Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN PERUBAHAN FUNGSI FISIK TERHADAP KEBUTUHAN AKTIVITAS

HIDUP SEHARI-HARI (AHS) PADA LANSIA DENGAN STROKE (STUDI PADA UNIT
REHABILITASI SOSIAL KOTA SEMARANG)

Putri Nur Indahsari * )


Fery Agusman MM ** ), Sri Indah Ekowati * * )

* ) Alumnus Program Sarjana / STIKES Karya Husada Semarang


* * ) Dosen Program Sarjana / STIKES Karya Husada Semarang

ABSTRAK

Insiden stroke mengenai populasi usia lanjut yang berusia 75-84 tahun sekitar 10 kali dari populasi 55-
64 tahun (Azizah, 2011). Dari jumlah tersebut, sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga lainnya
mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami gangguan
fungsional berat yang mengharuskan penderita terus menerus di kasur. Stroke yang menyerang lanjut
usia menyebabkan ketergantungan lanjut usia makin meningkat. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui hubungan perubahan fungsi fisik terhadap kebutuhan Aktivitas Hidup Sehari-hari (AHS)
pada lansia dengan stroke (Studi pada Unit Rehabilitasi Sosial Kota Semarang). Jenis penelitian ini
adalah deskriptif korelasi dengan rancangan cross sectional. Populasi dan sampel adalah lansia dengan
stroke yang menghuni Balai Rehabilitasi Sosial “Mandiri” Semarang dan Balai Rehabilitasi Sosial
“Wira Adi Karya” Ungaran sebanyak 32 dengan teknik pengambilan sampel Purposive Sampling.
Hasil penelitian didapatkan mayoritas umur responden adalah 69,75 tahun, jenis kelamin sebagian
besar adalah laki-laki. Perubahan fungsi fisik pada lansia dengan stroke sebagian besar berjalan
dengan bantuan. Kebutuhan Aktivitas Hidup Sehari-hari (AHS) pada lansia stroke sebagian besar
dependen berat. Ada hubungan perubahan fungsi fisik terhadap kebutuhan Aktivitas Hidup Sehari-hari
(AHS) pada lansia dengan stroke (Studi pada Unit Rehabilitasi Sosial Kota Semarang)
(pvalue=0,029). Diharapkan masyarakat, terutama yang mempunyai anggota keluarga lansia dengan
stroke mampu memantau kesehatan lansia terutama perubahan fungsi fisik dan kebutuhan Aktivitas
Hidup Sehari-hari (AHS) untuk meningkatkan pelayanan pada lansia.

Kata kunci : Perubahan fungsi fisik, Aktivitas hidup sehari-hari, lansia dengan stroke

ABSTRACT

The incidence of stroke of the elderly population aged 75-84 years about 10 times the population of
55-64 years (Azizah, 2011). Of these, one-third can be restored, another third have mild to moderate
functional impairment and the remaining third had severe functional impairment requiring continuous
patients in bed. Stroke attacking elderly causes increased elderly dependency. The purpose of this
study is to determine the relationship of change in physical functioning to the needs of Everyday Life
Activities in the elderly with stroke (Studies in Social Rehabilitation Unit of Semarang). This research
is descriptive correlation with cross sectional. Population and sample are elderly with stroke who
inhabit the Social Rehabilitation Center “Mandiri” Semarang and Social Rehabilitation Center “Wira
Adi Karya” Ungaran as much as 32 with purposive sampling technique. The results, the majority of
respondents was 69.75 years of age, gender predominantly male. Changes in physical function in
elderly with stroke is mostly walk with help. The needs of Daily life activity in elderly with stroke
most heavily dependent. There is correlation change of physical function to the needs of Everyday
Life Activities (AHS) in the elderly with stroke (Studies in Social Rehabilitation Unit of Semarang)
(pvalue = 0.029). Expected by society, especially the elderly with stroke to be able of monitoring the
health of the elderly, especially changes in physical function and needs of Everyday Life Activity
(AHS) to improve services to the elderly.

