Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN

MEATAL STENOSISDI RUANG MAWAR


RSDdr. SOEBANDI JEMBER

disusun untuk memenuhi tugas pada Pendidikan Profesi Ners


Stase Keperawatan Medikal Bedah

oleh:
Josi Novarianto, S.Kep
NIM 082311101061

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Kasus (masalah utama)


Meatal Stenosis
2. Proses terjadinya masalah
a. Pengertian
Meatal stenosis adalah penyempitan abnormal dari lubang (meatus) uretra.
Jika penyempitan menjadi signifikan urine akan mengalami hambatan
aliran dari kantong kemih dan dapat menyebabkan kandung kemih tidak
kosong secara sempurna. Jika tidak segera ditangani hal ini akan
menyebabkan infeksi saluran kemih dan gangguan ginjal (Angel et al,
2014).

Gambar 1. Meatal stenosis

Meatal Stenosis adalah suatu kondisi dimana terjadi penyempitan lubang


uretra, suatulubang pembuangan urine (air kencing) di ujung uretra.
Penyakit ini dapatmenyerang semua orang, baik pria maupun wanita,
namun penyakit inicenderung lebih sering terjadi pada laki-laki. gejala
umum yangbiasanyaterjadi pada penyakit ini adalah adanya gangguan
kekuatan dan arah aliran dari kemih. Penyempitan pada lubang
pembuangan urine akan membuat penderitanya merasa sangat tidak
nyaman saat melakukan buang air kecil, khususnya bagi kaum pria. Jika
keadaan sudah cukup parah, bahkan setelah buang air kecil dapat
terjadi pendarahan atau hematuria, juga adanya infeksi saluran kemih.
Stenosis meatus adalah suatu kondisi yang diperoleh relatif umum terjadi
di 9% -10% dari laki-laki yang disirkumsisi. Gangguan ini ditandai oleh
pancaran urin yang dibelokkan ke atas, sulit memulai kencing dan, disuria
dangan gangguan urgensi dan frekuensi berkemih yang meningkat.
Stenosis meatus tidak membawa risiko kematian. Morbiditas terbatas pada
gejala klinis dan komplikasi bedah,termasuk perdarahan, infeksi, dan
kambuh. Anak-anak yang tidak terlatih toilet lebih cenderung untuk
memperoleh stenosis meatus setelah sunat karena paparan dari urin
terhadap mukosa meatus dalam popok

b. Etiologi
Meatal stenosis dapat disebabkan oleh beberapa hal, namunseringnya
penyakit ini terjadi karena adanya peradangan yang disebabkan oleh
kegiatan sunat bayi yang baru lahir. Peradangan ini kemudian dapat
mengarah ke pertumbuhan jaringan normal dan juga jaringan parut di
uretra. Padaanak yang disirkumsisi, paparanterus-menerusdariurinterhadap
meatus dan trauma mekanisujung distal glans terhadaphasilpopokbasah
(dermatitis amonia) mengakibatkanhilangnyaepitel meatus, danfusidaritepi
ventral nya. Hal inimenghasilkanlubang pinpoint di ujung glans.
Penyebablain stenosis meatus meliputi:
 Kegagalanoperasihipospadia
 Trauma pada ujung glan penis
 penggunaan kateterjangka panjang
 Balanitisxeroticaobliterans.
Balanitisxeroticaobliterans (BXO), yang merupakankondisi abnormal
glans penis yang
menyebabkanperubahanwarnakeputihandanpenampilankering glans yang
akhirnyadapatmenyebabkan stenosis meatus.

c. Patofisiologi
Setelahdisirkumsisi, meatus ataumuaraakhirsalurankemihanak yang
tidakterlatihkekamarmanditerus-menerusakanterpaparterhadapurin, yang
lama kelamaanmengakibatkanperadangan (dermatitis amonia) dan trauma
mekanikakibat meatus menggosokterhadappopokbasah. Hal
inimenyebabkanhilangnyalapisanepitelhalusuretra
distal.Kehilanganlapisanepitelinidapatmengakibatkanperlekatankembalidar
ilapisanepitel di sisi ventral olehjaringanikat (jaringanfibrotik)
akibatdariterputusnyasusunanjaringanepiteltersebut, meninggalkanlubang
pinpoint di ujung glans. Karenakondisiinisangatjarangterjadipadaanak-
anaktidakdisirkumsisi, sirkumsisidiyakinimenjadifaktorpenyebab yang
paling pentingterjadinya stenosis meatus.
Penyebabhipotetis lain
darikondisiiniadalahiskemiaakibatkerusakanarterifrenularselamasrikumsisi
sehinggasuplaidarah yang kurangkebagian distal glans penis
sehinggamenyebabkanpembentukanjaringanikatdanakhirnyamenyebabkan
stenosis meatusPenyebabhipotetis lain
darikondisiiniadalahiskemiaakibatkerusakanarterifrenularselamasrikumsisi
sehinggasuplaidarah yang kurangkebagian distal glans penis
sehinggamenyebabkanpembentukanjaringanikatdanakhirnyamenyebabkan
stenosis meatus.

d. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala pada meatal stenosis berhubungan dengan aliran urine
yang mengalami bendungan akibat penyempitan pada meatus uretra,
antara lain:.
 Gangguan pancaran urin (dibelokkan ke atas), peningkatan kecepatan
aliran urin
 Disuria
 Perlu untuk berdiri kembali atau duduk saat buang air kecil
 Nyeri terbakar pada meatus
 Bercak darah di celana
 Gangguan pengosongan kandung kemih (urgensi, prolonged dan
frequency, incontinence)

e. Komplikasi
1. Residu urin. Pada fase kompensasi dimana otot buli-buli berkontraksi
makin kuat tidak timbul residu. Pada fase dekompensasi maka akan
timbul residu. Residu adalah keadaan dimana setelah kencing masih
ada urine dalam kandung kencing. Dalam keadaan normal residu ini
tidak ada.
2. Refluks vesiko ureteral. Dalam keadaan normal pada waktu buang air
kecil urine dikeluarkan buli-buli melalui uretra. Pada striktur uretra
dimana terdapat tekanan intravesika yang meninggi maka akan terjadi
refluks, yaitu keadaan dimana urine dari buli-buli akan masuk kembali
ke ureter bahkan sampai ginjal.
3. Infeksi saluran kemih dan gagal ginjal. Dalam keadaan normal, buli-
buli dalam keadaan steril. Salah satu cara tubuh mempertahankan buli-
buli dalam keadaan steril adalah dengan jalan setiap saat
mengosongkan buli-buli waktu buang air kecil. Dalam keadaan
dekompensasi maka akan timbul residu, akibatnya maka bulibuli
mudah terkena infeksi. Adanya kuman yang berkembang biak di buli-
buli dan timbul refluks, maka akan timbul pyelonefritis akut maupun
kronik yang akhirnya timbul gagal ginjal dengan segala akibatnya.
f. Pemeriksaan penunjang
1) PemeriksaanFisik
Stenosis meatus dapat diketahui melalui pemeriksaaninpeksi,
saatterdapat meatus yang lebihkecildari normal, terutamajika
dilakukantraksi lateral, tepi ventral meatus
tampakmenyatu.Pengamatananaksaatberkemihsangatmembantudalam
mengkonfirmasikan diagnosis kelainan ini. Jika ingin
dilakukankalibrasi meatus, Litvak et al melaporkanbahwa meatus
padaanakberusiakurangdari 1 tahunsecara normal dapat
dimasukiselangkateter 5F yang sudah dilumasi, sedangkan
padapadaanakusia 1-6 tahun, sebuahselang 8F
haruslolostanpakesulitan.Jika dicurigai terdapat gangguan eliminasi,
urodynamics non-invasif seperti uroflowmetri dengan elektromiografi
(pad elektroda) dan pengukuran kapasitas kandung kemih dan residu
urin setelah berkemih bisa ditunjukkan. Jika suspek infeksi, urinalisis
bisa dilakukan.
2) Uroflowmetri
Uroflowmetriadalah pemeriksaan untuk menentukan kecepatan
pancaran urin. Volume urin yang dikeluarkan pada waktu miksi dibagi
dengan lamanya proses miksi. Kecepatan pancaran urin normal pada
pria adalah 20 ml/detik dan pada wanita 25 ml/detik. Bila kecepatan
pancaran kurang dari harga normal menandakan ada obstruksi (Patel,
2005).

g. Penatalaksanaan
1. Meatotomy
Meatotomy adalah pengobatan definitif untuk stenosis meatus.
Meatotomy adalah prosedur sederhana di mana ventrum dari
meatus dihancurkan (untuk hemostasis) selama 60 detik dengan
mosquito hemostat lurus dan kemudian disisihkan dengan gunting
khusus
Prosedur ini dapat dilakukan menggunakan anestesi topikal lokal
dioleskan secara bebas dan menyeluruh pada seluruh permukaan glans
penis yang ditutup menggunakan kasa dan dibiarkan obatnya bekerja
selama setidaknya satu jam. Setelah satu jam, kasa tadi dibuang dan
penis disiapkan dan dibungkus menjadi bidang steril. Sepanjanng
prosedur ini, yakinkan anak dan katakan padanya apa yang akan
dilakukan. Dengan salah satu pisau hemostat langsung diletakkan ke
meatus dan menghancurkan ventrum dari meatus (sekitar 3 mm)
dengan menutup hemostat tersebut.

