Artikel Kulit Salak PDF
Artikel Kulit Salak PDF
2: 56-64
Homepage: http://jurnal.unpad.ac.id/jcena
1
Laboratory of Analytical Environmental Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Andalas
University, Padang Indonesia
2
Laboratory of Applied Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Andalas University, Padang
Indonesia
3
Laboratory of Physical Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Andalas Universit y, Padang
Indonesia
*Penulis korespondensi: rzein@sci.unand.ac.id
DOI: https://doi.org/10.24198/cna.v6.n2.17857
Abstrak: Biosorben dari kulit salak (Salacca sumatrana) digunakan untuk mempelajari penyerapan Pb(II) dan
Cd(II) dalam larutan dengan metode batch. Adsorpsi Pb(II) dan Cd(II) menggunakan kulit salak ini dipelajari
pada variasi pH, konsentrasi adsorbat dan waktu kontak. Kondisi optimum penyerapan yang diperoleh pH 4
untuk Pb(II) dan 5 untuk Cd(II), konsentrasi adsorbat 1200 mg/L untuk Pb(II) dan 800 mg/L untuk Cd(II),
waktu kontak 45 menit untuk Pb(II) dan 15 menit untuk Cd(II). Kapasitas penyerapan dari biosorben kulit salak
sebesar 83,33 mg/g untuk Pb(II) dan 27,78 mg/g untuk Cd(II) dengan pola adsorpsi mengikuti isoterm Langmuir
dengan koefisien determinasi 0,987 dan 0,937 dan data kinetika mengikuti model pseudo orde kedua.
Konsentrasi Pb(II) dan Cd(II) sebelum dan setelah penyerapan ditentukan dengan Spektrometri Serapan Atom
(SSA), karakterisasi kulit salak dilakukan dengan FTIR dan SEM. Adsorben kulit salak sangat baik digunakan
untuk mengurangi kadar Pb(II) dan Cd(II) dalam larutan.
Abstract: Biosorbent of salacca (Salacca sumatrana) husk was used to study the sorption of Pb (II) and Cd (II)
ion from aqueous solutions by batch method. Adsorption using the salacca husk parameters studied was
variation of pH, adsorbate concentration and contact time. The optimum condition adsorption occurred at pH 4
for Pb(II) and 5 for Cd(II), adsorbate concentration 1200 mg/L for Pb(II) and 800 mg/L for Cd(II) and contact
time 45 minutes for Pb(II) and 15 minutes for Cd(II). Adsorption capacity of salacca husk biosorbent was 83.33
mg/g for Pb (II) and 27.78 mg/g for Cd (II). This Adsorption follows Langmuir isotherm pattern with
determination factor 0.987 and 0.937. Kinetics data follows pseudo-second order model. Pb (II) and Cd (II)
concentrations before and after adsorption were analyzed using Atomic Absorption Spectrometer (AAS),
characterization of salacca husk was conducted by Fourier Transform Infra Red (FTIR) and Scanning Electron
Microscopy (SEM). Adsorbent of salacca husk is potencial for decreasing amounts of Pb (II) and Cd (II) in the
aqueous solution.
56
Kulit Salak sebagai Biosorben Potensial untuk Pengolahan Timbal(II) dan Cadmium(II) dalam Larutan
Zein, R., Wardana, N., Refilda, Aziz, H. 57
permukaan kulit salak didominasi oleh muatan dalam mengikat sisi aktif biosorben. Meskipun ion
negatif (Geethamani et al. 2014). hidrogen tidak terikat pada gugus fungsi biosorben
pada pH larutan tinggi, pengendapan logam
hidroksida juga akan mempengaruhi perhitungan
kapasitas adsorpsi (Chao et al. 2014).
Isoterm Biosorpsi
Pembuatan model kesetimbangan biosorpsi
penting dilakukan karena dapat memberikan
gambaran terhadap hasil pengujian yang dilakukan.
Model kesetimbangan biosorpsi menyatakan
distribusi adsorbat antara fasa cair dan fasa padat
(Onwuka et al. 2011). Data kesetimbangan Gambar 5. Isoterm Langmuir untuk penyerapan
penyerapan Pb(II) dan Cd(II) oleh kulit salak Pb(II) dan Cd(II)
dianalisis dengan isoterm Langmuir dan Freundlich.
Isoterm Freundlich
Isoterm Langmuir Model isoterm Freundlich mengasumsikan adsorpsi
Isotherm Langmuir mengasumsikan adsorpsi multi layer (banyak lapis) atau heterogen. Isotherm
monolayer (satu lapis) pada permukaan seragam Freundlich mempunyai bentuk persamaan linier
dengan jumlah situs atau tempat penyerapan, setelah berikut (Awwad & Farhan 2012):
situs diisi, tidak ada penyerapan lebih lanjut yang
terjadi pada situs tersebut. Persamaan Langmuir 1
ln qe ln K f ln Ce
dapat digambarkan sebagai berikut (Awwad & n
Farhan 2012): Dimana Kf adalah konstanta Freundlich yang
Ce 1 1 terkait dengan kapasitas penyerapan, n adalah afinitas
.Ce adsorpsi. Jika n = 1 maka adsorpsi adalah linier, jika
qe qmax K L .qmax
n<1 adsorpsi kimia dan jika n>1 adsorpsi fisika. Dari
Dimana KL adalah konstanta Langmuir terkait penelitian diperoleh nilai n untuk Pb(II) 2,09 dan
dengan energy adsorpsi (L/mg) dan qmax kapasitas untuk Cd(II) 1,84. Nilai n>1 maka penyerapan Pb(II)
penyerapan optimum (mg/g), Ce adalah konsentrasi dan Cd(II) oleh biosorben kulit salak termasuk
ion logam dalam larutan setelah penyerapan. adsorpsi fisika. Nilai koefisien determinasi (R2)
Nilai-nilai yang diperoleh pada biosorben kulit dianggap sebagai ukuran untuk menentukan model
salak menunjukkan bahwa isotherm Langmuir isoterm pada adsorpsi.
menggambarkan fenomena biosorpsi yang
60 Chimica et Natura Acta Vol. 6 No. 2, Agustus 2018: 56-64
Kinetika Biosorpsi
Kinetika kimia adalah tentang kecepatan (laju)
reaksi dan bagaimana proses reaksi berlangsung.
Kinetika adsorpsi tergantung pada luas permukaan
partikel. Kinetika reaksi adsorpsi juga tergantung
pada gugus fungsional dan konsentrasi. Untuk
meneliti mekanisme adsorpsi, konstanta kecepatan
reaksi kimia untuk ion logam, digunakan persamaan
sistem pseudo orde pertama dan pseudo orde kedua.
Tabel 2. Parameter model kinetika untuk penyerapan Pb(II) dan Cd(II) oleh kulit salak
Pb(II) dan 0,0471 g/mg.min untuk Cd(II), nilai regangan pada alifatik jenuh C-H yang terdapat pada
prediksi kapasitas penyerapan (qe) pada pseudo selulosa dan hemiselulosa. Spektra 1619 cm-1
ordekedua sebesar 90,909 mg/g untuk Pb(II) dan menandakan adanya gugus fungsi C=O (Suyono et
36,101 mg/g untuk Cd(II) lebih mendekati hasil al. 2015; Farnella et al. 2007). Spektra 2340 cm-1
penelitian yang dapat dilihat pada variasi waktu menunjukkan terdapat vibrasi regangan N-H, spektra
kontak untuk kapasitas penyerapan yaitu 90,855 mg/g 1955 cm-1 mengisyaratkan adanya ikatan rangkap dua
untuk Pb(II) dan 39,375 mg/g untuk Cd(II) dan oleh (alkena) pada biosorben (El-Zawawy 2006).
karena itu dapat disimpulkan bahwa proses biosorpsi Spektra 1423 cm-1 adalah vibrasi regangan
untuk Pb(II) dan Cd(II) mengikuti reaksi pseudo orde simetris dari C=O dalam gugus karboksilat (Gañán et
kedua. al. 2004). Spektra pada angka gelombang 1255 cm-1
terdapat vibrasi regangan C-O dari alkohol alifatik
primer dan sekunder dalam selulosa, hemiselulosa
dan lignin (Adrian et al. 2015). Spektra 1030 cm-1
terdapat CH2OH pada alkohol primer (El-Zawawy
2006), spektra 814 cm-1 menunjukkan adanya ikatan
β-glykosida dari cincin glukosa pada selulosa (Castro
et al. 2011) dan spektra 659 cm-1 menandakan
terdapat vibrasi dari cincin pyranosa (Adrian et al.