Keywords : changes in physical function, life activities, elderly with stroke

24 Jurnal Keperawatan Komunitas . Volume 1, No. 1, Mei 2013; 24-32


PENDAHULUAN penderita (Maryam, et al.2008). Kualitas hidup
penderita lansia stroke merupakan hal yang
Manusia dalam hidupnya akan sangat krusial. Berdasarkan hasil penelitian
mengalami perkembangan dalam serangkaian Morgental, (2001) yang dilakukan di USA
periode yang berurutan, mulai dari periode dengan responden lansia yang tinggal di panti
prenatal hingga lansia. Setiap masa yang di dan yang tidak tinggal di panti, diperkirakan
lalui merupakan tahap-tahap yang saling 17% lansia yang tidak tinggal di panti
berkaitan dan tidak di ulang kembali. Tiap-tiap mengalami kesulitan dalam melakukan
apa saja yang di lakukan pada masa awal Aktivitas Hidup Sehari-hari (AHS).
perkembangan akan memberikan pengaruh Kelompok ini memerlukan perhatian
terhadap tahap-tahap selanjutnya. Salah satu khusus dan masalah yang di alami oleh lansia
tahap yang akan dilalui adalah masa lanjut usia stroke itu sendiri berupa gangguan atau
atau lansia (Azizah, 2011). perubahan fungsi fisik dan psikologis. Dampak
Lansia sangat riskan dengan berbagai dari perubahan pada lanjut usia cenderung
penyakit, baik penyakit degeneratif maupun pada bentuk perubahan yang negatif. Penuaan
penyakit karena kardiovaskuler, seperti stroke. merupakan faktor resiko timbulnya berbagai
Dalam sambutannya Menkes mengatakan, penyakit antaralain stroke yang merupakan
Indonesia mengalami beban ganda penyakit, penyakit karena organ tubuh termasuk
yaitu Penyakit Menular (PM) yang masih pembuluh darah, otak menjadi rapuh. Di
menjadi masalah, sedangkan Penyakit Tidak Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor
Menular (PTM) juga semakin meningkat. Hal tiga yang mematikan setelah jantung dan
tersebut ditunjukkan dengan data kematian kanker (Azizah, 2011).
akibat PTM yang tadinya 41,7 % pada tahun Survei awal yang dilakukan peneliti
1995 menjadi 59,5 % pada tahun 2007. jumlah lansia di Balai Rehabilitasi Sosial
Penyebab kematian tertinggi di Indonesia “Mandiri” Semarang dalam kurun waktu tiga
adalah stroke (15,4 %). Data Riskesdas 2007 tahun terakhir, dimulai tahun 2010 sebanyak
menunjukkan di perkotaan, kematian akibat 107 lansia, tahun 2011 sebanyak 115 lansia
stroke pada kelompok usia 45-54 tahun sebesar dan tahun 2012 sebanyak 115 lansia.
15,9%, sedangkan di perdesaan sebesar 11,5%. Sementara jumlah lansia yang mengalami
Hal tersebut menunjukkan PTM (utamanya stroke tahun 2010 sebanyak 15 lansia, pada
stroke) menyerang usia produktif. Sementara tahun 2011 sebanyak 13lansia dan tahun 2012
itu prevalensi PTM lainnya cukup tinggi, yaitu: sebanyak 13 lansia. Dan survei yang dilakukan
hipertensi (31,7%), arthritis (30.3%), penyakit peneliti di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adi
jantung (7.2%), dan cedera (7,5%). (Menkes, Karya” Ungaran diperoleh data jumlah lansia
2012, ¶ 3,http: / /www.depkes.go.id, diperoleh tahun 2010 sebanyak 100 lansia, tahun 2011
tanggal 15 Mei 2012). sebanyak 99 lansia dan tahun 2012 sebanyak
Insiden stroke mengenai populasi usia 100 lansia. Jumlah lansia dengan stroke tahun
lanjut yang berusia 75-84 tahun sekitar 10 kali 2010 sebanyak 15 lansia, tahun 2011 sebanyak
dari populasi 55-64 tahun (Azizah, 2011). Dari 17 lansia dan tahun 2012 sebanyak 17 lansia.
jumlah tersebut, sepertiganya bisa pulih Perubahan yang terjadi antara lain
kembali, sepertiga lainnya mengalami berupa perubahan mental yang dapat
gangguan fungsional ringan sampai sedang dan mempengaruhi pikiran dan dampak emosional.
sepertiga sisanya mengalami gangguan Hilangnya sensori akibat ketidakmampuan
fungsional berat yang mengharuskan penderita berbicara 11,52%, kesulitan berjalan 16,43%,
terus menerus di kasur. Stroke yang berpakaian 3,39%, mengendalikan buang air
menyerang lanjut usia menyebabkan besar dan kecil 14,04%, mandi 14,04%, makan
ketergantungan lanjut usia makin meningkat 3,39%. Dan perubahan kepribadian bisa berupa
(Azizah, 2011). halusinasi dan depresi, khususnya bila hanya
Kejadian ini menunjukkan bahwa berbaring di tempat tidur sehingga kebutuhan
serangan stroke meningkat. Bisa karena Aktivitas Hidup Sehari-hari (AHS) tidak
serangan yang terulang maupun serangan terpenuhi (Maryam, et al.2008).
mendadak. Stroke merupakan suatu kondisi Data diatas menunjukkan perubahan
yang mempengaruhi jutaan orang Amerika fungsi fisik yang terjadi pada pemenuhan
bahkan dunia dan dapat mengakibatkan untuk Aktivitas Hidup Sehari-hari (AHS)
keterbatasan fungsional kronis secara sangat nampak jelas dan membuat lansia
signifikan dan terjadi penurunan kualitas hidup

