83 368 1 PB
83 368 1 PB
SARI
Eksponen saturasi (n) adalah salah satu parameter yang memainkan peran penting sekali
dalam pengestimasian saturasi air dengan menggunakan data log sumur. Permasalahan yang
telah diketahui secara meluas tetapi belum ditangani dengan optimum sampai sat ini adalah
adanya perbedaan yang berarti antara data eksponen saturasi yang diukur pada kondisi atmosfer
dan pada kondisi reservoir, akibat adanya perubahan sifat kebasahan (wettability) batuan,
sedangkan fakta menunjukkan bahwa sebagian besar data tersebut diukur pada kondisi atmosfer.
Artikel ini menyoroti kembali permasalahan lama yang masih tetap aktual ini dengan tujuan
memperingatkan kembali pentingnya masalah ini. Penyebab-penyebab terjadinya perbedaan
tersebut seperti perubahan sifat kebasahan, efek ekstrasi, efek cara pensaturasian, dan efek
akibat kompresi dan pemanasan dibahas dengan cukup mendalam. Efek dari ketidakpastian
dalam estimasi saturasi air akibat data eksponen saturasi yang tidak representatif juga disajikan
secara grafis. Tulisan ini ditutup dengan diskusi mengenai kemungkinan-kemungkinan yang
dapat diambil dalam meminimalisasi kemungkinan terjadinya perubahan sifat kebasahan batuan
agar batuan percontoh yang hendak diukur di laboratorium memiliki sifat kebasahan yang
merepresentasikan keadaan di reservoir.
Kata kunci: sifat kebasaan, sifat kelistrikan, eksponen saturasi, temperatur, tekanan, saturasi
air, kesalahan estimasi.
ABSTRACT
Saturation exponent (n) is an important parameter in the estimation of water satura-
tion using well log data. The widely acknowledged fact but has hardly been dealt with
properly to date is that there is significant difference between saturation exponents that
are measured under atmospheric and that measured under reservoir conditions. Changes
in rock wettability are thought to be the major cause of the difference. This fact becomes
a problem when it is well aware that most of laboratory measurements for saturation
exponent are made under atmospheric condition. This article presents this old problem
with an aim to remind about its importance and impact. Causes such as changes in
wettability, effect of extraction, effect of saturating method, and effect of compression
and heating are discussed thoroughly. Errors in the estimation of water saturation due to
inaccuracies in saturation exponent data are also presented graphically. This article is
ended by a discussion over possibilities of special treatments that can be adopted in
order to ensure representativeness of reservoir rocks taken for the saturation exponent
laboratory measurement
Key words: wettability, resistivity, saturation exponents, temperature, pressure, water satu-
ration, misinterpretation.
20
PERUBAHAN SIFAT KEBASAHAN FLUIDA LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
BAMBANG WIDARSONO VOL. 42. NO. 1, APRIL 2008: 20 - 28
21
PERUBAHAN SIFAT KEBASAHAN FLUIDA LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
BAMBANG WIDARSONO VOL. 42. NO. 1, APRIL 2008: 20 - 28
(1), dan sesuai dengan yang disajikan pada Gambar bersifat netral sampai basah minyak (oil wet) (Cuiec,
(1), maka sudut kontak dapat diekspresikan sebagai 1975). Lowe dkk. (1973) adalah salah satu contoh
pengamat yang menunjukkan bukti bahwa terjadi
σ −σ
cos θ = so sw
(2)
reaksi antara permukaan batugamping dan senyawa
σ wo
asam minyak mentah sehingga membentuk lapisan
film tipis dipermukaan yang bersifat menyerap.