Gambar 2. Prosedur Meatotomy

Pisahkan daerah yang telah hancur dengan gunting khusus dan


dioleskan salep antibiotik. Setelah operasi, sangat penting bahwa
petugas kesehatan memisahkan tepi meatus dan mengoleskan salep
antibiotik dua kali sehari selama 2 minggu dan kemudian sekali sehari
selama 2 minggu untuk mencegah satu sisi meatotomy dari menempel
ke sisi yang lain. Bisa juga dengan melakukan pelebaran menggunakan
kateter atau ujung tabung salep mata selama 4-8 minggu. Disuria
ringan mungkin hadir selama 1-2 hari setelah meatotomy. Jika hasil
disuria pada retensi urin, menempatkan anak dalam bak air hangat
dapat merangsang berkemih.
2. Meatal Dilatation
Dilatasi dengan menggunakan balon kateter atau dialtor (plastik atau
metal) dimasukkan ke dalam uretra untuk membuka daerah yang
menyempit. Tersedia beberapa jenis bougie. Bougie bengkok
merupakan satu batang logam yang ditekuk sesuai dengan
kelengkungan uretra pria; bougie lurus, yang juga terbuat dari logam,
mempunyai ujung yang tumpul dan umumnya hanya sedikit
melengkung; bougie filiformis mempunyai diameter yang lebih kecil
dan terbuat dari bahan yang lebih lunak. Apabila striktur sedikit tidak
teratur, mulailah dengan bougie bengkok atau lurus ukuran sedang dan
secara bertahap dinaikkan ukurannya. Dilatasi dengan bougie logam
yang dilakukan secara hati-hati. Tindakan yang kasar tambah akan
merusak uretra sehingga menimbulkan luka baru yang pada akhirnya
menimbulkan striktur lagi yang lebih berat. (Jong, 2004).

Gambar 3. Meatal dilatation


Asuhan Keperawatan

1. Identitas pasien
Nama:
Umur dan tanggal lahir: kebanyakan usia pada usia anak anak
Jenis kelamin: kebanyakan terjadi pada laki-laki
Suku bangsa:
Pekerjaan:
Pendidikan:
Status menikah:
Alamat:
Tanggal MRS:
Diagnosa medis: meatal stenosis
2. Identitas penangung jawab meliputi nama, umur, tanggal lahir, jenis
kelamin, alamat.Alasan MRS dan Keluhan Utama: Keluhan
penderita yang utama adalah antara Gangguan pancaran urin
(dibelokkan ke atas), peningkatan kecepatan aliran urin, nyeri
terbakar pada meatus, bercak darah di celana
3. Riwayat penyakit sekarang: tanyakan pada pasien atau keluarga
keluhan muncul sejak kapan, hal-hal yang telah dilakukan oleh
pasien dan keluarga untuk mengatasi keluhan tersebut sebelum
MRS.
4. Riwayat penyakit dahulu: Kegagalan operasi hipospadia, Trauma
pada ujung glan penis, penggunaan kateter jangka panjang, Balanitis
xerotica obliterans.
5. Riwayat penyakit keluarga: tanyakan pada pasien apakah keluarga
pasien ada yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien atau
apakah keluarga ada yang mengalami keluhan yang sama dengan
pasien
6. Riwayat psikososial dan spiritual: Peranan pasien dalam keluarga,
status emosi meningkat, interaksi meningkat, interaksi sosial
terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan, hubungan dengan
tetangga tidak harmonis, status dalam pekerjaan. Dan apakah pasien
rajin dalam melakukan ibadah sehari-hari.
A. Pengkajian