Hubungan Perubahan Fungsi Fisik Terhadap Kebutuhan Aktivitas Hidup Sehari-Hari (AHS) 25
Pada Lansia Dengan Stroke (Studi Pada Unit Rehabilitasi Sosial Kota Semarang)
Putri Nur Indahsari, Fery Agusman MM, Sri Indah Ekowati
terutama dengan stroke semakin sulit untuk Desain atau rancangan penelitian
memenuhi kubutuhan aktivitas hidup dasarnya. merupakan kerangka acuan bagi peneliti
Berdasarkan uraian di atas, sangat erat untuk mengkaji hubungan antar variabel
perubahan fungsi fisik lansia dengan stroke dalam suatu penelitian (Riyanto, 2011).
terhadap pemenuhan kebutuhan Aktivitas Hubungan yang digambarkan tersebut
Hidup Sehari-hari (AHS). Sehingga peneliti merupakan situasi atau gambaran yang
tertarik untuk meneliti hubungan perubahan objektif dan sedang dihadapi pada situasi
tersebut dengan judul “Hubungan perubahan sekarang atau disebut metode diskritif
fungsi fisik terhadap kebutuhan Aktivitas (Notoatmodjo, 2002). Hubungan dua
Hidup Sehari-hari (AHS) pada lansia dengan variabel tersebut merupakan salah satu dari
stroke (Studi pada Unit Rehabilitasi Sosial deskriptif studi korelatif, yaitu merupakan
Kota Semarang)” (Azizah, 2011). penelitian atau penelaahan hubungan
antara dua variabel pada suatu situasi atau
METODE PENELITIAN sekolompok subjek (Notoatmodjo, 2002).

