net/publication/303971523
CITATIONS READS
0 413
4 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Theresa Dwi Kurnia on 15 June 2016.
Theresa Dwi Kurnia1), Djoko Murdono2), Nugraheni Widyawati3), Sony Heru Priyanto4)
ABSTRAK
Kebutuhan makanan pokok di Indonesia yang telah beralih dari padi menjadi gandum kini memaksa
kita untuk melakukan usaha pengembangan varietas gandum yang mampu tumbuh pada kondisi
umum di Indonesia, dimana lahan yang tersedia sebagian besar merupakan lahan marginal. Kegiatan
seleksi 10 genotipe gandum ini dilakukan di Desa Telogoweru, Kecamatan Guntur, Demak yang
wilayahnya ekstrim dengan suhu tinggi dan cekaman kekeringan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pertumbuhan dan hasil tanaman gandum sekaligus mengetahui genotipe tanaman
gandum yang mampu beradaptasi serta melakukan seleksi 10 genotipe gandum untuk menghasilkan
varietas gandum tropis dataran rendah. Seleksi dilakukan terhadap tanaman yang menunjukkan
kemampuan bertahan hidup yang baik, seperti laju peningkatan tinggi tanaman yang tertinggi, jumlah
daun terbanyak, persentase kemampuan tanaman bertahan hidup serta kemampuan tanaman
menghasilkan biji. Untuk memastikan hasil seleksi berdasarkan fenotipe di lapangan, pengamatan
juga dilakukan berdasarkan senyawa proline yang dihasilkan tanaman. Banyaknya proline yang
dihasilkan dianggap dapat menunjukkan kemampuan bertahan oleh tanaman terhadap cekaman
suhu tinggi maupun kekeringan. Dari pengamatan fenotipe di lapangan, daya adaptasi 5 genotipe
terbaik ditunjukkan oleh genotipe LAJ3302, OASIS, MENEMEN dan ALTAR, serta dibuktikan dengan
hasil analisis proline yaitu genotipe BASRIBEY, ALTAR, MENEMEN, LAJ3302 menunjukkan jumlah
proline tertinggi dibandingkan genotipe yang lain. Dapat diambil kesimpulan bahwa genotipe yang
berpotensi mampu dikembangkan di wilayah dataran rendah adalah ALTAR, BASRIBEY, MENEMEN
dan LAJ3302.
Kata kunci: Cekaman kekeringan, Cekaman suhu tinggi, Gandum dataran rendah.
PENDAHULUAN
Budaya sarapan roti dan konsumsi mie instan yang sudah sangat akrab dalam keseharian
masyarakat, menjadikan gandum sebagai makanan pokok kedua setelah padi, untuk itu produksi
gandum dalam negeri harus makin dikembangkan yaitu gandum tropika yang dapat diproduksi di
Indonesia, sehingga tidak sepenuhnya bergantung pada impor.
Pusat Studi Gandum UKSW, yang dibentuk tahun 2003, telah menjadi salah satu pelopor
pengembangan gandum tropika dan satu-satunya produsen benih gandum tropika bersertifikat di Indonesia.
Permasalahan yang dihadapi, jenis gandum yang dikembangkan masih terbatas pada satu varietas untuk dataran
*
Diseminarkan pada Seminar Nasional Bioteknologi 2014 – Fakultas Teknobiologi Universitas Surabaya tanggal
27-28 Februari 2014
tinggi, produksinya belum optimal dan daya serap masyarakat masih rendah, selain itu di dataran tinggi masih
banyak komoditas budidaya yang nilai kompetitifnya lebih tinggi daripada gandum, sehingga sasaran
pengembangan varietas adalah untuk gandum dataran rendah.
Kendala utama dalam pengembangan gandum di dataran rendah adalah lingkungan yang
kurang menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman gandum, khususnya cekaman suhu tinggi
(Samosir, 2011). Setiap tanaman mempunyai kemampuan tersendiri untuk tumbuh dan bertahan
hidup di lingkungan yang kurang menguntungkan, karena adanya faktor genotipe (Tjitrosomo, 1984).
Salah satu upaya untuk mendapatkan varietas gandum dataran rendah tropis dilakukan pengujian
beberapa genotipe gandum, dimana faktor genetik suatu genotipe gandum yang ditanam berbeda
dengan faktor genetik yang dimiliki genotipe gandum yang lain. Genotipe-genotipe gandum yang
akan ditanam merupakan keturunan dari genotipe gandum yang sebelumya pernah ditanam di
dataran rendah, maka diharapkan ada kemungkinan terdapat genotipe gandum yang memiliki faktor
genetik mampu beradaptasi di dataran rendah, sehingga akan mendapatkan genotipe gandum yang
berpotensi untuk dijadikan varietas gandum dataran rendah, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pertumbuhan dan hasil tanaman gandum sekaligus mengetahui genotipe tanaman
gandum yang mampu beradaptasi serta melakukan seleksi 10 genotipe gandum untuk menghasilkan
varietas gandum tropis dataran rendah.
Hasil seleksi akan dibuktikan dengan kandungan senyawa proline pada tanaman gandum. Daya
adaptasi tanaman terhadap cekaman kekeringan dan suhu tinggi dapat ditunjukkan dengan jumlah
senyawa proline yang disintesis saat mengalami cekaman. Proline adalah salah satu asam amino
yang dihasilkan oleh tanaman saat mengalami stress abiotik (Barnet dan Naylor, 1966). Stress abiotik
yang dimaksudkan adalah saat tanaman mengalami cekaman kekeringan, salinitas tinggi, chilling,
freezing dan temperatur yang tinggi.
METODE PENELITIAN
Bahan
Dalam kegiatan penelitian ini bahan utama yang diperlukan adalah 10 genotipe gandum yang
sudah ada dan merupakan koleksi dari Pusat Studi Gandum, Fakultas Pertanian dan Bisnis, UKSW
yaitu: OASIS, HP1744, LAJ3302/2*MO88, RABE/2*MO88, H-21, G-21, ALTAR 84, MENEMEN,
BASRIBEY, SELAYAR. Bahan lain yang digunakan adalah pupuk urea dan pupuk kandang serta air
yang diberikan saat proses penanaman.
Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat bercocok tanam seperti cangkul
untuk mengolah tanah dan pompa air untuk mempermudah pengairan saat proses penanaman
berlangsung
Prosedur
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni 2013 diawali dengan persiapan lahan dan berakhir
pada bulan Oktober 2013. Tempat penelitian adalah di Desa Telogoweru, Kecamatan Guntur,
Kabupaten Demak. Kegiatan seleksi 10 genotipe gandum didasarkan pada kemampuan bertahan
hidup yang baik, seperti laju peningkatan tinggi tanaman yang tertinggi, jumlah daun terbanyak,
persentase kemampuan tanaman bertahan hidup serta kemampuan tanaman menghasilkan biji.
Tahap selanjutnya adalah pengujian kandungan proline yang akan dianalisis dengan
menggunakan metode Bates (1973). Bagian tanaman yang dianalisis adalah seluruh bagian shoot (1
inchi dari permukaan tanah) saat tahap pertumbuhan vegetatif tanaman berumur 2 minggu.
14 HP1744
12
LAJ3302/2*MO88
10
8 MENEMEN
6 OASIS/SKAUZ//4*BCN
4
RABE/2*MO88
2
0 SELAYAR
10 HST 20 HST 30 HST 40 HST
Jumlah Daun
Pengamatan jumlah daun juga dilakukan untuk melihat kemampuan tanaman tumbuh pada
tahap vegetatif. Diharapkan tanaman dengan jumlah daun yang banyak mampu berfotosintesis
dengan baik sehingga menghasilkan fotosintat yang dapat dimanfaatkan tanaman untuk membentuk
anakan dan malai. Berdasarkan jumlah daun, kemampuan tanaman membentuk daun terbanyak
adalah dari genotipe OASIS, LAJ3302 dan Selayar. Hampir sama pada pengamatan laju peningkatan
tinggi tanaman, genotipe LAJ3302 dan Selayar memberikan hasil yang tertinggi, sedangkan genotipe
yang lain menunjukkan jumlah daun yang rendah. Menurut Jones dan Corlett, 1992., tanaman yang
mengalami cekaman dapat menunjukkan gejala siklus pertumbuhan yang pendek, hal ini
berhubungan dengan terhambatnya pembentukan daun atau masa fase vegetative tanaman
berkurang. Selain jumlah daun yang rendah, luas permukaan daun pun akan mengalami penurunan,
seperti yang dijelaskan Kramer (1983) menjelaskan lebih lanjut bahwa pengaruh cekaman kekeringan
pada pertumbuhan vegetatif terutama pada perluasan area daun dan pertumbuhan tunas baru dan
nisbah akar-tajuk. Jumlah daun yang rendah akan sangat berpengaruh terhadap besarnya kegiatan
fotosintesis yang dilakukan, semakin rendah jumlah daun, besarnya fotosintat yang dihasilkan
tanaman juga akan rendah dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap penurunan kemampuan
tanaman bertahan hidup.
