanjutnya.
Asam traneksamat (9Cyklokapron, Meda Pharma, Bad homburg,
Germany) digunakan secara sistematis pada 16 intervensi. Ini disebarkan secara
intravena dan oral dengan dosis 20mg/kg berat badan setiap delapan jam selama 7
hari. Sebab adanya kontraindikasi cardiovascular maka tidak digunakan pada tiga
kasus.
Selanjutnya kain kasa diisi dengan asam traneksamat dan diaplikasikan ke
setiap pasien selama 3 hari setelah operasi. Pasien dengan kontraindikasi
antifbronolytic sistemik diberikan asam traneksamat secara topical.
Haemophili Haemophili
Type of surgery Desired factora A Duration Desired factora B Duration
level in % (days) level in % (days)
Major surgery
Pre-op 80– 60–
Post-op 60–
100 1– 40–
80 1–
40–
80 4–3 30–
60 4–
3
30–
60 7–
6 20–
50 7–
6
Minor Surgery 50 14 40 14
Pre-op 50– 50–
Post-op 30–
80 1– 30–
80 1–
80 5 80 5
Table 1. Plasma factor level and duration of the replacement therapy needed for
surgical interventions in patients with Haemophilia (23).

Table 2. Distribution of patients included in this report: type of surgery,


anesthesia, substitution and local haemostatic measures.
Pati Age Sex Patho Basal Type Anest General Systemic Local
ent logy factor of hesia substituti anti- haemost
level surgery on fibrinoly atic
% tic measure
B.B. 8 M H.A <1 84,85,54, G.A. SDH agents
tranexamic s collagen
64 Intersero acid vlies;
D.K. 51 M H.A <1 14,12,s37 L.A. SDH suture
tranexamic collagen
Intersero acid vlies,
H.A. 61 M H.A 25 17,s36,s3 L.A. Haemate contra- suture
collagen
7 P indications vlie, suture
M.P. 17 M H.A 10 12,22,55, G.A. Helixate tranexamic collagen
36 acid vlies,
M.V. 14 M H.A <1 36 L.A. Helixate suture
tranexamic collagen
acid vlies,
D.H. 28 M H.B <1 s17,s25,3 L.A. Berinin tranexamic suture
collagen
1 acid vlies,
E.L. 74 M H.B 4 11,21,22, L.A. Berinin contra- suture
collagen
23,31,32, indications vlies,sutur
E.L. 74 M H.B 4 41,42
12,13,44, L.A. Berinin contra- ecollagen
45,48 indications vlies,sutur
e
MA.K 4 M H.A <1 54,75,84 G.A. Octanine tranexamic collagen
. acid vlies,
D.K. 51 M H.A <1 12,11,21, L.A. SDH suture
tranexamic oxycellulo
25 Intersero acid se, suture
M.V. 11 M H.A <1 54,55,74 G.A. Helixate tranexamic oxycellulo
acid se, suture
T.R. 21 M H.A <1 s18,s28, G.A. SDH tranexamic oxycellulo
s38,s48 Intersero acid se, suture
C.S. 22 M H.A 15 s17 L.A. Kogenate tranexamic collagen
FS acid vlies,
C.U. 32 M H.A <1 36 L.A. Helixate suture,
tranexamic collagen
acid fibrin glue
vlies,
E.H. 20 M H.A 10 s18,s28, L.A. SDH suture,
tranexamic collagen
s38,s48 Intersero acid fibrin glue
vlies,
S.W. 21 F H.B <1 s38,s48 L.A. Octanine suture,
tranexamic collagen
acid fibrin glue
vlies,
D.K. 50 M H.A <1 22,26,27 L.A. SDH tranexamic fibrin glue,
collagen
Intersero acid suture
vlies,
M.L. 47 M H.A 24 26 L.A. Minirin suture,
tranexamic collagen
acid fibrin glue,
vlies,
J.B. 7 M H.B <1 61 G.A. Immunine tranexamic compressi
suture,
suture
acid ve splints
compressi
ve splints
Pengukuran hemostatis local dilakukan pada semua kasus sesuai dengan
pilihan operasi dan pola kebiasaan (table 2). Collagen vlies (Lyostypt, B. Braun
Melsun- gen, Melsungen, Germany), oxycellulose (Tabotamp, Ethicon
Johnson&Johnson, New Brunswick, USA), fibrin glue (Tissucol Duo S, Baxter,
Munich, Germany) resorbable suture (Vicryl, Ethicon Johnson&Johnson, New
Brunswick, USA) digunakan. Diberikan resep antibiotik bila diperlukan secara
klinis. Rasa sakit setelah operasi dikontrol dengan paracetamol dengan dosis yang
adekuat.
BAB III
HASIL