A. Waktu dan Tempat Penelitian C. Hipotesa


Penelitian ini dilakukan di Balai Hipotesa yang dirumuskan dalam penelitian
Rehabilitasi Sosial “Mandiri” Semarang ini adalah sebagai berikut:
dan Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adi Ha : Ada hubungan perubahan fungsi
Karya” Ungaran pada bulan Juli sampai fisik terhadap kebutuhan
Agustus 2012. Aktivitas Hidup Sehari-hari
(AHS) pada lansia dengan stroke
(Studi pada Unit Rehabilitasi
B. Jenis dan Desain Penelitian Sosial Kota Semarang)
Desain penelitian ini penulis H0 : Tidak ada hubungan perubahan
menggunakan deskriptif korelasi melalui fungsi fisik terhadap kebutuhan
pendekatan cross sectional. Data-data yang Aktivitas Hidup Sehari-hari
dikumpulkan terdiri dari dua variabel, (AHS) pada lansia dengan stroke
yaitu variabel independen dan variabel (Studi pada Unit Rehabilitasi
dependen, dimana peneliti akan mencari Sosial Kota Semarang)
korelasi diantara variabel-variabel tersebut
(Azwar, 2002).
D. Analisa Data kebutuhan Aktivitas Hidup Sehari-hari
1. Analisa univariat (AHS) pada lansia dengan stroke
Penelitian analisa univariat (Studi pada Unit Rehabilitasi Sosial
adalah analisa yang dilakukan Kota Semarang) menggunakan uji
menganalisis tiap variabel dari hasil statistik Chi-Square dengan derajat
penelitian (Notoatmodjo, 2010). kepercayaan 5% (0,05).
Setelah dilakukan Adapun rumus yang digunakan adalah
pengumpulan data kemudian data sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010) :
dianalisa menggunakan statistik  fo  fe
deskriptif untuk mendapatkan dalam X2 =  fe
bentuk tabulasi, dengan cara
memasukkan seluruh data kemudian Keterangan :
diolah secara statistik deskriptif yang X2: Nilai Chi Square
digunakan untuk melaporkan hasil fo: Nilai hasil pengamatan untuk tiap
dalam bentuk distribusi frekuensi dan kategori
prosentase (%) dari masing-masing fe: Nilai hasil yang diharapkan untuk
variabel. tiap kategori
2. Analisa bivariat Analisa data Chi-Square mempunyai
Analisa data bivariat adalah syarat yaitu :
analisa yang dilakukan lebih dari dua a. Skala ukur ordinal atau nominal
variabel (Notoatmodjo, 2010). bentuk data kategorik
Analisa bivariat berfungsi b. Tidak boleh ada sel yang
untuk mengetahui hubungan mempunyai nilai harapan / nilai
perubahan fungsi fisik terhadap ekspektasi (nilai E kurang dari 1)

26 Jurnal Keperawatan Komunitas . Volume 1, No. 1, Mei 2013; 24-32


c. Tidak boleh ada sel yang Berdasarkan uji statistik
mempunyai nilai harapan / nilai dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak
ekspektasi kurang dari 5, lebih dan Ha diterima bila didapatkan nilai p
20% dari keseluruhan sel. ≤ 0,05 dan Ho diterima dan Ha ditolak
bila didapatkan nilai p > 0,05.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
a. Umur
Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan umur di Balai Rehabilitasi Sosial “Mandiri”
Semarang dan Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adi Karya” (Studi pada Unit
Rehabilitasi Sosial Kota Semarang) tahun 2012

Variabel Mean Min Max SD


Umur 69,75 64 79 4,853

Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa umur responden rata-rata adalah 69,75 tahun,
dengan standard deviasi 4,853. Umur reponden paling rendah adalah umur 64 tahun dan
tertinggi adalah 79 tahun.
b. Jenis Kelamin
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di Balai Rehabilitasi
Sosial “Mandiri” Semarang dan Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adi Karya”
(Studi pada Unit Rehabilitasi Sosial Kota Semarang) tahun 2012

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase


Laki-laki 17 53,1
Perempuan 15 46,9
Jumlah 32 100

Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jenis kelamin sebagian besar adalah laki-laki
sebanyak 17 responden (53,1%) dan perempuan sebanyak 15 responden (46,9%).

2. Analisis Univariat
a. Perubahan fungsi fisik pada lansia dengan stroke (Studi pada Unit Rehabilitasi Sosial
Kota Semarang)
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perubahan fungsi fisik pada lansia
dengan stroke (Studi pada Unit Rehabilitasi Sosial Kota Semarang) tahun
2012

Perubahan Fungsi Fisik Frekuensi Persentase


Harus memakai kursi roda 15 46,9
Berjalan dengan bantuan 17 53,1
Jumlah 32 100

Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa perubahan fungsi fisik pada lansia dengan
stroke sebagian besar berjalan dengan bantuan sebanyak 17 responden (53,1%) dan harus
memakai kursi roda sebanyak 15 responden (46,9%).
b. Kebutuhan Aktivitas Hidup Sehari-hari (AHS) pada lansia stroke (Studi pada Unit
Rehabilitasi Sosial Kota Semarang)
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kebutuhan Aktivitas Hidup Sehari-
hari (AHS) pada lansia stroke (Studi pada Unit Rehabilitasi Sosial Kota
Semarang) tahun 2012

Hubungan Perubahan Fungsi Fisik Terhadap Kebutuhan Aktivitas Hidup Sehari-Hari (AHS) 27
Pada Lansia Dengan Stroke (Studi Pada Unit Rehabilitasi Sosial Kota Semarang)
Putri Nur Indahsari, Fery Agusman MM, Sri Indah Ekowati
Kebutuhan aktivitas hidup Frekuensi Persentase
sehari-hari (AHS)
Dependen berat 18 56,3
14 43,8
Dependen sedang
Jumlah 32 100

Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa kebutuhan Aktivitas Hidup Sehari-hari (AHS)
pada lansia stroke sebagian besar dependen berat sebanyak 18 responden (56,3%) dan
dependen sedang sebanyak 14 responden (43,8%).

