Anda di halaman 1dari 8

Nama : Bela Syafira Harahap

Nim : 0801172216
Kelas : Ikm 4 Semester V
Matakuliah : Ekonomi Kesehatan

“BPJS”

A. Latar Belakang program


Adanya jaminan sosial di indonesia dimulai ketika Presiden Megawati mensahkan UU
No. 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada 19 Oktober 2004, banyak
pihak berharap tudingan Indonesia sebagai ”negara tanpa jaminan sosial” akan segera
luntur.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011, BPJS akan menggantikan sejumlah
lembaga jaminan sosial yang ada di Indonesia yaitu lembaga asuransi jaminan kesehatan
PT. Askes Indonesia menjadi BPJS Kesehatan dan lembaga jaminan sosial ketenaga kerjaan
PT. Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Transformasi PT Askes dan PT Jamsostek
menjadi BPJS dilakukan secara bertahap. Pada awal 2014, PT Askes akan menjadi BPJS
Kesehatan, selanjutnya pada 2015 giliran PT Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan.

B. Pelaksanaan Program
1. Tugas BPJS
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas BPJS bertugas untuk:
1. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta;
2. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja;
3. Menerima bantuan iuran dari Pemerintah;
4. Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta;
5. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial;
6. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan
ketentuan program jaminan sosial; dan
7. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada
peserta dan masyarakat.
2. Wewenang BPJS
Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana diamksud di atas BPJS berwenang:
1. Menagih pembayaran Iuran;
2. Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka
panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian,
keamanan dana, dan hasil yang memadai;
3. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja
dalam memanuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan jaminan sosial nasional;
4. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran
fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah;
5. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan;
6. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak
memenuhi kewajibannya;
7. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai
ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
8. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program
jaminan sosial.

3. Pertanggung Jawaban BPJS


BPJS Kesehatan wajib membayar Fasilitas Kesehatan atas pelayanan yang diberikan
kepada Peserta paling lambat 15 (lima belas) hari sejak dokumen klaim diterima lengkap.
Besaran pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan ditentukan berdasarkan kesepakatan antara
BPJS Kesehatan dan asosiasi Fasilitas Kesehatan di wilayah tersebut dengan mengacu pada
standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Dalam hal tidak ada kesepakatan atas
besaran pembayaran, Menteri Kesehatan memutuskan besaran pembayaran atas program JKN
yang diberikan. Asosiasi Fasilitas Kesehatan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Dalam JKN, peserta dapat meminta manfaat tambahan berupa manfaat yang bersifat
non medis berupa akomodasi. Misalnya: Peserta yang menginginkan kelas perawatan yang
lebih tinggi daripada haknya, dapat meningkatkan haknya dengan mengikuti asuransi
kesehatan tambahan, atau membayar sendiri selisih antara biaya yang dijamin oleh BPJS
Kesehatan dan biaya yang harus dibayar akibat peningkatan kelas perawatan, yang disebut
dengan iur biaya (additional charge). Ketentuan tersebut tidak berlaku bagi peserta PBI.
Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya, BPJS Kesehatan
wajib menyampaikan pertanggungjawaban dalam bentuk laporan pengelolaan program dan
laporan keuangan tahunan (periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember). Laporan yang
telah diaudit oleh akuntan publik dikirimkan kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN
paling lambat tanggal 30 Juni tahun berikutnya. Laporan tersebut dipublikasikan dalam
bentuk ringkasan eksekutif melalui media massa elektronik dan melalui paling sedikit 2 (dua)
media massa cetak yang memiliki peredaran luas secara nasional, paling lambat tanggal 31
Juli tahun berikutnya.

C. Harapan Pemerintah
Dengan adanya program jaminan sosial yang diberi pemerintah kepada masyarakat,
pemerintah berharap program tersebut dapat mengurangi angka kesenjangan sosial,
meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan menjadi negara dengan pelayanan kesehatan
yang baik. Adapun pelayanan yang dapat diterima melalui program BPJS adalah sebagai
berikut :
1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yaitu pelayanan kesehatan non-spesifikasi:
a. Administrasi pelayanan
b. Pelayanan promitif dan preventif
c. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis
d. Tindakan medis non-spesialistik baik operatif manupun non-operatif
e. Transfusi darah
f. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama, dan
g. Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi

2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjut yaitu pelayanan kesehatan yang


mencakup:
a. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan yang
dilakukan oleh dokter umum atau dokter gigi di Puskesmas, Klinik, Balai
Pengobatan atau Dokter praktek solo
b. Pelayanan Rawat Jalan tingkat II (lanjutan) adalah pemeriksaan dan pengobatan
yang dilakukan oleh dokter spesialis atas dasar rujukan dari dokter PPK I sesuai
dengan indikasi medis
c. Pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakit adalah pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada peserta yang memerlukan perawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit
d. Pelayanan Persalinan adalah pertolongan persalinan yang diberikan kepada tenaga
kerja wanita berkeluarga atau istri tenaga kerja peserta program jaminan
pemelihara kesehatan maksimum sampai dengan persalinan ke 3 (tiga).
e. Pelayanan Khusus adalah pelayanan rehabilitasi, atau manfaat yang diberikan
untuk mengembalikan fungsi tubuh
f. Emergensi merupakan suatu keadaan dimana peserta membutuhkan pertolongan
segera, yang bila tidak dilakukan dapat membahayakan jiwa.

D. Pelayanan Kesehatan yang Tidak Dijamin


1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana diatur
dalam peraturan yang berlaku.
2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan (kecuali untu kasus gawat darurat).
3. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja
terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja.
4. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas.
5. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri.
6. Pelayanan kesehatan untuk tujuan kosmetik
7. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas (memperoleh keturunan).
8. Pelayanan ortodonsi (meratakan gigi).
9. Gangguan kesehatan akibat ketergantungan obat terlarang dan/atau alkohol.
10. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri atau akibat melakukan hobi
yang berbahaya.
11. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional.
12. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai eksperimentasi.
13. Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi dan susu.
14. Perbekalan kesehatan rumah tangga.
15. Pelayanan kesehatan akibat bencana dan wabah.

E. Perbandingan Dengan Negara Lain


Sama halnya dengan negara indonesia, negara-negara luar juga mempunyai program
jaminan kesehatan maupun jaminan sosial untuk mensejahterakan rakyatnya. Berbeda
dengan Indonesia, di negara maju pemerintahan nya tidak menyediakan program jaminan
sosial yang langsung ditangani oleh pemerintah itu sendiri. melainkan melalui badan-
badan asuransi, tetapi tetap dalam perlindungan pemerintah. Seperti yang kita ketahui
bahwa angka kemiskinan di negara maju sangat kecil sehingga pemerintah nya tidak
membuat jaminan kesehatan yang gratis. Masyarakat di negara maju juga sudah memiliki
wawasan yang tinggi, mereka tidak hanya mengasuransikan rumah dan kendaraan tetapi
juga nyawa.

F. Kesimpulan Dan Saran


BPJS merupakan program pemerintah yang digunakan untuk membantu jaminan
sosial masyarakat indonesia. Dimana pelaksanaanya sendiri masih memiliki
kekurangan maupun kelebihan. Menurut saya pribadi program Bpjs ini belum berjalan
secara maksimal dikarenakan masih banyaknya masyarakat yang belum mempunyai
bpjs karena berbagai hal, salah satunya adalah ketidaktahuan masyarakat dalam
proses pembuatan baik penggunaan bpjs bagi yang sudah memilikinya. Seharusnya
pemerintah lebih mengadakan sosialisasi tentang pentingnya pengunaan bpjs dan juga
memberi pengetahuan bagi masyarakat tentang tata cara penggunaan dan pembuatan
nya daripada hanya mendesak masyarakat untuk melakukan pembuatan Bpjs tanpa
memberitahu proses dan kegunaan nya. Selain itu masih banyak masyarakat yang
sudah memiliki bpjs tetapi tidak menggunakannya karena merasa tidak puas atas
pelayanan yang diberi pihak rumah sakit, adanya perbedaan perlakuan terhadap
pasien yang menggunakan bpjs dengan yang tidak menggunakan bpjs. Padahal jika
dilihat dari aspek manfaat nya BPJS sendiri sudah memiliki banyak tingkat pelayanan
yang sudah sangat memuaskan.
Pentingnya sosialisasi tentang tata cara pembuatan dan penggunaan bpjs bisa menjadi
tolak ukur keberhasilan program tersebut. Karena masih banyaknya masyarakat yang
tidak mengerti tentang penggunaan bpjs dan masih ada masyarakat yang merasa takut
menggunakan bpjs karena adanya perbedaan perlakuan yang diberikan oleh pihak
rumah sakit.
KELUARGA BERENCANA/KB

A. Latar Belakang Program


Keluarga Berencana (KB) adalah sebuah program yang dicanangkan pemerintah dalam
menekan kepadatan penduduk. Pengertian Program Keluarga Berencana menurut UU No 10
tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera)
adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Selain itu, program KB ini juga diharapkan mampu menstabilkan sinergi antara
kehidupan sosial dengan sumber daya yang ada.Sasaran dari program KB dibagi menjadi 2
yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai.
Sasaran langsungnya adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan
tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan
sasaran tidak langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan
tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka
mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera.
B. Harapan Pemerintah
Sedangkan tujuan program KB adalah meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta
mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera dan berkualitas melalui perencanaan
waktu kehamilan, mengurangi angka kelahiran, mengatur jarak kelahiran anak, mengatur
usia perkawinan dan menunda usia perkawinan sehingga terciptanya penduduk yang
berkualitas dan sumber daya manusia yang bermutu.Selain itu, program KB ini juga
diharapkan mampu menstabilkan kehidupan sosial dengan sumber daya yang ada.
C. Pelaksanaan Program
Program keluarga berencana sendiri dilaksanakan pemerintah dengan cara
menurunkan langsung petugas kesehatan baik secara preventif maupun promotif.
Melakukan penyuluhan guna memberikan edukasi serta wawasan tentang keluarga
berencana serta melakukan pemasangan kb secara langsug oleh petugas. Pelaksanaan ini
rutin dilakukan pemerintah pada saat awal peluncuran program, hingga saat ini program
KB masih berlangsung. Hanya saja kegiatan penyuluhan yang diberikan pemerintah sudah
tidak se antusias seperti dahulu. Kini pemerintah lebih memfokuskan kepada para remaja
sehingga semboyan program inipun sudah berganti yang dahulunya adalah “2 anak lebih
baik” kini menjadi “yang muda yang berencana”. Program ini mengikuti perkembangan
jaman dimana generasi muda jaman sekarang lebih banyak mengambil alih dan jauh lebih
tertarik dengan pemerintahan. Sehingga program kb pun mengalami perubahan.

