Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Herpes zoster merupakan radang kulit akut, mempunyai sifat khas yaitu vesikel-
vesikel yang tersusun berkelompok sepanjang dermatom yang dipersarafi serabut
saraf spinal maupun gangglion serabut saraf sensorik dari nervus kranialis. Terutama
menyerang orang dewasa. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus varisela zoster dari
infeksi endogen yang telah menetap dalam bentuk laten setelah infeksi primer oleh
virus.1

Penyakit herpes zoster terjadi sporadis sepanjang tahun tanpa mengenal musim.
Insidensnya 2-3 kasus per-1000 orang/tahun. Insiden dan keparahan penyakitnya
meningkat dengan bertambahnya usia. Lebih dari setengah jumlah keseluruhan kasus
dilaporkan terjadi pada usia lebih dari 60 tahun dan komplikasi terjadi hampir 50% di
usia tua. Jarang di jumpai pada usia dini (anak dan dewasa muda), bila terjadi
kemungkinan dihubungkan dengan varisela maternal saat kehamilan. Risiko penyakit
meningkat dengan adanya keganasan, atau dengan transplantasi sumsum tulang dan
ginjal atau infeksi HIV. Tidak terdapat predileksi gender. Penyakit ini bersifat menular
namun daya tularnya kecil bila di bandingkan dengan varisela.1,2

Herpes Zoster Page 1


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI KULIT


Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15%
berat badan. Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu
lapisan epidermis, lapisan dermis dan lapisan subkutis.2

1. Lapisan epidermis atau kutikel


Lapisan epidermis adalah lapisan kulit dinamis, senantiasa beregenerasi, berespon
terhadap rangsangan di luar maupun dalam tubuh manusia. Terdiri atas :
a. Stratum korneum (lapisan tanduk)
b. Stratum lusidum
c. Stratum granulosum
d. Stratum spinosum (stratum Malphigi)
e. Stratum basale2

Herpes Zoster Page 2


2. Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin)
Lapisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada
epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen-
elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi atas dua bagian yakni.2
a. Pars papilare
b. Pars retikulare.2

Herpes Zoster Page 3


3. Lapisan subkutis (hipodermis)
Lapisan kutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-
sel lemak di dalamnya.2

2.2 ADNEKSA KULIT

Adneksa kulit terdiri atas :

1. Kelenjar kulit
a. Kelenjar keringat (glandula sudorifera)
b. Kelenjar palit (glandula sebasea)
2. Kuku
3. Rambut 2

Herpes Zoster Page 4


2.3 HERPES ZOSTER
2.3.1 SINONIM

Shingles, dompo, cacar api, cacar ular

2.3.2 DEFINISI
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela
zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus
yang terjadi setelah infeksi primer.2

Herpes zoster atau shingles adalah penyakit neurokutan dengan manisfestasi


erupsi vesikular berkelompok dengan dasar eritematosa disertai nyeri radikular
unilateral yang umumnya terbatas hanya pada satu dermatom. Herpes zoster
merupakan manifestasi reaktivasi infeksi laten endogen virus varisela zoster di
dalam ganglion sensoris radiks dorsalis, ganglion saraf kranialis atau genglion saraf
autonomik yang menyebar ke jaringan saraf dan kulit dengan segmen yang sama.1

Herpes Zoster Page 5


2.3.3 ETIOLOGI

Herpes zoster disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV).2

2.3.4 PATOGENESIS

Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion
kranialis. Kelainan kulit yang timbul memberikan lokasi yang tingkat dengan
daerah persarafan ganglion tersebut. Kadang-kadang virus ini juga menyerang
gamglion anterior, bagian morotik kranialis sehingga menberikan gejala-gejala
gangguan motorik.2

Hope Simpson, 1965, mengajukan hipotesis bahwa imunitas terhadap varisela


zoster virus berperan dalam patogenesis herpes zoster terutama imunitas selularnya.
Mengikuti infeksi primer virus varisela-zoster (varisela), partikel virus dapat tetap
tinggal di dalam gangglion sensoris saraf spinalis, kranisalis atau otonom selama
tahunan.4,5

Selama terjadinya infeksi varisela, VZV meninggalkan lesi di kulit dan


permukaan mukosa ke ujung serabut saraf sensorik. Kemudian secara sentripetal
virus ini di bawa melalui serabut saraf sensorik tersebut menuju ke ganglion saraf
sensorik. Dalam ganglion ini, virus memasuki masa laten dan di sini tidak
mengadakan multiplikasi lagi, namun tidak berarti ia kehilangan infeksinya.3

Herpes Zoster Page 6


Pada saat respon imunitas seluler dan titer antibodi spesifik terhadap virus
varisela zoster menurun (misalnya oleh karena umur atau penyakit imunosupresif)
sampai tidak lagi efektif mencegah infeksi virus, maka partikel virus varisela zoster
yang laten tersebut mengalami reaktivasi dan menimbulkan ruam kulit yang
terlokalisata di dalam satu dermatom.1,4

Virus mengalami multiplikasi dan menyebar di dalam ganglion. Ini


menyebabkan nekrosis pada saraf serta terjadi inflamasi yang berat, dan biasanya
disertai neuralgia yang hebat. VZV yang infeksius ini mengikuti serabut saraf sensorik,
sehingga terjadi neuritis. Neuritis ini berakhir pada ujung serabut saraf sensorik di kulit
dengan gambaran erupsi yang khas untuk erupsi herpes zoster.1,3

2.3.5 GAMBARAN KLINIS


Daerah yang paling sering terkena adalah daerah torakal, walaupun daerah-
daerah lain tidak jarang. Frekuensi penyakit ini pada pria dan wanita sama,
sedangkan mengenai umur lebih sering pada orang dewasa. Sebelum timbul gejala
kulit terdapat, gejala prodromal baik sistemik (demam, pusing, malese), maupun
gejala prodromal lokal (nyeri otot-tulang, gatal, pegal dan sebagainya). Setelah itu
timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok

Herpes Zoster Page 7


dengan dasar kulit yang eritematosa dan edema. Vesikel ini berisi cairan yang
jernih, kemudian menjadi keruh, dapat menjadi pustul dan krusta.Masa tunasnya 7-
12 hari. Masa aktif penyakit ini berupa lesi-lesi baru yang tetap timbul berlangsung
kira-kira seminggu, sedangkan masa resolusi berlangsung kira-kira 1-2 minggu. Di
samping gejala kulit dapat juga dijumpai pembesaran kelenjar getah bening
regional. Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan bersifat dermatomal sesuai
dengan tempat persarafan. Pada susunan tepi jarang timbul kelainan motorik, tetapi
pada susunan saraf pusat kelainan ini lebih sering karena struktur ganglion kranialis
memungkinkan hal tersebut. Herpes zoster oftalmikus di sebabkan oleh infeksi
cabang pertama nervus trigeminus , sehingga menimbulkan kelainan pada mata,
disamping itu juga cabang kedua dan ketiga menyebabkan kelainan kulit pada
daearah persarafan . sindrom ramsay hunt diakibatkan oleh gangguan nervus
fasialis dan otikus, sehingga memberikan gejala paralisis otot muka , kelainan kulit
yang sesuai dengan tingkat persarafan, tinitus, vertigo, gangguan pendengaran,
nistagmus, dan nausea, juga terdapat gangguan pengecapan.2

Neuralgia pascaherpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas
pemyembuhan lebih sebulan setelah penyakitnya sembuh. Nyeri ini dapat
berlangsung sampai beberapa bulan bahkan bertahun-tahun dengan gradasi nyeri
yang bervariasi dalam kehidupan sehari-hari.2

Herpes Zoster Page 8


2.3.6 PEMERIKSAAN FISIK

Menurut daerah penyerangannya di kenal 1 :

1. Herpes zoster oftalmika


Menyerang dahi dan sekitar mata

Herpes Zoster Page 9


2. Herpes zoster servikalis
Menyerang pundak dan lengan

Herpes Zoster Page 10


3. Herpes zoster torakalis
Menyerang dada dan perut

Herpes Zoster Page 11


4. Herpes zoster sakralis
Menyerang bokong dan paha

5. Herpes zoster otikum


Menyerang telinga

Herpes Zoster Page 12


2.3.7 DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan temuan lesi kulit yang khas
yaitu vesikel yang berkelompok, dermatomal dan nyeri. Dapat pula dilakukan
pemeriksaan Tzanck untuk membantu diagnosis dengan ditemukan sel datia berinti
banyak.2,1

Untuk kasus-kasus yang tidak jelas, deteksi antigen atau nucleic acid varisella
zoster virus, isolasi virus dari sediaan hapus lesi atau pemeriksaan antibodi IgM
spesifik diperlukan. Pemeriksaan dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR)
merupakan tes diagnostik yang paling sensitif dan spesifik (dapat mendekteksi DNA
virus varisela zoster dari cairan vesikel).1,2

Pemeriksaan kultur virus mempunyai sensitivitas yang rendah karena virus herpes
labil dan sulit untuk diperoleh dari cairan vesikel. Pemeriksaan direct
immunofluorecent antigen-staining lebih cepat serta mempunyai sensitivitas yang
lebih tinggi daripada kultur dan di pakai sebagai tes diagnostik alternatif bila
pemeriksaan PCR tidak tersedia.5,2

2.3.8 DIAGNOSA BANDING


1. Herpes Simpleks

Herpes Zoster Page 13


Efloresensi : Vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan
eritematosa, berisi cairan jernih dan kemudian menjadi seropurulen, dapat menjadi
krusta dan kadang-kadang mengalami ulserasi yang dangkal, sangat nyeri dan
biasanya sembuh tanpa sikatriks.2,1
Lokalisasi : VHS tipe I di daerah pinggang ke atas terutama daerah
mulut dan hidung biasanya di mulai pada usia anak-anak. VHS tipe II tempat
predileksi di daerah pinggang ke bawah, terutama di daerah genital berhubungan
dengan peningkatan aktivitas seksual.1,4

2. Varisela

Herpes Zoster Page 14


Efloresensi : Erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam beberapa jam
berubah menjadi vesikel. Vesikel berukuran milier sampai lentikular, di sekitarnya
terdapat daerah eritematosa. Bentuk vesikel khas mirip tetesan embun (tear drops).
Vesikel akan berubah menjadi keruh menyerupai pustul dan kemudian menjadi
krusta. Timbul lagi vesikel-vesikel baru sehingga pada satu saat tampak gambaran
polimorfi.4,3
Lokalisassi : Penyebaran terutama pada tubuh sentral kemudian menyebar
secara sentrifugal ke wajah dan ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lendir
mata, mulut dan saluran napas bagian atas. Menyerang terutama anak-anak (90%).3

3. Impetigo Vesikobulosa
Efloresensi : Tampak bula dengan dinding tebal dan tipis, miliar hingga
lentikular, kadang-kadang tampak hipopion dengan dasar eritematosa. Bila bula
memecah tampak koleret dan dasar eritematosa. Kulit sekitarnya tidak
menunjukkan peradangan.2,1
Lokalisasi : Aksila, dada, punggung dan ekstremitas atas dan bawah.1

Herpes Zoster Page 15


2.3.9 PENATALAKSANAAN
1. Bed rest, untuk menghindari penularan dengan orang lain.1
2. Edukasi
a. Edukasi pasien mengenai penyakit herpes zoster.
b. Edukasi pasien untuk menjaga ruam agar tetap bersih dan kering.
c. Edukasi pasien untuk menjaga imunitasnya dengan mengkonsumsi makanan
bergizi dan perbanyak istirahat.
d. Edukasi pasien untuk memakai baju yang nyaman dan longgar
3. Sistemik
a. Obat antivirus
Obat antivirus terbukti menurunkan durasi lesi herpes zoster dan derajat
keparahan nyeri herpes zoster akut. Tiga antivirus yang disetujui oleh Food and
Drug Administration (FDA) untuk terapi herpes zoster, yaitu :
- Asiklovir 5 x 800 mg selama 7 hari
- Famsiklovir 3 x 500 mg selama 7 hari
- Valasiklovir 3 x 1000 mg selama 7 hari2,,5
b. Analgetik
Pasien dengan nyeri akut ringan menunjukkan respon baik terhadap AINS
(asetosal, piroksikam, ibuprofen, diklofenak), atau analgetik non opioid
(paracetamol, tramadol, asam mefenamat). Kadang-kadang dibutuhkan opioid
(kodein, morfin atau oksikodon) untuk pasien dengan nyeri kronik hebat.2,4

2.3.10 KOMPLIKASI

Pada sejumlah kecil pasien dapat terjadi komplikasi berupa kelainan mata (10-
20% penderita) bila menyerang di daerah mata, infeksi sekunder, dan neuropati
motorik. Kadang-kadang dapat terjadi meningitis, ensefalitis atau mielitis.2

Herpes Zoster Page 16


Komplikasi yang sering terjadi adalah neuralgia pasca herpes (NPH), yaitu
nyeri yang masih menetap di dermatom yang terkena walaupun kelainan kulitnya
sudah mengalami resolusi 3 bulan setelah erupsi herpes zoster.2

Perjalanan penyakit herpes zoster pada penderita imunokompremais seing


rekuren, cenderung kronik persisten, lesi kulitnya lebih berat (terjadi bula hemoragik,
nekrotik dan sangat nyeri), tersebar diseminata, dan dapat disertai dengan keterlibatan
organ dalam. Proses penyembuhannya juga berlangsung lebih lama.2

2.3.11 PROGNOSIS

Umumnya baik, pada herpes zoster oftalmikus prognosis bergantung pada


tindakan perawatan secara dini.2

BAB III

LAPORAN KASUS

STATUS PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

Herpes Zoster Page 17


NO. REKAM MEDIK : 00.76.28.75

TANGGAL : 08 Agustus 2017

NAMA : Hotman Siregar

UMUR : 45 tahun

JENIS KELAMIN : Laki-Laki

BANGSA/SUKU : Indonesia/Jawa

STATUS PERKAWINAN : Menikah

AGAMA : Islam

PEKERJAAN : Wiraswasta

ALAMAT : Komplek Griya Selasih No.8

ANAMNESIS : AUTOANAMNESA

KELUHAN UTAMA : Timbul gelembung berisi cairan disertai rasa nyeri


tertusuk-tusuk dan rasa panas di daerah lengan atas sebelah
kanan sejak 4 hari yang lalu.

KELUHAN TAMBAHAN : Tidak ada

RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT:

Awalnya sebelum muncul gelembung berisi cairan tersebut os mengeluhkan demam, badan
meriang, nyeri otot dan rasa panas di daerah lengan atas sebelah kanan sejak 6 hari yang lalu.
Kemudian 2 hari setelah itu timbul bercak kemerahan di daerah lengan atas sebelah kanan yang
disusul dengan munculnya gelembung-gelembung berisi cairan yang berkelompok yang disertai

Herpes Zoster Page 18


nyeri seperti di tusuk-tusuk dan rasa panas. Riwayat pengobatan sebelumnya tidak dijumpai.
Sampai saat ini os tidak ada alergi terhadap obat dan makanan. Riwayat keluarga atau kontak
dengan orang sakit yang serupa tidak dijumpai.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA : Tidak dijumpai

RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU : Cacar air pada usia 8 tahun

RIWAYAT PEMAKAIAN OBAT : Tidak di jumpai

LOKALISASI - Regio antebrachi dekstra yang unilateral sesuai dengan dermatom saraf

-Regio brachi dekstra yang unilateral sesuai dengan dermatom saraf

RUAM : Vesikel berkelompok dengan dasar eritema

PEMERIKSAAN LABORATORIUM : Tidak dilakukan pemeriksaan

RESUME

ANAMNESIS :

Herpes Zoster Page 19


Laki-laki, 45 tahun datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSUPM dengan keluhan timbul gelembung
berkelompok berisi cairan di daerah lengan atas sebelah kanan disertai gatal, nyeri seperti di tusuk-
tusuk dan rasa panas di daerah lengan atas sebelah kanan sejak 4 hari yang lalu.

LOKALISASI : - Regio antebrachi dekstra yang unilateral sesuai dengan dermatom

- Regio brachi dekstra yang unilateral sesuai dengan dermatom

Ruam : - Vesikel berkelompok dengan dasar eritema

PEMERIKSAAN PENUNJANG : -

DIAGNOSIS BANDING : 1. Herpes Zoster

2. Herpes Simpleks

3. Impetigo Vesikobulosa

DIAGNOSA SEMENTARA : Herpes Zoster

PEMERIKSAAN ANJURAN : Tzank Test

PENATALAKSANAAN :

UMUM :

Herpes Zoster Page 20


1. Bed Rest, untuk menghindari penularan dengan orang lain
2. Menjaga kebersihan tubuh, edukasi pasien untuk menjaga ruam agar tetap bersih dan
kering.
3. Edukasi pasien untuk memakai baju yang nyaman dan longgar.
4. Edukasi pasien untuk menjaga imunitasnya dengan mengkonsumsi makanan
bergizi.

KHUSUS :

1. Asiklovir tab 5 x 800 mg sehari per oral selama 7 hari


2. Asam mefenamat tab 500 mg 3 x 1 per oral

PROGNOSIS

QUO AD VITAM : Bonam

QUO AD FUNCTIONAM : Bonam

QUO AD SANATIONAM : Bonam

Herpes Zoster Page 21


Herpes Zoster Page 22
BAB IV

KESIMPULAN

1.1 KESIMPULAN

Herpes zoster adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh reaktivasi varicella
zoster virus (VZV) yang laten berdiam terutama sel neuronal dan ganglion radiks dorsalis
dan ganglion sensorik saraf kranial. Menyebar ke dermatom atau jaringan saraf yang
sesuai dengan segmen yang dipersarafinya. Manifestasi erupsi vesikuler berkelompok
dengan dasar eritematosa disertai nyeri radikular unilateral. Faktor-faktor yang berpotensi
menyebabkan reaktivasi adalah pajanan VZV sebelumnya (cacar air, vaksinasi), usia
lebih dari 50 tahun, keadaan imunokompremais, obat-obatan imunosupresif, HIV/AIDS,
transplantasi sumsum tulang atau organ, keganasan, terapi steroid jangka panjang, stres
psikologis, trauma dan tindakan pembedahan.

Gambaran klinis terdiri atas stadium prodromal, stadium erupsi dan stadium
krustasi. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan temuan lesi kulit yang khas.
Dapat pula dilakukan pemeriksaan Tzanck, pemeriksaan dengan teknik Polymerase
Chain Reaction (PCR), pemeriksaan kultur virus, pemeriksaan direct immunofluorecent
antigen-staining.

Diagnosis banding pada herpes zoster adalah herpes simpleks, varisela dan
impetigo vesikobulosa. Penatalaksanaan terdiri dari bedrest, edukasi, penatalaksanaan
lokal dan sistemik.

Komplikasi dapat terjadi kelainan mata (10-20% penderita), infeksi sekunder, dan
neuropati motorik. Kadang-kadang dapat terjadi meningitis, ensefalitis atau mielitis.
2
Komplikasi yang sering terjadi adalah neuralgia pasca herpes (NPH). Pada umumnya
bonam apabila di terapi dengan adekuat.

Herpes Zoster Page 23


DAFTAR PUSTAKA

1. Harahap, M. 2015. “Infeksi Virus”. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates, hal:
92-94
2. Djuanda Adhi, dkk. 2010. “Penyakit Virus”. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Jakarta: Fakultas Kedokteran UI, hal: 110-112
3. Murtiastutik, dkk. 2013. “Infeksi Virus”. Dalam: Penyakit Kulit & Kelamin. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Unair, hal:14-20
4. Tanto C. 2014. “Herpes Zoster”. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta: 2014,
hal: 309
5. Siregar RS. 2013. “Penyakit Virus”. Dalam: Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. Jakarta: EGC,
hal: 84-85

Herpes Zoster Page 24

Anda mungkin juga menyukai