3. Analisis Bivariat
Hubungan perubahan fungsi fisik terhadap kebutuhan Aktivitas Hidup Sehari-hari (AHS) pada
lansia dengan stroke (Studi pada Unit Rehabilitasi Sosial Kota Semarang)
Tabel 4.5 Hubungan perubahan fungsi fisik terhadap kebutuhan Aktivitas Hidup Sehari-hari
(AHS) pada lansia dengan stroke (Studi pada Unit Rehabilitasi Sosial Kota
Semarang) tahun 2012

Perubahan fungsi fisik Aktivitas hidup Total % OR Pvalue


sehari-hari
Dependen Dependen
berat sedang
f % f %
Harus memakai kursi roda 12 80,0 3 20,0 15 100 7,333 0,029
Berjalan dengan bantuan 6 35,3 11 64,7 17 100
Jumlah 18 56,3 14 43,8 32 100

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa perubahan fungsi fisik harus memakai kursi roda,
sebagian aktivitas hidup sehari-hari adalah dependen berat sebanyak 12 responden (80,0%)
dan dependen sedang sebanyak 2 responden (20,0%). Responden yang perubahan fungsi fisik
berjalan dengan bantuan, sebagian besar aktivitas hidup sehari-hari adalah dependen sedang
sebanyak 11 responden (64,7%) dan dependen berat sebanyak 6 responden (35,3%).

Hasil uji Chi-Square dengan (AHS) pada lansia dengan stroke


nilai statistik Chi Square Continuity (Studi pada Unit Rehabilitasi Sosial
Correctionª, tabel 2x2, dengan Kota Semarang). Nilai Odds Rasio
Expected Count > 5 yaitu 6,56. Dari (OR) sebesar 7,333. Hal ini
uji tersebut didapatkan pvalue = 0,029 menunjukkan perubahan fungsi fisik
(nilai probabilitas (p) <  (0,05)), harus memakai kursi roda mempunyai
dapat disimpulkan ada hubungan peluang 7,3 kali terjadi dependen berat
perubahan fungsi fisik terhadap dibandingkan berjalan dengan bantuan.
kebutuhan Aktivitas Hidup Sehari-hari