2015).
Penjelasan yang sesuai tentang pergeseran
spektrum dan hilangnya puncak dapat digunakan
untuk melihat apakah kulit salak berpengaruh
terhadap biosorpsi Pb(II) dan Cd(II). Perbedaan
Gambar 7. Kinetika Pseudo orde pertama untuk spektrum sebelum dan setelah penyerapan dapat
Pb(II) dan Cd(II) diamati pada Gambar 9. Muncul dan hilangnya
puncak menunjukkan bahwa terjadinya proses
biosorpsi. Pergesaran puncak FTIR sebelum
penyerapan dan setelah penyerapan Pb(II) dan Cd(II)
menunjukkan bahwa gugus fungsional terlibat dalam
proses biosorpsi.
814
659
1955
(a)
2184
1255
2921
1423
3320 1619 1030
811
1954
2340 (b)
2184 1255
1423
2921
1619 1031
3318
1919
(c)
2335
2165 1256
1424
2920
1618
3319 1031
Gambar 9. Spektrum FTIR dari biosorbent kulit salak : (a). sebelum penyerapan, (b). setelah penyerapan
Cd(II), (c). setelah penyerapan Pb(II)
(Phaleria macrocarpa). Journal of Chemical and Suyono, T., Yuser, M.A., Munaf, E., Aziz, H., Tjong,
Pharmaceutical Research. 7(7): 189-196. D.H. & Zein, R. (2015). Removal of Pb(II) ions
Onwuka, J.C., Ajibola, V.O., Kagbu, J.A. & Manji, by using papaya (Carica papaya L) leaves and
A.J. (2011), Biosorption of Cr(VI) and Co(II) petai (Parkia speciosa Hassk) peels as biosorbent.
ions from synthetic wastewater using dead Journal of Chemical and Pharmaceutical
biomass of fresh water green algae Cosmarium Research. 7(9): 100-106.
panamense. Archives of Applied Science Wu, J. & Yu, H.Q. (2007). Biosorption of 2, 4-
Research, 3(6):191-207. dichlorophenol by immobilized white-rot fungus
Raju, D.S.S.R., Kiran, G.R. & Rao, D.V. (2013). Phanerochaete chrysosporium from aqueous
Comparison studies on biosorption of lead (II) solutions. Bioresource Technology: 98(2): 253-
from an aqueous solution using anacardium 259.
occidentale and carica papaya leaves powder. Yahaya, Y.A. & Don, M.M. (2014). Pycnoporus
Journal of Emerging Trends In Engineering and sanguineus as potential biosorbent for heavy
Development, 3: 273-283. metal removal from aqueous solution: A review.
Sarma, P.J., Kumar, R. & Pakshirajan, K., 2015. Journal of Physical Science. 25(1): 1-32.
Batch and continuous removal of copper and Zein, R., Hidayat, D.A., Elfia, M., Nazarudin, N. and
lead from aqueous solution using cheaply Munaf, E. (2014). Sugar palm Arenga pinnata
available agricultural waste materials. Merr (Magnoliophyta) fruit shell as biomaterial to
International Journal of Environmental remove Cr (III), Cr (VI), Cd (II) and Zn (II) from
Research. 9(2): 635-648. aqueous solution. Journal of Water Supply:
Sounthararajah, D.P., Loganathan, P., Kandasamy, J. Research & Technology-AQUA, 63(7): 553-559.
& Vigneswaran, S. (2015). Effects of humic acid Zein, R., Suhaili, R., Earnestly, F. & Munaf, E.
and suspended solids on the removal of heavy (2010). Removal of Pb (II), Cd (II) and Co (II)
metals from water by adsorption onto granular from aqueous solution using Garcinia
activated carbon. International Journal of mangostana L. fruit shell. Journal of Hazardous
Environmental Research and Public Health. Materials. 181(1-3): 52-56.
12(9): 10475-10489.