7.Identitas pasien
Nama:
Umur dan tanggal lahir: kebanyakan usia diatas 40 tahun
Jenis kelamin: kebanyakan terjadi pada laki-laki
Suku bangsa:
Pekerjaan:
Pendidikan:
Status menikah:
Alamat:
Tanggal MRS:
Diagnosa medis: striktur uretra
8. Identitas penaggung jawab meliiputi nama, umur, tanggal lahir, jenis
kelamin, alamat.
9. Alasan MRS dan Keluhan Utama: Keluhan penderita yang utama
adalah antara lain disuria, kesuliran berkemih, pancaran kemih yang
menurun, frekuensi kemih yang abnormal, rasa tidak nyaman,
hematuria, nyeri pelvis atau bagian bawah perut, pengosongan
kantung kemih yang tidak puas. Riwayat penyakit sekarang:
tanyakan pada pasien atau keluarga keluhan muncul sejak kapan,
hal-hal yang telah dilakukan oleh pasien dan keluarga untuk
mengatasi keluhan tersebut sebelum MRS.
10. Riwayat penyakit dahulu: ISK, glomerulonefritis, batu uretra,
operasi, cedera, pemasangan kateter, infeksi saluran kemih
11. Riwayat penyakit keluarga: tanyakan pada pasien apakah keluarga
pasien ada yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien atau
apakah keluarga ada yang mengalami keluhan yang sama dengan
pasien
12. Riwayat psikososial dan spiritual Peranan pasien dalam keluarga,
status emosi meningkat, interaksi meningkat, interaksi sosial
terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan, hubungan dengan
tetangga tidak harmonis, status dalam pekerjaan. Dan apakah pasien
rajin dalam melakukan ibadah sehari-hari.
13. Pemeriksaan fisik
1) kepala
biasanya pada pemeriksaan fisik kepala tidak ada gangguan pada
kepala pasien dimana kepala pasien dalam keadaan normal yaitu
simetris, warna rambut hitam, rambut tersebar normal, tidak bau,
tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan.
2) mata
biasanya pada pemeriksaan fisik mata tidak ada gangguan dimana
mata pasien dalam keadaan normal yaitu simetris kanan dan kiri.
Tidak ada edema palpebra, konjungtive merah muda, pupil
isokor, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
3) telinga
biasanya pada pemeriksaan fisik mata tidak ada gangguan dimana
mata pasien dalam keadaan normal yaitu telinga simetris, lubang
telinga bersih, tidak ada serumen, tidak ada benjolan, tidak ada
nyeri tekan
4) hidung
biasanya pada pemeriksaan fisik mata tidak ada gangguan dimana
mata pasien dalam keadaan normal yaitu hidung simetris, terlihat
bersih, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
5) Mulut
B. biasanya pada pemeriksaan fisik mata tidak ada gangguan dimana mata
pasien dalam keadaan normal yaitu mukosa bibir kering, lidah bersih,
mulut dan gigi bersih Pengkajian

14. Identitas pasien


Nama:
Umur dan tanggal lahir: kebanyakan usia diatas 40 tahun
Jenis kelamin: kebanyakan terjadi pada laki-laki
Suku bangsa:
Pekerjaan:
Pendidikan:
Status menikah:
Alamat:
Tanggal MRS:
Diagnosa medis: striktur uretra
15. Identitas penaggung jawab meliiputi nama, umur, tanggal lahir, jenis
kelamin, alamat.
16. Alasan MRS dan Keluhan Utama: Keluhan penderita yang utama
adalah antara lain disuria, kesuliran berkemih, pancaran kemih yang
menurun, frekuensi kemih yang abnormal, rasa tidak nyaman,
hematuria, nyeri pelvis atau bagian bawah perut, pengosongan
kantung kemih yang tidak puas. Riwayat penyakit sekarang:
tanyakan pada pasien atau keluarga keluhan muncul sejak kapan,
hal-hal yang telah dilakukan oleh pasien dan keluarga untuk
mengatasi keluhan tersebut sebelum MRS.
17. Riwayat penyakit dahulu: ISK, glomerulonefritis, batu uretra,
operasi, cedera, pemasangan kateter, infeksi saluran kemih
18. Riwayat penyakit keluarga: tanyakan pada pasien apakah keluarga
pasien ada yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien atau
apakah keluarga ada yang mengalami keluhan yang sama dengan
pasien
19. Riwayat psikososial dan spiritual Peranan pasien dalam keluarga,
status emosi meningkat, interaksi meningkat, interaksi sosial
terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan, hubungan dengan
tetangga tidak harmonis, status dalam pekerjaan. Dan apakah pasien
rajin dalam melakukan ibadah sehari-hari.
20. Pemeriksaan fisik
6) kepala
biasanya pada pemeriksaan fisik kepala tidak ada gangguan pada
kepala pasien dimana kepala pasien dalam keadaan normal yaitu
simetris, warna rambut hitam, rambut tersebar normal, tidak bau,
tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan.
7) mata
biasanya pada pemeriksaan fisik mata tidak ada gangguan dimana
mata pasien dalam keadaan normal yaitu simetris kanan dan kiri.
Tidak ada edema palpebra, konjungtive merah muda, pupil
isokor, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
8) telinga
biasanya pada pemeriksaan fisik mata tidak ada gangguan dimana
mata pasien dalam keadaan normal yaitu telinga simetris, lubang
telinga bersih, tidak ada serumen, tidak ada benjolan, tidak ada
nyeri tekan
9) hidung
biasanya pada pemeriksaan fisik mata tidak ada gangguan dimana
mata pasien dalam keadaan normal yaitu hidung simetris, terlihat
bersih, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
10) Mulut
biasanya pada pemeriksaan fisik mata tidak ada gangguan dimana
mata pasien dalam keadaan normal yaitu mukosa bibir kering,
lidah bersih, mulut dan gigi bersih
11) Leher
biasanya pada pemeriksaan fisik mata tidak ada gangguan dimana
mata pasien dalam keadaan normal tidak ada pembesaran tyroid
dan leher simetris, warna sama dengan warna sekitarnya, tidak
tampak pembesaran kelenjar limfe, tidak ada distensi vena
jugularis.

