Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FARMAKOLOGI

ANTI ALERGI DARI TUMBUHAN PARE (MOMORDICA


CHARANTIA L.)

Oleh :

Anisa Husnul Ghoida (011310413035)

Dosen Pembimbing :

Dr. Ira Arundina,drg,MSi

PROGRAM STUDI PENGOBAT TRADISIONAL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2014
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “Anti


Alergi dari Tumbuhan Pare (Momordica charantia L.)” yang menurut penulis dapat
memberikan manfaat yang besar bagi mahasiswa-mahasiswi Universitas Airlangga.

Dengan ini penulis mempersembahkan makalah tersebut dengan penuh rasa


terima kasih kepada dosen yang telah membimbing dengan baik, semoga Allah SWT
memberkahi makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Surabaya, 26 Maret 2014

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………….. i

Daftar Isi………………………………………………………………..…. ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1

A. Latar Belakang…………………………………………………...... 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………. 2
C. Tujuan…………………………………………………………...… 3

BAB II PEMBAHASAN………………………………………….…….... 4

A. Penyebab Terjadinya Alergi……………………………………….. 4


B. Senyawa Kimia yang Dikandung Tumbuhan Pare………………... 7
C. Cara Mengatasi Alergi dengan Tumbuhan Pare…………………... 9

BAB III PENUTUP……………………………………………….……… 11

A. Kesimpulan………………………………………………...……… 11
B. Saran………………………………………………………………. 11

Daftar Pustaka ……………………………………………………….……. 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Meningkatnya angka kejadian alergi selama ini dapat menimbulkan
masalah bagi dunia kesehatan. Alergi ditimbulkan karena perubahan reaksi
tubuh (menjadi rentan) terhadap suatu bahan yang ada dalam lingkungan
hidup kita sehari-hari. Alergi adalah suatu perubahan reaksi atau respon
pertahanan tubuh yang menolak dan tidak tahan terhadap zat-zat yang
sebenarnya tidak berbahaya (Davies, 2003). Ada berbagai cara alergen masuk
ke dalam tubuh yaitu melalui saluran pernafasan (alergen inhalatif/alergi
hirup), alergen kontak, melalui suntikan atau sengatan, dan alergi makanan
(Amargiamargo, 2007).
Tanaman pare (Momordica charantia L.) merupakan tanaman yang
tidak asing bagi masyarakat Indonesia, karena buahnya sering digunakan
sebagai sayuran atau lalapan. Varietas tanaman ini bermacam-macam dan
dapat ditemukan hampir di setiap daerah (Rachmawati, 2001). Pare dikenal
dengan rasa pahitnya. Rasa pahit pare tidak mengurangi khasiat yang
dikandungnya sebagai obat berbagai jenis penyakit (Dalimartha, 2008).
Dalam pengobatan tradisional, tanaman pare (Momordica charantia L)
memberikan andil yang cukup besar bagi masyarakat. Selain kandungan
gizinya yang tinggi, tanaman pare juga mengandung khasiat sebagai obat,
sehingga sering dimanfaatkan sebagai bahan ramuan jamu (Tati, 2004). Di
India, seluruh bagian tanaman pare dipakai sebagai obat, mulai dari akar,
daun, buah, dan bijinya. Akarnya dipakai untuk mengobati penyakit mata,
daunnya untuk memperlancar buang air besar, kulit terbakar, obat cacing,
memperbanyak air susu ibu, menambah nafsu makan dan sebagai obat luar
untuk menyuburkan rambut. Buahnya dipakai untuk pencuci darah, anti
diabetes, asma, dan rematik. Bijinya untuk mengatasi gangguan lever dan

1
limpa. Di Indonesia, secara turun-temurun, tanaman pare banyak
dimanfaatkan untuk mengobati beberapa penyakit, seperti diabetes, luka, dan
penyakit infeksi lainnya. Tanaman pare juga dimanfaatkan sebagai anti virus,
untuk mengobati penyakit hepatitis, demam, dan campak (Tati, 2004).
Tanaman pare (Momordica charantia L.) mengandung momordisin,
memordin, karantin, asam trikosanik, resin, asam resinat, steroid, vitamin A
dan C serta minyak lemak yang terdiri atas asam oleat, asam linoleat, asam
stearat dan L-oleostearat, karantin, hydroxytryptamine, serta vitamin A, B,
dan C, yang dalam ilmu farmasi dikenal sebagi senyawa antiradang,
antioksidan, analgesik, antivirus (khususnya HIV), serta mencegah keracunan
hati, antialergi, dan anti kanker (Damayanti, 2008).
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai anti-alergi dari tumbuhan
pare (Momordica charantia L.). Penulis menggunakan metode studi pustaka
dari berbagai sumber.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang diangkat pada
makalah ini adalah :
1. Apa penyebab terjadinya alergi?
2. Apa sajakah senyawa kimia yang dikandung tumbuhan pare
(Momordica charantia L.)?
3. Bagaimana cara mengatasi alergi dengan tumbuhan pare
(Momordica charantia L.)?

2
C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini
adalah :
1. Mengetahui penyebab terjadinya alergi
2. Mengetahui senyawa kimia yang dikandung tumbuhan pare
(Momordica charantia L.)
3. Mengetahui cara mengatasi alergi dengan tumbuhan pare
(Momordica charantia L.)

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penyebab Terjadinya Alergi

Alergi adalah reaksi hipersensitivitas yang diinisiasi oleh mekanisme


imunologis spesifik yang diperantai oleh imunoglobulin E (IgE) (Akib, 2010).
Proses alergi meliputi 2 langkah yaitu langkah pertama dimulai dengan
kepekaan, selama tahap awal dari sensitisasi, menghasilkan sejumlah besar
antibodi IgE terhadap alergen yang dihirup, ditelan, atau zat yang disuntikkan.
Sebagian sel B memori akan muncul yang mampu menghasilkan lebih banyak
antibodi IgE spesifik jika terpapar kembali dengan alergen yang sama di
kemudian hari. Tahap kedua pembentukan antibodi IgE untuk menempel pada
reseptor yang dimiliki oleh basofil atau sel mast di mukosa permukaan kulit,
saluran pencernaan, dan sistem pernafasan (Akan, 2007). Reaksi alergi dapat
mempengaruhi hampir semua jaringan atau organ dalam tubuh, dengan
manifestasi klinis tergantung pada organ target. Manifestasi klinis umum dari
alergi termasuk asma, dermatitis atopik, rinitis alergik, dan
urtikaria/angiodema. Alergi makanan dan dermatitis atopik adalah umum
pada anak usia dini. Dan berisiko terjadinya asma dan rinitis pada anak di
kemudian hari (Arshad, 2005).

Alergi dapat disebabkan karena alergen seperti obat, makanan atau


oleh pengaruh lingkungan. Alergi obat adalah reaksi intoksikasi yang terjadi
karena adanya reaktivitas terubah sistem imun tubuh pasien sebagai akibat
kontak sebelumnya dengan obat yang berfungsi sebagai antigen atau alergen.
Obat yang paling sering menimbulkan reaksi alergi adalah penisilin dan
turunannya. Seseorang yang mempunyai IgE yang merespon penisilin, jika
orang tersebut diinjeksi dengan penisilin akan mengalami shock anafilaksis
bahkan dapat menimbulkan kematian. Harus dihindari dengan sangat

