Anda di halaman 1dari 7

TUGAS BIOTEKNOLOGI PRODUKSI METABOLIT

“ Mikropropagasi”

Oleh :
Nama : Riskawati
Nim : 18.01.316
Kelas : Transfer A 2018

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR


MAKASSAR
2019
1. MIKROPROPAGASI
A. DEFENISI MIKROPROPAGASI
Mikropropagasi adalah pengembangbiakan tanaman secara in vitro dengan metode kultur
jaringan
(Pierick,1987).

Mikropropagasi secara umum dapat diartikan sebagai usaha menumbuhkan bagian


tanaman dalam media aseptis kemudian memperbanyak bagian tanaman tersebut
sehingga dihasilkan tanaman sempurna dan jumlah banyak. Tujuan utamanya adalah
memproduksi tanaman dalam jumlah besar dari waktu yang singkat (Netty dan
jessica,2018).

Kultur jaringan dapat didefinisikan sebagai bagian jaringan tanaman yang telah dipisahkan
dari tanaman asalnya dan ditumbuhkan dalam keadaan steril pada suatu medium artifisial
dan sel-selnya mampu tumbuh dan mengadakan pembelahan. Dasar dari kultur jaringan
adalah teori sel yang dikemukakan oleh Schwann dan Schleiden (1833), yang menyatakan
bahwa sel tumbuhan merupakan satuan biologis terkecil yang mampu melakukan aktivitas
metabolisme, reproduksi dan tumbuh. Dari teori tersebut timbullah teori totipotensi sel
tumbuhan yang menyatakan bahwa semua sel tumbuhan mengandung informasi genetik
yang sama sehingga apabila sel tumbuhan tersebut ditanam pada media yang sesuai
mampu tumbuh menjadi tumbuhan baru (Pierick, 1987).

Keuntungan tehnik mikropropagasi secara in vitro dibanding dengan tehnik konvensional :


 Propagasi secara in vitro lebih cepat dibanding tehnik konvensional
 Dengan sejumlah kecil jaringan tanaman dapat dihasilkan tanaman/ individu baru
(plantlet) dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang relatif cepat.
 Sifat tanaman baru sama (identik) dengan tanaman induknya.
 Dapat digunakan untuk tanaman yang sukar dikembangbiakkan
 Bebas dari pengaruh penyakit.
 Tidak tergantung pada letak geografis dan cuaca.
 Dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama.
Adapun kerugian dari metode mikropropagasi
 kondisi harus selalu steril dan biaya yang diperlukan relatif lebih mahal
(Pierick,1987)

B. TAHAPAN MIKROPROPAGASI
Proses mikropropagasi dilakukan melalui beberapa tahapan, Menurut Murrashige ada 3
tahapan dalam multiplikasi tanaman secara in vitro yaitu :
1. Tahap permulaan : Seleksi dan persiapan tanaman induk
Sebelum melakukan mikropropagasi secara seksama diseleksi tipe dan varietas dari
tanaman induk yang bebas penyakit. Tahapan ini penting agar tingkat kontaminasi dari
eksplan berkurang dan merupakan suatu tahap yang ikut menentukan dalam program
mikropropagasi.
2. Tahap I: Penetapan suatu kultur steril
Langkah permulaan dalam proses mikropropagasi adalah untuk memperoleh kultur
steril dari bahan tanaman terpilih. Sukses pertama yang diperoleh pada tahap ini
adalah bahwa eksplan dapat dipindahkan kelingkungan kultur dan yang kedua adalah
eksplan itu bisa tumbuh. Tahap ini dianggap memuaskan bila sejumlah eksplan dapat
bertahan tanpa kontaminasi dan selanjutnya tumbuh.
3. Tahap II: Produksi kuncup-kuncup yang sesuai
Maksud dari tahap II adalah memperoleh multiplikasi dari organ sehingga terjadi
perturabuhan tanaman baru yang sempurna. Kuncup-kuncup yang dihasilkan pada
tahap II dapat dikultur kembali untuk memperoleh jumlah yang banyak.
4. Tahap III: Persiapan untuk tumbuh dalam lingkungan alam
Kuncup-kuncup atau plantlet-plantlet yang berasal dari tahap II sangat kecil dan belum
mampu untuk tumbuh sendiri di tanah. Pada tahap III ini individu plantlet dapat tumbuh
dan melakukan fotosintesa dan bertahan hidup tanpa pemberian karbohidrat, yang juga
termasuk dalam tahap III ini ialah penumbuhan akar secara in vitro dari kuncup-kuncup
tersebut untuk kemudian dipindahkan ke tanah.
Menurut Debeigh dan Maene tahap III dibagi dalam dua bagian :
 Tahap III A : perpanjangan kuncup selama tahap II untuk mendapatkan kuncup
yang sama
buat tahap III B.
 Tahap III B: pengakaran secara in vitro tunas tahap III A.
Tahap IV: Pemindahan ke lingkungan alam, untuk memindahkan
plantlet dari in vitro ke ekstra vitrum adalah sangat penting, Jika tidak
diselenggarakan dengan hati-hati, maka pemindahan dapat
mengakibatkan kehilangan tanaman yang cukup berarti(Pierick,1987 ;
Indrayanto 1986).

C. METODE MIKROPROPAGASI
Metode-metode yang secara teoritis digunakan untuk propagasi tanaman secara in vitro
(mikropropagasi) antara lain :
 Multiplikasi dari kuncup ketiak.
 Pembentukan kuncup dan/ atau pembentukan embrio somatik baik secara langsung
pada bagian jaringan atau organ tanaman induk dan/ atau tidak langsung melalui
massa kalus.

Skema Metode Mikropropagasi


1) Propagasi tanaman dari kuncup ketiak
Metode ini sangat umum digunakan, dan dalam penggunaannya ada dua cara antara
lain :
1. Shoot "tip" culture
2. single "node” culture
Keduanya tergantung pada stimulasi pertumbuhan dari kuncup ketiak, dengan cara
mengatasi pengaruh pertumbuhan dari meristem apikal.
1. Shoot "tip" culture Merupakan metode yang umum digunakan untuk
mikropropagasi tanaman komersial. Eksplan yang digunakan adalah kuncup
ketiak daun dan kuncup ujung batang. Pengaruh dari pertumbuhan meristem
apikal dihilangkan, dan untuk perkembangan eksplan selanjutnya dapat
distimulir dengan pemberian hormon pertumbuhan pada media pertumbuhan.
Hasilnya adalah tumbuhan kecil dengan kuncup yang bercabang banyak.
Kuncup-kuncup yang terbentuk dapat digunakan sebagai eksplan baru. Pada
penanaman sebaiknya digunakan kuncup-kuncup besar Skema metode Shoot
"tip" culture dapat dilihat pada gambar berikut

Shoot tip
2. Single "node" culture Metode ini merupakan tehnik in vitro lain yang dapat
dipakai untuk propagasi kuncup ketiak tanaman, Ujung kuncup ditumbuhkan
menjadi kuncup yang tidak bercabang sepanjang 5 - 10 cm yang mengandung
beberapa buku (node) yang nyata dan dapat dipisahkan.

Skema single node


Kuncup-kuncup ketiak yang baru yang diperoleh dari kedua raetode tersebut diatas,
dapat ditumbuhkan lagi menjadi kuncup yang tidak bercabang untuk memulai subkultur
baru.Multiplikasi plantlet dari kuncup ketiak dimulai dengan lambat, tetapi kemudian
meningkat selama beberapa kali pengkulturan dan akhirnya menjadi konstan pada
siklus subkultur seterusnya. Tanaman yang diperoleh dari kultur kuncup ketiak biasanya
horaogen secara fenotipe, dengan demikian menunjukkan kestabilan genetik
(Pierick,1987).
2) Propagasi melalui pembentukan organ secara langsung Inisiasi kuncup secara
langsung
Dalam metode ini kuncup-kuncup (tunas adventif) tumbuh langsung dari jaringan
eksplan tanpa melalui kalus. Tetapi pembentukan kuncup tersebut dapat diikuti oleh
pembelahan sel yang tidak terorganisasi, dan jaringan regenerasi ini dapat digolongkan
sebagai kalus. Jaringan ini idealnya tidak dipakai sebagai materi'eksplan untuk
subkultur tahap kedua. Pembentukan jaringan ini dapat dikurangi dengan raengatur
hormon pertumbuhan dalam media. Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan
metode ini adalah Multiplikasi kuncup lebih mudah diperoleh dan Propagasi dapat lebih
cepat terutama sejumlah kuncup kecil tumbuh secara cepat dari setiap
eksplan.Beberapa eksplan tertentu secara in vitro mampu langsung raenghasilkan
embrio. Kejadian ini hanya terbatas pada jaringan pre-embrional.
3) Propagasi melalui pembentukan organ secara tidak langsung
a. Inisiasi kalus
Bagian ini membicarakan tentang kalus dengan kemampuannya membentuk
kuncup dan selanjutnya plantlet. Karena kuncup yang terbentuk bukan berasal dari
jaringan tanaman induk, tetapi berasal dari kultur kalus atau kultur suspensi, maka
dikatakan regenerasi secara tidak langsung. Kultur kalus mempunyai kemampuan
morfogenesis yang berbeda beda. Dalam praktek, kecepatan dan efisiensi
regenerasi plantlet dari kalus tergantung dari interval antara inisiasi kultur dan
morfogenesis, kecepatan dan jumlah inisiasi kuncup, regenerasi tunas harus sudah
siap bila kalus sudah di subkultur, jumlah subkultur yang dimungkinkan tanpa
kehilangan morfogenesis, inisiasi tunas yang baru dapat tumbuh menjadi tunas dan
akar
b. Metode perbanyakan secara in vitro
Metode perbanyakan vegetatif tanaman secara in vitro merupakan pengembangan
dari tehnik-tehnik perbanyakan vegetatif yang telah dilakukan secara konvesional
seperti stek, layering dan cangkok. misalnya stek adalah merangsang terbentuknya
organ adventif (akar pada stek batang, akar dan tunas pada stek daun dan stek
akar). Perbanyakan vegetatif secara in vitro juga dapat memperbanyak sebelum di
pindahkan ddari tabung kultur ke lapangan (Netty dan jessica,2018).

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DALAM PERBANYAKAN IN VITRO


 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis tanaman dalam
perbanyakan in- vitro dapat di golongkan menjadi :
1. Bahan tanaman (eksplan) yang digunakan (genotipe dan fisiologi tanaman)
2. Media, mencakup komponen penyusun media dan zat pengatur pertumbuhan
tanaman yang digunakan.
3. Lingkungan tumbuh yakni keadaan fisik tempat kultur ditumbuhkan.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan perbanyakan in vitro :
1. Media mikropropagasi
Keberhasilan tehnik mikropropagasi juga sangat tergantung pada media yang
digunakan, Nutrien yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang optimal dari jaringan
bermacam-macam, tergantung jenis tanamannya Terlepas dari komposisi atau
konsentrasinya, media umumnya berisi:
a) anorganik makronutrien: dalam hal ini nitrat, amonium, fosfat, kalium,
kalsium, magnesium dan sulfat
b) anorganik mikronutrien: yaitu bermacam-macam logam berat misalnya
kobalt, tembaga, molibdat, besi dll.
c) Vitamin-vitamin: berupa tiamin, piridoksin, myoinositol, nikotinamid dan
asam amino seperti sistein, glisin dan kasein hidrolisat.
d) Sebagai sumber karbon: adalah sukrosa, glukosa, fruktosa dan laktosa.
2. Peranan hormon/ zat pengatur tumbuh dalam mikropropagasi.
Untuk mempercepat perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur jaringan
selain unsur media diatas juga perlu ditambahkan hormon-hormon pertumbuhan.
Zat pengatur tumbuh atau hormon pertumbuhan (growth regulator) adalah senyawa
organik yang bukan nutrient, yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung,
menghambat dan dapat merubah proses fisiologis tumbuhan Di dalam dunia
tumbuhan, zat pengatur tumbuh/
hormon pertumbuhan mempunyai peranan dalam pertumbuhan dan perkembangan
untuk kelangsungan hidupnya Zat pengatur tumbuh di dalam tanaman terdiri dari
lima kelompok yaitu :
- Auksin
- Sitokinin
- Oibrelin
- Etilen
- Inhibitor
Dua kelompok yang disebut terdahulu adalah hormon pertumbuhan yang paling
penting untuk tumbuh dan morfogenesis dalam kultur jaringan tanaman.
Pertumbuhan dan morfogenesis in vitro tergantung pada interaksi dan
keseimbangan hormon pertumbuhan
yang ada pada media dan hormon yang diproduksi oleh kultur sel(Indrayanto,1986).
DAFTAR PUSTAKA

Deviyanti, J.Netty.widyastuti.2018.kultur jaringan.Teori dan praktek perbanyakan tanaman


secara in vitro.penerbit andi.Yogyakarta.

Indrayanto,G.1986.Prospek kultur jaringan tanaman pada bidang farmasi.Buletin


ISFI Jatim.

Pierick,R.L.M.1987. In Vitro Culture Of Higher Plants Martinus.Nijhoff


publisher.dordrecht/boston/lancasther.

Anda mungkin juga menyukai