Tegangan adhesi positif mengindikasikan bahwa
Meskipun minyak mentah banyak memiliki
fasa cairan yang lebih berat cenderung membasahi
komponen asam lemah, tetapi ada jenis-jenis minyak
permukaan padatan, sedangkan tegangan adhesi nol
mentah yang memiliki fraksi resin dan aspal yang
menandakan kedua cairan cenderung memiliki afinitas
cukup besar. Kedua jenis senyawa ini mengandung
yang sama dengan permukaan padatan. Makin besar
senyawa berinti ganda yang dapat bersifat asam
tegangan adhesi dan makin kecil sudut kontak maka
maupun basa. Dengan adanya komponen ini maka
makin mudah bagi fasa pembasah (wetting phase)
batupasir dan batugamping dapat saja masing-masing
untuk melekat dan menyebar di permukaan padatan.
bersifat basah minyak dan basah air, meskipun
Sebaliknya, jika sudut kontak besar maka diperlukan
tingkatnya sangat ditentukan oleh kuantitas dari kedua
energi dari luar untuk memaksakan fase pembasah
komponen tersebut (mis: Denekas dkk. 1959). Tabel
tersebut untuk menyebar di permukaan padatan.
1 menyajikan hasil studi laboratorium dari Treiber
Secara konvensi dapat dianggap bahwa jika suduk
kontak adalah lebih kecil dari 90o maka fasa cairan dkk. (1972) dan Chillingarian & Yen (1983) mengenai
yang lebih berat adalah bertindak sebagai fase kecenderungan kebasahan dari beberapa sampel
pembasah. Demikian pula sebaliknya, dan sudut batupasir dan karbonat.
kontak 90 o umumnya dianggap sebagai sifat Dari pembahasan singkat di atas dapat dilihat
kebasahan yang netral di mana sifat membasahi dari bahwa sifat kebasahan ini erat sekali kaitannya
kedua cairan cenderung sama. Sebagai pembanding dengan komposisi kimia, dan juga derajat keasaman,
Treiber dkk (1972) dalam sistem air - minyak dari padatan dan fluida-fluida yang bersangkutan.
menggunakan 0o – 75o untuk basah air, 75o – 105o Komposisi kimia yang berbeda-beda ini juga
untuk netral, dan 105o – 180o untuk basah minyak. merespon terhadap pengaruh faktor eksternal, seperti
Dari kedua litologi yang umum membentuk batuan tekanan dan temperatur, dengan cara yang berbeda-
reservoir, secara umum batupasir cenderung memiliki beda. Perubahan dalam respon inilah yang kemudian
permukaan yang bersifat asam dibanding dengan akan membuat adanya perubahan dalam sifat
batugamping (karbonat) sehingga mudah untuk kebasahan yang pada gilirannya akan mempengaruhi
bereaksi dan menyerap senyawa basa dengan mudah, sifat-sifat fisik batuan lainnya.
sementara senyawa asam akan ditolak. Komponen
II. STUDI KASUS
organik polar utama dari minyak mentah umumnya
adalah bersifat asam lemah sehingga tidak akan Dikenal tiga parameter sifat kelistrikan, disebut
mudah untuk terserap oleh permukaan SiO2 dari parameter Archie, yang datanya diperoleh dari
batupasir. Hal inilah yang membuat batupasir secara pengukuran di laboratorium yaitu faktor sementasi
umum cenderung untuk bersifat netral dan
basah air (water wet). Berbagai studi telah
mengamati hal ini. Salah satunya adalah Block Tabel 1
dan Simms (1967) yang dengan baik mem- Kecenderungan kebasahan secara relatif pada
batupasir dan karbonat (dari Tiab & Donaldson, 2004)
perlihatkan senyawa basa octadecylamine
dengan mudah terserap oleh permukaan gelas, Chilingarian & yen
Treiber dkk (1972)
sementara asam stearic yang digunakan tidak Kebasahan (1983)
terserap sama sekali. Silikat, % Karbonat, % Karbonat, %
Berbeda dengan batupasir, permukaan Basah air 43 8 8
batuan karbonat memiliki sifat basa sehingga
Netral 7 4 12
dengan mudah dapat bereaksi dengan se-
Basah minyak 50 88 80
nyawa asam di dalam minyak mentah. Hal ini
yang menyebabkan batugamping cenderung
22
PERUBAHAN SIFAT KEBASAHAN FLUIDA LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
BAMBANG WIDARSONO VOL. 42. NO. 1, APRIL 2008: 20 - 28
(m), eksponen saturasi (n), dan tortuosity (a). Berikut Sweeney & Jennings (1960) jauh sebelumnya.