B. Pembahasan dengan bantuan hal ini terjadi karena


1. Perubahan fungsi fisik pada lansia lansia mengalami perubahan pada
dengan stroke (Studi pada Unit muskuloskeletal. Lansia makin lama
Rehabilitasi Sosial Kota Semarang) makin menurun kemampuan jantung,
Hasil penelitian diketahui paru, ginjal dan harus menyesuaikan
bahwa perubahan fungsi fisik pada diri atau beradaptasi pada perubahan
lansia dengan stroke sebagian besar tersebut agar bisa mempertahankan
berjalan dengan bantuan sebanyak 17 kehidupannya. Akibat dari perubahan
responden (53,1%). Lansia dengan muskuloskeletal adalah nyeri pada
stroke yang harus memakai kursi roda sendi, kelemahan otot, gerakan
sebanyak 15 responden (46,9%). terbatas, dan resiko terjadinya fraktur.
Perubahan fungsi fisik pada lansia Tortora & Anagnostakos
dengan stroke sebagian besar berjalan (1990 dalam Watson, 2003)
28 Jurnal Keperawatan Komunitas . Volume 1, No. 1, Mei 2013; 24-32
menyatakan bahwa awal dari berpakaian termasuk mengenakan
perubahan sistem muskuloskeletal sepatu, mengontrol defekasi,
adalah terjadinya penurunan fungsi mengontrol berkemih (Pudjiastuti,
dan masa dari sel. Konsep lain yang 2003).
berhubungan dengan musculoskeletal Lansia yang mengalami stroke
menyebutkan bahwa otot mengendur, sebagian besar AHS dalam kategori
berkurangnya energi dan sering merasa dependen berat. Responden tidak
lelah, langka-langkah kaki yang dapat melakukan aktivitas sehari-hari
semakin pendek dan lamban, gerakan semua dibantu oleh orang lain. Lansia
tangan yang berkurang, pertumbuhan yang dependen berat secara fisiknya
tinggi badan terhenti, gangguan pada sudah tidak sehat lagi. Bertambah usia
sendi-sendi kartlago, persendian tulang juga dapat mempengaruhi
yang keropos (Stanhope & Lancaster, kemandirian semakin tua usia lansia
1989 dalam Darmojo dan Martono, seseorang maka tingkat
2000). kemandiriannya menurun.
Penelitian Nugroho (2007), Kelompok ini memerlukan
perubahan fungsi fisik dan dukungan perhatian khusus dan masalah yang di
keluarga dengan respon psikososial alami oleh lansia stroke itu sendiri
pada lansia di kelurahan berupa gangguan atau perubahan
Kembangarum Semarang. Desain fungsi fisik dan psikologis. Dampak
penelitian yang digunakan adalah dari perubahan pada lanjut usia
analisis univariat. Menunjukkan bahwa cenderung pada bentuk perubahan
45% lansia masih mampu melakukan yang negatif. Penuaan merupakan
fungsi fisik mandiri (tidak dibantu faktor resiko timbulnya berbagai
keluarga), 23,6% lansia mempunyai penyakit antaralain stroke yang
ketergantungan fungsi fisik ringan, merupakan penyakit karena organ
yaitu dalam melakukan aktivitas tubuh termasuk pembuluh darah, otak
sahari-hari dibantu oleh keluarga, 30% menjadi rapuh.
lansia mengalami ketergantungan Hasil penelitian Morgental
moderat dan 11,4% lansia mengalami (2001) dengan responden lansia yang
ketergantungan berat yang harus tinggal di panti dan yang tidak tinggal
dibantu oleh keluarga dalam di panti, diperkirakan 17% lansia yang
menjalankan aktivitas sehari-hari. tidak tinggal di panti mengalami
2. Kebutuhan Aktivitas Hidup Sehari- kesulitan dalam melakukan Aktivitas
hari (AHS) pada lansia stroke (Studi Hidup Sehari-hari (AHS).
pada Unit Rehabilitasi Sosial Kota 3. Hubungan perubahan fungsi fisik
Semarang) terhadap kebutuhan Aktivitas
Kebutuhan Aktivitas Hidup Hidup Sehari-hari (AHS) pada
Sehari-hari (AHS) pada lansia stroke lansia dengan stroke (Studi pada
sebagian besar dependen berat Unit Rehabilitasi Sosial Kota
sebanyak 18 responden (56,3%) dan Semarang)
dependen sedang sebanyak 14 Penelitian menunjukkan
responden (43,8%). Aktivitas Hidup bahwa perubahan fungsi fisik harus
Sehari-hari (AHS) responden diukur memakai kursi roda, sebagian aktivitas
dengan menggunakan indeks barthel hidup sehari-hari adalah dependen
yang dimodifikasi. Pengukuran berat sebanyak 12 responden (80,0%).
meliputi sepuluh kemampuan sebagai Responden yang perubahan fungsi
berikut : makan, berpindah dari kursi fisik berjalan dengan bantuan,
roda ke tempat tidur dan sebaliknya, sebagian besar aktivitas hidup sehari-
termasuk duduk ditempat tidur, hari adalah dependen sedang sebanyak
kebersihan diri, mencuci muka, 11 responden (64,7%). Hasil uji Chi-
menyisir, mencukur, dan menggosok Square disimpulkan ada hubungan
gigi, aktivitas di toilet (menyemprot, perubahan fungsi fisik terhadap
mengelap), mandi, berjalan di jalan kebutuhan Aktivitas Hidup Sehari-hari
yang datar (jika tidak berjalan, lakukan (AHS) pada lansia dengan stroke
dengan kursi roda), naik turun tangga,

Hubungan Perubahan Fungsi Fisik Terhadap Kebutuhan Aktivitas Hidup Sehari-Hari (AHS) 29
Pada Lansia Dengan Stroke (Studi Pada Unit Rehabilitasi Sosial Kota Semarang)
Putri Nur Indahsari, Fery Agusman MM, Sri Indah Ekowati
(Studi pada Unit Rehabilitasi Sosial responden pada tingkat ketergantungan
Kota Semarang). dalam mandi, sedangkan dalam
Penurunan fungsi fisik yang berpakaian, toileting, berpindah,
sangat besar pada para lansia ini kontinensia, dan makan pada tingkat
banyak menghambat setiap aktivitas mandiri. Sebanyak 92% responden
fisik lainnya seperti pada Aktivitas pada tingkat ketergantungan
Hidup Sehari-hari (AHS). Lansia fungsional dalam semua aktivitas, baik
dengan stroke mengalami gangguan dalam mandi, berpakaian, toileting,
pada muskuloskeletal. Lansia dengan berpindah, kontinensia, makan.
stroke mengalami masalah gemetar
pada tangan (tremor), kepala berputar C. Keterbatasan Penelitian
(vertigo), ketidakmampuan untuk Keterbatasan dalam penelitian ini adalah
menelan (disfagia), gangguan motorik pada saat dilakukan penelitian lansia
pada lidah, mulut, rahang dan pita sedang tidak berada di tempat dan sedang
suara sehingga pasien sulit bicara sakit berat sehingga belum mewakili
(disatria), kehilangan kesadaran seluruh populasi lansia yang ada. Untuk
sepintas (sinkop), penurunan penelitian selanjutnya agar di perhatikan
kesadaran secara lengkap (strupor), lebih seksama.
koma, pusing, gangguan daya ingat,
kehilangan dayaingat terhadap KESIMPULAN DAN SARAN
lingkungan (disorientasi), gangguan
penglihatan, seperti penglihatan ganda A. Kesimpulan
(diplopia), gerakan arah bola mata 1. Mayoritas umur responden adalah
yang tidak dikehendaki (nistagmus), 69,75 tahun, jenis kelamin sebagian
penurunan kelopak mata (ptosis), besar adalah laki-laki.
kurangnya daya gerak mata, kebutaan 2. Perubahan fungsi fisik pada lansia
setengah lapang pandang pada belahan dengan stroke sebagian besar berjalan
kanan atau kiri kedua mata dengan bantuan.
(hemianopia homonim), gangguan 3. Kebutuhan Aktivitas Hidup Sehari-
pendengaran, rasa kaku di wajah, hari (AHS) pada lansia stroke sebagian
mulut atau lidah. Masalah yang besar dependen berat.
dialami lansia dengan stroke tersebut 4. Ada hubungan perubahan fungsi fisik
dapat berpengaruh pada aktivitas terhadap kebutuhan Aktivitas Hidup
hidup sehari-hari lansia di panti. Sehari-hari (AHS) pada lansia dengan
Rachmawati (2006) stroke (Studi pada Unit Rehabilitasi
mengatakan bahwa berbagi masalah Sosial Kota Semarang) (pvalue=0,029)
yang ada pada system musculoskeletal
lansia menyebabkan kemampuan B. Saran
fungsional fisik pada lansia akan 1. Unit rehabilitasi
semakin berkurang. Penilaian a. Mampu menggunakan Indeks
kemampuan fungsional fisik tersebut Barthel untuk menilai kebutuhan
dapat dilihat dari berbagai aspek, Aktivitas Hidup Sehari-hari (AHS)
Perawatan : makan, berias, mandi, pada lansia.
berpakaian tubuh bagian atas, b. Institusi pelayanan dapat
berpakaian tubuh bagian bawah dan meningkatkan pelayanan
toileting, kontrol sfingter : pengelolaan keperawatan lansia, khususnya
berkemih dan pengelolaan buang air dengan stroke.
besar, mobilisasi transfer: tempat tidur, 2. Institusi pendidikan keperawatan
kursi, kursi roda, toilet dan mandi, dan a. Sebagai acuan untuk pendidikan
lokomotor : jalan kaki, kursi roda dan keperawatan terutama untuk mata
naik tangga. ajar keperawatan gerontik.
Hasil penelitian Prastowo b. Memperluas wawasan tentang
(2008), tingkat Aktivitas Hidup penggunaan instrumen penilaian
Sehari-hari (AHS) lansia stroke pada kesehatan.
ruang keperawatan di RSUD
Kanjuruhan Kepanjen adalah 80%