D. Perbandingan Dengan Negara Lain


Kb atau keluarga berencana merupakan program pemerintah guna menurunkan angka
pertumbuhan penduduk dan mampu menstabilkan kehidupan sosial dengan sumber daya yang
ada. Bukan hanya di Indonesia program seperti ini juga dilakukan di berbagai negara baik
negara berkembang maupun negara maju. Perbedaan program ini hanya terdapat pada alat
kontrasepsi yang biasa dipakai, jika di indonesia masih menggunakan pil, suntik dan
sebagainya yang tergolong jangka pendek, di negara maju kontrasepsi yang dipakai berskala
jangka panjang. Dan program ini tidak terlalu di kampanyekan di negara maju. Berbeda
dengan negara berkembang yang mewajibkan masyarakatnya untuk ber-KB.

E. KESIMPULAN DAN SARAN


Meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia yang tidak diimbangi dengan angka
mortalitas yang ada mengakibatkan jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat yang
menyebabkan kepadatan penduduk. Kepadatan ini berpotensi terhadap pemicu munculnya
dampak lain yang berakibat pada kompleksnya permasalahan biologis seperti penyakit yang
timbul karena tidak terpenuhinya gizi akibat dari jumlah anak yang lebih dari dua orang serta
berbagai permasalahan lainnya. Hal ini mejadi tanggung jawab setiap orang untuk menyadari
dampak di masa yang akan datang dan solusi untuk menanggulanginya. Selain kesadaran dari
warga, pemerintah juga wajib bertindak dalam memberikan jalan keluar yang efektif dan
efisien dalam menanganinya. Satu dari sekian banyak cara yang ditawarkan oleh pemerintah
untuk menekan angka pertambahan penduduk adalah melalui program Keluarga Berencana
atau KB. Keluarga Berencana ini ditargetkan untuk keluarga yang baru menikah (Pasangan
Usia Subur) yang berkeinginan untuk menunda kehamilandimana hanya diperbolehkan
memiliki dua anak tiap keluarga.
Pada kenyataanya pada tahun awal dicanangkannya program KB di Indonesia ini
memberikan hasil yang sangat memuaskan. Buktinya adalah di tahun 90an hingga 20an
program ini mampu menekan jumlah penduduk di indonesia dengan drastis. Dengan
bergotong royong program Keluarga Berencana di Indonesia berhasil menurunkan tingkat
kelahiran menjadi hanya 2,3 kelahiran dari 100 juta kelahiran. Dikatakan demikian, karena
keberhasilan ini tidak lepas dari adanya partisipasi masyarakat di wilayah pedesaan pada
1970 silam.
Walaupun program KB dinilai cukup sukses namun masih terdapat beberapa kasus,
dimana ditemukan 2 keluarga yang memiliki jumlah anak 3 dan keluarga yang memiliki
jumlah anak hingga 8.
Banyaknya warga yang masih memiliki anak lebih dari tiga bukan disebabkan karena
mereka tidak ikut program KB, akan tetapi disebabkan karena ketidakcocokan alat
kontrasepsi yang digunakan. Banyak warga yang mengganti alat kontrasepsinya karena
adanya berbagai efek samping yang ditimbulkan, salah satunya adalah penurunan berat
badan, dan gangguan haid, timbulnya flek hitam yang berlangsung ketika penggunaan alat
kontrasepsi tersebut. Hal tersebut disebabkan karena mereka tidak banyak mengetahui
tentang macam alat kontrasepsi dan efek samping yang ditimbulkan. Kebanyakan mereka
memilih alat kontrasepsi berdasarkan dari alat yang paling banyak digunakan oleh orang.
Kurangnya penyuluhan tentang KB juga menjadi salah satu faktor penyebabnya. Untuk
mencegah terjadinya hal tersebut, harus diakdakan penyuluhan yang menyeluruh tentang KB,
pasangan suami istri (untuk menggunakan suatu alat kontrasepsi harus mendapat persetujuan
dari suami dan istri) harus melakukan diskusi dan konsultasi pada bidan dan dokter
kandungan yang akan menjelaskan tentang macam alat kontrasepsi, kekurangan dan
kelebihan, efek yang ditimbulkan dan syarat yang harus dipenuhi untuk menggunakan suatu
alat kontrasepsi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai