Kimia Dasar I
KESETIMBANGAN ASAM-BASA
FIRNA APRILIA
H031191071
KELOMPOK VI
PENDAHULUAN
Di kehidupan sehari-hari sering ditemukan rasa pahit, getir, asam asin dan
manis pada makanan atau zat karena sifat zat tersebut, yaitu sifat yang berkaitan
dengan asam, basa dan garam. Rasa asam terkait dengan suatu zat yang dalam ilmu
kimia digolongkan sebagai asam. Rasa pahit terkait dengan bahan lain yang
digolongkan sebagai basa. Namun, tidak semua yang mempunyai rasa pahit
merupakan basa. Basa dapat dikatakan sebagai lawan dari asam. Jika asam dicampur
dengan basa, maka kedua zat itu saling menetralkan, sehingga sifat asam dan basa
dihilangkan. reaksi antara asam dan basa dapat menghasilkan garam, tergantung nsur
penyusunnya. Namun begitu, tidak semua bahan kimia aman untuk dicicipi, maka
diperlukan alat untuk mengidentifikasi senyawa tersebut. Alat ini biasa disebut
indikator asam basa. Indikator artinya “penunjuk” sebagai acuan dalam menentukan
nilai pH suatu larutan. Biasanya indikator asam basa berupa zat kimia yang
mempunyai warna yang berbeda apabila ditambahkan ke dalam larutan asam dan
basa. Ada beragam jenis indikator asam basa yang biasanya digunakan di
(seperti fenolftalein, metil merah, brom timol biru), dan indikator alam. Indikator
praktikan dapat lebih mengerti dan memahami cara membedakan larutan asam dan
basa serta dapat lebih mahir dalam penggunaan alat-alat laboratorium, penggunaan
indikator asam basa universal serta indikator larutan yang berbagai macam.
1.2 Rumusan Masalah
terhadap nilai pH suatu larutan serta dapat mengetahui besar nilai derajat ionisasi dari
larutan asam lemah yang diencerkan secara bertingkat. Mencatat hasil pengamatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dan secara simultan X, Y, dan Z berubah menjadi A, B, dan C, proses gabungan ini
disebut reaksi reversibel dan diungkapkan dengan persamaan bertanda panah ganda
dibawah ini
Zat disebelah kiri tanda panah disebut dengan reaktan dan zat disebelah kanan
disebut produk. Ditahap awal reaksi, konsentrasi produk rendah, dan akibatnya laju
reaksi balik juga rendah. Dengan berjalannya reaksi, laju reaksi balik akan
meningkat, dan sebaliknya laju reaksi maju akan semakin rendah. Ketika akhirnya
laju dua reaksi sama , nampaknya seolah tidak ada reaksi lagi keadaan semacam ini
yang apabila dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion H+ sedangkan basa adalah
zat yang apabila dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion OH-. Menurut Bronsted
Lowry asam adalah spesi yang mampu mendonorkan proton (H+) sedangkan basa
adalah spesi yang mampu menerima proton (H). Asam-basa menurut Lewis, asam
adalah spesi yang mampu menerima pasangan electron dan basa adalah spesi yang
Asam didefinisikan sebagai zat yang terionisasi dalam air yang memghasilkan
ion H+. Adapun sifat umum dari asam yaitu memiliki rasa asam, menyebabkan
perubahan warna pada pewarna alami, bereaksi dengan logam tertentu, dan
adalah ion H+ (ion hidrogen), sehingga rumus kimia asam selalu mengandung atom
hidrogen. Ion adalah ataom atau sekelompok atom yang bermuatan listrik. Kation
adalah ion yang bermuatan listrik positif. Adapun anion dalah ion yang bermuatan
listrik negatif (Rintayati, 2016). Basa adalah zat yang apabila dilarutkan dalam air
pH merupakan besaran fisis dan diukur pada skala 0 sampai 14. Bila pH < 7 larutan
bersifat asam, pH > 7 larutan bersifat basa, dn pH = 7 larutan bersifat netral. Menurut
Oxtoby dkk (2001) konsentrasi ion H+ dan ion OH– hasil ionisasi air sangat
negatif BOH (aq) 18 logaritma konsentrasi molar ion H+ dan pOH sebagai negatif
berikut.