Distribusi pasien ditunjukkan pada tabel 2. Secara keseluruhan, telah


dilakukan 58 ekstraksi gigi pada 15 pasien dari usia 4 sampai 74 tahun, usia rata-
rata adalah 32 ± 22,5 tahun (mean ± SD), 14 laki-laki (93%) dan satu perempuan
(7%) selama 19 intervensi selama 6 tahun (2007-2012). Terdapat 11 pasien (73%)
dengan Hemofilia A (enam dalam kategori parah dan lima dalam kategori sedang)
dan terdapat empat pasien (27%) dengan Hemofilia B (tiga dalam kategori berat
dan satu dalam kategori ringan).
Anestesi umum dilakukan pada 6 kasus dan anestesi lokal pada 13 kasus.
Perdarahan sekunder terjadi pada dua pasien dengan Hemofilia A ringan. Pasien
pertama, yang telah melakukan ekstraksi keempat gigi bungsunya setelah
dianestesi lokal, mengalami perdarahan dari hidung pada hari ketujuh pasca
operasi yang kemudian dikontrol dengan tampon hidung selama dua hari. Pasien
kedua, yang telah melakukan ekstraksi tiga gigi, mengalami perdarahan pada hari
kelima pasca operasi. Untuk mengontrol perdarahan pada kasus ini, diperlukan
penggunaan terapi tambahan sebagai pengganti faktor pembekuan dan
pengulangan kompresi menggunakan gauzes jenuh dengan asam traneksamat.
Tidak ada komplikasi umum yang tertulis. Semua pasien dirawat di rumah sakit
untuk jangka waktu rata-rata enam hari.
BAB IV
PEMBAHASAN DAN KAJIAN TEORI

4.1 PEMBAHASAN DALAM KASUS


Perawatan antifibrinolitik dengan asam traneksamat mencegah terjadinya
perdarahan pasca operasi dengan menghambat aktivasi dari plasminogen atau
plasmin dan meningkatkan stabilitas pembekuan. Umumnya obat ini dikonsumsi
secara oral sebanyak 3-4 kali atau dengan intravena 2-3 kali dalam satu hari.
Resep obat asam trexanemic berlaku untuk 7 hari sampai dilakukan tindakan
ekstraksi gigi pada pasien dengan gangguan perdarahan intrinsic (23). Berbagai
laporan juga membuktikan mengenai keberhasilan asam traxenamic untuk
mengurangi perdarahan pada rongga mulut (22,24).
Ahli bedah mulut harus menggunakan semua teknik untuk meminimalisir
kemungkinan perdarahan intra dan pasca operasi. Tindakan hemostasis lokal
wajib dilakukan pada ekstraksi gigi untuk pasien ini. Jenis jahitan (22), collagen
vlies (21), oxycellulose (25), gelatin (26), lem fibrin (27) dan cyanoacrylate (28).
Pada penelitian ini semua tindakan lokal dilakukan berdasarkan pilihan ahli bedah
dan pola prakteknya. Agen yang berbeda dikombinasikan satu sama lain untuk
memberikan potensi efek hemostatis. Wagner et al. menggabungkan agent
hemostatis topikal dengan kemampuan sebagai perantara agregat platelet, deposisi
dan aktivasi pada rangkaian tes in vitro. Peneliti memberikan seluruh tingkat
aktivitas menurut bahan yang digunakan: kolagen>gelatin>oxidized regenerated
cellulose (29). Pada laporan ini kami tidak bisa mencatat perbedaan keberhasilan
antara macam-macam pengukuran hemostatis lokal. Untuk mencegah
terlambatnya perdarahan, peneliti menggunakan jahitan absorbable/ jahitan
dengan daya serap untuk mengindari penghilangan jahitan. Obat untuk
mengontrol sakit yang harus dihindari penggunaannya yaitu obat non-steroid anti
inflamasi dan aspirin yang berdampak pada fungsi platelet. Sebagai alternatif yang
aman dapat digunakan yaitu paracetamol untuk mencegah rasa sakit pasca operasi.
Beberapa literatur melaporkan protokol perawatan yang sukses untuk
mencegah komplikasi perdarahan selama tindakan bedah mulut. Hasil yang
didapatkan serupa dengan laporan peneliti. Frachon et al. mengevaluasi
keberhasilan menggunakan protokol dengan pengelolaan umum dan dikombinasi
lem fibrin dengan kemasan gelatin dan bidai/belat kompresif untuk menangani
ekstraksi gigi pada pasien hemophilia. Tercatat terjadi 6 kasus perdarahan pasca
operasi selama 19 intervensi (22). Frachini et al. menganalisis pengalamannya
selama 10 tahun dalam mengelola pasien dengan penyakit darah langka di Italia
dengan tidak menggunakan protokol yang spesifik. Hanya terdapat 10 komplikasi
perdarahan (1.9%) yang dilaporkan saat pasien dilakukan tindakan lokal dan
sistemik (24). Piot et al. melaporkan hasil yang baik pula untuk ekstraksi gigi
pada pasien dengan penyakit perdarahan. Digunakan kombinasi collagen vlies,
benang fibrin dan jahitan primer. Mereka melaporkan 2 kasus dengan perdarahan
kedua selama ekstraksi 103 gigi pada 93 pasien (21). Zanon et al. mencatat 2
komplikasi perdarahan setelah 75 tindakan ekstraksi gigi. Untuk mendapatkan
puncak plasma
Diberikan konsentrasi faktor pembekuan 30% untuk mendapatkan puncak plasma.
Fibrin sponges, jahitan primer dan asam traneksamat digunakan pada tindakan
lokal (30).
Pada studi ini, sampel perdarahan kedua terjadi di 2 pasien secara tiba-tiba
memperlihatakan gejala ringan dari Hemofilia A. Kejadian ini merupakan indikasi
bahwa perdarahan pasca operasi setelah bedah mulut pada pasien Hemofilia sulit
untuk diprediksi dan juga jika protokol penggunaan digunakan. Pengawasan pasca
operasi pada pasien ini penting untuk mencegah terjadinya perdarahan yang
berlebihan.

