Dibimbing oleh:
Drh. Rr Soesatyoratih, MSi
Disusun oleh:
Tujuan
Tindakan pembedahan kastrasi bertujuan untuk sterilisasi hewan jantan,
terapi dalam menanangani kasus-kasus patologi pada testis atau scrotum dan untuk
melatih keterampilan mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) dalam
melakukan pemeriksaan kondisi hewan pre-operasi, operasi, dan perawatan post
operasi.
METODE
Pemeriksaan Darah
Alat dan bahan yang akan digunakan dalam pemeriksaan darah
dipersiapkan. Pengambilan darah pada kucing dilakukan melalui vena cephalica
antebrachii yang terdapat pada kaki depan. Rambut pada area yang akan diambil
darahnya dicukur menggunakan clipper untuk memudahkan dalam mencari
pembuluh darah. Turniket dipasang untuk membendung pembuluh darah.
Pembuluh darah yang sudah terfiksasi diusap dengan kapas alkohol secara searah
yang akan menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah sekitar sehingga
pengambilan darah lebih mudah dilakukan. Pengambilan darah dilakukan
menggunakan syringe 3 mL dan needle 25G. Darah yang sudah diambil
dimasukkan ke vacutainer yang berisi EDTA (Ethylenediaminetetraacetic acid)
kemudian dihomogenkan dengan cara memutar seperti angka 8. Tabung vacutainer
dibawa ke Laboratorium Diagnostik Klinik RSHP FKH-IPB untuk diperiksa secara
langsung menggunakan mesin hematologi.
Pre-Operasi
Preparasi Ruang Operasi
Operasi dilakukan di Ruang Bedah Hewan Kecil RSHP FKH IPB. Ruang
operasi yang digunakan dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran dengan disapu
supaya terbebas dari debu, kemudian disterilkan dengan radiasi atau dengan
desinfektan (alkohol 70%). Perlengkapan pada ruang operasi meliputi lampu, tiang
infus, meja alat, meja operasi, dan meja obat-obatan.
Persiapan Alat
Sterilisasi pada alat-alat bedah bertujuan untuk menghilangkan seluruh
mikroba yang terdapat pada alat-alat bedah agar jaringan yang steril atau pembuluh
darah pada pasien yang akan dibedah tidak terkontaminasi oleh mikroba patogen.
Peralatan bedah minor yang dipakai dalam operasi antara lain 4 buah towel clamp,
1 buah scalpel handle nomor 3, 1 buah scalpel handle nomor 4, 1 buah rat tooth
tissue forceps, 1 buah dressing thumb tissue forceps, 1 buah straight sharp-sharp
mayo scissors, 1 buah straight sharp-blunt mayo scissors, 1 buah straight blunt-
blunt mayo scissors, 1 buah curved sharp-sharp mayo scissors, 1 buah curved
sharp-blunt mayo scissors, 1 buah curved blunt-blunt mayo scissors, 4 buah straight
Kelly hemostat forceps, 2 buah curved Kelly hemostat forceps, 2 buah straight rat
tooth Kelly hemostat forceps, 2 buah curved rat tooth Kelly hemostat forceps, 1
buah needle holder, dan 1 buah lister bandage scissors.
Seluruh peralatan bedah minor tersebut dimasukkan ke dalam wadah
stainless steel sesuai dengan urutan (yang terakhir dipakai sampai yang pertama
kali dipakai) dan dibungkus dengan menggunakan dua lapis kain. Kain pertama
dibentangkan lalu wadah diposisikan di tengah kain dengan posisi sejajar dengan
kain yang berbentuk persegi. Sisi kain yang terdekat dengan tubuh dilipat hingga
menutupi wadah dan ujung lainnya yang bersebrangan dilipat ke arah mendekati
tubuh, dilanjutkan dengan sisi kanan dan sisi kiri. Setelah itu, kain kedua
dibentangkan dengan posisi diagonal terhadap wadah dan wadah diletakkan di
bagian tengah. Kemudian, ujung kain yang dekat dengan tubuh dilipat hingga
menutupi wadah, dilanjutkan dengan sisi kanan dan kiri. Selanjutnya, bagian kain
yang paling jauh dari tubuh dilipat menutupi wadah dengan ujung kain mengarah
ke luar. Peralatan yang telah dibungkus dimasukkan ke dalam UV sterilizer dan
disterilisasi selama 45 menit.