12) Dada
Paru
Inspeksi: bentuk simetris, pengembanagan dada simetris, warna
kulit sama dengan sekitarnya, tidak tampak menggunakan alat
bantu pernafasan, rr dalam batas normal
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada luka jejas, tidak ada
benjolan, fikal fremitus+ gerakan seimbang antara lapang patu
kanan dan kiri
Perkusi: sonor
Auskultasi: vesikuler, irama teratur

Jantung
Inspeksi: dada simetris, tidak ada jejas, ictus cordis tidak tampak
Palpasi: tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
Perkusi: pekak
Auskultasi: s1 s2 tunggal tidak ada suara jantung tambahan

13) abdomen
biasanya pada pmeriksaan fisik abdomen, abdomen bagian bawah
tampak membesar dan penuh dan perut keras karena kandung
kemih penuh oleh urin
14) urogenital
pada pemeriksaan fisik urogenital biasanya ketika BAK tidak
lancar dan memancar/bercabang, penurunan aliran urin,
ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dengan
lengkap, dorongan dan frekurnsi berkemih
C. Pengkajian

21. Identitas pasien


Nama:
Umur dan tanggal lahir: kebanyakan usia diatas 40 tahun
Jenis kelamin: kebanyakan terjadi pada laki-laki
Suku bangsa:
Pekerjaan:
Pendidikan:
Status menikah:
Alamat:
Tanggal MRS:
Diagnosa medis: striktur uretra
22. Identitas penaggung jawab meliiputi nama, umur, tanggal lahir, jenis
kelamin, alamat.
23. Alasan MRS dan Keluhan Utama: Keluhan penderita yang utama
adalah antara lain disuria, kesuliran berkemih, pancaran kemih yang
menurun, frekuensi kemih yang abnormal, rasa tidak nyaman,
hematuria, nyeri pelvis atau bagian bawah perut, pengosongan
kantung kemih yang tidak puas. Riwayat penyakit sekarang:
tanyakan pada pasien atau keluarga keluhan muncul sejak kapan,
hal-hal yang telah dilakukan oleh pasien dan keluarga untuk
mengatasi keluhan tersebut sebelum MRS.
24. Riwayat penyakit dahulu: ISK, glomerulonefritis, batu uretra,
operasi, cedera, pemasangan kateter, infeksi saluran kemih
25. Riwayat penyakit keluarga: tanyakan pada pasien apakah keluarga
pasien ada yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien atau
apakah keluarga ada yang mengalami keluhan yang sama dengan
pasien
26. Riwayat psikososial dan spiritual Peranan pasien dalam keluarga,
status emosi meningkat, interaksi meningkat, interaksi sosial
terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan, hubungan dengan
tetangga tidak harmonis, status dalam pekerjaan. Dan apakah pasien
rajin dalam melakukan ibadah sehari-hari.
27. Pemeriksaan fisik
15) kepala
biasanya pada pemeriksaan fisik kepala tidak ada gangguan pada
kepala pasien dimana kepala pasien dalam keadaan normal yaitu
simetris, warna rambut hitam, rambut tersebar normal, tidak bau,
tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan.
16) mata
biasanya pada pemeriksaan fisik mata tidak ada gangguan dimana
mata pasien dalam keadaan normal yaitu simetris kanan dan kiri.
Tidak ada edema palpebra, konjungtive merah muda, pupil
isokor, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
17) telinga
biasanya pada pemeriksaan fisik mata tidak ada gangguan dimana
mata pasien dalam keadaan normal yaitu telinga simetris, lubang
telinga bersih, tidak ada serumen, tidak ada benjolan, tidak ada
nyeri tekan
18) hidung
biasanya pada pemeriksaan fisik mata tidak ada gangguan dimana
mata pasien dalam keadaan normal yaitu hidung simetris, terlihat
bersih, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
19) Mulut
biasanya pada pemeriksaan fisik mata tidak ada gangguan dimana
mata pasien dalam keadaan normal yaitu mukosa bibir kering,
lidah bersih, mulut dan gigi bersih
20) Leher
biasanya pada pemeriksaan fisik mata tidak ada gangguan dimana
mata pasien dalam keadaan normal tidak ada pembesaran tyroid
dan leher simetris, warna sama dengan warna sekitarnya, tidak
tampak pembesaran kelenjar limfe, tidak ada distensi vena
jugularis.

21) Dada
Paru
Inspeksi: bentuk simetris, pengembanagan dada simetris, warna
kulit sama dengan sekitarnya, tidak tampak menggunakan alat
bantu pernafasan, rr dalam batas normal
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada luka jejas, tidak ada
benjolan, fikal fremitus+ gerakan seimbang antara lapang patu
kanan dan kiri
Perkusi: sonor
Auskultasi: vesikuler, irama teratur

Jantung
Inspeksi: dada simetris, tidak ada jejas, ictus cordis tidak tampak
Palpasi: tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
Perkusi: pekak
Auskultasi: s1 s2 tunggal tidak ada suara jantung tambahan

22) abdomen
biasanya pada pmeriksaan fisik abdomen, abdomen bagian bawah
tampak membesar dan penuh dan perut keras karena kandung
kemih penuh oleh urin
23) urogenital
pada pemeriksaan fisik urogenital biasanya ketika BAK tidak
lancar dan memancar/bercabang, penurunan aliran urin,
ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dengan
lengkap, dorongan dan frekurnsi berkemih
D. Pengkajian

28. Identitas pasien


Nama:
Umur dan tanggal lahir: kebanyakan usia diatas 40 tahun
Jenis kelamin: kebanyakan terjadi pada laki-laki
Suku bangsa:
Pekerjaan:
Pendidikan:
Status menikah:
Alamat:
Tanggal MRS:
Diagnosa medis: striktur uretra
29. Identitas penaggung jawab meliiputi nama, umur, tanggal lahir, jenis
kelamin, alamat.
30. Alasan MRS dan Keluhan Utama: Keluhan penderita yang utama
adalah antara lain disuria, kesuliran berkemih, pancaran kemih yang
menurun, frekuensi kemih yang abnormal, rasa tidak nyaman,
hematuria, nyeri pelvis atau bagian bawah perut, pengosongan
kantung kemih yang tidak puas. Riwayat penyakit sekarang:
tanyakan pada pasien atau keluarga keluhan muncul sejak kapan,
hal-hal yang telah dilakukan oleh pasien dan keluarga untuk
mengatasi keluhan tersebut sebelum MRS.
31. Riwayat penyakit dahulu: ISK, glomerulonefritis, batu uretra,
operasi, cedera, pemasangan kateter, infeksi saluran kemih
32. Riwayat penyakit keluarga: tanyakan pada pasien apakah keluarga
pasien ada yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien atau
apakah keluarga ada yang mengalami keluhan yang sama dengan
pasien
33. Riwayat psikososial dan spiritual Peranan pasien dalam keluarga,
status emosi meningkat, interaksi meningkat, interaksi sosial
terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan, hubungan dengan
tetangga tidak harmonis, status dalam pekerjaan. Dan apakah pasien
rajin dalam melakukan ibadah sehari-hari.
34. Pemeriksaan fisik
24) kepala
biasanya pada pemeriksaan fisik kepala tidak ada gangguan pada
kepala pasien dimana kepala pasien dalam keadaan normal yaitu
simetris, warna rambut hitam, rambut tersebar normal, tidak bau,
tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan.
25) mata
biasanya pada pemeriksaan fisik mata tidak ada gangguan dimana
mata pasien dalam keadaan normal yaitu simetris kanan dan kiri.
Tidak ada edema palpebra, konjungtive merah muda, pupil
isokor, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
26) telinga
biasanya pada pemeriksaan fisik mata tidak ada gangguan dimana
mata pasien dalam keadaan normal yaitu telinga simetris, lubang
telinga bersih, tidak ada serumen, tidak ada benjolan, tidak ada
nyeri tekan
27) hidung
biasanya pada pemeriksaan fisik mata tidak ada gangguan dimana
mata pasien dalam keadaan normal yaitu hidung simetris, terlihat
bersih, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
28) Mulut
biasanya pada pemeriksaan fisik mata tidak ada gangguan dimana
mata pasien dalam keadaan normal yaitu mukosa bibir kering,
lidah bersih, mulut dan gigi bersih
29) Leher
biasanya pada pemeriksaan fisik mata tidak ada gangguan dimana
mata pasien dalam keadaan normal tidak ada pembesaran tyroid
dan leher simetris, warna sama dengan warna sekitarnya, tidak
tampak pembesaran kelenjar limfe, tidak ada distensi vena
jugularis.