4.2 KAJIAN TEORI


4.2.1 Definisi Hemofilia
Hemofilia merupakan penyakit genetik berupa gangguan produksi faktor
pembekuan darah.1 Hemofilia diturunkan secara x-linked resesif berdasarkan
hukum Mendel dari orang tua kepada anak-anaknya. Penyakit ini terjadi akibat
kelainan sintesis salah satu faktor pembekuan, di mana pada Hemofilia A terjadi
kekurangan F VIII (Antihemophilic factor), sedangkan Hemofilia B terjadi
kekurangan F IX (Christmas factor). Hemofilia A merupakan Hemofilia yang
lebih umum terjadi di mana mencakup 80-85% dari keseluruhan kasus
Hemofilia.2,3

4.2.2 Epidemiologi Hemofilia


Hemofilia tersebar di seluruh ras di dunia dengan prevalensi sekitar
1:10.000 penduduk untuk Hemofilia A dan 1:50.000 untuk Hemofilia B.1
Berdasarkan survei yang dilakukan World Federation of Hemophilia (WHF) pada
tahun 2015, terdapat 304.362 penderita kelainan perdarahan di seluruh dunia, di
mana sebanyak 187.183 (61,5%) di antaranya merupakan penderita Hemofilia.
Dari jumlah tersebut, 151.159 orang merupakan penderita Hemofilia A dan
30.310 orang merupakan penderita Hemofilia B.4

