Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Gangguan jiwa adalah suatu penyakit yang bisa terjadi pada semua orang dan tanpa

mengenal ras,budaya,anak-anak,dewasa miskin ataupun kaya,ganguan jiwa

merupakan salah satu gangguan mental yang di sebabkan oleh beragam faktor yang

berasal dari dalam maupun luar. Gangguan mental ini dapat dikenali dengan

perubahan pola pikir, tingkah laku dan emosi yang berubah secara mendadak tanpa

disertai alasan yang jelas. Stres yang menjadi pemicu awal terjadinya gangguan jiwa

akan membuat seseorang tidak mampu beraktivitas secara normal. Jika stres ini tidak

ditangani secara cepat maka akan berlanjut pada gejala gangguan kejiwaan.Pada

umumnya terdapat beberapa fakor yang mempengaruhi kejiwaan seseorang

yakni.Faktor Keturunan,Jika di dalam silsilah keluarga tersebut mempunyai riwayat

ganguan jiwa maka keturunan – keturunan dari keluarga tersebut bisa dan sangat

mungkin juga akan mengalami ganguan medis tersebut karena ada hubungan darah

dari orang tua mereka yang menyebabkan si anak juga bisa mengalami ganguan jiwa

tersebut. Faktor Lingkungan,Faktor lingkungan di sini juga bisa berpengaruh

terhadap penyakit medis ganguanjiwa tersebut,contoh di dalam sebuah lingkungan

ada seseorang yang mengalami suatu masalah atau juga miliki sebuah aib dan dalam

lingkungan tersebut ada beberapa orang yang dengan sengaja mengucilkan dan

mengejek orang

1
tersebut,maka orang terbebut akan mengalami beban pikiran yang berat sehingga

menyebabkan depresi yang mengakibatkan ganguan jiwa.Penggunaan obat-obat

TerlarangPenggunaan obat – obattan terlarang yang bersifat adiksi untuk mengurangi

stres akan tekanan hidup nyatanya justru dapat memicu terjadinya gejala gangguan

kejiwaan pada si pemakainya tersebut,zat adiksi yang mempunyai efek ketergantungan

bagi pemakainya ini akan merubah persepsi seseorang kedalam hal-hal yang dapat

merusak saraf motorik didalam tubuh.Selain itu,prosesberpikir yang melibatkan kinerja

otak tidak akan berjalan sebagaimana mestinya akibat pengaruh dari zat adiksi yang

terkandung didalam obat-obatan terlarang tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah yang dimaksud dengam Gangguan Jiwa?
1.2.2 Bagaimanakah penggolongan dari gangguan jiwa ?
1.2.3 Bagaimanakah penggolongan gangguan jiwa berdasar PPDGJ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini agar pembaca dapat lebih mengetahui definisi
gangguan jiwa,penggolangan gangguan jiwa serta penggolongan gangguan jiwa berdasar
PPDGJ

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa adalah sindrom pola perilaku individu yang berkaitan


dengan suatu gejala penderitaan dan pelemahan didalam satu atau lebih fungsi
penting dari manusia, yaitu fungsi psikologik, perilaku, biologik, gaangguan
tersebut mempengaruhi hubungan antara dirinya sendiri dan juga masyarakat
(Maramis, 2010).

Gangguan jiwa atau mental illnes adalah keadaan dimana seseorang


mengalami kesultan mengenai persepsinya tentang kehidupan, hubungan
dengan orang lain, dan sikapnya terhadap dirinya sendiri. Gangguan jiwa
merupakan suatu gangguan yang sama halnya dengan gangguan jasmaniah
lainnya, tetapi gangguan jiwa bersifat lebih kompleks, mulai dari yang ringan
seperti rasa cemas, takut hingga tingkat berat berupa sakit jiwa (Budiono,
2010)

Gangguan jiwa adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami


gangguan dalam pikiran,perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam
bentuk sekumpulan gejala atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat
menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang
sebagai manusia ( UU.RI No.18, 2014)

2.2.Dasar Penggolongan Gangguan Jiwa

Penggolongan gangguan jiwa sangatlah beraneka ragam menurut


para ahli berbeda-beda dalam pengelompokannya, menurut Maslim (1994)
macam-macam gangguan jiwa dibedakan menjadi gangguan mental
organik dan simtomatik, skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan
waham, gangguan suasana perasaan, gangguan neurotik, gangguan
somatoform, sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan
fisiologis dan faktor fisik, Gangguan kepribadian dan perilaku masa

3
dewasa, retardasi mental, gangguan perkembangan psikologis, gangguan
perilaku dan emosional dengan onset masa kanak dan remaja.

a. Skizofrenia
Merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan
menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar. Skizofrenia
juga merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana-
mana sejak dahulu kala. Meskipun demikian pengetahuan kita tentang
sebab-musabab dan patogenisanya sangat kurang (Maramis, 1994).
Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak dengan realitas,
sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini
secara bertahap akan menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa
timbul serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan
spontan dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan personalitas
yang rusak “cacat”. ( http:// perawat psikiatri. blogspot. com/ mental
disorder. html)

b. Depresi
Merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk
perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi,
kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri
(Kaplan, 1998). Depresi juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk
gangguan kejiwaan pada alam perasaan yang ditandai dengan
kemurungan, keleluasaan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak
berguna, putus asa dan lain sebagainya (Hawari, 1997). Depresi adalah
suatu perasaan sedih dan yang berhubungan dengan penderitaan. Dapat
berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah
yang mendalam (Nugroho, 2000). Depresi adalah gangguan patologis
terhadap mood mempunyai karakteristik berupa bermacam-macam
perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seseorang hidup menyendiri,
pesimis, putus asa, ketidakberdayaan, harga diri rendah, bersalah,
harapan yang negatif dan takut pada bahaya yang akan datang. Depresi
menyerupai kesedihan yang merupakan perasaan normal yang muncul
sebagai akibat dari situasi tertentu misalnya kematian orang yang
dicintai. .( http:// perawat psikiatri. blog. spot. com/ mental disorder.
html)
4
c. Kecemasan
Sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah
dialami oleh setiap orang dalam rangka memacu individu untuk
mengatasi masalah yang dihadapi sebaik-baiknya, Maslim (1991).
Suatu keadaan seseorang merasa khawatir dan takut sebagai bentuk
reaksi dari ancaman yang tidak spesifik (Rawlins 1993). Penyebabnya
maupun sumber biasanya tidak diketahui atau tidak dikenali. Intensitas
kecemasan dibedakan dari kecemasan tingkat ringan sampai tingkat
berat. Menurut Sundeen (1995) mengidentifikasi rentang respon
kecemasan kedalam empat tingkatan yang meliputi, kecemasan ringan,
sedang, berat dan kecemasan panik. .( http:// perawat psikiatri.
blogspot. com/ mental disorder. html).

d. Gangguan Kepribadian

Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian


(psikopatia) dan gejala-gejala neurosa berbentuk hampir sama pada
orang-orang dengan inteligensi tinggi ataupun rendah. Jadi boleh
dikatakan bahwa gangguan kepribadian, neurosa dan gangguan
inteligensi sebagian besar tidak tergantung pada satu dan lain atau
tidak berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian: kepribadian
paranoid, kepribadian afektif atau siklotemik, kepribadian skizoid,
kepribadian axplosif, kepribadian anankastik atau obsesif-kompulsif,
kepribadian histerik, kepribadian astenik, kepribadian antisosial,
Kepribadian pasif agresif, kepribadian inadequat. .( http:// perawat
psikiatri. blogspot. com/ mental disorder. html)

e. Gangguan Mental Organik


Merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik
yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak (Maramis,1994).
Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit
badaniah yang terutama mengenai otak atau yang terutama diluar otak.

Bila bagian otak yang terganggu itu luas , maka gangguan dasar
mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit
yang menyebabkannya bila hanya bagian otak dengan fungsi tertentu
5
saja yang terganggu, maka lokasi inilah yang menentukan gejala dan
sindroma, bukan penyakit yang menyebabkannya. Pembagian menjadi
psikotik dan tidak psikotik lebih menunjukkan kepada berat gangguan
otak pada suatu penyakit tertentu daripada pembagian akut dan
menahun. ( http:// perawat psikiatri. blogspot. com/ mental disorder.
html).

f. Gangguan Psikosomatik

Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi


badaniah (Maramis, 1994). Sering terjadi perkembangan neurotik yang
memperlihatkan sebagian besar atau semata-mata karena gangguan
fungsi alat-alat tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf vegetatif.
Gangguan psikosomatik dapat disamakan dengan apa yang dinamakan
dahulu neurosa organ. Karena biasanya hanya fungsi faaliah yang
terganggu, maka sering disebut juga gangguan psikofisiologik.

g. Retardasi Mental

Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang


terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya
hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga
berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya
kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan social. ( http:// perawat
psikiatri. blogspot. com/ mental disorder. html).

Sedangkan menurut Yosep (2007) penggolongan gangguan

jiwa dan dibedakan menjadi :

a. Neurosa
Neurosa ialah kondisi psikis dalam ketakutan dan
kecemasan yang kronis dimana tidak ada rangsangan yang spesifik
yang menyebabkan kecemasan tersebut.

b. Psikosa

6
Psikosis merupakan gangguan penilaian yang menyebabkan
ketidakmampuan seseorang menilai realita dengan fantasi dirinya.
Hasilnya, terdapat realita baru versi orang psikosis tersebut.
Psikosis dapat pula diartikan sebagai suatu kumpulan gejala atau
sindrom yang berhubungan gangguan psikiatri lainnya, tetapi
gejala tersebut bukan merupakan gejala spesifik penyakit tersebut.

7
2.3 Penggolongan Jiwa Berdasarkan PPDGJ

Sistem klasifikasi pada ICD (International Classification of Disease) dan


DSM (Diagnostic and Sttistical Manual of Mental Disorer) menggunakan sistem
kategori. ICD menggunakan sistem aksis tunggal (uniaksis), yang mencoba
menstandartkan diagnosis menggunakan definisi deskriptif dari berbagai sindrom,
serta memberikan pertimbangan untuk diagnosa banding. Kriteria diagnosis pada
DSM menggunakan sistem multtiaksis, yag menggambarkan berbagai gejala yang
harus ada agar diagnosis dapat ditegkakan. Multiaksisi tersebut meliputi sebagai
berikut :

Aksis 1 : sindroma klinis dan kondisi lain yang mungkin menjadi fokus
perhatian klinis

Aksis 2 : gangguan kepribadian dan retardasi mental

Aksis 3 : kondisi medis secara umu

Aksisi 4 ; masalah lingkungan dan psikososisal


Aksis 5 : penilaian fungsi secara global
Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia
(PPDGJ) pada awalnya disusun berdasarkan berbagai klasifikasi pada DSM,
tetapi pada PPDGJ III disusun berdasarkan ICD X. Secara singkat, klasifikasi
PPDGJ III meliputi :

F00-R09 : gangguan mental organik (termasuk gangguan mental


simtomatik)

F10-F19 : gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat


psikoaktif

F20-F29: Skizofrenia , gangguan skizotipal, dan gangguan waham


F30-F39 : gangguan suasana perasaan (mood/afektif)

8
F40-F48 : gangguan neurotik, gangguan somaoform, dan gangguan
terkait stress

F50-F59 : sindroma perilaku yanng berhubungan dengan gangguan


fisiologis dan faktor fisik

F60-F69 : gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa

F70-F79 : retardasi mental


F80-F89 : gangguan perkembangan psikologis
F90-F98 : gangguan perilaku dan emosional dengan onset biasanya
pada anak dan remaja

Secara umum klasifikasi gangguan jiwa menurut hasil riset


kesehatan Dasar tahun 2013 dibagi menjadi 2 bagian yaitu gangguan
jiwa berat/kelompok psikosa dan gangguan jiwa ringan meliputi
semua gangguan mental emosional yang berupa kecemasan, panik,
gangguan alam perasaan dan sebagainya. Untuk skizofrenia masuk
dalam kelompok gangguan jiwa berat.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang
menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada
individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran socialmacam-macam gangguan
jiwa dibedakan menjadi gangguan mental organik dan simtomatik, skizofrenia, gangguan
skizotipal dan gangguan waham, gangguan suasana perasaan, gangguan neurotik,
gangguan somatoform, sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis
dan faktor fisik, Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa, retardasi mental,
gangguan perkembangan psikologis, gangguan perilaku dan emosional dengan onset
masa kanak dan remaja.
3.2 Saran
Bagi para mahasiswa maupun para pembaca lainnya kami berharap makalah kami ini dapat
bermanfaat untuk kita semua, dan bagi kita seorang perawat kami berharap semoga
makalah kami ini dapat kita jadikan bahan dalam referensi pembelajaran.

1
Daftar pustaka

http://eprints.umm.ac.id/41478/3/BAB%20II.pdf. Diakses pada tanggal 29/10/19

http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=6173. Diakses pada tanggal 29/10/19


http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/KMK_No._HK_.02_.02-MENKES-73-
2015_ttg_Pedoman_Nasional_Pelayanan_Kedokteran_Jiwa_.pdf. Diakses pada tanggal 29/10/19

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/90e58bdb1609ff9f42d2f7f794397ab4.pdf. Diakses
pada tanggal 29/10/19

Anda mungkin juga menyukai