Persiapan Hewan
Hewan dilakukan pemeriksaan anamnese, signalement, dan status present
untuk mengetahui apakah hewan layak untuk dioperasi. Anamnese meliputi nama,
alamat, jenis hewan, ras, berat badan, jenis kelamin, dan warna bulu. Signaleman
dilakukan dengan menghitung frekuensi nafas, frekuensi jantung, temperature
tubuh, keadaan kelenjar limfonodus, adaptasi lingkungan, cara berjalan, dan selaput
lendir. Kemudian hewan dipuasakan 10 jam sebelum operasi. Setelah dilakukan
penimbangan bobot badan untuk menentukan dosis anaestesi yang akan
diinjeksikan, kucing diinjeksi dengan premedikasi atropine sulfat dengan dosis
0.025 mg/kg BB. Kemudian setelah 10 menit, baru dilakukan anaestesi dengan
menggunakan kombinasi ketamine HCl 10% dan xylazine 2%. Rambut kucing
kemudian dicukur dan didesinfeksi pada daerah testes. Kemudian daerah tersebut
diolesi dengan iodium tincture atau betadine. Setelah kucing teranastesi sempurna,
kastrasi baru dapat dilakukan. Hewan diperbolehkan memasuki ruangan operasi
dan diposisikan pada meja operasi, lalu diikat dengan tali handling simpul tomfool.
Persiapan Obat-Obatan
Obatan-obatan yang digunakan selama operasi ovariohisterektomi adalah
alkohl 70%, iodium tincture 3%, atropin sulfat 0.25 mg/mL, xylazine 2%, ketamine
HCl 10%, penisilin 50000 IU, perubalsem, dan infus berupa Ringer laktat.
Perhitungan Anastesi
Hewan diberikan atropin sulfat dengan rute subkutan (SC) sebagai sediaan
premedikasi. Setelah 10–15 menit, hewan dapat diberikan kombinasi ketaminee dan
xylazine dalam satu syringe dengan rute intramuskular (IM) sebagai sediaan
anestesi. Berikut adalah perhitungan volume pemberian atropin sulfat, ketaminee,
dan xylazine:
Premedikiasi
• Atropin Sulfat (0.25 mg/mL)
Jumlah pemberian = Berat badan x Dosis pemberian
Konsentrasi sediaan
= 3.06 kg x 0.025 mg/kgBB = 0.3 mL
0.25 mg/mL
Anastetikum
• Xylazin (2%)
Jumlah pemberian = Berat badan x Dosis pemberian
Konsentrasi sediaan
= 3.06 kg x 2 mg/kgBB = 0.3 mL
20 mg/mL
• Ketamine HCl (10%)
Jumlah pemberian = Berat badan x Dosis pemberian
Konsentrasi sediaan
= 3.06 kg x 10 mg/kgBB = 0.3 mL
100 mg/mL
Maintenance
• Ketamine HCl (10%)
Jumlah pemberian = Berat badan x Dosis pemberian
Konsentrasi sediaan
= 3.06 kg x 10 mg/kgBB = 0.3 mL
100 mg/mL
Pemberian 1/2 dosis = 1/2 x 0.32 mL = 0.15 mL
Preparasi Hewan
a) Anamnesa
Pemilik atas nama Rina datang ke RSHP FKH-IPB dengan keluhan bahwa
testis kucing Jordan terluka setelah tertabrak.
c) Pemeriksaan Fisik
1. Status Present
1.1 Keadaan Umum
Perawatan : Sedang
Habitus/ tingkah laku : Tulang punggung lurus/ Jinak
Gizi : Buruk
Pertumbuhan badan : Sedang
Sikap berdiri : Tegak pada 4 kaki
Suhu tubuh : 38.7 °C
Frekuensi nadi : 144 x/ menit
Frekuensi napas : 48 x/ menit
Telinga
- Posisi : Tegak keduanya
- Bau : Khas cerumen
- Permukaan daun telinga : Halus, licin, tidak ada perlukaan
- Krepitasi : Tidak ada
- Refleks panggilan : Ada
Leher
- Perototan : Teraba, simetris
- Trakhea : Teraba, tidak ada refleks batuk
- Esophagus : Teraba, kosong
- Ln. retrophayrngealis : Ukuran tidak berubah, kenyal, lobulasi
jelas, tidak ada perlekatan, suhu sama
dengan kulit sekitarnya, simetris.
1.4 Thorak
1.4.1. Sistem Pernapasan
Inspeksi
- Bentuk rongga thorax : Simetris
- Tipe pernapasan : Costalis
- Ritme : Teratur
- Intensintas : Dangkal
- Frekuensi : 48 x/ menit
Palpasi
- Penekanan rongga thorax : Tidak ada rasa sakit
- Palpasi intercostal : Tidak ada rasa sakit
Perkusi
- Lapangan paru-paru : Tidak ada perubahan
- Gema perkusi : Nyaring
Auskultasi
- Suara pernapasan : Suara vesicular terdengar
- Suara ikutan : Tidak ada
- Antara in- dan ekspirasi : Terdengar
Auskultasi
- Frekuensi : 144 x/ menit
- Intensitas : Kuat
- Ritme : Teratur
- Suara sistolik dan diastolik : Jelas
- Ekstrasistolik : Tidak ada
- Lapangan jantung : Tidak ada perluasan
- Sinkron pulsus dan jantung : Sinkron
Palpasi
- Epigastrikus : Tidak ada respon sakit
- Mesogastrikus : Tidak ada respon sakit
- Hypogastrikus : Tidak ada respon sakit
- Isi usus halus : Tidak teraba
- Isi usus besar : Tidak teraba
Auskultasi
- Peristaltik usus : Terdengar
Anus
- Sekitar anus : Bersih
- Reflex spinchter ani : Ada
- Pembesaran kolon : Tidak ada
- Kebersihan daerah perineal : Bersih
- Hubungan dgn vulva : Tidak ada perubahan
Palpasi
- Struktur pertulangan
− Kaki kiri depan : Simetris, tegas
− Kaki kanan depan : Simetris, tegas
− Kaki kiri belakang : Simetris, tegas
− Kaki kanan belakang : Simetris, tegas
- Konsistensi pertulangan : Keras, tidak ada kelainan
- Reaksi saat palpasi : Tidak ada rasa sakit
- Letak reaksi sakit : Tidak ada
- Panjang kaki depan ka/ki : Sama
- Panjang kaki belakang ka/ki : Sama
- Ln. popliteus
− Ukuran : Tidak berubah
− Konsistensi : Kenyal
− Lobulasi : Jelas
− Perlekatan : Tidak ada perlekatan
− Panas : Sama dengan suhu kulit sekitarnya
− Kesimetrisan ka/ki : Simetris
- Kestablian pelvis
− Konformasi : Tegas
− Kesimetrisan : Simetris
- Tuber ischii : Teraba, simetris, tidak ada kelainan
- Tuber coxae : Teraba, simetris, tidak ada kelainan
Operasi
Kucing diinjeksi premedikasi atropin sulfat rute subkutan, setelah 10
menit dianestesi dengan kombinasi xylazine-ketamin rute intramuskular. Selepas
itu, diberi anaesthesia epidural lidokain. Tomcat catheter dimasukkan ke dalam
urethra kucing. Rambut di daerah perineal dicukur dan dibersihkan dengan alkohol
70% dan dioles iodine. Kucing diletakkan di atas meja operasi, dan keempat kaki
diikat dengan simpul tamfool.
Sayat menggunakan blade dari cranial ke caudal pada tunica dartos. Testis
dicari dan ditarik sampai terlihat funiculus spermaticus. Funiculus spermaticus
diligasi, dan dipotong, potong lalu cek kembali pendarahan dengan memegang
ligasi menggunakan pinset anatomis, lalu dimasukkan kedalam dan direposisi
kembali. Lakukan hal yang sama pada testis lainnya. Selepas itu sayatan di tunica
dartos dijahit kembali. Skin flapping dilakukan di daerah perineal untuk menutup
testis dan penis.
Post-Operasi
Selama postoperasi dilakukan pemantaun kondisi hewan seperti suhu,
frekuensi denyut jantung, frekuensi nafas serta kondisi luka jahitan. Hasil
pemeriksaan dicatat pada tabel monitoring. Antibiotik amoxicillin dan clauvulanic
acid diberikan 2 kali sehari selama 5 hari. Selain itu, juga diberikan vitamin A dan
vitamin B 1 kali sehari dan salep genoint 2 kali sehari.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pre-Operasi
Kastrasi adalah sebuah tindakan medis untuk mengangkat testis hewan dari
dalam tubuh dengan tujuan untuk sterilisasi hewan (Orakwe et al. 2018). Kastrasi
memiliki tujuan untuk kontrol populasi hewan (sterilisasi hewan), penggemukan
hewan, mengurangi sifat agresif, serta untuk terapi beberapa penyakit pada testis
dan scrotum (Ibrahim 2000).
Kucing Jordan diambil pada hari Selasa tanggal 14 Oktober 2019 dan
dilakukan operasi pada hari Jumat tanggal 25 Oktober 2019. Setelah kucing Jordan
datang kemudian dilakukan pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan pada
hewan sebelum operasi meliputi anamnesis, sinyalemen, dan status present.
Sinyalemen kucing tersebut bernama Jordan, kucing ras domestic short hair (DSH),
jenis kelamin jantan, berusia 1 tahun, dengan bobot badan 3.06 kg. Setelah itu,
dilakukan pengukuran suhu tubuh yaitu 38.7 oC (37.7–39.4 oC). Frekuensi napas 48
x/menit (20-32 kali/menit), frekuensi jantung 144 kali/menit (140-240 kali/menit),
dan Capillary Refill Time (CRT) < 2 detik dengan mukosa berwarna rose (Eldredge
et al. 2008).
Beberapa hari sebelum operasi, Jordan diberi treatment preoperasi yaitu
vitamin A dan B, cefadroxil dan salep genoint. Cefadroxil berguna dalam
mengobati infeksi pada kulit, jaringan lunak, dan traktus genitourinari pada anjing
dan kucing. Cefadroxil termasuk dalam golongan obat yang disebut antibiotik
sefalosporin dan bersifat bakterisida (Wanamaker dan Massey 2015). Perubalsam
terutama digunakan untuk penyembuhan luka secara umum (Skidmore-Roth 2010).
Salep genoint (gentamicin) ditambahkan ke perubalsem. Gentamicin merupakan
antibiotik spektrum luas, dan efektif terhadap sebagian besar bacilli gram-negatif.
Selain itu, gentamicin dapat digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih dan
sepsis (Papich 2007).
Suplemen vitamin A dalam makanan penting untuk kucing karena kucing
tidak memiliki kemampuan untuk mengubah prekursor vitamin A menjadi vitamin
A aktif, karena molekul enzim dioksigenase yang penting untuk pemisahan molekul
beta-karoten tidak dimiliki pada kucing (Case et.al 2011). Vitamin A sangat penting
untuk pemeliharaan penglihatan, pertumbuhan tulang dan otot, dan jaringan epitel
yang sehat. Vitamin A juga dapat mendukung sistem kekebalan pada kucing.
Vitamin B penting untuk kesehatan kulit, produksi sel darah merah, dan fungsi
sistem saraf (Ettinger dan Feldman 2010). Kucing tidak dapat mensintesis tiamin
(vitamin B1). Oleh karena itu, kami memutuskan bahwa penting untuk memberi
Jordan dengan vitamin A dan vitamin B sebelum operasi dilaksanakan.
Tabel 1 Pemeriksaan hematologi kucing Jordan
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Kucing
Eritrosit (RBC) 7.61 106/µ 4.6 – 10.0 106/µ
Hemoglobin (Hb) 11.8 g/dL 9.3 – 15.3 g/dL
Hematokrit (HCT) 37.5 % 28.0 – 49.0 %
MCV 49.3 fL 39.0 – 52.0 fL
MCH 15.5 Pg 13.0 – 21.0 Pg
MCHC 31.4 g/dL 30.0 – 38.0 g/dL
RDWc 15.7 % 14.0 – 18.0 %
Trombosit (PLT) 340 103/µ 100 – 514 103/µ
MPV 11.1 fL 5.0 – 11.8 fL
PDW 15.1 % 0 – 50 %
PCT 0.377 % 0.1 – 0.5 %
Leukosit (WBC) 17.3 103/µ 5.5 – 19.5 103/µ
Limfosit 1.3 103/µ 0.8 – 7.0 103/µ
Monosit 0.4 103/µ 0 – 1.9 103/µ
Granulosit 15.6 103/µ* 2.1 – 15.0 103/µ
Limfosit 7.5 %* 12.0 – 45.0 %
Monosit 2.4 % 2.0 – 9.0 %
Granulosit 90.1 %* 35.0 – 85.0 %
Eosinofil 3.4 % 0 – 10%
*Adanya penurunan atau peningkatan pada parameter
100
80
60 44
36 34
40 24 29 25 29
22 17 19 21 22 20
20
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Menit
Gambar 2 Grafik frekuensi jantung dan napas kucing Jordan selama operasi
Selama operasi, frekuensi jantung kucing tetap dalam kisaran normal, dan
tidak mengalami takikardia atau bradikardia. Bradikardia pada kucing didefinisikan
sebagai frekuensi jantung kurang dari 100x/mnt, sedangkan takikardia
didefinisikan sebagai lebih dari 200x/mnt. Xylazine menurunkan detak jantung,
tetapi ketamin meningkatkan detak jantung (Robertson et. al 2018). Inilah sebabnya
mengapa kombinasi ketamin-xylazine digunakan untuk induksi anestesi.
Penggunaan atropin sulfat sebagai premedikasi juga mencegah bradikardia.
Berdasarkan gambar terjadi peningkatan yang signifikan dalam frekuensi jantung
di menit ke-80, dan ke-120 dari operasi, yang disebabkan oleh kucing mulai sadar,
dan merasakan sakit. Frekuensi respirasi kucing selama operasi sedikit rendah.
Kombinasi ketamin-xylazine memeliki efek menekan frekuensi respirasi.
Nilai temperatur tubuh hewan selama operasi mengalami penurunan.
Penurunan suhu dapat terjadi karena adanya pengaruh dari sediaan xylazine yang
diberikan. Xylazine memiliki efek sedasi dan relaksasi otot serta dapat menekan
termoregulator (Picollo et. al 2012). Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi
keadaan ini adalah dengan memberikan heating pad dan merendam selang infuse
dalam air panas.
Sebelum kastrasi, anestesi epidural dengan lidokain, diberikan kepada
kucing. Setelah itu, tomcat kateter dimasukkan ke dalam uretra kucing. Kemudian
tunica dartos dari testis disayat. Karena pertumbuhan jaringan berlebihan dan
perdarahan banyak, sulit untuk menemukan testis dan funiculus spermaticus.
Electrocauter digunakan untuk menghentikan pendarahan. Jaringan yang
berlebihan dipotong. Kemudian disadari bahwa testis menempel pada lapisan dalam
skrotum. Kedua testis mengalami hal yang sama. Ini mungkin disebabkan oleh
pembentukan jaringan granulasi selama penyembuhan luka. Jaringan granulasi
adalah jaringan vaskularisasi yang terbentuk apabila berkembangnya peradangan
kronis. Pembentukan jaringan granulasi adalah bagian dari proses penyembuhan
yang normal. Namun, dalam kondisi tertentu, seperti infeksi atau mutilasi, jaringan
ini menjadi sangat vaskular, dan mudah berdarah. Ini menjelaskan tingginya jumlah
perdarahan. (de Oliveira Gonzalez et. al 2016). Karena skrotum dan testis terluka,
testis menempel pada lapisan dalam skrotum selama proses penyembuhan luka.
Setelah kucing dikastrasi, sayatan pada tunica dartos dijahit dengan simple
interrupted suture. Kemudian skin flapping dilakukan, untuk menutupi sebanyak
mungkin skrotum dan penis. Ini dilakukan dengan dikuakan kulit di daerah
perineum. Kulit dijahit ke skrotum dan penis menggunakan simple interrupted
suture.
Post-Operasi
Tabel 4 Hasil monitoring kondisi vital kucing Powi post-operasi
Hari Frek. Napas Frek. Jantung Temperatur CRT Warna
Waktu
ke- (kali/menit) (kali/menit) (oC) (s) Mukosa
Pagi 40 132 37.8 >2 Pucat
1
Malam 52 140 38.0 <2 Rose
Pagi 52 152 38.0 <2 Rose
2
Malam 60 160 38.3 <2 Rose
Berdasarkan data monitoring post operasi pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa
nilai HR, RR, dan suhu masih berada pada rentang normal. Menurut Widodo et al.
(2011) Suhu normal untuk kucing adalah 37.6°C−39.4°C, frekuensi nafas normal
adalah 24-42 kali per menit, dan frekuensi jantung normal adalah 100-220 kali per
menit. Selain monitoring, treatment post operasi yang diberikan yaitu pemberian
antibiotik berupa amoxicillin dan clauvanis acid sebanyak 2 mL s2dd. Antibiotik
amoxicillin merupakan antibiotik semisintetik golongan beta laktam yang memiliki
aktivitas luas terhadap bakteri gram positif dan negatif (Rachman et al. 2016).
Selain itu, diberikan juga salep genoint s2dd yang berfungsi untuk mempercepat
persembuhan, tolfen dengan s1dd selama 5 hari, dan terakhir diberikan vitamin A
dan B untuk meningkatkan daya tahan kucing dan menghindari adanya infeksi
sekunder.
Post Operasi
180 160
152
160 140
132
140
120
kali/menit
100
80 60
52 52
60 40
40
20
0
1 Pagi 1 Malam 2 Pagi 2 Malam
Hari ke-
Gambar 4 Grafik frekuensi jantung dan frekuensi napas kucing Jordan post
Post Operasi
38,4 38,3
38,3
38,2 38,1
38,1 38
38
oC
37,9 37,8
37,8
37,7
37,6
37,5
1 Pagi 1 Malam 2 Pagi 2 Malam
Hari ke-
operasi
Gambar 5 Grafik tempertur kucing Jordan post operasi
SIMPULAN
Testis merupakan organ primer dari alat reproduksi jantan yang menghasil
kan spermatozoa dan hormon-hormon reproduksi, khususnya testosteron. Operasi
kastrasi pada kucing Jordan berhasil dilakukan untuk menangani keadaan patologis
pada testis dengan metode kastrasi terbuka. Perawatan post operasi tidak,ada
gangguan fisiologis yang signifikan. Perawatan post operasi menentukan
kesembuhan kucing Jordan.
DAFTAR PUSTAKA
Burton AG, Harris LA, Owens SD, Jandrey KE. 2014. Degenerative Left Shift as a
Prognostic Tool in Cats. J Vet Intern Med. 28(3): 912-917.
Case LP, Daristotle L, Hayek MG, Raasch MF. 2011. Canine and Feline
Nutrition. 3rd ed. Missouri (USA): Elsevier
Chernecky CC, Berger BJ. 2013. Laboratory Tests and Diagnostic Procedures. 6th
ed. Missouri (USA): Elsevier
De Oliveira Gonzalez AC. Costa TF. De Araujo Andrade Z. Medrado AR.
2016. Wound healing – A literature review – An Bras Dermatol. 91(5): 614-
-620
Elredge R, Debra , Adelman, Beth, Carlson. 2008. Cat Owner’s Home Veterinary
Handbook. New York (USA): Hoboken NJ Wiley Pub.
Ettinger SJ, Feldman EC. 2010. Textbook of Veterinary Internal Medicine.
7th ed. Missouri (USA): Elsevier
Ibrahim R. 2000. Pengantar Ilmu Bedah Veteriner. Aceh (ID): Universitas Syah
Kuala
Orakwe DE, Tijani KH, Jeje EA, Ogunjimi MA, Rufus WO, Alabi TO. 2018.
Bilateral subcapsular orchectomy versus bilateral total orchectomy:
comparison of the quality of life post orchiectomy. Nigerian Postraduate
Medical Journal. 25(1):43-47
Papich MG. 2007. Saunders Handbook of Veterinary Drugs. 3rd ed. Missouri
(USA): Elsevier.
Picollo C, Serra AJ. Levy RF. Antonio EL, dos Santos L, Tucci PJF. 2012.
Hemodynamic and thermoregulatory effects of xylazine-ketamine
mixture persist even after the anesthetic stage in rats. Arq Bras Med
Vet Zootec. 64(4)
Rachman SD, Safari A, Kamara DS, Sidik A, Udin LZ, Ishmayana S. 2016.
Produksi penisilin oleh Penicillium chrysogenum L112 dengan variasi
kecepatan agitasi pada fermentasi. Kartika Journal Ilmiah Farmasi. 4(2):1-
6
Robertson SA, Gogolski SM, Pascoe P. 2018. AAFP Feline Anesthesia Guidelines.
J Feline Med Surg. 20(7): 602-634
Skidmore-Roth L. 2010. Mosby’s Handbook of Herbs & Natural Supplements. 4th
ed. Missouri (USA): Elsevier.
Teichroew JK. 2017. Chronic Diseases: An Encyclopedia of Causes, Effects, and
Treatments. California (USA): ABC-CLIO, LLC
Wanmaker BP. Massey K. 2015. Applied Pharmacology for Veterinary
Technicians. 5th ed. Missouri (USA): Elsevier
Widodo S, Sajuthi D, Choliq C, Wijaya A, Wulansari R, Lelana RPA. 2011.
Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Bogor (ID): Penerbit IPB Press
LAMPIRAN
Pemasangan IV catheter
Epidural anesthesia