4.2.3 Gejala Klinis dan Diagnosis Hemofilia


Manifestasi klinis Hemofilia A serupa dengan Hemofilia B yaitu
perdarahan yang sukar berhenti. Secara klinis, Hemofilia dapat dibagi menjadi
Hemofilia ringan (konsentrasi F VIII dan F IX 0,05-0,4 IU/mL atau 5-40%),
Hemofilia sedang (konsentrasi F VIII dan F IX 0,01-0,05 IU/mL atau 1-5%) dan
Hemofilia berat (konsentrasi F VIII dan F IX di bawah 0,01 IU/mL atau di bawah
1%).1,2
Pada penderita Hemofilia ringan, perdarahan spontan jarang terjadi dan
perdarahan terjadi setelah trauma berat atau operasi. Pada Hemofilia sedang,
perdarahan spontan dapat terjadi atau dengan trauma ringan. Sedangkan pada
Hemofilia berat, perdarahan spontan sering terjadi dengan perdarahan ke dalam
sendi, otot, dan organ dalam.1,2
Perdarahan dapat mulai terjadi semasa janin atau pada proses persalinan.
Umumnya, perdarahan pada penderita Hemofilia berat sudah mulai terjadi pada
usia di bawah 1 tahun. Perdarahan dapat terjadi di mukosa mulut, gusi, hidung,
saluran kemih, sendi lutut, pergelangan kaki, siku tangan, otot iliospoas, betis,
lengan bawah, dalam otak, leher atau tenggorokan, dan saluran cerna.5
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
laboratorium. Anamnesis diarahkan pada riwayat mudah timbul lebam sejak usia
dini, perdarahan yang sukar berhenti setelah suatu tindakan, trauma ringan atau
spontan, atau perdarahan sendi dan otot. Riwayat keluarga dengan gangguan
perdarahan saudara laki-laki atau dari pihak ibu juga mendukung ke arah
Hemofilia.6
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa
adalah pemeriksaan darah rutin. Pada pemeriksaan darah rutin, masa pembekuan
dan masa thromboplastin parsial teraktifkan (APTT) memanjang, dan masa
pembekuan thromboplastin abnormal., sedangkan masa perdarahan dan masa
prothrombin umumnya normal. Pada penderita Hemofilia A dan Hemofilia B
menunjukkan hasil yang sama dalam pemeriksaan darah rutin.3 Diagnosis pasti
Hemofilia A atau Hemofilia B ditegakkan dengan memeriksa kadar F VIII untuk
Hemofilia A dan F IX untuk Hemofilia B, di mana kedua faktor tersebut di bawah
normal.5

4.2.4 Penatalaksanaan Hemofilia secara Umum


Penatalaksanaan penderita Hemofilia meliputi pemberian faktor pengganti
yaitu F VIII untuk Hemofilia A dan F IX untuk Hemofilia B.3,6 Kadar F VIII atau
IX yang diinginkan tergantung pada lokasi perdarahan, di mana untuk perdarahan
sendi, otot, mukosa mulut dan hidung diberikan kadar 30-50% dan perdarahan
saluran cerna, saluran kemih, daerah retroperitoneal, susunan saraf pusat, trauma,
dan tindakan operasi diberikan kadar 60-100%.6 Lama pemberian tergantung pada
beratnya perdarahan atau jenis tindakan. Untuk pencabutan gigi atau epistaksis,
diberikan selama 2-5 hari, sedangkan operasi atau laserasi luas diberikan 7-14
hari. Untuk rehabilitasi seperti pada hemarthrosis dapat diberikan lebih lama lagi.3
Bila terjadi perdarahan akut terutama daerah sendi, maka tindakan RICE
(rest, ice, compression, elevation) segera dilakukan. Sendi yang mengalami
perdarahan diistirahatkan dan diimobilisasi. Kompres dengan es atau handuk
basah yang dingin, kemudian dilakukan penekanan dan meninggikan daerah
perdarahan. Penderita sebaiknya diberikan faktor pengganti dalam 2 jam setelah
perdarahan.3,6
4.2.5 Penatalaksaan Pasien Hemofilia di Kedokteran Gigi
Risiko perdarahan pasien merupakan masalah yang harus dipertimbangkan
dalam penatalaksanaan perawatan gigi pada pasien penderita Hemofilia dan
kelainan darah lainnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memperkirakan
risiko perdarahan pasien, yaitu jenis dan tingkat keparahan penyakit, lokasi dan
luas daerah operasi, serta pengalaman operator yang melakukan perawatan.
Beberapa perawatan gigi dapat dilakukan tanpa penambahan faktor pembekuan
darah, seperti pemeriksaan, fissure sealants, restorasi oklusal yang kecil, dan
scaling supragingiva.7 Tapi pada perawatan yang memerlukan penambahan faktor
pembekuan, terdapat tiga pilihan terapi yang dapat dilakukan tergantung dari jenis
Hemofilianya, yaitu:
a) Terapi faktor pembekuan pengganti
Terapi faktor pembekuan pengganti merupakan terapi utama yang dilakukan
pada pasien Hemofilia A atau B yang sedang maupun parah. Pemberian
faktor pembekuan pengganti ini dilakukan secara intravena. Hal yang paling
penting dalam pemberian faktor pembekuan pengganti ini adalah waktu
pemberiannya karena konsentrasi faktor pembekuan pengganti ini akan
semakin menurun. Jadi, waktu perawatan gigi yang akan dilakukan harus
sedekat mungkin dengan waktu pemberian faktor pembekuan penggantin,
biasanya 30 menit - 1 jam sebelum dilakukan perawatan gigi. Selain itu,
faktor pembekuan pengganti ini juga dapat diberikan ketika terjadi
perdarahan selama perawatan. Kelemahan terapi ini adalah harganya yang
mahal dan menyebabkan berkembangnya inhibitor atau antibodi yang
meniadakan efek terapi ini.7
b) Desmopressin (Desamino-8-D-Arginine Vasopressin [DDAVP])
Desmopressin merupakan hormon sintetis yang menstimulasi pelepasan F
VIII dan faktor von Willebrand (vWF) dari dalam tubuh pasien sehingga
efektif untuk pasien penderita Hemofilia A dan von Willebrand disease
(vWD). Desmopressin diberikan satu jam sebelum dilakukan perawatan
secara subkutan dengan dosis 0,3 µg/kgBB dengan kadar 15 µg/ml atau
secara intravena dengan dosis 0,3 µg/kgBB dengan kadar 4 µg/ml yang
dicampur ke dalam cairan infus dan diberikan selama 20-30 menit. Secara
intranasal, desmopressin diberikan dengan dosis 150 µg ke satu lubang
hidung untuk pasien dengan berat <50 kg dan 150 µg ke kedua lubang
hidung untuk pasien dengan berat ≥50 kg. Pemberian desmopressin
dihindari pada pasien dengan penyakit jantung iskemik dan pasien anak-
anak.7
c) Antifibrinolytic Agents
Asam traneksamat berfungsi untuk menghambat pengaktifan plasminogen
menjadi plasmin sehingga juga menghambat bekuan fibrin lisis. Asam
traneksamat tersedia dalam sediaan oral dan obat kumur. Asam traneksamat
sediaan oral diberikan dengan dosis 15-25 mg/kg BB dan maksimal kira-
kira 1 g untuk sebagian besar orang dewasa setiap 6-8 jam. Pemberian
dilakukan 2 jam sebelum perawatan dan dilanjutkan hingga 7-10 hari setelah
perawatan. Asam traneksamat sediaan obat kumur diberikan tepat sebelum
perawatan dan berlanjut setiap 6 jam selama 7-10 hari. Pada orang dewasa,
obat dikumur selama 2-3 menit kemudian ditelan atau dibuang, sedangkan
pada anak-anak obat setelah dikumur harus dibuang.7