30) Dada
Paru
Inspeksi: bentuk simetris, pengembanagan dada simetris, warna
kulit sama dengan sekitarnya, tidak tampak menggunakan alat
bantu pernafasan, rr dalam batas normal
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada luka jejas, tidak ada
benjolan, fikal fremitus+ gerakan seimbang antara lapang patu
kanan dan kiri
Perkusi: sonor
Auskultasi: vesikuler, irama teratur

Jantung
Inspeksi: dada simetris, tidak ada jejas, ictus cordis tidak tampak
Palpasi: tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
Perkusi: pekak
Auskultasi: s1 s2 tunggal tidak ada suara jantung tambahan

31) abdomen
biasanya pada pmeriksaan fisik abdomen, abdomen bagian bawah
tampak membesar dan penuh dan perut keras karena kandung
kemih penuh oleh urin
32) urogenital
pada pemeriksaan fisik urogenital biasanya ketika BAK tidak
lancar dan memancar/bercabang, penurunan aliran urin,
ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dengan
lengkap, dorongan dan frekurnsi berkemih

33) Leher
biasanya pada pemeriksaan fisik mata tidak ada gangguan dimana
mata pasien dalam keadaan normal tidak ada pembesaran tyroid
dan leher simetris, warna sama dengan warna sekitarnya, tidak
tampak pembesaran kelenjar limfe, tidak ada distensi vena
jugularis.
34) Dada
Paru
Inspeksi: bentuk simetris, pengembanagan dada simetris, warna
kulit sama dengan sekitarnya, tidak tampak menggunakan alat
bantu pernafasan, rr dalam batas normal
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada luka jejas, tidak ada
benjolan, fikal fremitus+ gerakan seimbang antara lapang patu
kanan dan kiri
Perkusi: sonor
Auskultasi: vesikuler, irama teratur

Jantung
Inspeksi: dada simetris, tidak ada jejas, ictus cordis tidak tampak
Palpasi: tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
Perkusi: pekak
Auskultasi: s1 s2 tunggal tidak ada suara jantung tambahan

35) abdomen
biasanya pada pmeriksaan fisik abdomen, abdomen bagian bawah
tampak membesar dan penuh dan perut keras karena kandung
kemih penuh oleh urin
36) urogenital
pada pemeriksaan fisik urogenital biasanya ketika BAK tidak
lancar dan memancar/bercabang, penurunan aliran urin,
ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dengan
lengkap, dorongan dan frekurnsi berkemih

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat sesuai dengan pathway
adalah sebagai berikut (NANDA, 2013).
1. nyeri akut berhubungan dengan penekanan syaraf nyeri
2. gangguan eliminasi urin berhubungan dengan retensi urin
3. kerusakan integritas kulit behubungan dengan insisi pembedahan
4. resiko infeksi berhungan dengan terputusnya continuitas jaringan
5. kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan filtrasi
glumerolus

3. Rencana Tindakan Keperawatan

Tujuan dan
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi (NIC) Rasional
(NOC)

1 gangguan Setelah dilakukan Urinary elimination


eliminasi tindakan management
urin keperawatan Aktivitas keperawatan: 1. memantau
selama ...x24 jam 1. monitor haluaran urin
berhubungan
gangguan eliminasi urin pasien apakah
dengan eliminasi urin ada gangguan
termasuk
retensi urin teratasi : frekuensi, atau tidak
a. kontinens konsistensi, 2. memantau
urin volume, dan adanya retensi
b. eliminasi warna, urin atau
urin 2. monitor adanya distensi
yang dibuktikan tanda dan gejala kandung
dengan indikator retensi urin kemih
sebagai berikut: 3. identifikasi 3. mencari
(1-5 = tidak faktor yang penyebab
Tujuan dan
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi (NIC) Rasional
(NOC)

pernah, jarang, menyebabkan masalah yang


kadang-kadang, inkontinensia dihadapi pasin
sering, atau urin untuk
selalu) 4. ajari pasien menentukan
tentang tanda terapi
Kriteria Hasil :
dan gejala 4. memberikan
– Pasien tidak infeksi saluran pendidikan
mengalami kemih kesehatan
disuria, 5. catat waktu pada pasien
– Pasien tidak terakhir kali agar
mengalami pasien BAK pengetahuann
nokturia, 6. Instruksikan ya bertambah
– Pasien tidak pasien dan 5. memantau
mengalami keluarga untuk waktu
inkontinensi selalu mencatat haluaran urin
a, jumlah urin pasien
– Pasien tidak 7. pasang kateter 6. mengetahui
jika diperlukan keseimbangan
mengalami
8. ambil sampel pengeluan
urgensi dan urin midstream urin pasien
frekuensi untuk analisis 7. membantu
– Pasien tidak lab mengeluarkan
mengalami 9. kolaborasi urin
retensi dengan dokter gangguan
– Pasien dapat jika ada tanda eliminasi urin
berkemih gejala infeksi 8. menentukan
setiap 3 jam saluran kemih penyeba
– Pasien tidak 10. dampingi pasien 9. menentukan
kesulitan dalam terapi
peningkatan mdikamentosa
pada saat
toileting secara untuk
berkemih rutin mencegah
– Pasien dapat komplikasi
bak dengan 10. mengajari dan
berkemih memantau
kegiatan
toileting
pasien
2 Kerusakan Setelah dilakukan Perawatan luka insisi
integritas tindakan
jaringan keperawatan 1) Jelaskan prosedur 1) Memberikan
berhubungan selama 3 minggu tindakan pada pasien informasi
dengan luka kerusakan 2) Identifikasi adanya terkait
insisi integritas jaringan kemerahan, tindakan dan
pembedahan membaik dengan pembengkakan, menurunkan
kriteria hasil: tanda-tanda kecemasan
dehiscence pasien
Tujuan dan
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi (NIC) Rasional
(NOC)

a. Suhu kulit 3) Monitor adanya 2) Tanda


normal tanda-tanda infeksi kemerahan,
(36,5-37,5 4) Lakukan perawatan pembengkakan
C) luka , dan
b. Elastisitas 5) Ajarkan pasien dehiscene
kulit baik tentang cara dapat
c. Perfusi perawatan luka saat menghambat
jaringan baik mandi penyembuhan
d. Tumbuh luka
rambut halus 3) Mencegah
dikulit terjadinya
infeksi
4) Mempercepat
penyembuhan
luka insisi dan
mencegah
terjadinya
infeksi
5) Memberi
informasi agar
pasien merasa
nyaman
3 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
berhubungan tindakan
dengan keperawatan 1) Lakukan pengkajian 1) Mengetahui
trauma selama 1x24 jam nyeri secara karakteristik
jaringan, pasien dapat komprehensif nyeri untuk
penekanan mengontrol nyeri termasuk lokasi, pemilihan
saraf nyeri dengan kriteria karakteristik, durasi, intervensi
hasil: frekuensi, kualitas 2) Mengetahui
dan faktor presipitasi reaksi pasien
a) Menggunakan 2) Observasi reaksi terhadap nyeri
metode non- non-verbal dari yang dirasakan
analgetik ketidaknyamanan 3) Guna memilih
untuk 3) Gunakan teknik intervensi yang
mengurangi komunikasi tepat yang
nyeri terapeutik untuk dapat
b) Menggunakan mengetahui digunakan
analgetik pengalaman nyeri 4) Mengurangi
sesuai pasien faktor yang
kebutuhan 4) Kontrol lingkungan dapat
c) Melaporkan yang dapat memperparah
nyeri sudah mempengaruhi nyeri nyeri pasien
terkontrol seperti suhu ruangan, 5) Mengurangi
pencahayaan, dan nyeri tanpa
kebisingan obat-obatan
5) Ajarkan teknik non- 6) Mengurangi
Tujuan dan
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi (NIC) Rasional
(NOC)

farmakologi untuk nyeri


mengatasi nyeri
6) Kolaborasi
pemberian analgetik

4. Referensi
1) Baradero, Mary. 2008. Pasien Gangguan Ginjal. Jakarta: EGC.
2) Chandrasoma, P. 2005. Ringkasan Patologi Anatomi. Edisi 2.
Jakarta: EGC.
3) Mansjoer, Arif et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:
Media Aesculapius
4) Pearce, E.C. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.
Jakarta: PT. Gramedia. Jakarta: Erlangga.
5) Price, Sylvia. A & Wilson, L. M. 2005. Patofisiologi: Konsep
klinis proses-proses penyakit ed: 6. Jakarta : EGC.
6) Suwitra, K. 2006. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
7) Nanda International. 2013. Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC
8) Joanne McCloskey Dochterman&Gloria M. Bulechek. 2004.
Nursing Interventions Classification (NIC) Fourth Edition.
Mosby: United States America
9) Smeltzer , Suzanna C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai