Anda di halaman 1dari 5

Penulis 1 dkk. Petunjuk Penulisan...

Metoda Step Drow Down Test Sebagai Cara untuk Menganalisa


Kemampuan Produksi Sumur
I Nengah Simpen*1), I Nyoman Sutarpa Sutama2) , I Wayan Redana3),
Siti Zulaikah4)
1) 2) 3)
Jurusan Fisika Universitas Udayana Jurusan Peternakan Universitas Udayana Jurusan Teknik Sipil Universitas Udayana
4)
Jurusan Fisika Universitas Negeri Malang
*)
Email: simpen.nengah@yahoo.com

Abstrak
Telah dilakukan pengujian terhadap sumur untuk mengetahui kemampuan sumur yang akan diproduksi. Metoda yang
dipakai adalah Metoda Step Drow Down Test, yaitu dengan melakukan pemompaan secara terus menerus dengan
perubahan debit secara bertahap terhadap sumur yang akan diproduksi.
Sebagai studi kasus, diperlakukan terhadap salah satu sumur bor yang ada di Bugbug Karangasem Bali. Dengan memakai
lima tingkatan debit yaitu 0,00078 m3/s, 0,00125 m3/s, 0,00181 m3/s, 0,00233 m3/s dan 0,00278 m3/s yang masing-masing
menghasilkan penurunan muka air tanah sebesar 0,088 m, 0,187 m, 0,320 m, 0,428 m dam 0,533 m, ditemukan persamaan
2
sumur yang merupakan hubungan antara debit (Q) dengan penurunan muka air tanah (Sw) yaitu Y = 1083 X +218,8 X –
0,084 Dengan derajat korelasi sebesar 99%, Dimana Y adalah penurunan muka air tanah (Sw) dan X adalah debit (Q).
Dengan memakai parameter sumur, yaitu: kedalaman sumur 27,74 m, jarak pompa ke dasar sumur 0,50 m, panjang pompa
0,80 m, kedalaman muka air 17,122 m, posisi pompa 27,24 -26,44 m, tinggi air minimum di atas pompa yang diperbolehkan
0,50 m, ini berarti penurunan muka air tanah maksimum (Sw) adalah 8,818 m. Berdasarkan data ini dan persamaan sumur,
maka didapatkan debit optimum yang bisa diproduksi oleh sumur tersebut adalah 65 m3/jam yang akan mengakibatkan
penurunan muka air tanah sebesar 3,873 m tetapi kondisi pompa masih dalam batas aman secara teknik. Ini berarti,
seandainya pada sumur tersebut hendak diproduksi atau diambil airnya, debit maksimum yang diperbolehkan adalah 65
m3/jam.

Kata kunci: Metoda Step Drow Down Test, kemampuan produksi, sumur

Abstract

Has conducted tests on the well to determine the ability of the well to be produced. The method is used is a Step Drow Down
Test Method, namely by pumping continuously with a gradual change in the discharge of the wells to be produced.
As a case study, were treated to one of the wells drilled in Bugbug Karangasem Bali. By using five levels of discharge that is
0.00078 m3/s, 0.00125 m3/s, 0.00181m3/s, 0.00233 m3/s and 0.00278 m3/s each of which produces a decrease in ground
water level of 0.088 m, 0.187 m, 0.320 m, 0.428 m dam 0.533 m, is found well equation which is the relationship between
discharge (Q) with a decrease in ground water level (Sw) is Y = 1083 X2 +218.8 X - 0,084 With a degree of correlation of
99%, where Y is the drop in groundwater level (Sw) and X is the discharge (Q). By using the parameter wells, namely: the
well depth 27.74 m, distance to the bottom of the well pump 0.50 m, 0.80 m length pump, 17.122 m depth of water table,
position the pump 27.24 -26.44 m, height of water above the minimum allowable pump 0.50 m, this means a decrease in the
maximum ground water level (Sw) is 8.818 m. Based on these data and equations well, so we found that optimum discharge
can be produced by the well is 65 m3 / hour which will result in a decrease in ground water level at 3,873 m but the condition
of the pump is still within safe limits technically. This means, if the well is about to be produced or take water, maximum
allowable discharge is 65 m3 / hour.