ini adalah beberapa contoh yang relevan di mana sifat- Mereka mengamati bahwa dari percontoh batuan
sifat kelistrikan tersebut dapat termodifikasi akibat karbonat yang tadinya basah minyak dan memiliki
penanganan percontoh yang tidak seksama. eksponen saturasi yang tinggi, bahkan bisa mencapai
8, tapi setelah diekstraksi dan dicuci dengan memakai
A. Efek ekstraksi
Di antara ketiga parameter Archie di atas maka
eksponen saturasilah yang paling terpengaruh oleh
sifat kebasahan karena memang parameter inilah
yang dipakai untuk menggambarkan sifat kebasahan
dari batuan reservoir. Dalam penggunaan model
saturasi air Archie
a Rw
=
n
Sw (3)
φ m Rt
maupun model-model turunannya dapat dilihat dengan
jelas bahwa kesalahan dalam penggunaan n akan
berdampak pada salahnya estimasi saturasi air (Sw)
yang dihasilkan. Hal ini akan berdampak langsung
terhadap estimasi akumulasi minyak atau gas di
tempat yang pada gilirannya akan berpengaruh
terhadap besarnya cadangan dari suatu lapangan. (φ,
R w , dan R t masing-masing adalah porositas,
resistivitas air, dan resistivitas batuan beserta fluida
yang dikandungnya.) Gambar 2
Efek pencucian percontoh atas eksponen
Mengingat pentingnya parameter ini maka
saturasi (Anderson, 1986)
pengukuran eksponen saturasi di laboratorium
seharusnya dilakukan pada saat percontoh masih pada
keadaan reservoir. Hal ini memang menyulitkan
karena mengganggu perhitungan saturasi dan segi-
segi praktis lainnya, sehingga praktek yang umum
dilakukan adalah dengan mencuci dan mengekstraksi
cairan dan garam-garaman yang ada sehingga
pengukuran dilakukan pada percontoh dalam keadaan
bersih.
Anderson (1986) memperlihatkan dengan baik
sekali efek dari pencucian percontoh terhadap hasil
pengukuran eksponen saturasi. Gambar 2 menyajikan
plot antara indeks resistivitas (IR), yang merupakan
rasio Rt/Ro di mana Ro adalah resistivitas percontoh
saat tersaturasi sepenuhnya oleh air, versus saturasi
air dengan n diwakili oleh kemiringan dari garis plot.
Dari plot pada Gambar 2 terlihat bahwa ekstraksi dan
pencucian mengubah harga eksponen saturasi dari
2,71 menjadi 1,91. Penurunan tersebut dapat dianggap
sangat berarti. Gambar 3
Efek proses pensaturaan percontoh atas
Masih sehubungan dengan itu efek dari sifat eksponen saturasi (Lewis dkk, 1988)
kebasahan atas percontoh karbonat dipelajari oleh
23
PERUBAHAN SIFAT KEBASAHAN FLUIDA LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
BAMBANG WIDARSONO VOL. 42. NO. 1, APRIL 2008: 20 - 28
24
PERUBAHAN SIFAT KEBASAHAN FLUIDA LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
BAMBANG WIDARSONO VOL. 42. NO. 1, APRIL 2008: 20 - 28
Dalam proses aging yang sebenarnya percontoh perubahan tersebut, tetapi salah satu kemungkinan
direndam di dalam air formasi dan minyak selama adalah termodifikasinya kontinuitas fasa air di dalam
beberapa lama untuk dikembalikan sifat kebasahan jaringan pori percontoh sehingga memodifikasi
aslinya. Jika dalam proses pensaturasian (terutama konduktifitas listrik secara keseluruhan. Kemungkinan
dalam sistem minyak - air) di atas beberapa batuan akan termodifikasinya sifat kebasahan akibat
mengalami pensaturasian dengan waktu yang kompresi diperkirakan kecil.
berbeda-beda maka secara efektif batuan-batuan Lain halnya yang terjadi dengan pengaruh panas.
tersebut akan mengalami proses aging yang berbeda- Efek dari panas pada indeks resistivitas (IR) adalah
beda sehingga cenderung akan memiliki sifat cukup berarti seperti yang disajikan oleh (Gambar 5).
kebasahan yang berbeda-beda meskipun berasal dari Plot pada (Gambar 5) merupakan kelakuan tipikal dari
satu reservoir.
Efek dari aging ini secara baik
dikemukakan oleh Emery dkk (1970)
dalam studi pendesakan dengan
menggunakan percontoh sintetik
(sandpack). Mereka menemukan
percontoh yang makin bersifat basah air
dengan makin lamanya aging. Mereka
menyimpulkan bahwa perubahan sifat
kebasahan menimbulkan distribusi saturasi
fluida yang berbeda sehingga hasil uji
pendesakanpun menjadi berbeda (Gambar
4). Hal ini terbukti dari faktor perolehan
minyak akibat pendesakan oleh air yang
berbeda-beda meskipun dipakai sandpack Gambar 6
yang sama tapi telah mengalami perubahan Pengaruh panas pada sifat kebasahan batuan.
sifat kebasahan. Tapi mereka juga Bertambahnya panas cenderung membuat batuan
menemukan bahwa setelah proses aging menjadi lebih basah air
selama 500 jam maka sifat kebasahan tidak
akan banyak berubah.
C. Efek kompresi dan panas
Pengaruh kompresi atas eksponen
saturasi dipelajari oleh beberapa investi-
gator antara lain Lewis dkk (1988) dan
Soendenaa dkk (1989). Dengan menggu-
nakan rentang stres 0 – 5000 psi Lewis
dkk menunjukkan bahwa terjadi perubahan
sekitar 8% untuk percontoh basah air dan
4% untuk percontoh basah minyak. Mirip
dengan hasil di atas, Soendenaa dkk
dengan menggunakan minyak mentah
‘hidup’ melihat adanya perubahan sekitar
15%.
Meskipun relatif kecil perubahan Gambar 7
antara 4% – 15% tetaplah merupakan Potensial kesalahan dalam penggunaan model saturasi
air Archie dengan menggunakan data eksponen
kontribusi yang berarti di samping saturasi yang salah. Empat skenario
penyebab-penyebab lainnya. Tidak terlalu model Archie digunakan
konklusif apa yang menyebabkan
25
PERUBAHAN SIFAT KEBASAHAN FLUIDA LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
BAMBANG WIDARSONO VOL. 42. NO. 1, APRIL 2008: 20 - 28
26
PERUBAHAN SIFAT KEBASAHAN FLUIDA LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
BAMBANG WIDARSONO VOL. 42. NO. 1, APRIL 2008: 20 - 28
n = 2,9. Secara efektif kesalahan ini mengubah dari Dalam prakteknya, percontoh harus dibersihkan
suatu resrvoir yang memiliki potensi keekonomian lebih dahulu dengan pelarut, asam, uap, atau
yang baik menjadi reservoir yang bersifat marjinal pemanasan sampai 250 oC dengan maksud memutus
secara keekonomian. Kesalahan yang disajikan senyawa organik yang ada di dalamnya, meskipun
kedua contoh di atas tentu akan menghasilkan pemanasan setinggi itu dapat menyebabkan dehidrasi
implikasi yang berbeda dalam kaitannya dengan pada lempung yang mungkin ada pada batuan
langkah lanjut yang harus diambil. sehingga mengubah sifat kimiawi dari permukaan
batuan. Setelah pencucian, perlakuan-perlakuan yang
IV. DISKUSI PENUTUP tersebut di atas dilaksanakan atas percontoh batuan
Sifat kebasahan dari batuan reservoir memainkan sesuai dengan kebutuhan dan kemudian dikeringkan
peranan besar dalam menentukan distribusi saturasi sampai 110 oC sehingga zat-zat aditif dapat menempel
fluida, laju alir produksi, dan tingkat perolehan dengan baik di permukaan batuan.