4
pemakaian penisilin terhadap pasien yang mempunyai riwayat alergi terhadap
obat-obatan terutama yang mempunyai struktur mirip (Rifa’i, 2011).
Sedangkan alergi makanan adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh reaksi
IgE terhadap bahan (zat kimia) makanan dan merupakan jenis alergi yang
mengkhawatirkan (Chapman, 2006). Kejadian alergi makanan dipengaruhi
oleh genetik, umur, jenis kelamin, pola makan, jenis makanan awal, jenis
makanan, dan faktor lingkungan. Penyakit alergi merupakan gangguan kronik
yang umum terjadi pada anak-anak dan dewasa (Haahtelah, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaporkan oleh Oehling et al. dalam
Prawirohartono pada 400 anak umur 3-12 tahun didapatkan data bahwa 60%
penderita alergi makanan adalah perempuan dan 40% laki-laki. Pola makan
(eating habits) juga memberi pengaruh terhadap reaksi tubuh, contohnya
populasi di Skandinavia sering menderita alergi terhadap ikan. Pengaruh
lingkungan juga dapat menyebabkan timbulnya alergi. Adanya alergen pada
lingkungan hidup kita dapat meningkatkan risiko alergi, seperti asma. Alergen
ini seperti serpihan kulit binatang peliharaan, tungau debu rumah, jamur, dan
kecoa. Berbagai penyakitpun timbul karena alergi seperti asma, urtikaria,
dermatitis atopi, bahkan diabetes mellitus.
Asma merupakan salah satu penyakit alergi yang cukup berat.
Kejadian asma dipicu oleh alergen yang mengaktifkan sel mast submukosal
pada saluran pernafasan bagian bawah. Kejadian tersebut dapat berlangsung
cepat dalam hitungan detik ketika alergen telah memapar. Alergen tersebut
dapat menyebabkan kontraksi bronkus dan juga dapat meningkatkan sekresi
cairan dan mukus, menyebabkan bernafas makin sulit oleh karena udara yang
masuk tertambat pada paru. Pasien penderita alergi umumnya perlu treatmen
dan serangan asma dapat menyebabkan kematian. Alergen yang menimbulkan
alergi rinitis dan konjungtivitis umumnya dapat menimbulkan serangan asma.

5
Urtikaria dalam istilah umum pada masyarakat disebut biduran.
Histamin yang dilepaskan oleh sel mast yang teraktivasi oleh alergen pada
kulit menyebabkan rasa gatal dan bengkak berwarna merah pada kulit.
Dematitis kontak alergik didasari oleh reaksi imunologis berupa reaksi
hipersensitivitas tipe lambat (tipe IV) dengan perantara sel limfosit T.
Terdapat dua tahap dalam terjadinya dermatitis kontak alergik, yaitu tahap
induksi (sensitivitasi) dan tahap elisitasi. Tahap sensitivitasi dimulai dengan
masuknya antigen (hapten berupa bahan iritan) melalui epidermis. Kemudian
sel langerhans yang terdapat di epidermis menangkap antigen tersebut
selanjutnya akan diproses dan diinterpretasikan pada sel limfosit T. Limfosit
T mengalami proliferasi dan diferensiasi pada kelenjar getah bening, sehingga
terbentuk limfosit T yang tersensitivitasi. Fase elisitasi terjadi jika terdapat
pajanan ulang dari antigen yang sama. Antigen yang telah dikenal itu akan
langsung mempengaruhi sel limfosit T yang telah tersensitivitasi yang
kemudian akan dilepaskan sebagai mediator yang akan menarik sel-sel
radang. Hal inilah yang selanjutnya menimbulkan gejala klinis dermatitis.
Pernafasan merupakan jalan utama sebagai masuknya bahan-bahan
alergen. Kebanyakan orang hanya terpengaruh sedikit oleh adanya alergen
yang masuk, misalnya menimbulkan bersin, batuk maupun keluarnya ingus.
Batuk merupakan salah satu upaya pertahanan tubuh. Refleksi batuk terjadi
akibat terangsangnya reseptor batuk yang terdapat pada saluran pernafasan
oleh rangsangan kimiawi atau mekanis. Rangsangan yang dapat menimbulkan
batuk adalah udara dingin, benda asing seperti debu, radang pada saluran
nafas, lender pada saluran nafas, dan kontraksi saluran pernafasan
(Lubis,2005).
Diabetes mellitus kini menjadi ancaman yang serius bagi manusia dan
telah menjadi penyebab kematian urutan ke-7 di dunia. Di Indonesia sendiri
penyandang diabetes mellitus diperkirakan mengalami peningkatan dari 8,4

6
juta jiwa pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030
mendatang. Dan angka tersebut menempatkan Indonesia di peringkat ke-4
jumlah penyandang diabetes mellitus terbanyak di dunia setelah Amerika
Serikat, India, dan Cina.

B. Senyawa Kimia yang Dikandung Tumbuhan Pare (Momordica charantia


L.)

Salah satu tumbuhan yang berperan dalam mengatasi masalah alergi


adalah pare (Momordica charantia L). Tanaman pare berasal dari kawasan
Asia Tropis, namun belum dipastikan sejak kapan tanaman ini masuk ke
wilayah Indonesia. Tanaman pare adalah tanaman herbal yang dapat hidup
selama satu tahun atau lebih, serta tumbuh menjalar dan merambat. Tanaman
yang merupakan sayuran buah ini berwarna hijau dan mempunyai daun yang
berbentuk menjari dengan bunga yang berwarna kuning. Tanaman pare ini
sangat mudah dibudidayakan dan tumbuhnya pun tidak tergantung pada
musim (Jai, 2011). Berikut ini adalah sistematika tumbuhan pare : (Depkes
RI, 2001)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Cucurbitales
Suku : Cucurbitaceae
Marga : Momordica
Jenis : Momordica charantia L.
Kandungan kimia tumbuhan pare yaitu, buah: saponin, flavonoid,
steroid/triterpenoid, karbohidrat, momordisin, alkaloid, vitamin A, vitamin B,
vitamin C, dan karantin. Daun: vitamin A, vitamin B, vitamin C, saponin,

7
flavonoid, steroid/triterpenoid, asam fenolat, alkaloid, dan karotenoid. Biji:
asam lemak, asam butirat, asam palmitat, asam linoleat, dan asam stearat
(Tati, 2004). Pare (Momordica charantia L.) mengandung beta karoten,
vitamin C, vitamin E, saponin, flavonoid, polifenol, lectin dan fiber (Nadesul,
2002). Saponin, flavonoid, polifenol, vitamin C, E dan beta karoten adalah
senyawa antioksidan yang banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan,
terutama flavonoid dan polifenol, diketahui secara medis sebagai senyawa anti
tumor, anti alergi, anti iskemia dan anti peradangan (Lestari, 2005). Senyawa
polifenol dan flavonoid dalam pare merupakan antioksidan kuat yang
berkhasiat anti tumor, anti alergi, anti iskemia, dan anti peradangan yang
dapat mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke (Safitri, 2004).
Flavonoid terdiri atas struktur dasar inti flavan di mana dua cincin benzen
dihubungkan oleh cincin piran yang mengandung oksigen. Flavonoid dibagi
atas flavonol, flavon, flavan dan isoflavon. Beberapa contoh yang terdapat
dalam pangan adalah mirisetin, quersetin, luteolin, apigenin, genistein dan
krisin (Silalahi, 2006). Buahnya telah lama dipakai sebagai obat di Cina sejak
tahun 1578. Selain secara tradisional sebagai tonikum, obat batuk, obat
antimalaria, penambah nafsu makan dan penyembuh luka, ratusan riset telah
dilakukan diberbagai negara untuk mengetahui efek buah pahit ini terhadap
kadar gula darah. Hasil riset yang telah dilakukan di berbagai negara tersebut
ternyata mempertegas khasiat buah pare sebagai antidiabetes. Buah pare yang
belum masak banyak mengandung saponin, flavonoid dan polifenol
(antioksidan kuat) serta glikosida kukurbitasin, momordisin dan karantin.
Pada hewan coba, dapat diketahui bahwa efek pare dalam menurunkan kadar
gula darah adalah dengan cara mencegah usus menyerap gula yang dimakan.
Selain itu pare juga diduga mempunyai senyawa yang mirip sulfonylurea
(obat antidiabetes yang paling tua dan banyak dipakai). Obat jenis ini
menstimulir sel beta pankreas tubuh untuk memproduksi insulin lebih banyak.

8
Efek pare dalam menurunkan gula darah pada kelinci diperkirakan juga
serupa dengan mekanisme insulin (Ekasari, 2011).
Beberapa literatur menyebutkan bahwa salah satu senyawa yang
mempunyai efek sebagai anti alergi adalah senyawa golongan flavonoid.
Maka pare (Momordica charantia L.) yang mengandung senyawa golongan
flavonoid dapat digunakan sebagai anti alergi.

