PENDAHULUAN
1
Laporan WHO Expert Consultation Geneva pada tanggal 29 Oktober-
1 November 2001 yang diterbitkan tahun 2004 menyebutkan bahwa sekitar
7,6/100.000 penduduk di Asia Tenggara, 8,2/100.000 penduduk di negara berkembang
dan 0,5/100.000 penduduk di negara maju menderita penyakit jantung reumatik.
Sementara, kasus gagal jantung kongestif terjadi pada 25% kasus penyakit jantung
reumatik dan membutuhkan perawatan inap dan operasi katup.6
Gagal jantung anak adalah kondisi yang relatif tidak umum. Sebagian besar
dokter di pelayanan primer atau gawat darurat memiliki sedikit pengalaman tentang
manifestasi klinis atau manajemen gagal jantung pada anak-anak. Setidaknya 87%
kasus gagal jantung yang baru timbul hanya mencapai diagnosis ketika pasien
dalam keadaan dekompensasi berat, dan kurang dari 50% anak-anak
yang datang dengan gejala gagal jantung bertahan hidup selama 5 tahun tanpa
transplantasi jantung.1 Manajemen gagal jantung pada anak-anak sebagian besar
telah berevolusi berdasarkan pengalaman klinis dan data orang dewasa, didukung
oleh literatur pediatrik yang terbatas. Oleh karena itu, diagnosis dini dan
pengobatan yang efektif tetap merupakan tantangan yang harus diatasi.2,7
1.2 TUJUAN
Untuk menguraikan teori-teori, mulai dari definisi hingga diagnosis, serta
tatalaksana, dan melaporkan kasus mengenai gagal jantung kongestif dan penyakit
jantung reumatik. Penyusunan laporan kasus ini sekaligus untuk memenuhi
persyaratan pelaksanaan kegiatan Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
1.3 MANFAAT
Laporan kasus ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan
pemahaman penulis serta pembaca khususnya peserta P3D untuk lebih memahami
mengenai gagal jantung kongestif dan penyakit jantung reumatik pada anak
terutama tentang penegakan diagnosis dan tatalaksananya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.5 DIAGNOSIS
Anak yang mengalami gejala dan tanda gagal jantung membutuhkan penilaian
segera untuk menegakkan diagnosis, menentukan status hemodinamiknya, dan
mengidentifikasi setiap penyebab gagal jantung yang dapat dicegah. Langkah pertama
dalam pendekatan diagnostik untuk gagal jantung pada anak adalah anamnesis
(manifestasi klinis dan riwayat) dan pemeriksaan fisik. Peranan pemeriksaan penunjang
dalam diagnosis dan tatalaksana gagal jantung sangat besar. Beberapa pemeriksaan
penunjang dilakukan antara lain : foto toraks, pemeriksaan darah
(darah rutin dan kimia darah), elektrokardiografi (EKG), dan ekokardiografi.2,7,10
1. Anamnesis, menanyakan kepada pasien (autoanamnesis) ataupun kepada
keluarga pasien (alloanamnesis) mengenai keluhan seperti:8,9
a. sesak napas
b. kesulitan makan atau menyusu (pada bayi)
c. bengkak pada kelopak mata dan/atau tungkai
d. gangguan pertumbuhan dan perkembangan (pada kasus kronis)
e. penurunan toleransi saat beraktivitas, maupun keringat berlebihan.
2. Pemeriksaan fisik, dengan temuan seperti:8,9
a. dispnea atau takipnea
b. diaforesis
c. peningkatan tekanan vena jugularis
d. irama gallop/murmur
e. kardiomegali
f. hepatomegali
g. edema (perifer atau anasarka)
3. Pemeriksaan penunjang2,10
a. Foto Toraks
Foto toraks diindikasikan sebagai investigasi lini pertama pada anak-
anak dengan dugaan gagal jantung. Rasio kardiotoraks (CTR) untuk menentukan
kardiomegali adalah > 60% pada neonatus dan > 55% pada anak yang lebih tua.
Foto toraks juga dapat memperlihatkan tanda gagal jantung lainnya seperti edema
paru dan efusi pleura.2,10
b. Elektrokardiografi
Elektrokardiografi menunjukkan hasil yang tidak spesifik tetapi sering
menunjukkan hasil abnormal pada pasien anak dengan gagal jantung, dengan temuan
paling umum yaitu sinus takikardia, hipertrofi ventrikel kiri, perubahan ST-T, pola
infark miokard, dan blok atrioventrikular derajat pertama.2,10
c. Ekokardiografi
Transthoracic echocardiography adalah pemeriksaan yang sangat
diperlukan dari evaluasi diagnostik awal gagal jantung anak untuk menemukan
kemungkinan penyakit struktural jantung. Oleh karena itu, ekokardiografi harus
diprioritaskan, karena keterlambatan diagnosis mengakibatkan perbaikan bedah yang
tertunda, dan kegagalan perkembangan ventrikel. Pemeriksaan ini harus mencakup
evaluasi pengukuran ventrikel kiri, termasuk shortening fraction (SF), dan pengukuran
fraksi ejeksi (EF) menggunakan estimasi volume (metode Simpson, metode panjang
area, atau algoritma 3D otomatis), dan penilaian fungsi diastolik. Data ini bersifat
instruktif untuk manajemen jangka pendek dan prognosis jangka panjang. Disfungsi
sistolik ventrikel kiri pada anak-anak saat ini didefinisikan oleh SF < 25% dan / atau EF
<55%.
d. Pemeriksaan laboratorium rutin
Gagal jantung simtomatik pada anak mungkin berhubungan dengan
gangguan keseimbangan elektrolit dan cairan, status asam-basa, fungsi ginjal, fungsi hati,
fungsi tiroid, dan darah lengkap. Pemeriksaan darah lengkap dapat dilakukan untuk
menilai anemia dan menyingkirkan infeksi; analisis gas darah arteri dan elektrolit untuk
mengevaluasi hiponatremia, hiperkalemia, hipoksemia dan asidosis; fungsi ginjal/ hati
dan laktat untuk mengevaluasi fungsi organ; natriuretic peptide (NT-pro-BNP / BNP)
untuk mengevaluasi fungsi jantung dan tekanan pengisian ventrikel kiri; dan troponin
untuk menyingkirkan kardiomiopati peradangan atau iskemik.
2.1.6 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan gagal jantung harus ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup
dan kelangsungan hidup pasien. Perawatan gagal jantung melibatkan perawatan
penyebabnya, perawatan kondisi yang memburuk dan mempengaruhi kondisi gagal
jantung (misalnya infeksi, anemia, aritmia, demam) dan kontrol gagal jantung.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada anak dengan gagal jantung adalah sebagai
berikut:1,2,5,9
1. Tirah baring
Pengurangan aktivitas fisik merupakan kunci utama dalam pengobatan
gagal jantung dewasa, namun sukar pada anak. Beberapa pasien yang lebih tua
merasa lebih baik tidur dalam posisi semi-fowler, menggunakan beberapa bantal.
Untuk bayi dengan gagal jantung, kursi bayi mungkin disarankan. Sebelum pasien
mulai merespons pengobatan, pembatasan kegiatan dapat dilakukan sesuai
diagnosis spesifik dan kemampuan pasien.1,2
2. Diet
Bayi dan anak-anak yang sedang menderita gagal jantung kongestif
banyak kekurangan kalori karena kebutuhan metabolisme bertambah dan
pemasukan kalori berkurang. Oleh karena itu, kalori harian perlu ditambahkan.
Sebaiknya memakai makanan berkalori tinggi, bukan makanan dengan volume
yang besar. Pada bayi, dukungan nutrisi harus memastikan asupan kalori sekitar
150 kkal / kg / hari. Hal ini dicapai dengan menggunakan suplemen makanan, lebih
memilih makanan kecil dan sering yang dapat ditoleransi oleh bayi dengan lebih
baik. Pada anak-anak dan remaja, rekomendasi saat ini menunjukkan bahwa 25-30
kkal / kg / hari adalah target yang masuk akal bagi kebanyakan pasien. Pada
keadaan bayi dengan gagal jantung yang berat, pemasangan selang nasogastrik
dapat dilakukan untuk membantu pemberian nutrisi yang adekuat.5,9
Pemakaian formula diet rendah natrium untuk bayi tidak disarankan pada
pasien ini karena sediaan ini tidak dapat ditoleransi dengan baik oleh tubuh bayi
dan dapat memperberat hiponatremia akibat obat diuretik. Makanan dalam bentuk
yang agak cair dapat membantu ginjal mempertahankan natrium dan keseimbangan
cairan yang cukup. Sebagian besar anak-anak dapat diberikan dengan kelola diet
“tanpa garam tambahan” dan melakukan pantangan makanan yang mengandung
banyak natrium. Diet ketat dengan natrium yang sangat rendah jarang diperlukan,
dan biasanya jarang dipatuhi oleh pasien.2,5,9
3. Farmakologi
Pengobatan dengan pendekatan tiga tingkat, yaitu memperbaiki kinerja
pompa jantung, mengendalikan retensi garam dan air yang berlebihan, dan mengurangi
beban kerja. Pendekatan pertama adalah memperbaiki kinerja pompa dengan
menggunakan digitalis, jika gagal jantung tetap tidak terkendali maka dapat digunakan
diuretik (pengurangan prabeban) untuk mengendalikan retensi garam dan air yang
berlebihan. Jika kedua cara tersebut tidak efektif, biasanya dicoba pengurangan beban
kerja jantung dengan vasodilator sistemik (pengurangan beban pasca/ afterload). Jika
pendekatan ini tidak efektif, upaya lebih lanjut memperbaiki kinerja pompa jantung dapat
dicoba dengan agen simpatomimetik atau agen inotropik positif lain. Jika tidak ada dari
cara-cara tersebut yang efektif, mungkin diperlukan transplantasi jantung.1,5
Tabel 2.3 Penatalaksanaan farmakologis untuk gagal jantung pada anak
No. Obat Dosis
1. Digoksin
Digitalisasi (per-oral/PO) Prematur/neonatus : 0,02-0,03 mg/kg*
[dosis dibagi 3] Anak-anak : 0,025-0,04 mg/kg*
Remaja : 0,5-1 mg dalam dosis terbagi*
* : Dosis Intravena (IV) = 75% dari dosis PO
Rumatan ¼ dari dosis digitalisasi dibagi setiap 12 jam
2. Diuretik
Furosemid (Lasix) IV : 1-2 mg/kg/dosis
PO : 1-4 mg/kg/hari
Klorotiazid (Diuril) PO : 20-40 mg/kg/hari
Spironolactone (Aldactone) PO: 1-3 mg/kg/day
3. Agonis Adrenergik (IV)
Dobutamin 2-20 µg/kg/min
Dopamin 2-30 µg/kg/min
Isoproterenol 0.01-0.5 µg/kg/min
Epinephrine 0.1-1.0 µg/kg/min
Norepinephrine 0.1-2.0 µg/kg/min
4. Agen penurun beban pasca/afterload
Kaptopril (PO) Prematur: dimulai dari 0.01 mg/kg/dosis; 0,1-
0,4 mg/kg/hari, dibagi 6-24 jam
Bayi: 1,5-6 mg/kg/hari, dibagi 6-12 jam
Anak : 2,5-6 mg/kg/hari, dibagi 6-12 jam
Enalapril (PO) 0,08-0,5 mg/kg/hari, dibagi 12-24 jam
Hidralazin IV: 0,1-0,5 mg/kg/dosis (maksimum: 20 mg)
PO: 0,75-5 mg/kg/hari, dibagi 6-12 jam
Nitrogliserin IV: dimulai dari dosis 0,25-0,5 µg/kg/menit;
ditingkatkan menjadi 20 µg/kg/menit
(maksimum)
Nitroprusid IV : 0,5-8 µg/kg/min
5. Penghambat -adrenergic
Karvedilol PO: dosis awal 0,1 mg/kg/ hari (maksimum:
6,25 mg), meningkat secara bertahap (biasanya
interval 2 minggu) ke maksimum 0,5-1 mg / kg
/ hari selama 8-12 minggu sesuai toleransi; dosis
maksimal dewasa: 50-100 mg / hari
Metoprolol PO, nonextended release form: 0,2 mg/kg/hari,
meningkat secara bertahap (biasanya interval 2
minggu) hingga dosis maksimum 1-2
mg/kg/hari
PO, extended release form : diberikan sekali
sehari; dosis awal dewasa 25 mg / hari, dosis
maksimum adalah 200 mg / hari
2.2 PENYAKIT JANTUNG REUMATIK
2.2.1 DEFINISI
Demam reumatik akut adalah sekuel lambat non-supuratif pasca infeksi
faring Streptococcus pyogenes, atau Group A β-hemolytic Streptococcus (GABHS).
Demam reumatik adalah penyebab paling umum dari penyakit jantung yang didapat
pada anak-anak dan orang dewasa di seluruh dunia. Demam reumatik akut
diekspresikan sebagai reaksi inflamasi yang melibatkan banyak organ, terutama
jantung, sendi, dan sistem saraf pusat. Dari gejala yang terkait, hanya kerusakan
pada jaringan katup di dalam jantung, atau penyakit jantung reumatik, yang dapat
menjadi kondisi kronis yang menyebabkan gagal jantung kongestif, stroke,
endokarditis, dan kematian. Demam reumatik dan akibatnya yang lebih serius,
penyakit jantung reumatik, terus menimbulkan masalah yang signifikan di beberapa
bagian dunia. Meskipun kejadian penyakit di daerah maju telah menurun secara
signifikan setelah tahun 1950-an, penyakit jantung reumatik tetap menjadi
penyebab utama penyakit jantung yang didapat di negara-negara berkembang di
antara pasien berusia 5 hingga 30 tahun.13,14
2.2.2 ETIOLOGI
Streptokokus β-hemolitik grup A adalah patogen gram positif ekstraseluler
yang merupakan penyebab tersering faringitis dan terutama mengenai anak usia
sekolah 5-15 tahun. Beberapa serotipe protein M seperti M tipe 1,3,5,6,14,18,19,
dan 24 dari Streptococcus pyogenes dihubungkan dengan infeksi tenggorokan dan
demam reumatik.15,16
2.2.3 DIAGNOSIS
Kriteria Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk diagnosis demam reumatik
dan penyakit jantung reumatik mengkategorikan diagnosis demam reumatik menjadi
episode primer demam reumatik, serangan rekuren demam reumatik pada pasien tanpa
penyakit jantung reumatik, serangan rekuren demam reumatik pada pasien dengan
penyakit jantung reumatik, chorea reumatik, onset karditis reumatik, dan kronik penyakit
jantung reumatik. Untuk diagnosis episode primer demam reumatik, ditemukan dua
kriteria mayor atau 1 kriteriaa mayor dan 2 kriteria minor dari demam reumatik, dan bukti
infeksi streptokokus sebelumnya.6
Tabel 2.4 Kriteria WHO Tahun 2002-2003 untuk diagnosis demam reumatik dan
penyakit jantung reumatik (berdasarkan revisi kriteria Jones)
Kategori diagnostik Kriteria
Demam reumatik serangan pertama Dua mayor atau satu mayor dan dua minor
ditambah dengan bukti infeksi
streptokokus grup A sebelumnya
Demam reumatik serangan rekuren Dua mayor atau satu mayor dan dua minor
tanpa penyakit jantung reumatik ditambah dengan bukti infeksi
streptokokus grup A sebelumnya
Demam reumatik serangan rekuren Dua minor ditambah dengan bukti infeksi
dengan penyakit jantung reumatik streptokokus grup A sebelumnya
Chorea reumatik Tidak diperlukan kriteria mayor lainnya
atau bukti infeksi streptokokus grup A
Penyakit jantung reumatik (stenosis Tidak diperlukan kriteria lainnya untuk
mitral murni atau kombinasi mendiagnosis sebagai penyakit jantung
dengan insufisiensi mitral reumatik
dan/atau gangguan katup aorta)
Tabel 2.5 Kriteria Jones yang telah direvisi untuk pedoman diagnosis demam reumatik
Manifestasi Kriteria
Mayor - Karditis
- Poliartritis
- Chorea
- Eritema marginatum
- Nodul subkutan
Minor - Klinis: demam, poliartralgia
- Laboratorium : peningkatan fase akut
reaktan (laju endap darah atau hitung
leukosit)
Bukti pendukung riwayat infeksi - Elektrokardiogram : P-R interval
Streptokokus dalam 45 hari terakhir memanjang
- Peningkatan antistreptolisin-O atau
antibodi, atau streptokokus lain
- Kultur tenggorok positif
- Tes antigen cepat streptokokus grup A
- Demam skarlet terbaru
2.2.4 PENATALAKSANAAN
Keputusan perawatan medis atau invasif sepenuhnya pada pasien demam
reumatik dan penyakit jantung reumatik tergantung pada kasus yang dihadapi.
Pengobatan yang digunakan sesuai dengan Taranta dan Markowitz telah
dimodifikasi, termasuk tirah baring, pemberantasan streptokokus, dan obat anti-
inflamasi. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien demam reumatik dan
penyakit jantung reumatik adalah sebagai berikut: 17,18
1. Tirah baring17,18
Durasi dan tingkat istirahat di tempat tidur tergantung pada sifat dan
beratnya serangan. Berikut adalah panduan kegiatan demam reumatik berdasarkan
gejala radang sendi dan karditis:
Tabel 2.6 Panduan aktivitas pada demam reumatik
Aktivitas Artritis Karditis Karditis Karditis
minimal sedang berat
Tirah baring 1-2 minggu 2-4 minggu 4-6 minggu 2-4 bulan/
selama masih
terdapat
gagal jantung
kongestif
Aktivitas di dalam 1-2 minggu 2-3 minggu 4-6 minggu 2-3 bulan
rumah
Aktivitas di luar 2 minggu 2-4 minggu 1-3 bulan 2-3 bulan
rumah
Aktivitas penuh Setelah 6-10 Setelah 6-10 Setelah 3-6 Bervariasi
minggu minggu bulan