pH = -log[H+] (2)
-
pOH = -log [OH ] (3)
Menurut Takeuchi (2006) kekuatan asam didefinisikan oleh konstanta
kesetimbangan disosiasi Ka, disebut juga dengan konstanta disosiasi elektrolit atau
sebagai :
pKa = log Ka (4)
Dengan menggunakan pKa, nilai Ka yang sangat kecil diubah menjadi nilai
yang mudah ditangani. Jadi, menggunakan pKa sama dengan menggunakan pH.
dengan jumlah zat mula-mula. Dapat dinyatakan sebagai berikut, yaitu jika zat
mengion sempurna, maka derajat ionisasinya adalah 1, jika zat tidak ada yang
mengion, maka derajat ionisasinya sama dengan 0. Jadi, batas-batas derajat ionisasi
larutan lain yang lebih pekat. Misalkan ketika ingin mempersiapkan 1 L larutan KMnO4 0,400
M dari larutan KMnO4 1,00 M. Untuk tujuan ini, diperlukan 0,400 mol KMnO4. Karena ada 1,00
mol KMnO4 dalam 1 L larutan KMnO 4 1,00 M, terdapat 0,400 mol KMnO4 dalam 0,400 L dari
larutan yang sama. Oleh karena itu, diperlukan 400 mL dari larutan KMnO4 1,00 M dan
mengencerkan ke 1000 mL dengan menambahkan air. Metode ini memberi kita 1 L larutan
KMnO4 0,400 M. Dalam proses pengenceran, perlu diingat bahwa penambahan pelarut untuk
jumlah tertentu larutan stok mengakibatkan penurunan konsentrasi larutan tanpa mengubah
jumlah mol zat terlarut dalam larutan. Dengan kata lain, mol zat terlarut sebelum pengenceran
sama dengan mol zat terlarut setelah pengenceran (tidak berubah) Karena molaritas didefinisikan
sebagai mol zat terlarut dalam satu liter larutan, sehingga dapat disimpulkan bahwa
M1 × V1 = M2 × V2 (5)
Mol larutan sebelum pengenceran sama dengan mol larutan setelah pengenceran dimana
M1 merupakan konsentrasi awal dan M2 merupakan konsentrasi akhir dari larutan dalam molaritas
dan V1 dan V2 merupakan volume awal dan akhir dari larutan. Tentu saja satuan V1 dan V2 harus
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan
Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kesetimbangan asam basa yaitu
larutan asam formiat 0,1 M, larutan asam asetat 0,1 M, akuades, kertas pH universal, tissue roll,
Alat–alat yang digunakan dalam praktikum kesetimbangan asam basa yaitu labu takar 50
mL, pipet volume 5 mL, termometer 100ºC, sikat tabung, bulb, pipet tetes, labu semprot, dan
dalam labu ukur 50 mL lalu diimpitkan sampai tanda batas dengan menggunakan
labu ukur 50 mL lalu dihimpitkan sampai tanda batas dengan menggunakan akuades
dan dihomogenkan sehingga diperoleh larutan asam asam asetat 0,01 M. 5 mL larutan
larutan ini hingga diperoleh 0,0001 M. Pengenceran yang sama dilakukan untuk
A 0,01 3
B 0,001 4
C 0,0001 6
D 0,00001 7
A 0,01 2
B 0,001 3
C 0,0001 4
D 0,00001 6
Berdasarkan data pada tabel di atas, konsentrasi larutan asam formiat (HCOOH) dan
sebanyak empat kali yang berarti kedua larutan tersebut semakin encer.
Semakin rendah kosentrasi atau kepekatan suatu larutan, maka pHnya akan
semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena keasaman larutan perlahan memudar dan
A 2 3
B 3 4
C 4 5
D 5 6
E 6 7
A 1 2
B 2 3
C 3 4
D 4 5
E 5 6
Teori tersebut sesuai dengan hasil yang didapatkan dari percobaan yang telah
dilakukan. Berdasarkan data pada tabel di atas, pH larutan asam formiat (HCOOH)
dan asam cuka (CH3COOH) semakin naik setelah dilakukan pengenceran bertingkat
sebanyak empat kali yang berarti kedua larutan tersebut semakin encer dan tingkat
salah satu pereaksi diperkecil, maka kesetimbangan akan bergeser kearah kiri atau
asam (Ka).
Tabel 5 : Kesetimbangan Asam Formiat (HCOOH)
Percobaan Kosentrasi (M) Kesetimbangan
A 0,01 10-4
B 0,001 10-5
C 0,0001 10-6
D 0,00001 10-7
A 0,01 10-6
B 0,001 10-7
C 0,0001 10-8
D 0,00001 10-9
Dari hasil percobaan, dapat dilihat bahwa nilai konsentrasi berbanding lurus
dengan tingkat kesetimbangan asam (Ka). Semakin kecil konsentrasi maka semakin
kecil nilai Ka dan semakin besar konsentrasi maka semakin besar pula nilai Ka. Hal
Asam lemah merupakan suatu senyawa yang jika terionisasi hanya dapat
B 0,01 10
C 0,001 10
D 0,0001 1
E 0,00001 1
B 0,01 100
C 0,001 100
D 0,0001 10
E 0,00001 10
Dari tabel di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa konsentrasi dan pH dari
suatu larutan tidak mempengaruhi derajat ionisasi dari larutan tersebut. Namun hasil
percobaan yang didapatkan tidak sesuai dengan teori dimana seharusnya asam cuka
(CH3COOH) yang merupakan asam lemah memiliki derajat ionisasi yang kurang dari
100 %. Hal ini terjadi karena adanya kesalahan dalam pembacaan nilai pH.
LAPORAN PRAKTIKUM
KESETIMBANGAN ASAM-BASA
FIRNA APRILIA
H031191071
Asisten, Praktikan,
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
suatu larutan asam lemah, dan hal ini menyebabkan tingginya nilai pH larutan
itu.
2. larutan asam lemah yang telah diketahui nilai pHnya. Maka dapat pula dicari
5 2 Saran
praktikum agar praktikan dapat melakukan percobaan dengan waktu yang lebih
efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Amry, U.W., Rahayu, S dan Yahmin, 2017. Analisis Miskonsepsi Asam Basa pada
Pembelajaran Konvensional dan Dual Situated Learning Model (DSLM), Jurnal
Pendidikan, 2(3): 385-391.
Djumat, H.H., 2015, Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Larutan
Asam Basa dengan Menggunakan Pendekatan Inkuiri, Jurnal Pendidikan, 13(2):
517-527.
Indira, C., 2015, Pembuatan Indikator Asam-Basa Karamunting. Kaunia, 11(1): 1-10.
Muntholib, 2012, Kimia Dasar 1. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Malang, Malang.
Ngafifuddin, M., Susilo dan Sunarwo, 2017. Penerapan Rancang Bangun pH Meter
Berbasis Arduino pada Mesin Pencuci Film Radiografi Sinar-X, Sains Dasar,
6(1): 66-70.
Oxtoby, D.W., Gillis, H.P. dan Nachtrieb, N.H., 2001, Prinsip-Prinsip Kimia
Modern Edisi Keempat, diterjemahkan oleh Suminar, Jakarta, Erlangga.
Rintayati, P., 2016, Mengenal Asam Basa melalui Model Pembelajaran Visual,
Auditory, Kinesthetic (VAK) Berbasis Eksperimen pada Siswa Kelas 5 Sekolah
Dasar N Mbelik Kecamatan Jebres Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016,
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Pendidikan, 1(1): 142-150.
Takeuchi, Y., 2006, Buku Teks Pengantar Kimia, diterjemahkan oleh Ismunandar,
Iwanami, Tokyo.