Jumlah Daun
5
4
3
2
20 HST
1
30 HST
0
40 HST
KESIMPULAN
Kesimpulan dari kegiatan seleksi 10 genotipe gandum adalah pertumbuhan tanaman gandum pada
dataran rendah tropis menunjukkan hasil yang kurang baik dibandingkan dengan penanaman
gandum di wilayah dataran tinggi dengan kecukupan air, seleksi yang dilakukan menunjukkan dari
pengamatan fenotipe di lapangan, daya adaptasi 5 genotipeterbaik ditunjukkan oleh genotipe
LAJ3302, OASIS, MENEMEN dan ALTAR, serta dibuktikan dengan hasil analisis proline yaitu
genotipe BASRIBEY, ALTAR, MENEMEN, LAJ3302 menunjukkan jumlah proline tertinggi
dibandingkan genotipe yang lain. Dapat diambil kesimpulan bahwa genotipe yang berpotensi mampu
dikembangkan di wilayah dataran rendah adalah ALTAR, BASRIBEY, MENEMEN dan LAJ3302.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih peneliti sampaikan pada setiap pihak yang sudah membantu terutama kepada
Dikti yang memberikan dana penelitian, juga kepada dosen pembimbing, Ibu Dr. Nugraheni
Widyawati dan Bpk Ir. Djoko Murdono, MS. yang telah memberi masukkan dan pengarahan selama
penelitian dilaksanakan. Peneliti juga menyampaikan terimakasih kepada Dr. Endang Pudjihartati
selaku ketua Program Studi Magister Agroekoteknologi yang selama ini juga sudah menjadi wali studi
dan memberi bimbingan dalam perkuliahan, terimakasih kepada Prof. Sony H. Priyanto sebagai
dekan yang tidak pernah berhenti mendorong dan menyemangati dalam banyak hal. Juga kepada
seluruh dosen dan teman-teman yang selalu mendukung dan memberi masukkan. Tak lupa peneliti
sampaikan terimakasih kepada panitia SNB 2014 yang telah bekerja sama dan mau menerima hasil
penelitian ini untuk diseminarkan.
DAFTAR PUSTAKA
Barnet N.M. dan Naylor A. W. 1966. Amino Acid and Protein Metabolism in Bermuda Grass During
Water stress. Plant Physiol. 41:1222-30
Bates, L.S. 1973. Rapid Determination Of Free Proline For Water-Stress Studies. Plant and soil. 39:
205-207.
Changhai S., Baodi1 D., Yunzhou Q., Yuxin L., Lei S., Mengyu L., Haipei. 2010. Physiological
regulation of high transpiration efficiency in winter wheat under drought conditions. Plant Soil
Environ. Vol. 56, 2010 (7): 340–347.
Jones HG, Corlett JE. 1992. Current Topics In Drought Physiology. Journal of Agric Science. 49: 291-
296.
Kramer PJ. 1983. Water Relations Of Plants. Academic Press, Inc.
Maralian H., Ebadi A., Didar T. R dan Eghrari B. 2010. Influence of water deficit stress on wheat grain
yield and proline accumulation rate. African Journal of Agricultural Research, Vol. 5 (4) pp.
286-289, 18 February, 2010.
Marcia M. Aqil dan Muslimah H. 2011. Inovasi Gandum Adaptif Dataran Rendah. Badan Litbang
Pertanian. Edisi 26 Januari – 1 Februari 2011 No. 3390 Tahun XLI.
Nur Amin, Trikoesoemaningtyas, Khumaida Nurul dan Sujiprihati Sriani. 2010. Phenologi
Pertumbuhan dan Produksi Gandum pada Lingkungan Tropika Basah. Prosiding Pekan
Serealia Nasional. ISSN: 978-979-8940-29-3. hal 188-189.
Riduan A, Santoso J, Utomo SD, Sudarsono. 2007. Hubungan Antara Ekspresi Gen P5CS Dengan
Pertumbuhan Dan Hasil Biomasa Tembakau Transgenik Dalam Kondisi Non-Stres.
Agrotropika 12: 1-9
Samosir, Aditya Permana. 2011. Adaptabilitas Varietas Gandum Introduksi di Bogor. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Tjitrosomo, Siti Sutarmi., Tayum Adiwakarta dan Mohamad Djaelani. 1984. Botani Umum. Angsara.
Bandung