C. Cara Mengatasi Alergi dengan Tumbuhan Pare (Momordica charantia


L.)
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa tumbuhan pare
(Momordica charantia L.) dapat mengatasi penyakit yang timbul akibat alergi
seperti asma, urtikaria, dermatitis atopi, bahkan diabetes mellitus. Berikut ini
adalah cara untuk mengatasi penyakit tersebut beserta dosisnya :

1. Asma
Untuk mengatasi asma siapkan secangkir daun pare segar ditambah 1
sendok makan madu untuk diminum sekali sehari selama 3 bulan.
2. Gatal-gatal
Ketika timbul gatal-gatal pada kulit karena alergi, siapkan daun pare
segar ± 1 cangkir, diambil sarinya kemudian tambahkan 1 sendok teh sari
jeruk limau. Minum sari tadi sebagai obat, seteguk demi seteguk ketika
perut kosong. Minum sari tersebut satu kali sehari selama 4-5 bulan.
3. Batuk
Seringkali alergi menimbulkan batuk-batuk. Ketika batuk siapkan
daun pare ± 1/3 genggam, buah pir dan garam secukupnya. Tumbuk daun
pare hingga halus, lalu rebus bersama-sama buah pir sambil dibubuhkan
garam.
4. Diabetes Mellitus

9
Dosis yang sering dipakai untuk mengatasi diabetes adalah dengan
mengkonsumsi 50-60 ml jus buah pare sehari. Penggunaan dosis yang
lebih tinggi dari buah pare ini dapat mengakibatkan sakit perut dan diare.
Juga perlu dipertimbangkan apabila penggunaanya digabung dengan obat
antidiabetes dari dokter. Sedangkan bagi para ibu hamil, anak-anak dan
orang-orang yang kadar gulanya cenderung rendah, tidak dianjurkan
karena bisa membahayakan. Bagi wanita hamil, sebaiknya konsumsi pare
dibatasi karena percobaan pada tikus menunjukkan pemberian jus pare
menimbulkan keguguran.

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Penyebab terjadinya alergi adalah karena alergen seperti obat, makanan
atau oleh pengaruh lingkungan.
2. Senyawa kimia yang dikandung tumbuhan pare (Momordica charantia L.)
adalah β-karoten, vitamin C, vitamin E, saponin, flavonoid, polifenol,
lectin dan fiber. Flavonoid berguna untuk mengatasi alergi.
3. Cara mengatasi alergi dengan tumbuhan pare pare (Momordica charantia
L.) antara lain :
a. Asma : secangkir daun pare segar ditambah 1 sendok makan madu
untuk diminum sekali sehari selama 3 bulan
b. Gatal-gatal : daun pare segar ± 1 cangkir, diambil sarinya kemudian
tambahkan 1 sendok teh sari jeruk limau diminum satu kali sehari
selama 4-5 bulan
c. Batuk : daun pare ± 1/3 genggam, buah pir dan garam secukupnya.
Tumbuk daun pare hingga halus, lalu rebus bersama-sama buah pir
sambil dibubuhkan garam
d. Diabetes Mellitus : 50-60 ml jus buah pare sehari.

B. SARAN
Mengingat adanya keterbatasan dan kekurangan dalam makalah ini,
maka diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui secara lebih
terperinci efek anti alergi dari tumbuhan pare (Momordica charantia L).

11
DAFTAR PUSTAKA

Bawa, Gede. 2009. Isolasi dan Identifikasi Golongan Senyawa Toksik dari Daging
Buah Pare, Jurnal Kimia 3 (2) Universitas Udayana, (Online),
(http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved
=0CCoQFjAA&url=http%3A%2F%2Fojs.unud.ac.id%2Findex.php%2Fjchem
%2Farticle%2Fdownload%2F2739%2F1938&ei=6hM5U7_IMsiDlQWr44HIB
Q&usg=AFQjCNFKlMmpfu9j4Q-OxXXruFRBT-2PDg, diakses 26 Maret
2014).

Candra, Yolanda dkk. 2011. Gambaran Sensitivitas terhadap Alergen Makanan.


Majalah Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,
Vol.15 No.1, (Online), (http://lontar.ui.ac.id/file?file=pdf/metadata-
20328960.pdf, diakses 27 Maret 2014).

Ermawati, Elly Fauziah. 2010. Efek Antipiretik Ekstrak Daun Pare pada Tikus Putih
Jantan. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, (Online),
(http://eprints.uns.ac.id/2546/1/134460808201008261.pdf, diakses 27 Maret
2014).

Lamanepa, Maria Ema Lestari. 2005. Perbandingan Profil Lipid dan Perkembangan
Lesi Aterosklerosis pada Tikus Wistar yang diberi Diet Perasan Pare dengan
Diet Perasan Pare dan Statin. Tesis. Magister Ilmu Biomedik Universitas
Diponegoro, (Online), (http://eprints.undip.ac.id/12520/, diakses 26 Maret
2014).

Lestari, Fatma dkk. 2007. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Dermatitis


Kontak pada Pekerja di PT Inti Pantja Press Industri. Majalah Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Vol.11 No.2, (Online),
(http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/2/70c691f6a92367a7cb6411e3432cd
b7c9135602f.pdf, diakses 30 Maret 2014).

Mulyanti, Sri dkk. 2010. Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Metabolit Sekunder dari
Fraksi Aktif Antidiabetes Daging Buah Paria (Momordica charantia L.). Jurnal
Sains dan Teknologi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Indonesia, Vol.1 No.2, (Online),
(http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/JURNAL_SAINS_DAN_TEKNOLOGI
_KIMIA/Jurnal_Sains_dan_Teknologi_Kimia_Jilid_1_No.2/ISOLASI_DAN_
KARAKTERISASI_SENYAWA_METABOLIT_SEKUNDER_DARI__FRA

12
KSI_AKTIF_ANTIDIABETES_DAGING_BUAH_PARIA.pdf, diakses 27
Maret 2014).

Naid, Tadjuddin dkk. 2012. Analisis Kadar β-Karoten pada Buah Pare (Momordica
charantia L.) Asal Ternate secara Spektrofotometri UV-VIS. Majalah Farmasi
dan Farmakologi Universitas Hasanuddin, Vol.16 No.3, (Online),
(http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved
=0CCcQFjAA&url=http%3A%2F%2Fjournal.unhas.ac.id%2Findex.php%2Fm
fdf%2Farticle%2Fdownload%2F457%2F398&ei=7hY5U52CEYiElQWzlIGgB
w&usg=AFQjCNENR1eQ2d6duTaU0lACBuZESZBTmg, diakses 27 Maret
2014).

Noorhamdani dkk. 2011. Pengaruh Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia
L.) sebagai Antimikroba terhadap Escherichia coli secara in Vitro. Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya, (Online),
(http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/kedokteran/THEOLA%20VALE
NCIA%20%280910710122%29.pdf, diakses 26 Maret 2014).

Paramita, Opy Dyah. 2011. Hubungan Asma, Rinitis Alergik, Dermatitis Atopik
dengan IgE Spesifik pada Anak Usia 6-7 Tahun. Tesis. Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro, (Online), (http://eprints.undip.ac.id/31178/, diakses 26
Maret 2014).

Rachmawati, Sri dkk. 2001. Kandungan Kimia Daun Pare (Momordica charantia
Linn.) dan Efek Antelmintik terhadap Cacing Lambung (Haemonchus
Contortus Rudolphi). Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Sains dan Teknologi Nasional, (Online),
(http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/semnas/pronas-107.pdf, diakses
26 Maret 2014).

Rifa’i, Muhaimin. 2011. Alergi dan Hipersensitif. Diktat. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya, (Online),
(http://muhaiminrifai.lecture.ub.ac.id/files/2011/01/Alergi-hipersensitif-
diktat1.pdf, diakses 26 Maret 2014).

Rukmana, Rahmat. 2007. Budi Daya Pare. Yogyakarta: Kanisius.

13

Anda mungkin juga menyukai