Keywords: Step Drown Down Test Method, production capability, wells

I. PENDAHULUAN II. DASAR TEORI


Sumur merupakan suatu tempat untuk mengambil A. Akuifer
air. Sumber air sumur berupa perlapisan tanah yang Akuifer dapat diartikan sebagai formasi yang dapat
disebut dengan akuifer. Setelah selesai pembuatan menyimpan air, airnya dapat diambil dan dapat diisi
sumur, sebaiknya terlebih dahulu diuji kemampuan kembali. Ada berbagai formasi geologi yang dapat
produksinya. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk berfungsi sebagai akuifer. Formasi geologi tersebut
mengetahui kemampuan sumur dalam memproduksi air diantaranya endapan aluvial, batu gamping, batuan
dan untuk mengetahui efesiensi sumur. Salah satu vulkanik, batu pasir serta batuan beku dan batuan
metoda yang dipakai adalah Metoda Step Drow Down metamorfose (Todd, 1980). Ditinjau dari perlapisan
Test, yaitu dengan melakukan pemompaan secara batuan yang ada di sekitar akuifer, akuifer dapat
tersus menerus dengan perubahan debit secara dikelompokkan menjadi akuifer bebas (unconfine
bertahap terhadap sumur yang akan diproduksi dimana aquifer) dan akuifer tertekan (confine aquifer) (Redana,
pengukuran penurunan permukaan air tanah langsung 2012). Akuifer terbentuk akibat adanya proses-proses
dilakukan pada setiap tingkatan debit dengan tanpa geomorfologi yang meliputi proses pelapukan, erosi,
menggunakan sumur pengamat (sumur observasi). letusan gunung berapi dan lain-lain. Yang menjadi agen
dalam proses geomorfologi itu adalah air dan angin.
(Tjia, 1987). Berdasarkan letak pengendapan material-

Prosiding Seminar Nasional Fisika, Mataram-Lombok, 14 November 2015 1


Penulis 1 dkk. Petunjuk Penulisan...

material hasil geomorfologi yang membentuk akuifer, prima, sediakan sumber listrik cadangan, isi pula meter
dapat dibedakan menjadi tiga jenis (Simpen, 2015), listrik dengan cukup.
yaitu:
1) Material yang mengendap di sepanjang alur III. METODOLOGI PENELITIAN
sungai atau parit, bagian yang keras akan menjadi Penelitian dilakukan dengan cara memompa air
lapisan penutup atau lapisan pelindungnya, sedangkan sumur memakai pompa submersible. Pemompaan
lapisan yang tidak keras dapat ditembus oleh air akan dilakukan dengan debit bertahap dan mengukur
menjadi akuifer. Untuk kasus ini akuifer akan menjadi penurunan permukaan air untuk masing-masing
bentuk urat seperti sungai-sungai atau parit-parit yang tahapan debit. Lebih rinci dapat dijelaskan sebagai
terkubur. berikut:
2) Material yang mengendap di daerah berstruktur a. Pada sumur produksi dipasang pompa yang
datar, bagian yang keras menjadi lapisan penutup, kekuatannya besar, sekitar 10 m3/jam.
sedangkan bagian yang lunak dan dapat ditembus oleh b. Selama pemompaan, air buangan dibuang jauh
air akan menjadi akuifer. Adanya lapisan keras dan dari sumur, sehingga air tidak memungkinkan masuk ke
lapisan lunak yang berselang seling akan membentuk akuifer. Pompa dihidupkan secara terus menerus
akuifer dalam bentuk datar. walaupun dalam penggantian debit.
3) Material yang mengendap di lembah, lapisan c. Selama pemompaan, lakukan variasi debit
keras paling bawah kemudiam terisi oleh bagian yang dengan cara output pompa dipasangi stop kran. Variasi
lunak serta ditutupi oleh bagian yang keras dan terakhir debit misalnya 2 m3/jam, 4 m3/jam, 6 m3/jam, 8 m3/jam
ditutupi lagi oleh bagian yang lunak. Susunan material dan 10 m3/jam.
seperti ini akan membentuk akuifer berupa cekungan. d. Untuk masing-masing debit (Q) catat penurunan
Bila hendak membuat sumur, akuifer-akuifer inilah muka air tanah (Drow Down = Sw) secara berkala,
yang dicari. Setelah didapatkannya akuifer barulah misalnya 30 menit, atau 1 jam. Pengukuran dihentikan
dibuat sumur, yang perlu dipertanyakan adalah apabila muka air tanah sudah tidak turun (dalam
seberapa besar produksi sumur tersebut? Sebagai keadaan stedy) selama minimal 3 jam.
ilustrasi ada sumur yang sedikit saja diambil airnya e. Catat data ringkasnya dalam tabel berikut:
sudah nampak penurunan muka air tanahnya dan
bahkan sampai habis, ada juga sebaliknya, airnya dapat Tabel 1. Tabel Kerja Ringkasan Data
diambil berhari-hari tetapi permukaan airnya tidak juga No. Debit Q (m3/jam) Drow Down Sw (m)
turun-turun. Untuk keperluan industri, peternakan atau 1 2
pengairan, sebelum sumur mulai produksi sebaiknya 2 4
terlebih dahulu dianalisa untuk mengetahui seberapa 3 6
kuat produksinya? dan seberapa besar pompa yang 4 8
bisa dipasang? Pada kesempata ini membahas Step 5 10
Drow Down Test sebagai cara untuk mengetahui
kemampuan sumur produksi. f. Analisa hasil pengukuran. Cari hubungan antara
Q dengan Sw dalam bentuk polinomial orde dua.
B. Step Drow Down Test Anggap Q sebagai X dan Sw sebagai Y. Dari
Metoda Step Drown Test merupakan suatu metoda persamaan ini akan menghasilkan persamaan sumur
dalam menganalisa kemampuan sumur untuk yang menunjukkan hubungan antara Q dengan Sw.
memproduksi air dengan cara melakukan pemompaan g. Berdasarkan data sumur, cari Sw maksimum,
dengan debit bertingkat. Parameter yang diukur pada artinya turunnya air maksimum yang diperbolehkan oleh
metoda ini adalah waktu pemompaan, debit spesifikasi pompa (sekitar 0,5 m di atas pompa).
pemompaan dan kedudukan muka air tanah selama h. Masukkan harga Sw maksimum dalam
pemompaan berlangsung sehingga peralatan yang persamaan sumur yang didapat. Dari sini akan didapat
diperlukan dalam penelitian ini adalah: pompa, dipmeter, nilai Q maksimum.
stop watch atau jam, alat ukur debit dan pipa-pipa i. Cari persamaan Sw maksimum (Y mak) dengan
sesuai kebutuhan. Q maksimum (X mak).
Pompa air dapat dibedakan menjadi pompa j. Cari titik potong antara persaman sumur (Y)
sentrifugal seperti pompa isap (suction pump), pompa dengan persamaan Y mak. Titik potong ini menunjukkan
turbin (turbine pumps), pompa selam (submersible nilai Q optimum dan Sw optimum.
pumps) maupun pompa jet (jet pumps) (Sudarsono,
1998). Pompa mana yang akan dipakai disesuaikan IV. HASIL PNELITIAN DAN PEMBAHASAN
dengan kondisi di lapangan. Waktu diukur dengan stop
Sebagai studi kasus, penelitian dilakukan di Bugbug
watch atau jam. Stop watch diperlukan untuk mengukur
Karangasem Bali. Lihat posisi lokasi.
debit air yang dipompa. Sedangkan jam diperlukan
untuk mengetahui telah berapa lama pemompaan
dilakukan. Dipmeter diperlukan untuk mengukur muka
air tanah sebelum maupun saat pemompaan dilakukan.
Alat ukur debit air dapat berupa ember, drum atau yang
lain-lain untuk menampung air yang keluar dari pompa
kemudian diukur waktu serta voleme air yang telah
keluar. Debit air juga dapat diukur dengan ambang
0 0
pengukur yang berbentuk segitiga 60 , segitiga 90 ,
trapesium, atau segiempat (Sudarsono, 1998).
Masalah teknis serta masalah mekanis sering Gambar 1. Lokasi Penelitian
terjadi pada pemompaan seperti debit pemompaan tidak
konstan dan pompa mati saat dipakai. Untuk Daerah penelitian terletak pada ketinggian 10 – 20
menanggulangi hal ini pompa perlu dalam keadaan m dari permukaan laut dengan koordinat di sekitar
8,500584 LS 115,594636 BT. Formasi batuan di sekitar
Prosiding Seminar Nasional Fisika, Mataram-Lombok, 14 November 2015 2
Penulis 1 dkk. Petunjuk Penulisan...

tempat penelitian terdiri dari formasi batuan gunung api


gunung agung muda (Hadiwidjojo, 1971). Setelah dilakukan pemompaan secara bertingkat,
Pada sumur pengamatan dipasang pompa yang masing-masing tingkatan dikerjakan selama 24
submersible Groundforce SQ 7-40. Debit air diukur jam dan waktu yang dipakai untuk masing-masing
0
dengan ambang pengukur yang berbentuk segitiga 90 , tingkatan debit dalam keadaan stedy minimal 3 jam,
dan ember. Gambar pemasangan pompa dan gambar didapatkanlah data sebagai berikut:
alat ukur debit dapat dilihat pada gambar berikut.
Tabel 3. Data Sumur dengan Metoda Drow Down Step
Step Debit (Q) (m3/s) Drawdown (Sw) (m)
1 0,00078 0,088
2 0,00125 0,187
3 0,00181 0,320
4 0,00233 0,428
5 0,00278 0,533
Sumber: Simpen, dkk. (2015)

Berdasarkan data Metoda Drow Down Step, dapatlah


dicari persamaan sumur yang merupakan hubungan
antara drowdown (Sw) dengan debit (Q) dalam bentuk
regresi kuadratis sebagai berikut:
2
Y = 1083 X +218,8 X – 0,084 (1)
Gambar 2. Pemasangan Pompa Submersible Dimana Y = Sw dan X = Q dengan derajat korelasi 99%.
. Persamaan (1) merupakan persamaan sumur yang
diteliti.
Masukkan nilai Sw max dari tabel 2 ke dalam
persamaan (1), maka akan didapatkan Q max sebesar
sebesar 0,034719 m3/s.
Berdasarkan dua besaran (Sw max) dan (Q max)
dapatlah dibuat persamaan hubungan maksimum kedua
besaran tersebut:
Y max-max = -(8,818/0,034719)X+8,818 (2)
Gabungkan persamaan (1) dengan persamaan (2) yang
secara matematis merupakan titik temu (nilai X maupun
nilai Y) untuk kedua persamaan, didapatlah debit
optimum (Qopt) sebesar 0,01808 m3/s atau 65 m3/jam
dan penurunan muka air optimum (Swopt) sebesar 3,87
m. Ini berarti sumur bor tersebut mampu airnya diambil
dalam jumlah 65 m3/jam yang akan mengakibatkan
penurunan permukaan air sebesar 3,873 m tetapi
kondisi pompa masih dalam batas aman secara teknis.
Memperhatikan kemampuan sumur memproduksi
air yaitu sebanyak 65 m3/jam yang mana dalam
penelitian ini telah dilakukan selama 5 x 24 jam dengan
total air yang telah diambil sebanyak 770,688 m3 dan
menurut Simpen dkk. (2015) bahwa akuifer dalam
penelitian ini membentuk alur seperti halnya alur-alur
pembuluh darah dalam tubuh manusia dengan
kedalaman 18,5 m, maka pada penelitian ini dapat
diinterpretasikan bahwa akuifer yang dimiliki oleh sumur
bor ini merupakan akuifer parit atau sungai kecil yang
telah terkubur pada kedalaman 18,5 m..

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan pada hasil penelitian ini dapatlah
Gambar 3. Alat Ukur Debit
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Metoda Step Drown Test dapat dipakai untuk
Setelah pemasangan pompa parameter sumur dan
menganalisa kemampuan sumur dalam memproduksi
pompa dapat dilihat pada tabel berikut.
air.
b. Akuifer sumur yang diuji merupakan akuifer parit
Tabel 2. Parameter Sumur
atau sungai kecil yang telah terkubur pada kedalaman
Parameter Kuantitas
18,5 m.
Dalamnya sumur 27,74 m
Jarak pompa dari dasar sumur 0,50 m
V. DAFTAR PUSTAKA
Panjang pompa 0,80 m
Muka air 17,122 m
Hadiwidjojo, Purbo, M.M, (1971).Peta Geologi Balli,
Posisi pompa 27,24 –
Direktorat Geologi, Bandung.
26,44 m
Redana, I Wayan, 2012, Air Tanah, Udayana University
Tinggi air minimum di atas pompa 0,50 m Press, Denpasar.
yang diperbolehkan
Drowdown maksimum (Sw max) 8,818 m
Prosiding Seminar Nasional Fisika, Mataram-Lombok, 14 November 2015 3
Penulis 1 dkk. Petunjuk Penulisan...

Simpen, I Nengah, (2015), Solusi Permasalahan Sumur


Bor versus Sumur Gali dengan Metoda Geolistrik
dan Uji Pemompaan Sumur (Suatu Studi Kasus di
Bugbug Karangasem Bali), Prosiding Seminar
Nasional Fisika dan Pembelajarannya 2015, 29
Agustus 2015, Jurusan Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Malang, Malang.
Simpen, I Nengah, I Nyoman Sutarpa Sutama, I Wayan
Redana, Siti Zulaikah, (2015), Pendugaan Akuifer
Bawah Permukaan Tanah dengan Metoda
Geolistrik, Prosiding Seminar Nasional Sains dan
Teknologi II 2015, 29-30 Oktober 2015, LPPM
Universitas Udayana, Denpasar.
Sudarsono, Untung, (1998), Prosedur Pompa Uji,
Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of
Environmental Geology), No. 23, Juni 1998 pp. 40-
54.
Tjia, H.D., (1987). Geomorfologi, Dewan Bahasa dan
Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia, Kuala
Lumpur.
Todd, D.K. (1980). Groundwater Technology. Associate
Professor of Civil Engineering California University.
John Wiley and Son. New York.

Prosiding Seminar Nasional Fisika, Mataram-Lombok, 14 November 2015 4


Penulis 1 dkk. Petunjuk Penulisan...

Prosiding Seminar Nasional Fisika, Mataram-Lombok, 14 November 2015 5

Anda mungkin juga menyukai