30 Jurnal Keperawatan Komunitas . Volume 1, No. 1, Mei 2013; 24-32


Edition). Philadelphia:
3. Masyarakat Lippincoot Williams & Wilkins.
Masyarakat, terutama yang
mempunyai anggota keluarga lansia Koentjaraningrat. (2000). Pengantar Ilmu
dengan stroke mampu memantau Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
kesehatan lansia terutama perubahan
fungsi fisik dan kebutuhan Aktivitas Luackenotte, A.G. (2000). Gerontologic
Hidup Sehari-hari (AHS) untuk Nursing. St. Louis: Mosby-Yaer
meningkatkan pelayanan pada lansia. Book Inc.
4. Lansia
Bagi lansia agar dapat meningkatkan Maryam, et.al. (2008). Mengenal usia lanjut
kemandirian dalam melakukan dan perawatannya. Jakarta: salemba
aktivitas hidup sehari-hari (AHS) medika.
tanpa bantuan orang lain.
Mcmurray, A. (2003). Community Health and
DAFTAR PUSTAKA Wellness. Australia: Elsevier.

Ali, Zaidin (2010). Pengantar Keperawatan Nasution. (2004). Metode research (penelitian
Keluarga. Jakarta : EGC. Ilmiah), Jakarta, Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Notoatmodjo,S. (2002). Metodologi Penelitian


Pendekatan Praktek. Jakarta : Kesehatan. (Edisi Revisi). Jakarta:
Rineka Cipta. Penerbit Rineka Cipta.

Azizah, Lilik (2011). Keperawatan Lanjut Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan


Usia. Edisi Pertama. Yogyakarta: Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Graha Ilmu.
Nurjanah, Intansari S.Kep. (2004). Pedoman
Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan Validitas. Penanganan Pada Gangguan Jiwa.
Edisi kelima. Yogyakarta: Pustaka Yogyakarta : Momedia.
Pelajar Offset.
Nursalam,(2008). Konsep dan Penerapan
Brunner & Suddarth (2001). Buku Ajar Metodelogi Penelitian Ilmu
Keperawatan Medikal Bedah. Edisi Keperawatan, Pedoman Skripsi,
Delapan. Jakarta: EGC. Tesis Instrumen Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Dahlan, Sopiyudin (2011). Statistik Untuk
Kedokteran Dan Kesehatan. Edisi Rachmawati. (2006). Nyeri muskuloskeletal
Lima. Jakarta: Salemba Medika. dan hubungannya dengan
kemampuan fungsional fisik
Darmojo, R.B.& Martono, H.H. (2004). pada lanjut usia. Skripsi. Jakarta:
Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Uneversitas Trisakti.
lanjut). Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. Riyanto, Agus (2011). Aplikasi Metodologi
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Effendy & Makhfudli.(2009). Keperawatan Nuba Medika.
Kesehatan Komunitas. Teori dan
Praktik Dalam Keperawatan. Sambutan Menkes, 2012,
Jakarta: Selemba Medika. http://www.depkes.go.id, diperoleh
tanggal 15 mei 2012.
Fauzi, Muchamad (2009). Metode Penelitian
Kuantitatif. Cetakan pertama. Saryono, Skp. Mkes. (2010). Kumpulan
Semarang: Walisongo Press. Intrumen Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Ibrahim, Afaf. (2007). Theoretical nursing.
Development & Progress. (4th

Hubungan Perubahan Fungsi Fisik Terhadap Kebutuhan Aktivitas Hidup Sehari-Hari (AHS) 31
Pada Lansia Dengan Stroke (Studi Pada Unit Rehabilitasi Sosial Kota Semarang)
Putri Nur Indahsari, Fery Agusman MM, Sri Indah Ekowati
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Penerbit
Alfabeta.

Suprajito. (2004). Asuhan Keperawatan


keluarga . Jakarta: EGC.

Suryati, et al. (2007). Keperawatan medikal


bedah gangguan sistem persarafan.
Jakarta: CV. Agung Seto.

Watson, Roger. (2003). Perawatan Pada


Lansia. Jakarta: EGC.

32 Jurnal Keperawatan Komunitas . Volume 1, No. 1, Mei 2013; 24-32

Anda mungkin juga menyukai