hidrokarbon dari suatu reservoir. Selama proses Pengubahan sifat kebasahan harus dilakukan
pemboran, pengambilan percontoh (coring), dan dengan sangat hati-hati karena sifat kebasahan yang
preparasi di laboratorium menjelang pengujian, batuan akan dihasilkan tergantung dari (Tiab & Donaldson,
reservoir seringkali telah mengalami perubahan 2004):
dalam hal sifat kebasahannya. Untuk keperluan - Komposisi mineral dari batuan;
evaluasi yang menyangkut situasi awal suatu reser-
- Prosedur pencucian yang digunakan;
voir, seperti evaluasi ”volume awal hidrokarbon di
tempat”, maka batuan reservoir yang diambil sebagai - Tipe aditif yang digunakan (silane, asphaltenes,
percontoh tersebut harus mengalami alterasi sifat dsb);
kebasahan agar dapat diuji dalam kondisi awal reser- - Konsentrasi aditif di dalam pelarut yang akan
voir. diinjeksikan ke dalam percontoh; dan
Di sisi lain ada kasus-kasus di mana sifat - Prosedur yang digunakan untuk mengeringkan
kebasahan suatu reservoir ingin diubah untuk percontoh batuan.
memperoleh sifat kebasahan yang sesuai sehingga Meskipun keseragaman sifat kebasahan untuk
dapat memaksimalkan tingkat perolehn hidrokarbon. semua percontoh batuan tidak selalu bisa diperoleh
Sebagai contoh adalah batuan reservoir yang sangat tetapi pendekatan ini telah sering dicoba dengan hasil
bersifat basah minyak kuat sehingga memiliki tingkat bervariasi (mis. Singhal & Dranchuk, 1975, seperti
saturasi minyak tersisa setelah diproduksikan (residual yang dikutip oleh Tiab & Donaldson, 2004).
oil saturation, ROS) yang tinggi. Untuk mencapai hal
ini maka percontoh harus mengalami alterasi agar V. KESIMPULAN
kondisi awal dapat diubah menjadi kondisi seperti yang Beberapa butir kesimpulan utama yang dapat
diinginkan. ditarik dari studi ini adalah:
Dengan demikian, sifat kebasahan dari batuan - Perubahan sifat kebasahan fluida pada batuan
reservoir sebenarnya dapat diubah sesuai dengan reservoir dapat mengubah distribusi saturasi air
keinginan. Ada beberapa metoda yang dapat dipakai dan eksponen saturasi secara berarti;
untuk mengubah sifat kebasahan (Tiab & Donaldson,
- Praktek-praktek dalam pemboran, pengambilan
2004):
percontoh, dan preparasi percontoh dapat
- Penggunaan organosilanes dengan formula mengubah sifat kebasahan;
umum (CH4)nSiClx yang akan menghasilakan HCl
- Perubahan sifat kebasahan dapat menimbulkan
pada permukaan batuan dan mengekspos grup
kesalahan yang fatal jika eksponen saturasi yang
CH 3- sehingga menghasilkan karakter basah
tidak representatif dipakai untuk mengestimasi
minyak;
saturasi fluida dalam analis log;
- Aging dalam minyak mentah bertekanan;
- Sifat kebasahan dapat diubah sesuai dengan
- Penggunaan asam-asam naphtenics; kebutuhan; dan
- Penggunaan asphaltenes; dan - Perlu sosialisasi yang lebih intensif mengenai isu
- Penambahan surfaktan pada fluida. lama perubahan sifat kebasahan secara tidak
27
PERUBAHAN SIFAT KEBASAHAN FLUIDA LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
BAMBANG WIDARSONO VOL. 42. NO. 1, APRIL 2008: 20 - 28
dikehendaki ini, sehingga ketidakpastian yang 10. Lo, H.Y. & Mungan, N. (1973). “Effect of tem-
selalu melingkupi usaha-usaha estimasi cadangan perature on water-oil relative permeability in oil-
hidrokarbon dapat dikurangi. wet and water-wet systems”. Soc. Petrol. Eng.,
Paper 4505, 48th Annual Conf., Las Vegas – NV,
KEPUSTAKAAN Sept 30 – Oct 3, 12 pp.
1. Anderson, W.G. “Effect of wettability on the elec-
11. Longeron, D.G., Argaud, M.J. & Feraud, J.P.
trical properties of porous media”. J. Pet. Tech.,
(1986) Effect of overburden pressure, nature, and
Desember, pp. 1371 – 1378.
microscopic distribution of the fluids on electrical
2. Block, A. & Simms, B.B. (1967). “Desorption properties of samples. Soc. Petrol. Eng. Paper
and exchange of absorbed octadecylamine and 15383.
stearic acid on steel and glass”. J. Colloid and
Interface Sci., Vol. 25, p.514. 12. Lowe, A.C., Phillips, M.C. & Riddiford, A.C.
(1973). “On the wettability of carbonate surfaces
3. Chilingarian,G.V. & Yen, T.F. (1983). “Some notes
by oil and water”. J. Can. Petrol. Tech., vol: 12,
on wettability and relative permeabilities of car-
No. 44, April – June, pp. 33 – 40.
bonate rocks”. Energy Sources, Vol. 7, No. 1,
pp. 67 – 75. 13. Poston, S.W., Ysrael, S.C., Hossain, A.K.M.S.,
4. Cuiec, L.E. (1975). “Restoration of the natural Montgomery, E.F. & Ramey, H.J., Jr. (1970). “The
state of core samples”. Soc. Petrol. Eng. Paper effect of temperature on irreducible water satu-
5634, Annual Tech. Conf., Dallas, TX, Sept. 28 – ration and relative permeability of unconsolidated
Oct. 1. sands”. Soc. Petrol. Eng. J., Vol. 10, No.2, June,
5. Denekas, M.O., Mattax, C.C. & Davis, G.T. pp. 171 – 180.
(1959). “ Effect of crude oil composition on rock 14. Singhal, A.K. & Dranchuk, P.M. (1975).
wettability”. Trans AIME, Vol. 216, pp. 330 – “Wettability control of glass beads”. Can. J.
333. Chem. Eng., Vol. 53, February, pp. 3 – 8.
6. Edmondson, T.A. (1965). “Effect of temperature
15. Sweeney, S.A. & Jennings, H.Y. (1960). “Ef-
on waterflooding”. J. Can. Petrol. Tech., Vol. 4,
fect of wettability on the electrical resistivity of
No. 4, Oct – Dec, pp. 236 – 242.
carbonate rock from a petroleum reservoir”. J.
7. Emery, L.W., Mungan, N. & Nicholson, R.W. Phys. Chem., Vol. 64, May, pp. 551 – 553.
(1970). “Caustic slug injection in the Singleton
field”. Soc. Petrol. Eng. JPT, Vol. 22, December, 16. Tiab, D. & Donaldson, E.C. (2004).
pp. 1569 – 1576. “Petrophysics: Theory and practice of measur-
8. Keller, G.V. (1953). “ Effect of wettability on the ing reservoir rock and fluid transport properties”.
electrical resistivity of sands”. Oil & Gas j. Vol. Gulf Professional Publishing, 200 Wheeler Road,
51, No.1, January, p. 65. Burlington, MA 01803, USA, p. 889.
9. Lewis, M.G., Sharma, M.M. & Dunlap, H.F. 17. Treiber, L.E., Archer, D. & Owens, W.W. (1972).
(1988). “Wettability and stress effect saturation “A laboratory evaluation of the wettability of fifty
and cementation exponents”. SPWLA 29th Ann. oil producing reservoirs”. Soc. Petrol. Eng. J.,
Logging Symp., paper K, June 5 – 8. Vol. 12, No. 6, December, pp. 531 – 540.
28