BAB V
KESIMPULAN

Mengingat protokol haemostaseological individu dalam konsultasi dengan


ahli hematologi yang dapat digunakan untuk membantu mencegah komplikasi
perdarahan pada penderita Hemofilia pasca pencabutan gigi. Tindakan
hemostatik lokal harus digunakan bila memungkinkan setelah ekstraksi gigi untuk
mengurangi kebutuhan faktor konsentrat. Sebuah layanan dokter gigi spesialis
dalam konsultasi dengan pusat perawatan Hemofilia harus melakukan prosedur
ini.
DAFTAR PUSTAKA

1. Arceci RJ, Hann IM, Smith OP, et al. Pediatric Hematology. 3rd ed.
Massachusetts: Blackwell Publishing; 2006. 585-97 p.
2. Lanzkowsky P. Manual of Pediatric Hematology and Oncology. 4th ed.
Massachusetts: Elsevier; 2005. 295-322 p.
3. Permono B, Sutaryo, Ugrasena IDG, et al. Buku Ajar Hematologi-Onkologi
Anak. 3rd ed. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010. 174-7 p.
4. World Federation of Hemophilia. Report on the Annual Global Survey 2015.
Montreal: World Federation of Hemophilia; 2016. 7 p.
5. Hoffbrand AV, Catosky D, Tuddenham EGD, et al. Postgraduate
Haematology. 6th ed. Oxford: Wiley-Blackwell; 2005. 793-812p.
6. Srivastava A, Brewer AK, Mauser-Bunschoten, et al. Guidelines for the
Management of Hemophilia. 2012. 1-47 p.
7. Anderson JAM, Brewer A, Creagh D, et al. Guidance on the Dental
Management of Patients with Haemophilia and Congenital Disorders. British
Dental Journal. 2013 Nov 23; 215(10): 497-504.

Anda mungkin juga menyukai