Lampiran
A. Asam Formiat
- Homogenkan
- Homogenkan
- Homogenkan
- Homogenkan
- Homogenkan
B. Asam Cuka
Dilakuka kembali seperti cara kerja 1,2 dan 3 dengan mengganti asam formiat
1. Pengenceran
Pengenceran I :
V1 x M2 = V2 x M2
5 mL x 0,1 M = 50 mL x M2
M2 = 0,5
50
M2 = 0,01 M
Pegenceran II :
V1 x M1 = V2 x M2
5 mL x 0,01 M = 50 mL x M2
M2 = 0,05
50
M2 = 0,001 M
Pengenceran III :
V1 x M1 = V2 x M2
5 mL x 0,001 M = 50 mL x M2
M2 = 0,005
50
M2 = 0 ,0001 M
V1 x M1 = V2 x M2
5 mL x 0,0001 M = 50 mL x M2
0,0005 M2 =
50
M2 = 0,00001 M
Pengenceran I :
V1 x M2 = V2 x M2
5 mL x 0,1 M = 50 mL x M2
M2 = 0,5
50
M2 = 0,01 M
Pegenceran II :
V1 x M1 = V2 x M2
5 mL x 0,01 M = 50 mL x M2
M2 = 0,05
50
M2 = 0,001 M
Pengenceran III :
V1 x M1 = V2 x M2
5 mL x 0,001 M = 50 mL x M2
M2 = 0,005
50
M2 = 0 ,0001 M
Pengenceran IV :
V1 x M1 = V2 x M2
5 mL x 0,0001 M = 50 mL x M2
0,0005 M2 =
50
M2 = 0,00001 M
Pengenceran I :
Ka = [10-pH ] 2
[ M]
Ka = [10-3 ] 2
0,01
-4
Ka = 10
Pengenceran II :
[10-pH ] 2 Ka =
[ M]
-5
Ka = [10 -4 ] 2
Ka = 10 0,001
Pengenceran III :
[10-pH ] 2 Ka =
[ M] Ka = [10-6 ] 2
0,0001
Ka = 10-8
Pengenceran IV :
[10-pH ] 2 Ka =
[ M]
[10-7 ] 2 Ka =
0,00001
Ka = 10-9
Pengenceran I :
Ka = [10-pH ] 2
[ M]
Ka = [10-2 ] 2
0,01
-2
Ka = 10
Pengenceran II :
[10-pH ] 2 Ka =
[ M]
-3
Ka = [10-3 ] 2
Ka = 10 0,001
Pengenceran III :
[10-pH ] 2 Ka =
[ M]
Ka = [10-5 ] 2
0,0001
Ka = 10-6
Pengenceran IV :
[10-pH ] 2 Ka =
[ M]
Ka = [10 -6 ] 2
0,00001
-7
Ka = 10
3. Menghitung Derajat Ionisasi
a. Konsentrasi 0,1 M, pH = 2
α 1 = x 100% [10-2 ]
0,1
α= 1 10 %
b. Konsentrasi 0,01 M, pH = 3
α 1 = x 100% [10-3 ]
0,01
α= 1 10 %
c. Konsentrasi 0,001 M, pH = 4
α 1 = x 100% [10-4 ]
0,001
α= 1 10 %
d. Konsentrasi 0,0001 M, pH = 6
[10-6 ] α 1 = x 100%
0,0001
α= 1 1%
e. Konsentrasi 0,00001 M, pH = 7
[10-7 ] α 1 = x 100%
0,00001
α= 1 1%
α 1 = x 100% [10 -1 ]
0,1
α= 1 100 %
b. Konsentrasi 0,01 M, pH = 2
α 1 = x 100% [10-2 ]
0,01
α= 1 100 %
c. Konsentrasi 0,001 M, pH = 3
α 1 = x 100% [10 -3 ]
0,001
α= 1 100%
d. Konsentrasi 0,0001 M, pH = 5
[10-5 ] α 1 = x 100%
0,0001
α= 1 10 %
e. Konsentrasi 0,00001 M, pH = 6
α=
1 10 %
Menghitung Derajat Ionisasi
Gambar 1. Pengenceran
0,1 M
Gambar 2. Pengenceran
0,1 M